IN TIED BLOOD

Johnny

Jaehyun

Doyoung


~Happy Reading~


1 Tahun Kemudian

Setelah semua yang terjadi, semua seakan kembali seperti sedia kala. Seperti salju yang mencair, tidak meninggalkan bekas. Mereka yang terlibat ber-akting seakan tidak pernah terjadi apapun. Johnny menjalani aktifitasnya seperti biasa, bekerja, kembali ke flat tempat tinggalnya, bekerja lagi, kembali lagi, terus seperti itu selama setahun belakangan ini. Ia sudah tidak lagi membutuhkan Taeyong untuk mendengarkan isi pikirannya. Sesekali kedua orang tuanya datang berkunjung. Tidak ada gelagat aneh terlihat yang ditunjukan oleh Johnny. Pria ini pandai menyembunyikan perasaannya. Dia memang terlihat baik-baik saja, tetapi hanya dia yang tau jika hatinya sudah rapuh dan bahkan hancur. Pelukan terakhir yang Jaehyun berikan kepadanya menjadi kenangan paling pahit untuknya. Johnny tetap menjalin hubungannya dengan Doyoung, tapi Ia tidak merasakan apapun dari hubungannya itu. Hanya Johnny yang tau jika Ia hanya merupakan mayat hidup yang masih dengan senang hati menunjukan senyum palsu kepada orang-orang disekitarnya, membuatnya terlihat baik-baik saja.

Sudah setahun Ia tidak dapat menghubungi Jaehyun. Adik tercintanya seakan menghilang ditelan bumi. Setiap kali ayah nya berkunjung Johnny berharap ada Jaehyun yang juga ikut mengunjunginya. Namun nihil, Jaehyun tidak pernah datang. Yang Johnny tau Jaehyun sudah tidak lagi tinggal bersama ayah nya. Kedua orang tuanya tidak pernah memberi tau nya dimana Jaehyun tinggal dan bagaimana keadaannya, dengan alasan "Maaf Johnny, bukan kami tidak ingin memberitaumu dimana Jaehyun sekarang. Ia sendiri yang berpesan untuk tidak memberi tau mu. Satu yang pasti, dia baik-baik saja."

Pernah sekali Ia mencoba mengunjungi kampus adiknya, namun nihil. Jaehyun benar-benar bersembunyi dengan baik. Johnny bahkan sampai bertanya pada teman Jaehyun yang bernama Seokmin dan Mingyu, namun keduanya tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Apa Ia tidak merindukan kakaknya ini? Bahkan Johnny benar-benar tersiksa karena nya.

Bagaimana hubungannya dengan Doyoung? Terlihat baik-baik saja, berkencan dan bercinta selayaknya pasangan pada umumnya. Namun satu hal yang pasti, Johnny tidak merasakan apapun dari hubungannya dengan Doyoung. Johnny tidak pernah merasakan getaran di hatinya saat bersama Doyoung. Semuanya datar, meskipun begitu Ia tetap mempertahankan hubungannya dengan Doyoung. Ia butuh Doyoung, karena Johnny menganggap dunianya akan semakin hampa tanpa hadirnya pria manis itu. Setidaknya ada Doyoung yang selalu mengingatkannya, ketika Johnny berada dimasa terpuruknya Doyoung selalu hadir dan menerangkan kembali kehidupannya. Sebegitu penting peran Doyoung dalam hidupnya namun kenapa Johnny tidak bisa merasakan apapun padanya? Johnny bukannya tidak pernah mencoba, Ia pernah ingin mengubur dalam-dalam perasaannya kepada Jaehyun dan mencoba serius pada Doyoung, tapi hal itu tidak pernah berhasil. Bukankah semua ini begitu kejam? Perasaan cintanya kepada Jaehyun benar-benar menyiksanya.

.

.

.

5 Bulan Kemudian

Johnny masuk kedalam flat nya, melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Hari ini Ia lelah sekali, banyak meeting yang harus dia hadiri. Kepalanya terasa panas dengan pekerjaan yang menumpuk. Sayup-sayup Ia dengar suara dari arah dapur, Johnny menghampiri sumber suara tersebut dan melihat Doyoung sedang membuat sesuatu disana. Pria itu sepertinya juga baru pulang kerja, terlihat dari pakaiannya, kemeja dengan lengan yang digulung dan rambut yang masih tertata rapi.

