Jungkook kembali ke kantor dengan perasaan yang campur aduk, ia masih memikirkan perkataan taehyung apakah hanya lelucon atau taehyung memang serius ingin menikahinya. Karena terlalu fokus dengan pikirannya jungkook sampai tidak menyadari kehadiran jihoon di sebelahnya.

"Eonni", jihoon mencoba memanggil jungkook tetapi jungkook masih saja asik dengan pemikirannya.

"Eonni", Jihoon kemudian menepuk bahu jungkook "astaga eonni kau kenapa? Aku memanggilmu tetapi kau mengacuhkanku bahkan kau tidak menyadari kehadiranku". Jungkook terkejut karena tepukan di bahunya.

"Astaga kau mengejutkanku hoon"

"Ish eonni kau ini kenapa? Aku memanggilmu berkali kali tapi kau mengacuhkanku"

"Ada yang ingin aku ceritakan padamu, tapi nanti saat pulang kerja. Bagaimana? Kau bisa kan?"

Jihoon mengangguk antusias karena jarang sekali jungkook mau bercerita padanya, ada sedikit rasa penasaran juga apa yang mau di ceritakan oleh jungkook.

.

.

.

Karena kejadian tadi siang jungkook jadi tidak bisa konsentrasi bekerja, ia bahkan kena tegur oleh atasannya karena membuat kesalahan dalam laporan pekerjaannya hari ini. Jihoon heran karena tidak biasanya jungkook menjadi seperti ini.

"Eonni kau baik baik saja?"

Jungkook hanya mengangguk kemudian ia segera merevisi laporan kerjanya. Jihoon tidak berani bertanya lagi ia tidak mau kena omel jungkook.

"Hoon nanti jadi kan? Aku benar benar ingin menceritakan sesuatu padamu"

"Nde. Aku juga sudah memberi kabar pada jinyoung untuk tidak usah menjemputku"

"Apa tidak apa apa?"

Jihoon mengangguk kemudian tersenyum manis pada jungkook. Membuat jungkook ikut tersenyum karena tingkah lucu jihoon. Kemudian keduanya kembali sibuk dengan pekerjaan masing masing, sebisa mungkin jungkook berkonsentrasi atas pekerjaannya agar ia juga bisa cepat pulang.

.

.

.

Saat waktu menunjukan jam pulang kerja jungkook dan jihoon langsung saja meninggalkan kantor dan pergi ke cafe yang tepat berada di depan kantornya.

Mereka memesan cokelat hangat dan cake sebagai teman ngobrol mereka.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan padaku?", jihoon bertanya pada jungkook.

"Entahlah aku bingung memulainya dari mana". Jungkook menghela nafasnya kemudian ia meraih cangkir yang berisikan cokelat hangat untuk ia minum.

Jihoon pun ikut menyesap cokelat hangat miliknya sambil menunggu jungkook bercerita.

"Taehyung..." jungkook memberikan jeda sebentar "dia mengatakan ingin melamarku".

Uhuk..

Jihoon tersedak mendengar ucapan jungkook, ia kemudian menaruh cangkir yang di genggamnya kemudian mengambil tisu untuk mengelap bibirnya.

"See, bahkan kau sampai tersedak", jungkook menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya.

"Ah maaf aku tidak bermaksud, aku hanya terkejut. Tapi apa dia serius eonni?",

"Entahlah hoon, awalnya ku pikir juga bercanda tetapi ia sudah mengatakannya sebanyak 2 atau 3 kali yah entahlah aku lupa". Jungkook benar benar frustasi memikirkan perkataan dan keseriusan taehyung.

"Apa kau akan menerima lamarannya kalau ternyata taehyung oppa benar benar akan melamaru"

"Entahlah aku juga tidak tahu, bahkan tidak pernah terpikirkan olehku dilamar oleh taehyung"

"Eonni, kalau aku boleh jujur sebenarnya banyak sekali hal hal manis yang sudah taehyung oppa lakukan untukmu. Hanya saja kau tidak pernah peka"

Jungkook terkejut sekaligus bingung mendengar perkataan jihoon "maksudmu?", jungkook benar benar dibuat bingung oleh perkataan jihoon. Dia mengingat ingat hal manis apa yang sudah dilakukan taehyung, karena yang ia tahu taehyung ini selalu saja berulah dan membuat jungkook kesal.

"Ish kasihan sekali taehyung oppa kenapa harus menyukai gadis sepertimu yang tidak pernah peka akan pengorbanan dirinya". Jihoon seperti memukul telak jungkook dengan ucapannya. Bisa jihoon lihat wajah terkejut jungkook saat jihoon mengatakan kalau dirinya tidak peka terhadap taehyung.

