Ketika kau memasuki kehidupanku, dan menyetujui semuanya; maka aturan itu pun dimulai. Terikatkekalselamanya. Akan selalu menaungimu. Tak ada batasan, aku bebas melakukan apa saja; membahagiakan, menyakiti, pun menyiksa, kau harus menerima. Karena, kau hanya mempunyai satu pilihan, yaitu; menikmati.

.

.

.

Tittle :

What Am I To You?

Cast : Jeon Jungkook & Kim Taehyung

[KookV]

Slight : Member BTS & Other

Warning! BxB! BL!

.

.

Selamat Membaca


Ranjang berukuran king size itu berderit, menampakan sosok pemuda manis yang terjaga dari tidurnya. Menyikap selimut lalu menatap kosong pada kemeja hitam longgar membalut tubuh rampingnya. Ia sadar, terlalu mengenali, jika kemeja yang menenggelamkan setengah tubuhnya ini bukanlah miliknya.

Wajah cantiknya terlihat lebih berantakan dari biasanya. Gurat lelah terpatri jelas dalam lingkar bawah mata yang menghitam. Keringat dingin mengucur deras dari pelipis beserta punggungnya. Untuk saat ini Air Conditioner pada suhu terendah pun, tidak bisa menetralkan rasa panas yang tiba-tiba saja memukul telak seluruh raganya. Pikirannya mengawang pada kejadian malam tadi; kembali dijamah tanpa ampun, layaknya jalang murah pinggir jalan.

Ia menghela nafasnya berat. Bergeming saat seseorang mengetuk pintu kamarnya penuh sabar. Sesaat kemudian, daun pintu besar berwarna coklat tua itu terbuka, menampakan seorang pria bertubuh tegap yang memberinya senyum ramah.

Sang pelayan pribadi berjalan menghampiri Kim Taehyung, berdiri menjulang di sisi pemuda bersurai perunggu yang memandang hampa kedatangannya.

"Tuan, saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda mandi." ujarnya, dengan intonasi bicara yang amat sopan. Nampak sangat menjunjung tinggi tata krama.

Taehyung turun dari kasur mewahnya, berdiri dengan kedua kaki telanjang menapak marmer; mengkilat terpapar bias lampu kamar. Berjalan mendekati cermin besar yang menggantung pada tengah kamarnya, lantas dengan santainya ia melepas satu demi satu kancing kemeja yang membalut tubuh indahnya.

"Ia, sudah pergi?" tanya Taehyung, tanpa mengalihkan pandangan. Hanya terfokus pada kegiatannya melucuti fabrik berwarna hitam yang saat ini telah mencapai kancing terakhir.

Mengangguk kaku, sang pelayan berucap tenang, "Tuan besar ada rapat dengan dewan direksi perusahaan, beliau sudah sejak pagi meninggalkan rumah." jawabnya, seraya membimbing Taehyung yang sudah tak berbusana menuju kamar mandi.

Ia tak memberi tanggapan. Patuh ketika sang pelayan, membawa dirinya masuk ke dalam bathtub yang sudah terisi air hangat beraromakan vanilla manis. Membasuh sekujur tubuh mulusnya; telah banyak dihiasi oleh ruam merah juga lebam keunguan.

.

.

.

"Tuan," Taehyung menghentikan kegiatan memotong daging Sirloin yang tersaji di hadapannya lezat. Aroma saus steak kenal menusuk hidung kelewat tajam namun nikmat. Ia berbalik, menatap pelayan pribadinya; tengah berdiri di sampingnya kaku.

"Ya. Bicaralah, Wonho-ssi!" perintahnya kalem.

"Tuan besar, menunggu anda jam delapan malam di Momoyama." Ia berdehem sekilas. "Makan malam di restoran Jepang favorit anda, Tuan." tungkasnya menginformasikan.