"Kau lapar?" Tanpa menoleh Doyoung bertanya kepada Johnny. Tangannya sibuk menyulap bahan mentah menjadi makanan yang bisa dimakan.

"Hm..aku lapar sekali."

Johnny duduk di kursi meja makan, menunggu Doyoung menyelsaikan kegiatannya. Beberapa saat kemudian sudah tersaji dua piring berisi pasta diatas meja tersebut. Mereka makan dengan tenang, menghabiskan sepiring pasta untuk menghilangkan rasa lapar setelah seharian penuh bekerja. Johnny adalah orang pertama yang menyelsaikan makanannya, sementara Doyoung masih sibuk menyantap pastanya sambil tangan kirinya memegang ponsel, salah satu kebiasaan buruk Doyoung.

Johnny memperhatikan orang dihadapannya ini dalam diam, terlalu asik dengan dunianya sendiri sampai Doyoung tidak sadar jika dirinya sedang diperhatikan. Sudah lebih dari sepuluh menit tapi Doyoung belum juga menghabiskan makanannya. Johnny berdeham, bukan untuk mendapat perhatian Doyoung, namun untuk mengumpulkan kekuatannya. Kekuatan untuk menyuarakan apa yang selama ini dipikirkannya.

"Doyoung."

"Hm?" Jawab Doyoung dengan gumaman, tanpa sekalipun melirik Johnny. Dirinya masih sibuk dengan ponsel ditangan kiri serta garpu ditangan kanannya.

"Menikahlah dengan ku."

Satu kalimat dari Johnny mampu membuat Doyoung menjatuhkan garpunya, membuat suara dentingan kecil dari garpu dan piringnya yang bertemu. Ia menatap pria dihadapannya ini dengan pandangan tidak percaya. Apa barusan Ia tidak salah dengar? Johnny ingin menikah dengannya? Daripada senang, Doyoung malah lebih terkejut mendengar hal semacam ini dari Johnny. Karena Doyoung tau, hubungan mereka ini tidak pernah didasari oleh cinta, dan hal-hal sakral semacam itu sangat mustahil untuk dibayangkan. Tapi siapa sangka jika Johnny adalah orang pertama yang mengajukan hubungan lebih jauh dan lebih terikat dari apa yang sekarang mereka jalani.

Doyoung menghembuskan napasnya dan meletakan ponselnya diatas meja, memperbaiki posisi duduknya dan menatap Johnny dengan pandangan serius dan bingung sekaligus. "Kau mencintaiku?"

"Tidak." Jawab Johnny singkat.

"Lalu kenapa kau ingin menikah dengan ku?"

"Karena aku membutuhkanmu."

Doyoung tersenyum miris. Sudah Ia duga, hubungan mereka tidak pernah didasari oleh cinta bahkan sampai detik ini. Doyoung sendiri tidak mengerti mengapa Ia masih mempertahankannya. Dan sekarang mereka akan membawanya ke jenjang yang lebih mengikat. Doyoung tidak tau apakah benar jika Ia menyetujui permintaan Johnny. Karena bukan hanya Johnny yang membutuhkan dirinya tapi Doyoung juga membutuhkan Johnny di kehidupannya. Hatinya sudah sekeras batu, tidak mungkin ada orang lain yang mampu mengisinya selain pria di hadapannya.

"Jika memang aku harus menikah, maka itu harus dengan dirimu."

"Lakukanlah sesuka hatimu John."

Dan kalimat singkat dari Doyoung itu mengakhiri segalanya. Jika mereka memutar kembali dimana awal hubungan mereka dimulai, semuanya terasa sama. Mereka mengawali segalanya tanpa dasar cinta, menjalaninya, dan sampai membawanya ke jenjang yang lebih sakral. Tidak ada sekali pun rasa cinta mendasarinya. Mungkin memang awalnya Doyoung menaruh perasaan pada Johnny, namun lambat laun perasaan itu menghilang tanpa Doyoung sadari. Satu alasan yang pasti mengapa mereka masih bertahan dengan hubungan mereka adalah karena mereka saling membutuhkan. Hanya itu, dan itu sudah cukup bagi mereka.