"Bisa jelaskan padaku?". Jungkook mulai tidak sabar dengan jihoon, dia ingin tahu apa maksud dari ucapan jihoon.

"Setiap eonni memiliki masalah dengan hoseok oppa, eonni pasti akan menghubungi taehyung oppa. Apa pernah taehyung oppa mengabaikanmu? Dia selalu menjadi orang pertama yang akan datang untukmu"

Jungkook jadi teringat bagaimana taehyung selalu ada untuknya ketika hoseok berkali kali menyakiti dirinya. Taehyung akan selalu datang ketika jungkook membutuhkannya walaupun saat itu taehyung merasa lelah karena pekerjaannya.

"Saat eonni ulang tahun, taehyung oppa menyiapkan kejutan ulang tahun untukmu bahkan ia mengumpulkan semua teman teman mu eonni agar kau senang. Tapi apa? Kau pergi dengan hoseok oppa bahkan kau sama sekali tidak mengangkat panggilan masuk dari taehyung oppa. Apa dia marah padamu? Tidak sama sekali dia malah mengkhawatirkanmu kenapa kau sulit dihubungi".

Jungkook juga ingat saat ia pulang kerumah ia melihat dekorasi ulang tahun di ruang tamu rumahnya dan kue ulang tahun yang lilinnya sudah hampir habis, ia juga menemukan taehyung tertidur di sofa ruang tamunya. Dan keesokan harinya mereka baru merayakan ulang tahun jungkook bersama. Bahkan taehyung tidak protes karena pesta kejutannya gagal semalam.

"Dan lagi, saat kemarin kau mengatakan akan pulang dengan hoseok oppa dan ternyata lagi lagi dia mengingkari janjinya. Kau tahu tidak eonni? Aku melihat taehyung oppa menunggumu di persimpangan jalan".

Jungkook termenung, pantas saja saat ia menghubungi taehyung pria itu cepat sekali sampai di kantornya. Ia meremat pakainnya menahan tangis, sungguh kenapa baru sekarang ia menyadari betapa taehyung selalu mengutamakan dirinya dibalik sifat usilnya.

"Dan terakhir, tadi saat aku baru sampai kantor. Taehyung oppa menghubungiku dan menanyakan apakah kau masih menggunakan jas miliknya karena dia khawatir kau akan di goda oleh laki laki mata keranjang. Apa kau pernah berpikir itu sangat manis, kalau dia tidak sayang padamu sudah ku pastikan ia tidak peduli dengan pakaian yang kau kenakan". Jihoon menjeda sebentar ucapannya ia tahu pasti apa yang sedang jungkook rasakan "dan saat kau bertemu hoseok tadi siang, taehyung oppa sudah mengikuti dirimu dari kau pergi meninggalkan kantor. Dia mencintaimu eonni sejak lama tetapi ia menahan perasaannya sendiri karena kau mencintai orang lain". Kemudian jihoon berhenti berucap dan menyeruput cokelat yang sudah tidak hangat lagi.

Jungkook benar benar merasa di tampar kemudian di tenggelamkan di perairan yang sangat dalam. Sebegitu jahatnya kah dirinya kepada taehyung, tanpa ia sadari ia menitikan air matanya.

"Maafkan aku taehyung", lirih jungkook.

"Jangan menangis eonni, untuk kali ini cobalah membuka hatimu untuk taehyung", jihoon menghapus air mata di wajah jungkook kemudian ia memberikan senyum termanisnya untuk jungkook. Membuat jungkook jadi ikut tersenyum karena melihat manisnya senyum jihoon.

"Terima kasih jihoonie", jungkook memberikan pelukan hangat untuk jihoon.

"Huum, apapun untukmu eonni", jihoon membalas pelukan jungkook dengan erat.

Kemudian keduanya tertawa bersama dan melanjutkan obrolan mereka namun dengan pembahasan yang lain.

.

.

.

Jungkook sampai dirumahnya tepat ketika keluarganya sedang makan malam. Karena dia sebelumnya sudah makan dengan jihoon ia tidak ikut makan malam dan langsung menuju kamarnya. Jungkook langsung membersihkan dirinya dan berganti pakaian, kemudian ia keluar kamar dan ikut berkumpul dengan keluarganya karena keluarganya sudah selesai makan malam.

Jungkook ragu untuk memberitahukan keluarganya niat taehyung untuk melamar dirinya di hari sabtu nanti, tapi bagaimanapun ia harus memberitahukan keluarganya terutama orang tuanya.

"Appa.. eomma.. ada yang ingin aku bicarakan", jungkook duduk di sofa lain "dan ini sangat serius".

"Apa?", jawab namjoon yang fokusnya masih tetap pada televisi di hadapannya. Jungkook rasanya ingin menangis karena keluarganya yang sulit sekali di ajak bicara serius.