Taehyung tersenyum sekilas. Melanjutkan makan siangnya yang sempat ia hentikan sejenak, seraya berucap. "Aku tau," katanya pasti. "Ia akan melakukan ini. Aku kelewat hafal perilakunya."

"Semuanya untukmu, Tuan." Wonho menimpali sopan.

"Maksudmu? Imbalan yang pantas untukku?" Taehyung melontarkan pertanyaan, membuat pelayannya bungkam. "Tak apa Wonho-ssi, aku mengerti." lanjutnya. Tersenyum manis, seakan tidak terusik dengan kemungkinan yang bisa menjeratnya; mati secara perlahan.


Kim Taehyung adalah sosok pemuda berusia delapan belas tahun. Ia memiliki kulit tan menawan; halus bak porselen, wajahnya amat rupawan; manis dan cantik dalam satu kali tatap, mata coklat mudanya benar-benar indah, dan lekuk tubuhnya sangat menghipnotis dari sisi mana pun orang lain melihat.

Saat ini, ia berada disalah satu restoran Jepang terbesar di Korea selatan. Restoran ini amat mewah, peleburan antara gaya tradisional Jepang juga nuansa modern dengan lima lantai. Ornament-ornament unik penuh seni terpasang apik sepanjang mata memandang.

Dari lantai pertama hingga keempat mampu menampung lebih dari seratus delapan puluh pelanggan. Sejumlah kursi dan meja berunsur kayu serta perlengkapan makan bergaya Jepang begitu mendominasi tempat ini. Sedangkan untuk lantai paling atas, hanya mampu menampung tidak lebih dari seratus pelangggan. Berbeda dari lantai satu dan empat, lantai teratas ini menyajikan dekorasi interior istimewa yang akan membawa sensasi pada zaman edo Jepang.

Diracik oleh tangan-tangan emas para chef professional terlatih dan bersertifikat, Momoyama restorant memiliki konsep luxury Japanese dining; menawarkan sajian melahap shabu-shabu dengan daging berkualitas dan saus ponzu yang lezat. Selain itu, sushi dan sashimi diterbangkan langsung dari Tsujuki Makarket, aneka charcoral grilled, aneka udon lezat, serta dessert mewah akan tersaji sempurna di atas meja kayu mengkilat.

Kaki jenjangnya melangkah menuju lift yang tersedia di dalam sudut ruangan bernuansa cerah keemasan. Menekan tombol lima, membawanya pada ruang private yang tak sembarang orang bisa menapakinya; sangat istimewa dan tentu saja lebih mahal.

Taman, jembatan kayu, parasiti kayu, gemericik suara air yang membuat rileks; semuanya benar-benar sempurna. Pemandangan yang tak bisa terlupakan, berada di lantai paling atas, seperti tengah berada di Khayangan atau negeri atas langit. Semuanya begitu menakjubkan.

Taehyung disapa oleh pramusaji berbusana kimono lengkap, menuntunnya menuju sebuah pintu lebar dengan kaca buram berukirkan bunga sakura indah di sampingnya, membukanya dengan amat sopan lalu mempersilahkannya masuk.

Ia berada di dalam ruangan berukuran 3x3meter dengan nuansa Jepang kian kental; jendela minimalis berbentuk bulat, serta meja-meja pendek seperti berada di ruang tamu rumah orang Jepang. Netranya tertuju pada punggung tegap seorang yang tengah membelakanginya. Tubuhnya menghadap pada jendela kayu dengan pemandangan Seoul beserta kerlipan lampu yang terpancar dari gedung-gedung tinggi mempesona juga romantis.

Aroma teppayanki dari panggangan iron plate panas menguar menggugah. Shabu-shabu, sashimi beserta sake dari botol hijau menjulang dengan penutup kayu berbentuk oval tersaji teratur di atas meja berunsur kayu yang hangat.

