Salah satu mahasiswa di universitasnya terlihat sangat normal-bukan. Keperawakannya sangat tampan, tubuhnya terbentuk dengan otot tetapi selalu memilih untuk menutupinya dengan pakaian berlengan panjang yang longgar. Wajahnya sungguh tampan tetapi yang membuatnya menjadi unik adalah netranya. Netranya memiliki warna yang normal tetapi pupilnya-jika kalian lihat baik-baik berbentuk berbeda dengan manusia biasa. Ketika pupil manusia berbentuk bulat miliknya terlihat seperti tombak-panjang jauh dari kata bulat.

Karena sejak awal dia bukanlah manusia-dia hanya menyamar menjadi manusia. Dia adalah-

Dewa ular.

Bagaimana ceritanya aku dapat bertemu dengan dewa ular yang sangat egois dan semua perintahnya mutlak dituruti? Itu sebenarnya bukanlah cerita yang romantis atau bahkan menarik tapi aku akan tetap menceritakannya khusus untuk kalian.

Seharusnya aku memang tak perlu menyayangi hewan. Bahkan jika itu harimau pun andai jika dia terluka akan kuobati. Jika harimau pun kuobati maka bagaimana dengan anak ular yang kebetulan berada di pinggir jalan-berdarah seolah telah tergilas bermacam-macam roda. Saat itu instingku langsung mendekatinya dan membawanya ke rumah-mungkin karena anak ular itu mengetahui bahwa niatanku itu bukan untuk melukainya lebih lanjut dia sama sekali tak memberontak maupun menunjukkan taringnya.

Ah-kebetulan orangtuaku dokter hewan jadi aku mengetahui banyak cara mengobati hewan. Andai kala kalian bingung bagaimana aku mengobatinya.

Kemudian aku mengobatinya dan membawanya tidur bersamaku karena ku berpikir dalam kondisi pemulihan mungkin anak ular itu akan sulit menaikkan suhu tubuhnya ketika pagi datang dan aku tak ingin ia harus memaksakan dirinya untuk naik ke atas tempat tidurnya dalam keadaan seperti itu. Anggap saja aku berlebihan-tapi sepertinya anak ular itu senang sekali dapat berada di sampingku-dalam pandanganku dia seperti tersenyum.

Dan disanalah aku bertemu dengannya.

Kalian pun dapat membayangkan bagaimana rasanya ketika bangun dan menyadari banyak ular di sekitarmu? Kaget? Jangankan kaget-aku bahkan bisa pingsan di tempat jika tak menyadari selanjutnya terdapat seseorang dengan bentuk tubuh yang sama layaknya manusia biasa berada di samping tempat tidurmu. Itu yang sebenarnya membuatku makin terkejut-hendak bangkit tetapi banyaknya ular di kakiku menahanku. Ku melihat netra makhluk itu-merah pekat. Bukan warna netra yang seharusnya dimiliki manusia secara alami dan sepertinya dia pun tak memakai lensa kontak berwarna. Apalagi pupilnya-sama sekali tak manusiawi.

"Ucapan yang kalian ucapkan biasanya adalah 'selamat pagi' bukan? Maka aku akan mengucapkannya juga-" aku dapat melihat taring kecil ketika makhluk itu membuka mulutnya. Sialnya-suaranya terdengar serak dan itu malah membuatnya semakin tampan dari apa yang seharusnya.

"Selamat pagi, pasanganku yang baru."

Dan itulah bagaimana pertemuanku dengan dewa ular.

Alasannya dapat bertemu dengannya adalah karena-menurutnya-aku menyelamatkan salah satu anak buahnya yang merupakan anak ular yang semalam. Dan dia datang hanya untuk sekedar membawanya kembali begitu pula dengan menyatakan rasa terimakasih karena telah mengobati anak buahnya.

"Ya-meksipun dia sebenarnya dapat menyembuhkan dirinya sendiri."

