NARUTO BELONG GUS KISHI

JUST WANT YOU

OOC,ABAL,ANEH,GAK NYAMBUNG,GAJE,TYPO .

"Aku mencintaimu, Hinata!" entah keberuntungan Naruto atau Naruto memang sudah mengatur semuanya. Dia mengatakan perasaannya tepat berbarenagan dengan kembang api yang mulai menyala.

DUARRR... DUARRR

Naruto terus memandang dalam Hinata yang hanya diam menatapnya.

"Hinata"

SREK

Hinata tiba-tiba berdiri.

"Ini sudah malam!. Ini waktunya pulang, kita sudah melihat kembang apinya!" Hinata berlalu pergi dengan membiarkan Naruto yang masih diam ditempatnya.

"Ditolak, ya!"

.

.

.

Suara musik mengalun merdu diaula sekolah. Terlihat begitu banyak orang yang menikmati pesta yang disuguhkan disana. Sebagian memilih untuk berdansa dengan pasangan mereka masing-masing.

"Kau menunggunya!" ucap Sasuke yang berhasil mengagetkan Sakura yang tengah melamun sambil berdiri bersandar dimeja mini bar yang disediakan disana.

"Dia tidak akan datang!" ucap Sasuke sambil meminum jusnya.

"Kemana mereka?"

"Apa kau akan menyusul mereka, jika aku memberitahumu!"

"Tidak!"

"Bagus!" Sasuke meletakkan gelasnya dan pergi dari sana untuk menuju kesalah satu sofa yang disediakan ditempat itu.

"Sasuke!"

Sasuke berbalik saat mendengar Sakura memanggilnya.

"Mau berdansa denganku?" Sasuke nampak berpikir sejenak.

"Bukan ide yang buruk!" Sasuke mengganti arah tujuannya menuju kelantai dansa dan diikuti dengan Sakura yang berjalan dibelakangnya.

Sakura memeluk tubuh Sasuke begitu erat, dia tidak peduli jika Sasuke akan marah padanya. Dia hanya butuh sandaran untuk menguatkan hatinya saat ini. Jika ada Ino, pasti dia akan memeluk gadis itu, tapi sayang, sahabatnya itu memilih untuk sekolah fashion diparis dan meninggalkannya sejak lulur dari sekolah menengah pertamanya. Dia tidak memiliki teman yang seakrab dengan Ino.

Teman seSMPnya yang bersekolah sama dengannya saat ini yang cukup akrab dengannya hanya Naruto dan Sasuke, selebihnya dia tidak menyukai mereka. Yang dia tau Sasuke tidak pernah dekat dengan gadis manapun, jadi tidak akan masalah jika dia melakukan ini pada Sasuke. dan juga sepertinya Sasuke juga terlihat tidak risih dengan perlakuannya ini. jadi Sakura semakin menyamankan sandaran kepalanya dibahu lebar Sasuke.

Sasuke hanya memasang wajah biasanya dengan perlakuan Sakura. Dia mengerti perasaan Sakura, jadi dia akan sementara waktu meminjamkan bahunya untuk Sakura jadikan sebagai sandaran. Dan lagipula sepertinya dia juga sedang membutuhkan sebuah pelukan. Sasuke menepuk pelan punggung Sakura dengan tetap menggerakan tubuhnya untuk berdansa.

.

.

CKLEK

Hinata membuka kamar Ibunya dan langsung berjalan menuju Ibunya yang sudah tidur diranjang kamar itu. Hinata naik keranjang itu dan memeluk Ibunya dari belakang tanpa mengganti pakainya, dia hanya melepas Obi dan menyisakan pita sebesar tiga jari yang dia lilitkan untuk mempertahankan yukatanya agar tidak tersingkap. Dia tidak bisa memakai yukata tanpa pita itu.

"Kau sudah pulang!" ucap Hanami dengan suara serak khas orang bangun tidur. Dia sedikit terkejut saat merasakan orang yang dia kenali sebagai anaknya dari baunya tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"..."

"Ibu kira kau akan menginap dengan, Nak Naruto!"

"Apa Ibu suka jika anak Ibu menginap dengan seorang pria!" ucap Hinata yang masih menyembunyikan kepalanya dibalik punggung Ibunya.

"Nak Naruto anak yang baik, dia tidak akan berbuat hal aneh, Ibu percaya padanya!"

"..."

"Kau tidak mengganti bajumu?"

"Ibu!"

"Hm?" Hanami menaikan alisnya saat Hinata tidak menjawab pertanyaanya dan malah memanggilnya.

"Apa cinta yang datang saat masa remaja, akan bertahan sampai akhir?" Hanami tersenyum dibalik punggungnya. Dia mengusap lengan Hinata yang memeluk tubunya. Dia mengerti.

"Ibu tidak tau!" Hanami dapat merasakan pelukan Hinata yang mengerat.