.

.

.

6 Bulan Kemudian

Setelah diskusi singkatnya tentang pernikahan bersama Doyoung, kini semuanya menjadi nyata. Semua terasa amat cepat, dukungan dari kedua orang tua mereka membuat segalanya menjadi mudah dan singkat. Tidak butuh waktu lama sebentar lagi keduanya akan berdiri diatas altar mengucapkan janji suci dan disaksikan oleh orang-orang terdekat. Mungkin terasa membahagiakan untuk orang-orang disekitar mereka, tapi Johnny dan Doyoung tidak yakin jika mereka bahagia dengan hari besar mereka ini.

Johnny berada diruangannya, menunggu acaranya di mulai. Rambut tertata dengan rapi, bahkan wajahnya diberi sedikit riasan. Tuxedo hitam yang sempurna melekat di tubuhnya yang indah. Ia memerintahkan semua orang yang menemaninya seperti para perias, orang tua, dan kerabatnya untuk keluar ruangan dan meninggalkannya sendiri, karena untuk saat ini Ia butuh waktu untuk sendiri.

Setelah ruangan itu sepi dan sunyi, Johnny melangkah dan berdiri di depan cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Merapikan dasi yang mengikat di lehernya. Jika pasangan lain merasakan betapa gugupnya sebelum berdiri diatas altar, dia tidak. Tidak ada sedikitpun rasa gugup yang dirasakan. Jangankan perasaan gugup, mungkin rasa bahagiapun tidak dirasa olehnya. Semuanya terasa datar. Sekitar satu jam lagi acara akan dimulai. Johnny menghembuskan napasnya dan merapikan jas yang sudah melekat di tubuhnya, memastikan jika tidak ada yang kurang dari penampilannya ini, biar bagaimanapun ini adalah hari besarnya.

"Kau terlihat tampan, Hyung."

Seketika pergerakan tangan Johnny yang sedang merapikan pakainnya terhenti. Suara itu, suara yang selama ini dirindukannya, hatinya bergetar mendengar kembali suara indah yang Ia rindukan. Kini Johnny tidak hanya melihat bayangan dirinya didalam cermin, ada bayangan lain yang terpantul disana. Dibelakangnya, tepat diambang pintu, berdiri seseorang yang selama ini amat Ia rindukan. Johnny menoleh, berharap jika itu bukan khayalannya semata, berharap jika itu bukan hanya bayangan dan imajinasinya.

Jaehyun-nya ada disana. Berdiri sambil tersenyum kepadanya. Dengan pakaian casualnya yang berbanding terbalik dengan dirinya yang terlihat sangat rapi.

Johnny mematung ditempatnya. Ia benar-benar tidak mempercayai jika dihadapannya berdiri orang yang selama ini dirindukannya. Orang yang selama ini dicarinya, yang selalu bersembunyi dengan baik. Kini orang itu nyata berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

Jaehyun berjalan menghampiri Johnny. Ia tidak henti tersenyum memperhatikan kakak nya ini. Sungguh sempurna dan tampan dengan tuxedo hitamnya. Keduanya hanya saling pandang tepat dimanik mata kecoklatan milik mereka. Johnny dengan ragu mengulurkan tangannya, menyentuh wajah yang selama ini dirindukannya. Kulit sehalus dan seputih kapas milik adiknya ini benar-benar nyata, bukan khayalan semata, dihadapannya ini adalah Jaehyun adiknya. Johnny bahkan hampir menangis melihatnya.

"Kau datang." Ucapnya dengan suara yang terdengar parau.

"Tentu saja. Ini hari pernikahanmu Hyung. Tidak mungkin aku tidak datang."

Selama hampir dua tahun. Johnny mencoba menghubungi dan mencarinya, mengapa Jaehyun muncul di hari yang seperti ini? Mengapa di hari pernikahannya? Johnny tidak pernah mengharapkan pertemuan yang seperti ini. Yang Ia inginkan adalah pertemuan yang indah, dimana Ia dapat memeluk tubuh dan mengecup kening dan bibir yang selama ini Ia rindukan. Johnny bahkan tidak meminta kedua orang tuanya untuk memberitau Jaehyun tentang pernikahannya. Namun tak disangka, adiknya ini benar-benar datang menemuinya.