Begitulah perkataannya. Dan di saat sana aku menyadari bahwa diriku telah dibodohi oleh seekor anak ular licik. Ah-tapi sejak kapan ular tak pernah licik? Mereka dilahirkan untuk menjadi licik dan hidup di dalam kelicikan. Oleh karena itu aku pun sadar bahwa apa yang diucapkan oleh makhluk itu mengenai tujuannya itu tak berhenti sampai disana.

"Haha."

Tawa itu hanya dikeluarkan dengan suku kata, diulang dua kali dengan nada yang sama. Itulah bagaimana makhluk itu menyuarakan tawanya. Karena apa ia tertawa? Entahlah, pada saat itu pun aku belum mengetahuinya. Tapi yang aku tahu adalah bagaimana netra ular itu menatapku bagaikan mangsa segar.

"Kau manusia yang cukup pintar juga. Berbahagialah, manusia."

'Manusia'-dia mengatakannya dengan penuh nada ketangguhan, seolah mengatakan jelas bahwa strataku sebagai manusia merupakan hal yang lebih rendah dibandingkan anak buahnya sekalipun. Menggunakan jenis makhluk hidupku sebagai pengganti namaku.

Aku memiliki nama wahai tuan ular dan namaku adalah Kim Taehyung-dengan 'Taehyung' yang sering dijadikan lelucon dengan menggunakan '3434'-meski itu menjadikannya 'TaeTae' bukan Taehyung tapi kalian menangkap maksudku.

"Aku tak akan menjadikanmu santapanku akan tetapi-sebentar lagi adalah waktuku untuk melakukan perkawinan. Dan kebetulan aku menemukanmu jadi aku akan menggunakanmu untuk melakukan 'perkawinan'."

Perkawinan.

Kata yang biasanya digunakan untuk hewan karena mereka hanya melakukannya untuk melanjutkan keturunan. Tak terikat secara emosional-setelah selesai akan langsung meninggalkannya membiarkan sang betina mengurusi anaknya. Tunggu-anak?

"Ah, tenang saja. Kau tak akan hamil bisa kujamin itu. Kecuali kau ingin? Aku bisa mengatur cairanku untuk bisa menghamilimu atau tidak." Ucapnya lagi seolah mengetahui isi pikiranku.

"'Tetapi aku tak memiliki vagina atau sel telur' katamu. Memangnya kau pikir aku manusia? Kau pikir makhluk sepertiku membutuhkan dua hal itu? Selama cairanku masuk ke dalam tubuh manusia aku bisa memilih apa mereka bisa hamil atau tidak."

"'Tapi darimana aku mengeluarkannya?' katamu juga. Itu urusan untuk lain waktu."

Seharusnya aku senang bagaimana pertanyaanku dapat terus dijawab olehnya tapi bagaimana cara menjawabnya itu sangat menyebalkan. Bertindak seolah tahu semuanya.

Dia memang mengetahui semuanya sih.

Tapi tetap saja senyumnya itu-ah-sungguh menyebalkan.

"Jadi pilihlah, manusia-kau memilih untuk menjadi santapanku tanpa menggunakan unsur ambigu atau memilih untuk dibuahi olehku?"

Bagaimanapun aku tak akan memilih keduanya-itulah yang ingin kuucapkan tapi sepertinya segera setelah itu aku akan ditelan bulat-bulat. Mungkin jika aku ditelan bulat-bulat aku akan merasakan kebahagiaan abadi toh aku telah membenci hidupku ini dan selalu menunggu agar Tuhan mengambil nyawaku. Semua ini melelahkan-hidup itu selalu melelahkan tapi aku tak pernah punya keberanian untuk mengakhiri hidupku sendiri.

"Pilihan kedua."

Dan aku harus menyalahkan mengapa bibirku malah mengatakan itu. Ini karena kau jarang sekali benar berkomunikasi dengan orang lain Taehyung makanya kau menjawab dengan jawaban yang salah 'kan? Seperti yang diduganya-seharusnya dia lebih memilih ditelan bulat-bulat. Hidup itu menyebalkan.