"Kau tau, Ibu jatuh cinta pada ayahmu sejak Ibu masih berada diSMP!"

"He!" Hinata baru tau tentang itu. Hanami membalikkan tubuhnya untuk melihat anaknya.

"Ibu tidak tau, apa ini akan bertahan sampai akhir, karena Ibu masih berada disini, dengan perasaan yang sama, dan selalu berharap untuk selalu tetap setia mencintai Ayahmu sampai akhir! Ibu hanya menginginkan Ayahmu!"

"Kau tau, Hinata! kita sendirilah yang akan menentukan cinta itu akan bertahan sampai akhir atau tidak!"

"..."

"Apa kau takut cinta Nak Naruto hanya bertahan sementara?" Hinata tersentak dengan wajahnya yang mulai bersemu merah.

"Ibu tau tentang cinta Naruto-kun?"

"Kau kira Ibumu ini bodoh! Semua terlihat sangat jelas! Kau saja yang bodoh!"

"Bukan cinta Naruto-kun yang aku khawatirkan, tapi cintaku yang aku khawatirkan!"

"Kau tidak mencintainya?"

"A-aku m-menci_ aku takut jika aku akan menyakitinya nanti!"

"Kau tidak perlu memikirkan hal-hal yang belum pasti terjadi. Kau harus percaya pada dirimu dan aku yakin Nak Naruto akan berusaha mengerti nanti. Kalian hanya perlu percaya satu sama lain dan tidak menyembunyikan apapun diantara kalian. Ibu yakin jika kalian melakukan semua itu, hubungan kalian akan berjalan dengan baik!"

"Tapi, aku tetap merasa tidak pantas untuknya!"

"Kenapa?"

"Cintaku tidak sebesar orang itu memberikan cintanya pada Naruto-kun!" Hanami mengerti dengan maksud perkataan anaknya itu.

"Jika yang itu, Ibu juga tidak tau!"

"Yang Ibu tau hanya rasa suka itu, tidak bisa untuk diuangkan!"

Hinata kembali memeluk erat tubuh Ibunya.

"Ibu tau perasaanku, kan!"

"Ibu tau!"

"Jadi jangan pernah memaksaku untuk menikah dengan orang selain Naruto-kun!" Hanami tersenyum dan mengeratkan pemelukannya pada Hinata.

"Anakku sudah besar!"

.

.

"Aku pulang!"

"Selamat datang Sasuke!" Mikoto langsung menghampiri anaknya yang sedang melepas sepatu pantopelnya.

Sasuke pulang setelah Sakura memilih untuk mengakhiri acara berdansa mereka. Dia merasa bosan disana, jadi dia memilih untuk pulang lebih cepat.

"Naruto ada dikamarmu!" Sasuke mendongak sambil mengeryitkan dahinya untuk melihat Ibunya.

"Dia memakai yukata, apa dia tidak datang kepesta penutupan disekolah?"

"Dia pergi kefestival Hanabi diluar kota!" Sasuke segera berjalan menuju kekamarnya. Dia melirik jam yang berada diruang tamu saat dia melewati ruangan itu.

"Jam 10.07" gumam Sasuke. dia tidak salah menghitung jam. Tapi ini waktu yang terlalu cepat.

Saat Sasuke membuka kamarnya, dia mendapati suasa kamarnya yang masih gelap. Dia mencari saklar kamarnya dan saat kamarnya berubah terang, dia langsung mendapati Naruto yang sedang tidur dikasurnya dengan posisi memunggunginya.

"Apa kau sekalian meresmikan hubunganmu dengannya disana dan sekarang kau mau memamerkannya padaku! Heh!" Sasuke melipat tangannya didepan dadanya dan tersenyum mengejek kearah Naruto tapi senyumnya langsung tergantikan dengan raut bingung saat melihat wajah Naruto yang kusut saat Naruto sudah membalikan tubuhnya kearah dirinya.

"Kau mencoba berakting!" Naruto bangun dari tidurnya dan duduk ditepi ranjang Sasuke. dia langsung menuju kemari setelah mengantar Hinata pulang kerumahnya.

"Aku ditolak!" Sasuke semakin mengeryitkan dahinya.

"Maksudmu?" Naruto berdiri. Dia mengangkat salah satu tangannya dan meletakkannya dibahu Sasuke.

"Bahagiakan dia! Jangan sampai membuatnya menangis!"

"Apa yang kau katakan?"

"Kau tidak perlu menyembunyikannya! Aku tau bagaimana perasaanmu pada Hinata!" Sasuke membelalakan matanya.

"K-kau tau!"

"Kita sudah berteman sejak kita masih kecil bahkan mungkin kita sudah berteman sejak kita masih berada didalam perut Ibu kita, jadi percuma kau menyembunyikannya dariku!" Sasuke menundukan kepalanya.