Johnny menarik Jaehyun kedalam pelukannya. Memeluk tubuh itu dengan erat, merasakan aroma tubuh Jaehyun yang selama ini Ia rindukan, mengusap rambut tebal dan halus kesukaannya. Ia juga merasakan Jaehyun yang balik memeluknya, tak kalah erat dari pelukannya. Keduanya melepas rasa rindu yang mereka rasakan selama ini.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa hari ini Jaehyun?" Ucapnya pelan tepat ditelinga Jaehyun.

Hadirnya Jaehyun membuat Johnny sedikit goyah. Haruskah dia membatalkan pernikahannya? Bahkan hal gila muncul di benaknya, bagaimana jika mereka lari saja dan pergi jauh tanpa diketahui orang-orang? Membangun kehidupan yang baru, hanya mereka berdua tanpa orang lain yang menghalangi. Tanpa memikirkan status mereka, tanpa peduli ikatan mereka dari lahir.

Johnny melepas pelukannya dan menatap Jaehyun sungguh-sungguh. Manik kecoklatan milik Jaehyun masih sama, masih terlihat indah dan mempesona, seperti magnet yang dapat menarik siapapun yang melihatnya, seperti telaga yang membuat siapapun tenggelam didalamnya, dan tanpa sadar membuat siapapun yang menatap manik kecoklatan itu terhipnotis akan pesonanya. Lama menatap adik nya membuat Johnny tanpa tersadar mendekatkan wajahnya. Membuat Jaehyun mundur seketika. Ia tau apa yang akan dilakukan Johnny setelah ini.

"No Hyung, it's your wedding."

Persetan dengan hari pernikahannya, Johnny menarik dagu Jaehyun dan dengan seketika mengecup bibir tipis yang selama ini Ia rindukan. Kecupan ringan itu berubah saat Johnny mengunci pergerakan Jaehyun dengan menahan kepalanya dan merengkuh pinggang ramping adiknya. Kecupan ringan berubah menjadi lumatan yang basah, panas dan bergairah. Jaehyun sadar jika Johnny sudah menguasai dirinya, Ia tau Ia tidak bisa lepas dari dekapan kakak nya ini, serta tubuhnya yang tidak bisa menolak semua sentuhan, hanya pasrah mengikuti dan mengalungkan tangannya pada leher Johnny. Sekeras mungkin tidak menyentuh rambut pengantin pria yang sudah tertata rapi.

Keduanya terbawa suasana. Suara lenguhan pelan mulai terdengar dari bibir Jaehyun. Tangan Johnny yang sudah meraba disana sini. Bibir yang sudah basah saling bersentuhan, lidah yang bertemu. Jika Jaehyun berusaha keras untuk tidak merusak penampilan Johnny maka tidak untuk Johnny, Ia sudah meremas rambut tebal Jaehyun, dekapannya semakin erat, membuat tubuh keduanya bersatu. Tanpa sadar langkah kaki mereka membawa mereka terjatuh diatas sofa yang empuk.

Tubuh Johnny yang menindih Jaehyun mendekap tubuh adiknya dengan erat. Bibirnya tak henti bermain diatas wajah sang adik bahkan kini bibir itu turun menggoda leher jenjang yang putih. Terasa panas dan basah membuat Jaehyun tidak tahan dibuatnya.

"Hyung stop...aanggh." Erangan frustasi terdengar dari bibir Jaehyun. Ini tidak seharusnya terjadi tetapi tubuhnya tidak bisa menolak semua sentuhan yang diberikan.

"Hyung." Jaehyun dengan sekuat tenaganya mendorong Johnny untuk memberi jarak. Membuat Johnny mengangkat sedikit tubuhnya dan menatap manik indah milik Jaehyun. Napas yang menderu serta rambut yang sudah tidak tertata dengan rapi membuat Jaehyun terlihat semakin menggairahkan dimatanya.

"Ini hari pernikahanmu Hyung."

Rahang tegas Johnny mengeras kala Jaehyun mengingatkan tentang pernikahannya.

"Haruskah aku membatalkannya? Aku bisa membatalkannya sekarang juga."

"Tidak! Jangan Hyung!"