Sedangkan eommanya seperti biasa sibuk dengan ponselnya karena sibuk men stalking idolanya, BTS.

"Appa.. eomma.. aku benar benar ingin bicara masalah serius. Dengarkan baik baik astaga", jungkook merengek pada orang tuanya. Mau tidak mau namjoon dan jin mengalihkan atensinya ke putri semata wayangnya.

Jungkook yang di tatap kedua orang tuanya jadi gugup sendiri.

"Aku putus dengan hoseok oppa".

"Hanya itu? Astaga eomma kira apa. Eomma sudah duga pasti kau akan minta putus dengannya". Jin kemudian kembali dengan aktivitas menstalking idolanya, namjoon menganggukan kepalanya tanda setuju dengan perkataan istrinya kemudian ia kembali fokus dengan televisi didepannya.

Jungkook memutar bola matanya tanda ia jengkel dengan kelakuan orang tuanya.

"Taehyung mengatakan akan melamarku, ia dan keluarganya akan datang kerumah sabtu ini".

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"MWO?". Bukan hanya namjoon dan jin yang terkejut tetapi dua kakak laki laki jungkook pun ikut terkejut.

"Sudah kuduga reaksi kalian pasti seperti ini, sama denganku saat pertama kali mendengar taehyung ingin melamarku".

"Apa benar taehyung akan melamarmu?". Namjoon kali ini berbicara dengan serius, jungkook menganggukan kepalanya tanda mengiyakan.

"Apa dia tidak akan menyesal karena ingin melamarmu?". kali ini jimin ikut bicara, jungkook yang mendengar ucapan kakaknya melempar bantal kursi tepat ke arah wajah jimin. Jimin kemudian tertawa karena merasa lucu dengan jungkook.

"Entahlah dia serius atau tidak, tunggu saja hari sabtu nanti". Jungkook kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Appa harap dia serius dengan ucapannya. Appa senang kalau pada akhirnya kau menikah dengan taehyung. Dia laki laki yang baik". Jungkook menatap ayahnya, kemudian ia beralih menatap ibunya dan ibunya memberikan senyum terbaiknya kemudian mengangguk menyetujui perkataan ayahnya.

Jungkook akan mencoba membuka hati untuk taehyung, dia tidak mau menyia nyiakan laki laki sebaik taehyung. Hanya saja masih ada keraguan dalam hati jungkook.

.

.

.

Jungkook baru saja akan tidur namun ia dikejutkan oleh getaran pada ponselnya. Ia melihat nama taehyung tertera di layar ponselnya.

"Hmm..."

"Apa kau sudah mau tidur?"

"Menurutmu?". Kesal, itulah yang dirasakan jungkook.

"Hehehe maaf aku hanya ingin mendengar suaramu". Taehyung jujur dengan ucapannya, sebenarnya ia ingin menghubungi jungkook sejak tadi hanyak saja ia masih canggung karena kejadian siang tadi.

"Apa yang kau katakan? Kau sedang demam yah?". Jungkook merasa aneh dengan ucapan taehyung.

"Demam? Tidak, kenapa kau mengira aku demam?".

"Karena bicaramu aneh".

"Hahaha aku tidak demam. Memangnya aku tidak boleh yah menghubungi calon istriku"

"Siapa yang kau maksud dengan calon istri?"

"Kau tentu saja".

Hening...

"Aku mengantuk dan ingin tidur, selamat malam". Kemudian jungkook mematikan sambungan teleponnya. Sebenarnya jungkook menjadi gugup sendiri ketika taehyung mengatakan kalau jungkook adalah calon istrinya.

Drt..

Drt..

Kali ini ada pesan masuk di ponsel jungkook dan ternyata taehyung lah yang mengirimkan pesan pada jungkook. Dengan ragu jungkook membuka pesan tersebut dan dibuat semakin gugup karena isi pesan yang di kirimkan oleh taehyung.

Selamat tidur sayang, semoga kau mimpi indah *

Jungkook mengabaikan pesan dari taehyung dia tidak ingin membalas pesan yang dikirimkan oleh taehyung, kemudian ia menaruh ponselnya di meja dan segera menarik selimut untuk menutupi dirinya kemudian ia berusaha untuk tidur agar ia bisa lupa dengan pesan taehyung tadi.

Dilain tempat, taehyung tersenyum sangat manis karena untuk saat ini ia bebas mendekati jungkook yang baru saja putus dengan kekasihnya.

"Tunggu sabtu nanti, kau akan benar benar menjadi calon istriku dan setelah itu aku akan segera menikahimu". Kemudian taehyung menaruh asal ponselnya di tempat tidur dan dia pun menyusul jungkook untuk menjemput mimpinya.

tbc...