"Aku tau, kau sangat ingin memukulku dulu saat aku menyakiti Hinata, kan! Kau bisa melakukannya sekarang, aku tidak akan melawan ataupun membalasmu, tapi kau harus berjanji untuk selalu menjaganya!"

Sasuke menepis pelan tangan Naruto yang masih bertengger dibahunya dan berjalan menuju kearah tape recorder yang berada dimeja tidak jauh dari mereka. Dia memainkan musik Rock kesukaannya, dia tidak peduli jika orang rumah akan memarahinya, dia sering melakukan ini bahkan ditengah malam.

Naruto mengeryit tidak mengerti saat melihat tingkah Sasuke dan tak lama berselang dia kembali merasakan kasur empuk Sasuke tapi sekarang ditambah dia yang merasakan bibirnya yang terasa seperti robek.

BUGH

Sasuke menarik kerah yukata Naruto dan kembali memukulnya.

BUGH

Sasuke kembali menarik kerah yukata Naruto.

"Ini untukmu karena telah menyakiti Hinata!"

BUGH

Sasuke kembali menarik kerah yukata Naruto untuk membuat Naruto kembali bangung lagi.

"Ini untukmu yang selalu diam!"

BUGH

Kali ini Sasuke tidak melepaskan kerah yukata Naruto.

"Dan ini... untuk kebodohanmu!"

BUGH

Sasuke mendorong kasar tubuh lemas Naruto kekasurnya. Dia menghela napasnya sambil mengibaskan tangannya yang dia gunakan untuk memukul Naruto dan menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jaringnya.

Sasuke membuka jasnya dan melemparnya sembarangan. Berjalan menuju ketape recordingnya sambil melepas dasinya lalu membuka beberapa kancing dan menggulung lengan kemejanya. Sasuke mematikan tape recordingnya lalu menarik kursi belajar yang tidak jauh darinya dan mendudukan dirinya disana.

Sasuke tersenyum miris. Dia tau tentang Naruto dengan harus Naruto yang mengatakannya terlebih dulu, sedangkan Naruto... dia tau tentang dirinya tanpa perlu dia mengatakannya terlebih dulu. Teman macam apa dia.

Aaa... jadi begitu, sekarang dia tau, kenapa Naruto mengatakan jika dia akan pasrah dengan cintanya, karena Naruto tau tentang perasaannya pada Hinata. Dia pasti merasa telah mengkhianati dirinya. Bukan dirinya yang mengalah tapi Narutolah yang mengalah. Sialan. Naruto benar-benar membuatnya terlihat sangat buruk.

"Apa yang dia katakan padamu?" kali ini dia akan mengatakan semuanya tanpa menahannya seperi dulu. Kali ini harus dialah yang terlihat seperti sahabat yang sangat baik dan kali ini dia harus membuat Naruto seperti sahabat yang buruk.

"..." Naruto diam.

"Aku bicara padamu, Bodoh!" ucap Sasuke sambil melempar remot tv kearah Naruto saat Naruto tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Dia mengatakan itu" Sasuke mengeryit dan Aaa...

Sasuke mendengus.

"Dia hanya diam dan kau jadi seperti ini!" sekarang dia ragu Naruto bisa tetap bahagia hanya dengan melihat Hinata bahagia karena orang lain. Dia memang ahlinya dalam hal berucap dan mengucap. Sasuke mengeluarkan seringai mengejeknya.

"Jaga dia!"

"Aku tidak mau!"

"Aku akan menghajarmu!"

"Untuk apa menjaga seseorang yang tidak mencintaiku!"

"Buat dia jatuh cinta padamu!"

"Aku tidak bisa!"

"Menyerah sebelum mencoba, itu bukan gayamu!"

"Hatinya sudah dia serahkan pada orang lain!"

"Siapa?!"

"Kau!"

"Apa!"

"Dia mengatakan dia tidak bisa mencintai orang lain selain dengan dirimu!" Naruto mengeryit tidak mengerti dengan maksud Sasuke.

"Aku tidak mengerti!" ucap Naruto sambil melirik Sasuke.

"Hah~ kau benar-benar sangat bodoh!"

"Katakan sekali lagi!"

"Kau bodoh!"

"Sebelum Itu!"

"Dia tidak bisa mencintai orang lain selain dengan dirimu, sekarang kau dengar!" ucap Sasuke dengan sedikit menaikan volume suaranya.

Naruto yang mendengarnya langsung mendudukkan dirinya dengan bersila dan menatap Sasuke tidak percaya. Mengabaikan wajahnya yang terasa begitu nyeri.

"Mungkin dia meragukan cintamu!"

"Kau tau dari mana?"

"Aku memancingnya untuk bicara mengenai perasaannya!"

"Kapan?"

