"Ada apa dengan wajahmu? Kenapa kau terlihat stress seperti itu?" wonwoo meletakkan segelas kopi dihadapan mingyu.

"Karena lagu lagi?"

Mingyu menggeleng cepat.

"Lalu?"

Mingyu menggeleng lagi namun sedetik kemudian ia menatap wonwoo seolah tersadar sesuatu.

"Hyung.."

"Hm?"

"Kau dekat dengan soonyoung hyung dan jihoon hyung kan?"

Wonwoo mengangguk, "bisa dibilang begitu. Kenapa?"

"Apa kau tidak merasakan hal aneh pada mereka?"

Dahi wonwoo berkerut, "aneh bagaimana? Kalau aneh maksudmu mereka jadi sering bersama sih menurutku tidak aneh."

"Benar kan, mereka jadi sering bersama. Tapi, tidakkah hyung merasa mereka sekarang saling menjauh lagi."

Wonwoo tampak berpikir sebentar kemudian mengangguk.
"Lalu apa masalahnya? Kau memikirkan kenapa mereka berpisah sampai seperti orang mau mati?"

"Sebenarnya.." mingyu menutup mulutnya saat ingat pesan jihoon padanya.

"Sebenarnya? Kenapa berhenti? "

"Ah.. tidak jadi."

Wonwoo menatap kesal, "menyebalkan."

"Aku sudah janji, jadi aku tidak bisa mengatakannya."

"Ya, lalu kenapa kau cerita padaku tadi?"

Mingyu hanya tersenyum paksa.

"Kau tidak latihan?"

Mingyu menepuk dahinya dan berdiri dari duduknya kemudian berlari entah kemana, mungkin ke ruang latihan. Wonwoo sendiri hanya menatap malas pada kepergian mingyu.

.

.

.

"Nah nah kau pasang wajah itu lagi... kau terlihat banyak berpikir belakangan ini." Wonwoo duduk di hadapan mingyu dan menopang dagunya, "Ceritakan.. Ayo ceritakan."

Mingyu menggeleng. Membayangkan reaksi jihoon jika ia menceritakan rahasia mereka membuatnya merinding.

"Ayolah mingyu.. kau membuat beberapa orang khawatir belakangan ini. Apa komentar di internet masih mengganggumu. Bukannya aku sudah bilang jangan baca komentar negatif dan jalani hidupmu dengan dukungan positif dari carat."

"Tidak, hyung. Bukan masalah itu. Jangan khawatir, aku sudah tidak begitu memperhatikan komentar itu."

Wonwoo menegakkan badannya dan menatap mingyu tepat di matanya, "lalu.. apa yang kau pikirkan sampai memasang wajah merana seperti tadi?"

Mingyu hanya menggeleng. Wonwoo jadi semakin khawatir. Belakangan mingyu memang mengalami stress yang cukup parah dan membuat semua member khawatir karena komentar negatif yang dilontarkan padanya, memang sudah membaik tapi melihat wajah mingyu sekarang membuat kekhawatiran wonwoo kembali.

"Kau membuatku ikut sedih, mingyu-ya.."

Mingyu terlihat berpikir, ia bahkan terlihat berbicara pada dirinya sendiri membuat kekhawatiran wonwoo sampai ke puncak.

"Sebenarnya kau kenapa? Bukannya kau sudah janji untuk menceritakan apa saja masalahmu?"

Mingyu mengacak rambutnya kemudian bergumam seperti 'aku tidak tahan', 'oke, aku ceritakan saja.', 'agh aku sudah berjanji.'

"Aku akan lapor seungcheol hyung."

"Ah! Hyung! Tunggu! Jangan.. jangan lapor seungcheol hyung. Aku akan cerita."

Wonwoo mendengus kemudian kembali ke posisinya.

"Cepat ceritakan." Wonwoo menatap mingyu memerintah.

"Janji tidak cerita siapa-siapa?"

Wonwoo tau mingyu memang kadang bertingkah kekanakan tapi kan berjanji tidak harus dengan pinky promise seperti yang mingyu lakukan sekarang. Hey, wonwoo ini laki-laki dan laki-laki tidak pernah mengingkari janji. Tidak perlu pinky promise juga.