Taehyung mendatangi tempat mewah itu mengenakan pakaian amat santai; kemeja flanel kotak-kotak berwarna merah tua garis hitam plus jins Levi's hitam beserta Puma putih. Berbanding terbalik dengan pria di hadapannya. Pakaian formal nan mahal masih melekat apik di tubuh atletisnya. Jas hitam pekat. Kemejanya berwarna putih bersih dengan dasi serupa jasnya bergaris abu-abu horizontal.

Pria itu berbalik, manik sekelam langit malamnya langsung memerangkap keberadaan Kim Taehyung. Ia masih bergeming pada posisinya, seperti tak ada niatan untuk melangkah; mendekati pria di hadapannya yang luar biasa memikat.

"Baby." panggilnya. "Selamat malam." lanjutnya, menyapa sopan. Menyuguhkan senyuman kelewat tampan; membuat tubuh Taehyung meremang seketika.

"Kau tidak akan mendekat padaku, Baby?" tanyanya. Menyeringai ketika Kim Taehyung berjalan pelan kearahnya dengan gurat ragu-ragu ketara.

Mendekap pinggang Taehyung erat, ketika ia berada di hadapan Jungkook. "Kenapa? Kau marah, Sayang?" Jungkook berbisik mesra di telinga Taehyung. Tubuh rampingnya membeku, ketika tangan besar Jungkook yang halus turun meremas kedua paha dalamnya intim.

"D-dad"

Ucapannya terpotong. Ketika dengan tiba-tiba Jungkook mencium bibirnya terburu. Lembab dan basah. Menyapu bibir penuh Taehyung dengan mulutnya yang pandai, bergulat dengan lidah kelewat piawai. Membelit serta menggigit lidahnya tanpa ampun. Terlalu rakus ketika ia memperdalam lumatannya, menjilati bagian terdalam, menelusuri langit-langit mulut Taehyung tak lelah.

Netra keduanya terpejam. Tanpa sadar, Taehyung sudah mengalungkan kedua tangannya pada bahu tegap serta leher jenjang milik Jungkook. Terlalu menikmati gelenyar aneh yang seakan menyengat keduanya parah. Syaraf Jungkook buntu, ketika indera pendengarnya menangkap erangan penuh nafsu yang keluar dari celah-celah sempit bibir Kim Taehyung yang membengkak.

Taehyung meremas rambut hitam Jungkook, tak kala ia membutuhkan oksigen untuk bernapas. Tersendak. Begitu Jungkook melepas tautan bibir mereka. Ia mengusap bibir merah Taehyung menggunakan ibu jarinya, menyentuhnya lembut dan memandang Taehyung yang terlihat berantakan dengan sorot memuja.

"Baby, kau cantik. Sangat cantik." bisiknya halus. "Aku sangat menyukai kau yang kacau, berantakan juga tersiksa." menyelusuri rahang Taehyung dengan bibirnya yang tipis juga basah. Tesingkap begitu bibir Jungkook kembali mempertemukan bibirnya, membawanya pada ciuman yang lembut juga menuntut.

Kelembutannya membuai akal Taehyung semakin rusak, ketika lagi Jungkook menyelusupkan lidahnya yang lihai menelusuri mulut Taehyung rakus; mengabsen satu per satu gigi putihnya yang rapi, menggelitik pipi bagian dalam, serta menelusuri langit-langit mulut Taehyung kelewat pelan.

Tangan yang semula menekan tengkuk Teahyung, beralih menuju ke dalam kemeja kebesaran miliknya. Ia memekik tipis tak kala merasakan tangan hangat milik Jungkook menyetuh permukaan kulitnya patuh. Membelai kulit halus itu teramat hati-hati; lalu memutarnya seduktif. Napas Taehyung kian ribut, saat jari-jari panjang Jungkook menekan menuntut tulang rusuk beserta tulang ekornya panas.