"Sebelum dia menyengukmu diUKS, saat kakimu terluka!" Naruto menundukan kepalanya.

"Dia hanya diam, bukan?" Naruto menganggukan kepalanya pelan.

"Ada tiga kemungkinan kenapa dia hanya diam!"

"Apa itu?" ujar Naruto yang langsung mendongakkan kepalanya.

"Pertama dia merasa tak enak dengan Sakura, kedua dia meragukan cintamu dan yang ketiga... dia takut kau tidak akan bahagia bersamanya!"

"Yang ketiga itu sangat tidak masuk akal! Tentu aku akan bahagia bersamanya, sangat bahagia malahan!"

"Hah~ kau kira Hinata seperti gadis lainnya, yang berpikiran pendek dan tidak memikirkan konsekuensinya dimasa yang akan datang. Hanya memikirkan egonya. Hanya memikirkan tentang kesenangan yang terjadi sekarang dan mengesampingkan sesuatu yang akan terjadi nanti! Aku tau Hinata tidak seperti itu! terlihat dari caranya yang mengungkapkan perasaannya waktu itu! Lagipula dia belum tau tentang keinginanmu, kan!" Naruto hanya bisa diam sambil terus mendengarkan perkataan Sasuke.

"Tapi aku tidak tau, jika dia hanya pintar berucap sepertimu!" lanjut Sasuke.

"..."

"Kau tau! Aku sudah menyerah dengan perasaanku! Perasaanku tidak akan pernah sampai padanya, berbeda dengan perasaanmu padanya!"

"Hanya kau yang bisa menjaganya!" Sasuke mulai berdiri dan menghampiri Naruto.

"Bahagia saat melihat orang yang kita cintai bahagia, ku rasa itu lebih cocok untukku!" ucap Sasuke sambil menepuk pundak Naruto dan tersenyum pada sahabatnya itu.

Sasuke menjatuhkan dirinya diranjang tempat tidurnya dan memandang langit-langit kamarnya. Dia berbaring disamping Naruto yang masih setia duduk bersila diranjangnya.

"Kau tidak perlu merasa telah mengkhianatiku! Aku baik-baik saja! Aku akan lebih merasa terkhianati jika kau meninggalkan Hinata! kau seperti tidak menghargai usahaku!" ujar Sasuke lalu memukul pelan punggung Naruto.

"Terima kasih, Sasuke!" Naruto menolehkan kepalanya mengarah keSasuke sambil tersenyum padanya.

"Jangan memandangku seperti itu. itu menjijikan!" ucap Sasuke sambil memalingkan wajah Naruto untuk mengarah ketempat lain menggunakan kakinya yang masih terbalut oleh kaus kaki.

"Singkirkan kakimu dari wajahku!" ucap Naruto sambil menepis kasar kaki Sasuke.

Sasuke meyeringai dan kembali mengarahkan kakinya kearah wajah Naruto. Naruto yang tidak terima langsung turun dari janjang Sasuke dan menggeret kaki Sasuke.

Sasuke yang merasa dia dalam keadaan yang bahaya, dia langsung meraih bantar disampingnya dan melemparkannya tepat mengenai wajah Naruto.

"Kau!"

Naruto menjatuhkan kaki Sasuke dan mengambil bantal yang mengenai wajahnya tadi dan melemparkannya balik kearah Sasuke dengan keras. Dan terjadilah perang bantal setelah itu.

Mereka berdua berbaring bersebelahan dengan napas yang tidak teratur dan senyum yang tidak lepas dari wajah mereka.

"Jika aku tidak bisa mendapatkannya, mungkin aku bisa mendapatkan anaknya!" Naruto langsung menoleh cepat kearah Sasuke dan dibalas dengan tatapan santai dari Sasuke.

"Aku tidak akan menyerahkan anak gadisku pada paman-paman tua sepertimu!" Sasuke mendengus geli.

"Bagaimana jika anak gadismu yang mau denganku!"

"Apa kau sanggup menunggunya sampai berumur!"

"Jika dia mau tentu saja aku akan sanggup menunggunya!"

"Tapi aku rasa sebelum aku mempunyai anak, kau mungkin sudah mendapatkan gadis lain!"

"Ya... mungkin aku akan dijodohkan oleh orang tuaku! Mereka pasti tidak ingin anaknya menjadi perjaka tua!"

"Hahaha..."

.

.

.

Sudah dua minggu Hinata tidak menghubungi Naruto begitu pula sebaliknya. Dia tidak enak dengan Naruto. Naruto pasti salah paham dengannya, tapi dia melakukan itu juga karena masih bingung dengan apa yang harus dia katakan pada Naruto.

Menolak, maka Naruto akan sedih. Menerima, maka Sakura akan tersakiti. Dia berada dalam keadaan sulit. Hati nurani atau egonya yang harus dia pilih. Dia dilema.