"Harus begini? Ini hanya yang dilakukan anak kecil." wonwoo menatap geli kearah kelingking mingyu yang mengarah padanya.

"Hyung!"

Wonwoo mendengus dan mengaitkan kelingkingnya dengan milik mingyu.

"Hyung sudah janji. Jangan ceritakan ke siapapun. Laki-laki harus menepati janji." Ujar mingyu, ia berbicara seolah ia adalah laki-laki yang suka menepati janji, padahal ia sudah mengingkari janjinya pada jihoon.

"Jadi.. beberapa hari yang lalu aku bertemu jihoon hyung-" mingyu mulai menceritakan kejadian yang ia alami saat bersama jihoon.

.

.

.

Kalau orang bilang stress itu bisa menular, sepertinya benar. Karena saat ini wonwoo mengalami stress luar biasa karena cerita yang disampaikan mingyu. Sial sekali, harusnya ia tidak usah mendengarkan cerita mingyu.

"Jihoon, Soonyoung, Mingyu, dan sekarang kau. Apa pekerjaan ini begitu berat?"

Wonwoo menatap jeonghan yang baru saja menepuk bahunya.

"Hyung tau tentang jihoon dan soonyoung?"

"Kenapa aku harus tidak tau?"

Wonwoo mendesah, "bagaimana menurutmu hyung? Tentang mereka."

Jeonghan mengambil duduk di depan wonwoo, "memang aku harus bagaimana? Itu kan urusan mereka. Apa kau memiliki pikiran yang sama dengan seungcheol?"

"Seungcheol hyung juga tau?" mata wonwoo membulat. Dari kalimat jeonghan, wonwoo sudah tau penyebab menjauhnya jihoon dan soonyoung pasti seungcheol.

"Menurutmu?"

"Lalu tanggapannya?"

"Ya, bisa kau lihat dari kondisi soonyoung dan jihoon sekarang."

Nah kan benar. Wonwoo meringis, ia sedang membayangkan bagaimana marahnya seorang choi seungcheol saat mengetahui kejadian ini. Bahkan seungcheol yang marah karena salah satu dari mereka tidak minum vitamin sudah sangat menyeramkan.

"Pasti buruk." Komentar wonwoo.

"Ya, sangat. Aku sedang berusaha mendinginkan dua kubu itu. Kau sendiri, bagaimana pendapatmu?"

"Aku... karena mereka berdua sahabatku, aku tentu akan—"
Wonwoo menghentikan kalimatnya saat pintu terbuka. Panjang umur, jihoon muncul dari balik pintu.

"Kalian sudah menunggu lama?"

Wonwoo dan jeonghan menggeleng serentak. Sebenarnya mereka di studio ini bukan berniat bergosip atau apa. Tujuan mereka sebenarnya menemui jihoon dan memberikan hasil pengerjaan lirik untuk lagu baru mereka.

"Siapa dulu? Apa kalian mau sekalian di rekam." Jihoon mengambil tempat duduk diantara keduanya—jeonghan dan wonwoo duduk di pisahkan satu kursi yang sekarang menjadi tempat duduk jihoon.

"Boleh saja."

.

Wonwoo memainkan kaleng colanya yang sudah kosong. Jeonghan baru saja keluar untuk beli makan. Jihoon masih tetap di sampingnya. Wonwoo sendiri sedang menyusun kalimat di kepalanya tentang hubungan jihoon dan soonyoung.

Dan sepertinya dua orang ini diberkati tuhan, tadi jihoon yang tiba-tiba muncul saat dibicarakan dan sekarang soonyoung yang muncul saat wonwoo sudah akan mengeluarkan kalimatnya.

"Maaf, kupikir tidak ada orang."

Canggung. Wonwoo bisa menilai bahkan sebelum ia melihat bagaimana raut kedua orang itu. Soonyoung jadi kaku sekali padahal biasanya dia bersikap akrab.

"Kebetulan kau kemari." Wonwoo menarik lengan soonyoung untuk masuk dan mendudukkannya di kursi milik jeonghan tadi, "ada beberapa lirik yang ingin ku diskusikan denganmu."