Jaehyun membenarkan posisinya. Membuat Johnny yang berada diatasnya mau tidak mau menyingkir dari tubuh Jaehyun. Kini keduanya duduk berhadapan dan saling tatap. Jaehyun adalah orang yang memberi tatapan paling serius.

"Hyung, kau harus menikah, dan orang itu harus Doyoung Hyung. Jangan batalkan semua ini."

Jaehyun menarik Johnny untuk mendekat. Dan disaat itu Ia membisikkan sesuatu pada kakak kandungnya ini. Sesuatu yang merubah ekspresi Johnny dengan seketika. Senyum terpatri di bibir Jaehyun ketika Ia menyelsaikan kalimatnya.

Jaehyun selsai membisikan hal yang tidak disangka oleh Johnny. "Selamat atas pernikahanmu Hyung." Ia membenarkan posisi dasi Johnny yang sudah tidak tertata rapi kemudian Ia berdiri dan merapikan dirinya yang sangat kacau akibat perbuatan Johnny tadi. Ia mengecup singkat pipi Johnny sebelum pergi meninggalkan Johnny sendiri didalam ruangannya. Setelah bisikan dan ucapan selamatnya itu membuat Johnny kehabisan kata-kata.

.

.

.

Dentingan piano yang indah mengiringi langkahnya diatas karpet merah yang panjang. Menggiringnya ketempat dimana Ia akan mengucap janji. Semua mata tertuju padanya. Johnny, orang yang menjadi pusat perhatian memandang lurus kedepan, dimana seorang pendeta menunggunya diatas altar sana. Ia melirik ketempat dimana kedua orang tuanya duduk. Ada ayah dan ibunya, dan Jaehyun. Adik tercintanya duduk disamping sang ayah dan memberikan senyum yang indah kepadanya sambil bertepuk tangan sama seperti para tamu lainnya. Ada orang tua serta kakak nya Doyoung. Teman-teman dekatnya, dan Ia juga melihat Taeyong yang duduk bersama orang-orang di sekitarnya.

Kini Ia berdiri diatas altar memandang sang pendeta dan memberikan senyum singkat padanya. Sampai pria tua itu memanggil pasangannya, Ia berbalik, menunggu kedatangan seseorang di ujung sana. Dentingan piano kembali terdengar indah. Dirinya dan para tamu kini menunggu seseorang yang akan menghampirinya bersanding diatas altar ini.

Semua terkesiap saat Doyoung datang. Dengan tuxedo putih nya yang indah, terdapat bunga-bunga menghiasi saku dibagian dada kanannya. Rambut hitam legam yang sangat kontras dengan bajunya, sedikit riasan menghiasi wajahnya. Manis, cantik, dan sedikit maskulin melekat pada dirinya. Johnny dibuat terpana dengan pemandangan didepannya. Kekasihnya itu sungguh terlihat berbeda hari ini. Berjalan perlahan menghampirinya menuju altar untuk mengucap janji.

Semakin dekat Doyoung menghampirinya perasaan bersalah semakin melubangi hati Johnny. Pernikahan ini seharusnya tidak pernah terjadi, karena ini akan menyakiti mereka, terutama Doyoung. Johnny menghembuskan napasnya dan menunduk memutus kontak matanya dengan Doyoung. Hubungan mereka memang sudah salah sejak awal, dan Johnny rasa dirinya lah yang paling bersalah disini. Ia sudah menyakiti Doyoung dan menyiksa Jaehyun. Semua ini memang salahnya, Ia adalah pusat dari semua hubungan ini.

Johnny mengulurkan tangannya disambut dengan Doyoung. Kini mereka berdua berdiri diatas altar, dihadapan seorang pendeta dan disaksikan oleh keluarga dan kerabat mereka. Semua orang disini memasang wajah bahagia berseri kecuali Jaehyun, dan dua pasangan pengantin itu sendiri. Sang pendeta mulai membuka acara, memberi beberapa kalimat nasihat sebelum akhirnya menuntun pasangan pengantin dihadapannya ini untuk mengucap janji dihadapan Tuhan, janji sehidup semati. Sesuai arahan dari sang pendeta, Johnny meraih tangan Doyoung dan menggenggamya, menatap matanya dan mengucapkan janjinya.

