Demi Daniel
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Omen Series by Lexie Xu
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
Tidurku menggelap, ada api yang hendak membakar
Panas, perih, pedih
Aku ingin berlari tapi kakiku tersangkut pada lingkaran kabut
Berputar-putar, membentuk derajat anomali yang liar
Ada ular yang ingin mematuk tanganku, mencegahku melukis pintu
Aku menghindarinya, sekuat lompatan yang kubisa
Malangnya, lututku tersangkut pada dinding tebal yang samar-samar
Tak bisa pergi, tak bisa pergi untuk menghirup lagi
Ada jebakan di tangga bawah yang terlampau parah
Berteriak, berteriak tanpa suara yang keluar itu jelas kurang ajar
Setan-setan bersayap muncul dari balik kanvas yang pengap
Mengejarku lagi, aku sudah tidak tahan jika berlari
Demi Dewi Athena, Sang Dewi yang paling bijaksana
Kumohon, tuntunlah aku dari monster-monster raksasa
Bangkit, rasanya aku ingin mati saja
Akan tetapi, di kejauhan, kulihat ada lilin yang menerangi hutan
Aku ingin ke sana!
Meminta pertolongan dari sosok makhluk yang membawa lentera
Bodohnya, kakiku tersandung pada ranting yang membawaku menuju pekat tak berujung
…
Aku terbangun pada kamar yang dingin
Sepi, menyadari itu hanya alam bawah sadar yang menakut-nakuti
Berasal dari kawah bernama masa lalu
Hidupku tanpa ada yang mencoba mengulurkan tangan, membantu
Jurang tanpa dasar, panasnya lika-likuku tidak sekedar membakar
Mulai dari sini, aku ingin berpamitan
Untuk menjadi sosok kakak yang yang menjadi panutan
Biar, biarkan aku tak pernah berharga di mata manusia
Asal aku bisa membuat dua adikku bahagia
Tapi di suatu pagi yang istimewa, aku bertemu dengannya
Mulanya kakiku menapak malu-malu
Karena mendengar suara merdu di balik ruangan berhantu
Akulah penguntit, perempuan yang diam-diam membawa penggamit
Senyumku menikmati alunan nada lembut dari jemari yang saling terkait
Wajahmu seperti malaikat yang menghilangkan rasa sakit
Memulihkan rasa asin, dalam air mataku yang terus mengalir
Melihatmu begini sudah cukup, aku tak berharap untuk mengutuk
Akan hidupku sendiri yang suram, butuh segelas air untuk mendinginkan
Namun, kata-katamu manis serupa gula asupan
Tanganmu yang selalu ingin menjagaku, aku takluk karenamu
Dan begitulah, mendadak hidupku dipenuhi dengan kilau
…
Demi Daniel
Jiwaku tiba-tiba terpanggil
Untuk menjawab ketika kau berkata "I love you"
Dengan kata apa lagi selain "Too"
Lucunya aku tidak berani mengatakannya kepadamu
Maka, kusimpan saja kata itu jauh-jauh di palung hatiku
Kau menarikku dari bayang-bayang
Kau menyisipkan rambutku yang menghalangi pandangan
Kau memberiku pegangan untuk tidak jatuh menuju kepasrahan
Kau memberiku lentera yang kubutuhkan
Kau mengajariku pada eksistensi berjuang
Kau mengajakku pergi dari arus kepahitan
Kau menebarkan pesona yang mendebarkan
Kau memayungiku dari hujan ketakutan
Kau menghangatkanku dari bekunya kegelisahan
Kau menerangi jalanku, menuju istana kebahagiaan
Bersamamu adalah makna yang tidak mampu kudefinisikan
Keberadaanmu seperti wujud yang selama ini kuimpikan
Rayuanmu adalah hal termanis yang pernah kudengar
Kepedulianmu seperti bunga yang menyediakan nektar
Dan kesetiaanmu adalah hadiah terindah yang diberikan Tuhan
…
Demi Daniel
Jiwaku yang dulu rapuh telah terambil
Terganti dengan badan baru seumpama putri mungil
Kau yang ada di sana, jangan ragu menjinjingku bersama
Bawa aku ke dalam pelukan nyata
Atau ciumanmu waktu itu, kuharap bukanlah dusta
Terima kasih, Daniel
Karena hidupku yang suram, aku tak pernah berharap untuk bahagia
Jika adik-adikku bisa hidup dengan layak, itu sudah cukup
Aku tak ingin meminta apa-apa
Namun, hadirmu membuatku tersenyum dan tertawa
Di atas abu-abunya skenario milik penguasa semesta
Aku bersyukur bisa mengecup kata "bahagia"
Dan dirimulah yang membuatku bisa merasakannya
Demi Daniel
Apa saja yang kuimpikan tidak lagi mustahil
Karena Daniel
Aku sudah bebas dari rasa menggigil
Dan untuk Daniel
Aku juga selalu mencintaimu hingga Tuhan kelak memanggil
…
(This poetry is heart voice from Rima Hujan to Daniel Yusman)