Soonyoung berdeham canggung. Wonwoo diam-diam tersenyum. Kondisi keduanya sudah terkonfirmasi. Sedang dalam kondisi dimana mereka tidak saling bicara meski sebenarnya ingin.

"Jihoon-ah, tunjukkan lirik yang tadi," pinta wonwoo pada jihoon yang duduk diantaranya dan soonyoung.

Pada akhirnya wonwoo yang di tinggal sendiri. Wonwoo pikir tadi dia yang butuh diskusi dengan soonyoung tapi yang ada sekarang soonyoung dan jihoon terlihat lebih banyak diskusi. Sepertinya ia salah tentang jihoon dan soonyoung yang canggung, mereka tidak canggung hanya berusaha menyembunyikan keakraban di depan orang banyak.

"Ekhem.."

Soonyoung dan jihoon yang reflek menjauhkan badannya membuat wonwoo tersenyum tipis.

"Kupikir aku yang butuh diskusi dengan soonyoung, tapi sepertinya lirik itu sudah selesai tanpa harus ku diskusikan." Wonwoo tersenyum, "aku dengar kalian ada masalah, tapi melihat hal barusan.. sepertinya masalah itu sudah selesai ya?"

Jihoon mendesah.

"Kalian pacaran?"

"Tidak lagi." Jawab keduanya kompak.

Dahi wonwoo berkerut, "tidak seru sekali. Aku bahkan baru dengar kalian pacaran, kenapa harus putus?"

"Aku tidak mau merusak tim, wonwoo-ya." Jawab jihoon lemah.

"Ya! Apa hubungannya pacaran dengan tim. Apa kalian pacaran sampai lupa latihan? Tidak juga kan. Sudahlah lanjutkan saja pacaran kalian. Lagipula hubungan kalian cukup menguntungkan. Kalian jadi lebih produktif tau." wonwoo bicara menggebu seperti fans yang mendukung pasangan kekasih itu.

"Kau tidak akan tau." Gumam jihoon.

"Ya mana aku tau. Aku kan tidak pacaran dengan kalian."

Jihoon mendesah.

"Kalau aku jadi kalian sih aku pertahankan hakku." Wonwoo tersenyum, "aku tidak suka lihat dua temanku dalam kondisi canggung seperti ini."

"Jihoon-ah, kau sudah stress dengan tugas lagumu, jangan buat dirimu semakin stress dengan omongan orang lain. Aku tau disini soonyoung yang menjadi alasanmu untuk tetap membuat lagu."

"Aku akan selalu mendukung kalian." Wonwoo menepuk bahu jihoon dan berdiri dari duduknya.

"Karena aku sedang baik, aku beri waktu kalian bicara berdua. Aku akan menghargai semua keputusan kalian."
Wonwoo memberi gestur 'semangat' sebelum keluar dari ruangan itu.

.

Jeonghan bersenandung dengan tangan penuh plastik berisi makanan. Dahinya berkerut melihat wonwoo didepan studio tempat mereka tadi.

"Kenapa kau diluar?"

Wonwoo memberikan gestur agar jeonghan mengecilkan suaranya.

"Ada apa?"

"Soonyoung ada di dalam."

Jeonghan tersenyum. Dahi wonwoo berkerut, "hyung yang menyuruh soonyoung kemari?"

Melihat senyum jeonghan yang semakin lebar wonwoo langsung tau jawabannya. Memang jeonghan hyungnya ini terbaik kalau masalah perasaan member.

"Kuharap mereka segera menyelesaikan masalah dan tidak memilih keputusan bodoh."

"Aku setuju."

Keduanya menjauh dari pintu dan bergerak turun ke lantai bawah untuk makan.

"Lalu bagaimana dengan seungcheol hyung?"

Jeonghan kembali tersenyum, "aku hanya perlu melunakkan hatinya saja. Kita lihat saja akhirnya."

"Kau yang terbaik, hyung."

.

.

Tu bi kontinyuu :"

.
.

Waw.. sudah lama tidak kemari. Lucu juga ketika akhirnya bisa masuk ke ffn lagi.. apakah masih rame disini?