"Aku suka tanda ini, Baby." Ia berbisik dengan napasnya yang berat. Menyeret lidahnya menuju ruam merah di leher Taehyung . "Perluku tambah lagi, Sayang? Kau akan terlihat semakin indah." tawarnya lemah. Menggigit kulit itu pelan, membasahinya dengan lidahnya yang terasa semakin panas, kemudian melumatnya kasar.

Taehyung meringis pelan. Kulitnya seakan terkoyak; begitu perih saat gigi-gigi tajam Jungkook menarik kulit lehernya tak peduli. Tiga kancing teratas kemejanya sudah terbuka. Ruam merah serta keunguan semakin banyak menghiasi kulit porselen Taehyung. Ketika jari Jungkook telah menyentuh kancing celananya, saat itu Kim Taehyung menggeleng kuat. Mencoba melepaskan kungkungan Jungkook yang terlampau posesif.

"D-daddy, jangan!" katanya terbata. Membuka matanya perlahan, menatap iris sekelam malam Jungkook yang berkilat tajam.

Rahangnya mengeras. "Katakan sekali lagi, Baby!" perintahnya berbahaya. Meremas surai perunggunya kuat, sehingga ringisan kesakitan tak tertahankan keluar dari celah bibir merahnya.

Taehyung hanya menggeleng pelan; merasakan perih hebat pada kulit kepalanya. Fatal bagi Taehyung, membuat ia tak berani berucap.

PLAK!

Satu tamparan keras bersarang di pipi mulusnya. Meninggalkan luka sobek samar yang terpatri di sudut bibirnya. Ia terhuyung kebelakang, menghantam salah satu sisi jendela kayu yang terbuka.

"Kau tau aturannya, Baby." Ia menghampiri Taehyung. Menarik surainya kian kencang, seakan seluruh rambutnya bisa tercabut paksa karena tarikan telampau kuat. "Di mana pun, kapan pun, jika aku ingin; kau harus siap, Sayang. Tak ada bantahan apa lagi penolakan." peringatnya mutlak.

"M-maaf, Daddy." lirihnya. "Aku tak akan seperti itu, lagi. Maafkan aku." ucapnya penuh penyesalan.

"Aku kecewa." katanya sok sedih. "Sepuluh cambukan aku rasa akan memperbaiki moodku. Bagaimana?" Ia menyeringai, melepaskan tarikan pada surai lembut Taehyung, menggantikannya dengan sentuhan sehalus kupu-kupu.

Tubuh Taehyung menegang. Ia menelan ludahnya takut. Kemudian berujar, "Lakukanlah, Daddy. Apa pun, lakukanlah!" jawabnya meyakinkan.

Jungkook menyeringai senang. "Kau yang terbaik, Baby." Ia mengecup kening Taehyung lamat, "Berbalik untukku, Sayang!" perintahnya halus.

Taehyung tak menunggu dua kali untuk Jungkook mengulang. Ia lekas berbalik, memunggungi Jungkook yang tengah mengawasinya dalam. Kedua telapak tangannya ia letakan di atas pembatas jendela yang terbuka lebar.

Birahi Jungkook semakin terbakar melihat Kim Taehyung dalam posisinya. Membasahi bibirnya sensual, kemudian membuka belt mahalnya dengan perlahan. Suara klik dari belt yang terbuka, membuat napas Taehyung semakin memburu. Tangannya bergetar menahan, sebagian bobot tubuhnya.

Jungkook mensejajarkan tubuhnya, mengecup pucuk kepala Taehyung beraromakan vanilla manis. "Berhitung. Tugasmu cukup berhitung." bisiknya pelan, menjilat cuping telinga Taehyung sekilas. "Kau, mengerti, Baby?"

"Y-ya. Aku mengerti, Daddy." ucap Taehyung lirih. Suaranya kian purau. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya yang indah. Beberapa kali tubuhnya mengejang, mendapat sentuhan penuh afeksi berbahaya dari Jungkook.

"Pintar!"