"Doyoung, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Setelah Johnny mengucapkan janji nya kini giliran Doyoung yang mengucapkannya. Sambil menatap manik mata sewarna madu milik Johnny, Ia menghembuskan napasnya untuk menghilangkan sedikit rasa gugup dan kemudian mengucapkan janjinya.

"Johnny, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Setelah pengucapan janji yang sakral, disambut bahagia oleh keluarga dan kerabat. Dilanjutkan dengan pemasangan cincin di jari manis masing-masing mempelai. Semua terihat senang dan bahagia. Johnny menoleh, melihat ketempat dimana Jaehyun seharusnya duduk, namun matanya tidak menemukan keberadaan Jaehyun. Bangku sebelah ayahnya itu kosong, Jaehyun-nya sudah tidak ada. Matanya mencari ke segala penjuru ruangan sampai Ia menemukan Jaehyun yang berjalan menuju pintu keluar. Punggung sempit itu menjauh, sebelum akhirnya menghilang.

Ditengah moment bahagia ini, Johnny memperhatikan ekpresi keluarganya, keluarga Doyoung, dan teman terdekatnya, semua terlihat bahagia. Ia melirik kearah Doyoung yang sedikit memasang senyum nya. Senyum yang terlihat sedikit dipaksakan tidak setulus senyum yang biasa terlihat. Saat mata sehitam jelaga itu bertemu pandang dengan matanya, Johnny jadi ingat apa yang telah dibisikkan oleh Jaehyun sebelum mereka mengucap janji.

"Hyung, kau tidak perlu menghentikan pernikahan ini. Karena hanya dengan Doyoung Hyung kau dapat menikah. Hanya dia yang mengerti hubungan kita Hyung. Hanya dia yang bisa bertahan, dan kau tidak boleh melepaskannya. Kita bisa bebas setelah kau menikah dengannya, kau paham maksudku kan Hyung?"

Jauh dilubuk hatinya, Ia merasa sangat bersalah dengan Doyoung. Tapi tidak bisa dipungkiri jika Ia setuju dengan apa yang Jaehyun katakan. Setelah Ia menikah nanti tidak akan ada yang perlu mengkhawatirkan hubungannya dengan Jaehyun, Ia sudah memiliki status yang mengikat dimata orang-orang, dan dengan begitu kedua orang tua mereka tidak akan lagi terlalu memperhatikan. Dan hanya dengan Doyoung lah Ia bisa begitu, karena selama ini Doyoung mampu bertahan di sisi nya walau mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan Jaehyun.

Johnny menarik Doyoung mendekat, dan dengan perlahan mencium bibir pria manis tersebut. Moment yang dinanti oleh para tamu diacara pernikahannya, semua bersorak seakan merasakan kebahagiaan kedua mempelai. Kedua bibir itu terus bersentuhan dengan sedikit lumatan pelan. Doyoung memutus kontak mereka, dan tersenyum dengan tulus kepada Johnny. Mereka berdua tau jika pernikahan ini terjadi bukan karena cinta diantara keduanya. Doyoung bahkan sangat mengerti mengapa Johnny melakukan ini semua. Mungkin bukan Johnny atau Jaehyun yang gila disini, tetapi dirinya yang gila karena tetap bertahan.

"Jaehyun datang, bukankah kau senang bisa melihatnya kembali?" Doyoung berkata sambil merapikan kerah kemeja putih dan juga dasi yang melekat disana.

Johnny tertegun, tidak menyangka jika Doyoung akan berkata seperti itu.

"Maafkan aku, Doyoung."

Dan Doyoung tau jika dirinya kalah, dirinya sudah gagal. Ia tidak akan bisa merubah segalanya. Harapan dan tujuannya memang tidak pernah dan tidak akan pernah tercapai sampai kapan pun itu. Ikatan antara Johnny dan Jaehyun begitu kuat tidak akan ada yang mampu memutusnya sekeras apapun Ia mencoba.

.

.

.