Itulah ceritaku dalam pertemuan pertamaku dengan seorang dewa ular tampan dan anak buahnya yang sama-sama menyebalkannya.

The end.

Dan kalian pikir cerita ini hanya akan berhenti sampai sana? Hahaha-tidak mungkin.

Setelah mengeluarkan kata 'dibuahi' tak mungkin akan terhenti sampai disana bukan?

Itu-anggaplah sebuah prolog.

Sebuah awal dari cerita.

Awalan sesuatu.

Flashback.

Sebuah dasar cerita untuk menjelaskan mengapa aku dapat bertemu dengannya. Dan mulai darisini bukanlah aku yang menceritakannya karena jika aku yang menceritakannya sepertinya hanya akan berupa kumpulan kalimat porno dari seorang submisif digoda dengan seksual oleh banyak ular dan lidah panjang dan tipis cocok untuk rimming-ups, mari simpan sampai sana saja.

"H-Hn... Haah...!"

Suara kecipak menggema ke dinding keramik kamar mandi tersebut, diiringi dengan suara erangan pelan-suaranya rendah namun karena mengerangnya itu membuat suaranya naik beberapa oktaf. Uap dari bak mandi ditempati oleh dua orang mengebul membuat keadaan semakin panas dari apa yang seharusnya. Menambah hawa panas kepada dua lidah yang tengah saling berlilitan. Mengapa mereka melakukan itu? Itu tentunya untuk mengalirkan suhu tubuh kepada pemilik mata merah pekat itu. Tubuh manusia akan rusak jika memiliki suhu tubuh yang terlalu tinggi maka disanalah dewa ular itu menurunkan suhu tubuh manusia itu dengan saling berciuman.

"Teruslah mengerang, manusia. Buka terus mulutmu agar aku menghisap suhu tubuhmu."

"Hnghh... K-kook."

Jungkook-itulah nama yang diucapkannya untuk dewa itu ketika menyamar menjadi manusia. Taehyung tak pernah mempercayai apa dia adalah dewa sesungguhnya sampai tiba-tiba saja dunia seolah mengetahui nama Jungkook itu dalam maksud seolah manusia dengan nama itu dan penampilannya telah diakui sejak kelahirannya. Tetapi tetap saja Jungkook memiliki karakteristik seekor ular seperti membutuhkan waktu untuk menyesuaikan suhu tubuhnya di pagi hari sebelum beraktivitas-awalnya dia hanya melakukannya dengan berbaring di samping Taehyung di ranjangnya tetapi itu membutuhkan waktu terlalu lama sehingga dia melakukannya di bak mandi ketika Taehyung mandi.

Tapi dia pun tahu Taehyung tak bisa bertahan dengan suhu terlalu tinggi maka itulah-dua burung dengan satu batu. Jungkook mendapatkan suhu dan erangan, balasan ciuman, tubuh yang dapat disentuhnya. Tapi itu empat hal? Untuk apa dia menghitung dengan benar saat mendapatkan manusia terindah yang pernah didapatkannya?

"P-pusing..." erang Taehyung mengeluh setelah kepalanya mulai terasa pening. Tangannya menggenggam lemah pergelangan tangan Jungkook yang melingkari pinggangnya.

"Sebentar lagi. Berikan aku waktu satu-dua menit lagi." balas Jungkook memperat rangkulannya, "Buka mulutmu terus, manusia..."

Taehyung kembali membuka mulutnya-meski sebenarnya telah terbuka sedari tadi tetapi ia menurunkan kepalanya dan mengambil napas sebanyak-banyaknya menggunakan mulutnya. Lidahnya sengaja ia julurkan-membiarkan Jungkook untuk mengambil inisiatif. Dewa ular itu membelai lidah Taehyung baru menghisapnya-meminum semua saliva yang diproduksi oleh manusia itu. Rasanya bagaikan minuman termanis yang pernah diminumnya, Jungkook bisa ketagihan untuk meminum saliva Taehyung.