Masih tiga hari lagi Ayah dan Adiknya akan pulang. Dia membutuhkan Adiknya saat ini untuk menghilangkan stressnya, meskipun hanya sedikit.

Setelah kejadian itu, waktu Hinata berada kasurnya semakin banyak dengan dia yang terus tidur sambil terus memeluk boneka rubahnya. Dia akan bangun kesiangan setiap hari, padahal sebelumnya dia akan bangun kesiangan hanya beberapa hari itupun hanya diminggu pertama masa liburannya. Sekarang sudah minggu kedua. Pukul sudah menunjukan jam 10.00 tapi tidak ada tanda-tanda Hinata yang berniat untuk bangun dari tidurnya.

Saat Hanami membuka pintu kamar anaknya, dia hanya bisa menghela napasnya. Dia berjalan kearah pintu kaca yang menghubungkan kebalkon kamar anaknya untuk menyingkap gorden yang menutupi pintu itu agar ruangan ini terasa lebih Hidup.

Tapi saat dia menyingkap gorden itu, Hanami kembali menutupnya dan berjalan kearah anaknya yang sedang tidur miring diranjangnya sambil memeluk boneka kesayangannya.

"Bersihkan balkonmu!" ucap Hanami sambil menepuk bokong anaknya dan segera pergi dari sana.

Hinata menghela napas lelahnya dan bangun dari tidurnya dengan malas. Dia berjalan dengan gontai kearah pintu itu. menutup matanya saat dia menyingkap gordennya, berniat untuk menyesuaikan cahaya matahari yang terasa menyilaukan yang akan jatuh keretina matanya. Saat dia merasa matanya sudah siap mendapat sinar matahari, dia mulai membuka matanya.

Kepada Yts.

Hyuuga Hinata

Di tempat.

Hinata hanya bisa terus membelalakan matanya dengan apa yang terlihat didepannya. Kertas, begitu banyak kertas yang tertempel dikaca pintunya dan terdapat tulisan yang memenuhi semua kertas yang tertempel disana.

Aku pernah membaca sebuah artikel yang membicarakan soal perilaku seorang wanita, saat kata emosi menguasai seorang wanita, wanita itu tidak akan mau mendengarkan penjelasan dari seseorang untuk dirinya, sebesar apapun seseorang itu berusaha menjelaskannya pada wanitu itu.

Jadi dengan datangnya kertas-kertas yang tertempel dipintumu, aku menulis semua ini, agar kau tidak perlu mendengarkan penjelasan dariku, tapi aku sungguh mohon padamu untuk meluangkan waktumu untuk membaca setiap untaian bait yang tertempel pada kertas-kertas yang aku tempelkan pada pintumu ini.

Hinata langsung berlari untuk keluar dari kamarnya. Hanami yang sedang berada didapur langsung tersenyum saat melihat Anaknya berlari menuju keluar rumah.

Hinata...

Sekarang Hinata tau apa yang harus dia lakukan dan katakan pada Naruto.

Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu

Hinata membuka gerbang rumahnya dan langsung berlari kearah garasi untuk mengambil sepedahnya.

Percayalah kita akan bahagia. Bersama, berdua saling mempercayai dan terbuka satu sama lain.

Hinata mengayuh pedal sepedahnya menjauh dari rumahnya, tidak peduli dengan dirinya yang masih memakai piyamanya.

Aku jatuh cinta padamu saat aku melihatmu berjalan sendirian menuju kesekolahan kita. Saat penerimaan siswa baru ditahun kita. Karenamu aku terkena virus yang bernama terjerat pada pandangan pertama.

Kau mengubah tatanan kehidupanku.

Hinata terus mengayuh sepedahnya tanpa peduli penampilannya yang semakin berantakan.

Aku tidak tau tentang arti sebuah bunga.

Tapi Hinata...

Jika bunga ini melambangakan sebuah kedukaan, aku berduka saat kau hanya diam saat aku menyatakan cintaku padamu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah kebencian, aku benci pada diriku yang pernah menyakiti cintaku.

Jika bunga ini melambangakan sebuah kebohongan, aku berbohong saat aku mengatakan aku membencimu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah kesetiaan, cintaku akan selalu setia aku persembahkan padamu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah keputus asaan, aku putus asa untuk membuang rasa cinta ini.

Jika bunga ini melambangakan sebuah kekaguman, aku akan selalu kagum padamu yang telah membuatku jatuh cinta dengan begitu mudah padamu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah kebahagiaan, aku merasa sangat bahagia bisa mencintaimu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah keindahan, kau membuat cinta ini terlihat begitu indah.

Jika bunga ini melambangakan sebuah pertemanan, aku ingin menjadi teman hidupmu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah keharmonisan, aku ingin menciptakan sebuah keluarga harmonis dengan cinta ini bersamamu, hanya denganmu.