Waktu berlalu, musim berganti. Bunga-bunga yang indah bermekaran menghiasi disepanjang jalan. Udara sejuk yang bersahabat, lantunan kicauan burung yang indah menemani langkah ringan seorang pria ditengah indahnya suasana pagi hari. Kaki jenjang itu menyusuri jalan, mata indahnya menelusuri betapa mengagumkannya pemandangan sekitar. Tidak ada polusi dari kendaraan yang berlalu lalang, tidak ada suara bising yang mengganggu pendengaran, semuanya terasa damai dan indah. Jauh berbeda dengan suasana ditengah kota. Senyum terpatri di bibirnya kala Ia berpapasan dengan orang sekitar, betapa ramah penduduk disini. Jari-jari yang panjang dengan cincin menghiasi di jari manis itu memetik setangkai bunga berwarna merah muda. Ia kembali melanjutkan langkahnya, menuju tempat tujuannya.

Sudah beberapa kali Ia bekunjung kesini, sebuah desa yang tidak jauh dari keramaian kota. Tapi seberapa kali pun Ia datang, dirinya tetap merasa terkagum dengan suasana damai dan menyejukkan, membuatnya ingin datang lagi dan lagi, tidak pernah merasa bosan. Disaat matanya mulai menangkap bangunan rumah sederhana, disaat itu juga langkahnya semakin ringan untuk menghampiri.

Rumah itu sangat sederhana, dengan cat putih dan dihiasi oleh beberapa tanaman hijau di sekitarnya menunjukkan kesan yang sangat damai untuk siapapun yang melihat. Dihampirinya rumah sederhana yang menjadi tempat tujuannya. Tangannya mengetuk pintu menunggu sang pemilik rumah untuk menyambutnya. Saat pintu itu terbuka saat itu pula perasaan bahagia dan senang menghampirinya. Terutama saat Ia melihat senyum indah yang menyambutnya.

"Johnny Hyung."

Pemilik rumah sekaligus orang yang baru saja memanggilnya 'Johnny Hyung' langsung memeluknya dengan erat. Aroma memikat langsung masuk ke indera penciumannya, wangi parfum yang sangat disukainya. Diusapnya surai tebal dan halus miliknya. Direngkuh dengan erat bahu sempit milik adiknya ini.

"Kau menunggu ku?"

"Hm." Gumamnya, menjawab pertanyaan Johnny.

"Ayo masuk Hyung."

Jemari lentik itu meraih tangannya, menariknya masuk ke dalam rumah. Johnny langsung menutup pintunya dan menguncinya sebelum Ia melangkah lebih jauh kedalam. Jaehyun menggenggam tangannya dengan erat seakan tidak ingin melepasnya, membuat Johnny mengikutinya melangkah ke arah dapur.

"Kau mau minum apa Hyung?" Tanpa melepas genggaman tangannya, Jaehyun mulai membuka lemari pendingin, berharap menemukan sesuatu yang segar untuk melepas dahaga tamu berharganya ini.

"Apapun, kau tidak ingin melepaskan ini?" Johnny mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Jaehyun.

"Tidak." Jaehyun menggeleng dan mempererat genggaman tangannya. Johnny terkekeh melihat tingkah laku Jaehyun. Anak itu mengambil sebotol sirup dengan sebelah tangannya, mengambil gelas, dan mengeluarkan beberapa ice cube. Semua dilakukan Jaehyun dengan sebelah tangannya.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana sayang." Johnny melepaskan genggaman tangan Jaehyun dan memeluk adiknya ini dari belakang sebagai gantinya. Membiarkan Jaehyun membuatkan sirup untuk dirinya dengan kedua tangannya.

Johnny sesekali mengecup pipi Jaehyun yang masih sibuk membuatkan minuman untuknya. "Ini Hyung." Jaehyun berbalik dan menyerahkan segelas sirup segar kepada Johnny.

"Thank you." Sebelum Johnny meminum sirup tersebut Ia mencuri kecupan singkat di bibir Jaehyun, membuat Jaehyun terkesiap dibuatnya.

Mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Menonton TV, bermain games, Johnny bahkan membantu Jaehyun menyiram tanaman-tanaman yang menghiasi halaman rumahnya. Rumah ini adalah rumah pemberian ayahnya untuk Jaehyun. Ingat waktu Jaehyun dan Johnny terpaksa berpisah? Dan Jaehyun lebih memilih kembali tinggal bersama ayahnya dibandingkan dengan sang ibu. Itu hanya bertahan beberapa bulan karena setelahnya Jaehyun meminta sang ayah untuk membiarkannya tinggal sendiri. Tentu saja ayahnya tidak mengijinkan begitu saja. Butuh beberapa waktu untuk Jaehyun membujuk sang ayah agar Ia bisa pergi dari rumah ayahnya ini, sampai akhirnya sang ayah mengalah dan memberikan Jaehyun sebuah rumah untuk tinggal.