Kedua lengan Taehyung melingkari tengkuk Jungkook-menggunakannya agar tak terselip jatuh karena jujur saja, dia bahkan sudah tak dapat merasakan ujung kakinya. Ketika pusing mendominasinya tetapi rongga mulutnya masih merasakan kenikmatan dan rasa geli. Kenikmatan itulah satu-satunya yang membuatnya masih sadar. Jungkook menciuminya semakin kasar dan Taehyung mulai merasa kewalahan untuk membalasnya.

Tetapi dia ingin membalasnya.

Tubuhnya ingin membalasnya.

Lidahnya ingin membalasnya.

Sialan.

Tak pernah dirinya membayangkan berbagi saliva dengan sebuah makhluk dengan karakteristik ular dapat membuatnya kewalahan seperti ini.

Setelah dua menit itu berlalu Jungkook melepaskan tautan lidah mereka, menatap intens netra Taehyung dan perlahan turun untuk menatap bibir bengkaknya, seberapa keras Jungkook menghisap bibir dan lidahnya? Merasakan sebuah simpati dia menggunakan jari telunjuknya untuk membelai bibir bawah Taehyung mengecek apakah terdapat luka dan tidak ditemukan luka satu pun.

Menurut netra dan kulitnya suhu tubuh Taehyung berada dalam rata-rata maka sudah sebaiknya mereka keluar dari bak mandi berisikan air panas ini. Jungkook memangku manusia itu keluar dari kamar mandi-membiarkannya duduk terlebih dahulu di atas kasurnya untuk mengambil oksigen.

Keduanya telanjang memang tetapi Taehyung hanya terfokus dalam menghirup oksigen tak memberikan setitik pun perhatian untuk melihat tubuh telanjang Jungkook.

Inilah bagaimana paginya dimulai akhir-akhir ini-sebelum melanjutkan kegiatannya sebagai mahasiswa dan tentunya,

"Ayo, pakai bajumu. Kita bisa terlambat."

Jungkook pun ikut sebagai mahasiswa dengan jurusan dan kelas yang sama persis. Dan sebagai tambahan andai Jungkook tengah menikmati waktunya sebagai manusia akan ada salah satu anak buahnya berdiam di dalam ransel Taehyung yang selalu ikut setiap hari.

Ular kecil berwarna putih dengan mata merah pekat. Dan melalui kemampuan Jungkook dapat membuat anak buahnya tak terlihat oleh manusia lain selain Taehyung.

"Sepertinya kau mulai terbiasa dengan bagaimana tuanku bertindak, manusia." Ular kecik itu membuka mulutnya dan menggerakkannya sesuai dengan setiap suku kata yang diucapkannya. Suaranya cukup cempreng-tetapi memang setiap anak buah Jungkook memiliki bermacam-macam suara dimulai dari yang rendah sampai yang cempreng sekali.

"Aku masih tak mengerti mengapa dia harus memilihku."

"Itu mudah sekali untuk dijawab, manusia. Manusia yang langsung menerima makhluk seperti kami itu sungguh sangat langka."

Langka ya-padahal Taehyung hanya menerima karena dia berpikir bahwa itu semua adalah mimpi tapi ternyata itu bukan.

"OH! OH! CEMILAN BOLA IKAN!" Ular kecil itu mencicit bahagia menunjuk stand penjual bola ikan dengan ekor kecilnya.

"Kau ingin?" Tanya Taehyung.

"MAU! MAU! BELIKAN UNTUKKU, MANUSIA!" Baru saja ular kecil itu bertindak bagaikan seorang prajurit yang telah dipercaya untuk serius dalam melakukan banyak hal oleh atasannya dan sekarang dia mencicit ingin dibelikan cemilan bola ikan.

Dengan begitu, Taehyung berjalan menuju universitasnya dengan ular putih kecil di pundaknya-meski tak terlihat oleh orang lain-memakan cemilan bola ikan dengan bahagia.

Begitulah kehidupannya sejak bertemu dengan dewa ular.

.

.

To Be Continued