Belt berwarna hitam mengkilat itu sudah berada di salah satu tangannya. Menjuntai; terlihat lembut namun sangat kokoh.

"Kita mulai, Baby!"

Jungkook bersiap mengayunkan beltnya ke atas bongkahan pantat Taehyung yang menungging menggoda. Ia menyeringai tak henti. Pemandangan teramat indah tersaji di hadapannya saat ini. Jungkook tak akan menyia-nyiakannya. Sebelum beltnya dapat menyentuh permukaan kulit Taehyung yang hanya terlapisi oleh kain tak terlalu tebal, ia mendengar ketukan di pintu. Mencoba mengabaikan, tetapi ketukan itu tak kunjung usai.

"Shit!" umpatnya kesal.

Ia merapikan pakaiannya sedikit acak-acakan, kemudian melempar pandangan mencekam ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Bajingan mana, yang berani menginterupsi kesenangannya? Ia meradang.

"Bereskan pakaianmu, dan tunggu di sini." desisnya, menyiratkan kemarahan tertahan.

Taehyung mengangguk kaku. Jungkook meninggalkannya, ia berjalan menuju pintu geser lebar berwarna hijau tua. Persekon kemudian, Taehyung dapat melihat seorang wanita cantik berambut coklat panjang, berjalan anggun menghampirinya. Rambut coklat bergelombangnya ia biarkan tergerai indah. Dress berwarna Peach di atas lutut dengan belahan dada rendah, sangat serasi terpasang di tubuh kecilnya yang ideal. Bibirnya yang tipis itu terpoles dengan liptint dengan wangi strawberry segar.

Di belakang wanita itu, ada Jungkook berjalan angkuh dengan rahang yang semakin mengeras. Tatapan matanya menajam; kilatan emosi masih terpancar jelas dari gurat wajahnya yang rupawan.

"Woah, ini 'kah, Taehyungie, itu?" ucap wanita itu riang. Suara wanita itu lembut juga menenangkan. Ia mendudukan tubuhnya di hadapan Taehyung. Jarak mereka hanya terpisah oleh meja mahoni berukuran sedang.

Taehyung tak menjawab. Ia tak tau harus menjawab atau bersikap seperti apa. Ia benar-benar tak mengenal sosok wanita yang tengah tersenyum amat manis di hadapannya.

"Jungkook-ah. Sepertinya kau belum mengatakan apa-apa pada Taehyungie." merenggut, wanita itu menatap Jungkook kesal.

Jungkook berdiri di depan jendela kayu, menyalakan nikotinnya yang tersimpan di saku jasnya tenang. Lalu melirik si wanita melalui sudut matanya."Aku belum sempat." jawabnya tanpa minat, seraya menghembuskan asap nikotinnya nikmat.

"Kau!" wanita itu menujuk Jungkook dengan jemari lentiknya. Mendengus sebal, ketika Jungkook tak memberinya tanggapan masuk akal. Ia kembali memfokuskan tatapannya pada Taehyung. Senyum cerahnya tak pernah hilang, selalu terpatri dari sudut bibir wanita itu. Sangat cantik.

"Taehyungie." sapanya. "Perkenalkan, aku Lee Jieun." Ia menjeda. "Calon istri dari Kim Jungkook, Daddy-mu."

Seketika belati tak kasat mata itu menghujam hatinya telak. Menusuk dadanya brutal. Sehingga pening juga sakit tak tertahanlah yang ia rasa. Tubuhnya bergetar. Napasnya naik turun. Semuanya buram dalam satu waktu teramat singkat. Karena, pada hakikatnya hanya melalui sebaris kalimat sajalah; Kim Taehyung dapat terluka begitu nyata.


Bersambung


Hm, gimana ya?

Aku bingung mau nulis apa.

Intinya, kalau engga ada tertarik sama cerita aku, bakalan aku delete, sih.

Jadi, selesai baca mohon tinggalkan Review kalian, yew!