Jika bunga ini melambangakan sebuah kekecewaan, kali ini aku akan merasa kecewa jika kau menolak cintaku.

Jika bunga ini melambangakan sebuah rasa cinta, selamanya, aku memilih untuk mencintaimu.

Saat Hinata merasakan keringat menetes didahinya tiba-tiba dia teringat dengan satu baris bunga anggrek bulan yang memiliki semburan warna ungu ditengahnya yang juga tertempel diantara kertas-kertas yang tertempel dipintu kaca balkonnya.

Aku jatuh cinta padamu karena kesederhanaanmu, kebaikan hatimu

Terdengar munafik, bukan

Aku jatuh cinta padamu karena kecantikanmu

Bukankah terdengar lebih logis

Tapi bukan karena semua hal itu yang membuatku jatuh cinta padamu

Aku jatuh cinta padamu, karena aku percaya, hanya kaulah wanita yang bisa aku cintai didunia ini

Hinata harus mengayuh dengan tenaga ekstra saat melewati sebuah jalan menanjak yang dia lewati, dia juga tidak peduli dengan kakinya yang sudah terasa sakit saat ini.

Setiap tulang yang tersambung dalam tubuhku

Setiap daging yang membungkus badanku

Setiap otot yang menjalar dalam organku

Setiap saraf yang tersusun dalam diriku

Setiap darah yang mengalir terpompa dari jantungku

Setiap oksigen yang masuk tertarik oleh paru-paruku

Setiap karbondioksida yang berhembus keluar dari hidungku

Setiap detak jantung yang berdetak dalam dadaku

Hanya cintaku padamulah yang aku rasakan

Tempat tujuan Hinata sudah berada didepan mata.

Apa aku terdengar puitis?

Tapi ini bukan puisi untukmu, ini adalah curahan dari hatiku yang paling dalam untukmu.

BRAK... KLINTING... SERRR

Hinata langung meloncat dari sepedahnya saat dia sudah sampai ditempat tujuannya. tidak peduli dengan sepedahnya yang akan rusak nanti.

Kau pasti berpikir aku sedang merayumu, bukan

Tapi ini memanglah sebuah rayuan untukmu, agar kau mau bersamaku

Selamanya.

Gerbang rumah Naruto masih tertutup. Tidak ada pilihan lain selain memanjatnya.

Aku tau tentang perasaanmu

Tapi aku tidak tau dengan apa yang akan terjadi pada kita nanti

Sebelum semuanya terlambat dan kita akan menyesali semuanya

Jadi aku ingin, ayo kita berusaha dan kita ingat bersama hari dimana kita saling jatuh cinta satu sama lain untuk mempertahankan cinta ini

Percayakan cintamu padaku, Hinata

Hinata sudah berada dihalaman rumah Naruto. Jika dia masuk kesana, Ibu Naruto pasti akan bertanya hal yang aneh-aneh dan dia mungkin akan lupa dengan tujuannya.

Akhir kata yang bisa aku tulis dikertas-kertas ini untukmu

Aku mencintaimu

Hyuuga Hinata

Hinata berlari kearah sisilain rumah itu. dia berhenti saat dia melihat pintu kaca ruangan yang sangat dia kenal yang berada didepan atasnya. Saat dia sudah berhenti dia tidak sengaja melihat pohon momiji yang tingginya masih sekitar tiga meteran yang tidak jauh darinya. Apa itu pohon yang pernah dia bicarakan dulu.

Ps. Serahkan nama belakangmu padaku dan aku berjanji akan menjaganya dengan baik.

"Naruto-kun!" teriak Hinata.

"NARUTO-KUN~"

Semalaman Naruto tidak bisa tidur. Bahkan setelah dia menempelkan semua kertas-kertas itu dijendela dan pintu balkon Hinata, dia juga tetap tidak bisa tidur. Dia menganggap dia akan bisa tidur setelah menempelkan semua itu, ternyata tidak. jantungnya malah semakin berdetak tidak karuan yang membuatnya harus begadang semalaman.

Dan kenapa Naruto baru menempelakan kertas-kertas itu yang berisi isi hatinya itu di pintu kaca balkon Hinata, jawabannya, dia ingin terlihat baik dimata Hinata, luka yang disebabkan oleh Sasuke harus sembuh terlebih dulu, dia tidak ingin Hinata merasa khawatir dengan kondisinya. Dia baik-baik, asal Hinata berada disisinya.

"NARUTO-KUN~"

Naruto yang sedang tiduran dengan memeluk boneka penguinnya, tiba-tiba mendengar suara yang begitu familiar tengah memanggilnya.

"Begadang, membuatku berhalusinasi!"

"NARUTO-KUN~"

"Aku benar-benar sudah gila!"

"NARUTO-KUN~"

Naruto mengeryitkan dahinya saat dia merasa suara yang tengah memanggilnya itu semakin jelas dan terus berulang.

"NARUTO-KUN~"

Naruto segera bangun dari tidurnya, mencari dari mana asal suara itu. Dia menoleh kearah pintu balkonnya.

"Disana!" gumam Naruto dan langsung berlari keluar untuk menuju kebalkon kamarnya.

"Hinata!" ucap Naruto terkejut saat melihat Hinata sudah berada dihalaman rumahnya dengan napasnya yang terlihat tidak beraturan.

Naruto kembali masuk kekamarnya dengan niat untuk menghampiri Hinata yang sedang berada dihalaman rumahnya. Tapi saat badannya belum sepenuhnya berada didalam kamarnya, dia berbalik kembali menghadap kearah Hinata saat dia mengingat sesuatu.

"Tetap disana!" ucap Naruto sambil menunjuk Hinata.

Saat dia sudah mulai keluar kamarnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia segera mengambil ponselnya saat dia tau siapa yang menelponnya.

"Aku akan segera kesana!" ucap Naruto saat dia sudah mengangkat panggilan itu.

"Aku mencintaimu!" perkataan yang berada disebrang telphonenya, membuat Naruto berhenti ditempatnya yang tengah akan menarik knop pintu kamarnya.

"Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu, Naruto-kun!"

"Aku tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nanti! Aku ingin bersama denganmu, sekarang, nanti dan selamanya!"

"Maafkan aku karena menuruti egoku! Aku siap dengan konsekuensi yang akan terjadi padaku nanti karena egoku untuk menjadikanmu milikiku!"

"Maafkan aku!"

Naruto tersenyum dan membuka pintu kamarnya dan berjalan santai meninggalkan kamar itu untuk bertemu dengan... sekarang dia sudah berani menyebut Hinata dengan sebutan 'Wanitanya'.

"Apa sekarang aku boleh menciummu!" Naruto mendengar dengusan dari sebrang telponnya.

"Kau harus menyimpan itu untuk hari sakral kita!"

Kushina yang melihat Naruto menuruti tangga dan melewatinya begitu saja hanya bisa tersenyum dan memandang Minato yang memandang balik dirinya yang juga tengah tersenyum. Kushina dan Minato tidak tau apa yang terjadi dengan anaknya dengan gadis yang sedang berada diluar rumahnya yang baru saja berteriak-teriak memanggil anaknya, tapi yang mereka tau sekarang adalah...

"Kita sudah mendapat calon menantu!" ucap mereka berbarengan.

"Hah~ itu akan lama... tunggu! Tadi kau mengatakan apa?"

"Apa?"

"Kau sedang memberikan kode padaku?"

"Kode!"

"Kode yang berisi jika kau mau membantuku untuk mewujudkan impianku!"

"Impian!"

"Kau yang mengusap rambutku dan aku yang menciumi perutmu!"

"Aku akan mewujudkannya untukmu!"

CKLEK

Naruto membuka pintu utama rumahnya dan bersandar disana.

"Itu berarti kau bersedia menjadi ladangku!" Naruto tersenyum kearah Hinata yang masih tetap berada ditempatnya awalnya yang sekarang tengah tersenyum kearahnya.

"Aku akan menjadi ladangmu!"

"Sekarang!"

"Aku mengatakan 'akan'!"

"Hah~ sial! aku harus menahan banyak!" senyum Naruto semakin lebar saat mendengar kikikan Hinata.

"Kau tau!?"

"Aku tidak tau!"

"Mauku beri tau!"

"Tentu!"

"Kau terlihat sangat cantik dengan tampilanmu saat ini!" Naruto tertawa pelan saat melihat Hinata langsung memperhatikan tampilannya.

"Biarkan saja!"

"Apa?!"

"Kau terlihat cantik! Tapi itu menurutku, entah menurut orang lain!" Naruto mulai berjalan menghampiri Hinata.

"Kau lihat pohon momiji disamping kamarku?!"

"Ya!"

"Sepertinya pohon itu sudah tidak ada gunanya!"

"Kenapa?"

"Karena kau akan tinggal bersamaku, jadi tidak akan ada yang memanjatnya untuk menyusup menemuiku!" Hinata tersenyum. Naruto sudah semakin dekat dengannya.

"Tapi aku suka dengan pohon momiji!"

"Kalau begitu pohon itu tidak akan pernah aku tebang!"

"Hinata!"

"Hm!"

"Kau percaya padaku, kan!"

"Aku percaya padamu!"

"Kau tau perasaanku, kan!"

"Aku tau!"

"Jangan pernah meminta untuk mengakhiri semua ini!"

"Aku akan melakukannya!" Naruto berhenti tepat didepan Hinata dengan tetap mendekatkan ponselnya ditelinganya.

"Kau baru mengatakan akan bersamaku dan sekarang kau mau mengkhianatiku!"

"Aku akan mewujudkan impianmu dan itu membuatmu harus mengakhiri hubungan ini dan menggantinya dengan hubungan yang lebih mengikatku, bukan!"

"Kau sedang merayuku!?"

"Aku memang merayumu, agar kau tetap berada disampingku!" Naruto tersenyum. Dia mematikan ponselnya dan mengantongi ponsel itu disaku celananya, dibarengi dengan Hinata yang melakukan hal yang sama.

"Kau mengutip tulisanku!" Hinata tersenyum lebar sambil mendekat kearah Naruto dan menyusupkan tangannya diantara pinggang Naruto untuk memeluknya.

"Terima kasih untuk bunganya!" Naruto membalas pelukan Hinata. mengeratkan pelukannya seakan tidak ada hari esok.

"Kau ingin tau, dari mana aku mendapatkan bunga itu!" Hinata merenggangan pelukannya untuk mendongak menatap Naruto.

"Dari mana?"

"Dari kebun belakang rumah ini! Ibu sangat merawat tanaman itu!"

"Kau akan dimarahi karena telah merusak tanamannya!"

"Mungkin! Dan kau harus bertanggung jawab untuk itu!"

"Apa! aku!"

"Kau yang membuatku merusaknya!"

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" ucap Hinata sambil menempelkan dagunya didada bidang Naruto.

"Kau harus menjadi menantunya!"

"Hanya itu?"

"Kau harus memberikannya cucu yang manis sepertiku!"

"Hanya itu?"

"Sebanyak yang aku mau!"

"Hanya itu?" ujar Hinata sambil tertawa pelan.

"Aku tidak bisa memikirkan hukuman lainnya untukmu saat ini!" ujar naruto sambil meniup pelan mata Hinata yang membuat Hinata memejamkan matanya, naruto tersenyum melihatnya. Mengingat kejadian saat diruang musik.

"Kau pernah mengatakan jika rubah yang mencintai penguin itu merusak ekosistem, bukan!"

"Hmmm!" gumam Hinata sambil tersenyum geli.

"Tapi kau tau, sebenarnya rubah itu adalah jelmaan penguin yang dikutuk karena kesombongannya!"

"Benarkah!?"

"Hm! Dan satu-satu cara untuk membuatnya kembali menjadi penguin adalah dengan mendapatkan cinta sejatinya!"

"Hanya itu?"

"Sebenarnya_"

CUP

Naruto mengedipkan matanya karena masih mencerna apa yang baru saja terjadi pada bibirnya dan sejak kapan tangan Hinata mengalung pada lehernya.

"Dan mendapat kecupan dari cinta sejatinya!?" ujar Hinata tersenyum kearah naruto.

"Kau mengingkari perkataanmu!"

"Aku lupa!" ujar Hinata dengan tampang yang sangat berbeda dengan yang dia ucapkan.

"Kalau begitu aku juga tidak akan menahan diriku dengan yang satu ini!"

CUP

Kecupan yang berganti dengan lumatan, meletakkan salah satu tangannya pada tengkuk sang gadis untuk memperdalam ciumannya, merasakan lebih dalam bibir yang sudah mereka inginkan sejak lama, meresapi dengan rasa yang tersaji dari bibi yang mereka lumat.

Saat merasa mereka membutuhkan oksigen untuk ditarik oleh paru-paru mereka, mereka menyudahi ciuman pertama yang terasa memabukkan itu. Naruto mengalihkan tangannya untuk dia kalungkan dibahu kecil Hinata. menempelkan keningnya dengan kening Hinata. saling melempar senyum sambil mengagumi keindahan manik yang berada didepan mereka.

"Biar aku yang pergi untuk mencari ikan!"

"Aku mengerti!"

"Kau dirumah dan jaga semuanya!"

"Aku mengerti!"

"Tunggu aku!"

"Aku mengerti!"

"Jaga pandanganmu!"

"Aku mengerti!"

"Jangan lirik pejantan lain!"

"Aku mengerti!"

"Tetap setia pada pejantanmu ini!"

"Aku mengerti!"

"Jangan pernah bermimpi untuk terbang mulai sekarang!"

"Tidak akan!"

"..."

"Ada lagi?" tanya Hinata saat Naruto diam sambil terus menatap dirinya dengan senyum yang terus mengembang pada bibirnya.

"Pffttt...!"

"Ada yang lucu?!" tanya Hinata dengan senyumnya.

"Kau jatuh cinta padaku!" tawa Naruto yang tubuhnya sudah dia jauhkan dari tubuh Hinata.

"Hei! Kau juga jatuh cinta padaku!" ujar Hinata dengan masih tersenyum dan memukul pelan lengan Naruto.

"Hahaha..."

Mereka saling tertawa. Menepati janji yang pernah mereka ucapkan.

THE END