Jaehyun tidak pernah meminta, apa yang diberikan oleh ayahnya ini bahkan lebih dari apa yang dibayangkannya, rumah ini sungguh nyaman dan damai untuk ditinggali. Semenjak saat itu Jaehyun tinggal sendiri, terkadang ayah serta ibunya berkunjung sesekali. Jaehyun tidak pernah memberi tau keberadaannya kepada Johnny. Hari-harinya dilalui sangat sulit saat dia berpisah dengan kakak nya. Saat tinggal di rumah ayahnya, Taeyong beberapa kali berkunjung untuk menemani Jaehyun yang tidak pernah keluar kamar sama sekali. Setidaknya Taeyong berhasil membuat Jaehyun kembali berbicara setelah beberapa saat anak itu sempat membisu.

Jaehyun benar-benar hancur saat terakhir kali bertemu dengan Johnny dan berpisah dengan kakak nya itu. Keadaannya bahkan lebih memprihatinkan dibandingkan Johnny yang mencoba terlihat baik-baik saja. Namun Jaehyun berhasil melalui semuanya sampai akhirnya Ia mendengar kabar jika kakak nya itu akan menikah, saat itu lah Ia merasa jika sudah saat nya Ia mengakhiri penyiksaan ini.

Jaehyun tau Johnny pasti merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakannya. Saat pertama kali Ia melihat kembali kakak nya di hari pernikahannya adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Betapa tampannya Johnny dengan balutan tuxedo nya, Jaehyun tidak akan pernah melupakannya. Jaehyun bahkan merasakan sedikit sesak di dadanya kala menyaksikan Johnny dan Doyoung mengucap janji diatas altar. Dalam lubuk hatinya Ia berharap jika yang yang berdiri disana adalah dirinya. Namun itu adalah suatu hal yang mustahil terjadi, karena ikatanya bersama Johnny yang sudah ada sedari lahir. Ikatan takdir yang menyiksa dirinya dan Johnny.

Saat ini biarkan mereka berdua melawan takdir mereka. Sudah cukup mereka tersiksa karena takdir sialan yang mengikat keduanya. Johnny dan Jaehyun seakan tak peduli hukuman apa yang akan menanti akibat perbuatan mereka ini, satu yang mereka inginkan adalah kebahagiaan. Dan bahagia mereka dapat dari hubungan terlarang yang tidak wajar ini. Mereka cukup waras untuk menyadari perbuatan mereka yang salah, namun amat gila dengan tetap mempertahankannya. Hanya mereka yang mengerti betapa kuat dan dahsyat nya perasaan yang mereka miliki.

"Hyung, apa besok kau akan datang lagi?"

Jaehyun yang kini sedang berbaring diatas sofa dengan paha Johnny sebagai bantalannya bertanya pada Johnny yang sedang asik memainkan rambut halusnya.

"Aku rasa tidak."

"Kenapa?" Ada nada kecewa terdengar dari pertanyaan Jaehyun.

"Keluarga Doyoung mengajak aku dan Doyoung untuk berlibur ke Eropa. Tidak mungkin aku menolaknya bukan? Apa kata mereka nanti."

Bibir Jaehyun melengkung ke bawah setelah mendengar penjelasan Johnny. Kakak nya itu benar, Ia tidak mungkin menolak ajakan keluarga besar itu, bisa-bisa kakak nya nanti di tuding yang tidak-tidak.

"Setelah dari Eropa aku pasti akan kembali lagi. Maka dari itu hari ini aku akan menghabiskan seluruh waktu ku bersama mu."

Wajah Jaehyun kembali berseri setelahnya. Jaehyun menarik Johnny untuk menunduk dan mencium bibirnya. Ciuman singkat yang sangat manis yang akan selalu menjadi candu untuknya.

"Janji, khusus hari ini kau sepenuhnya milikku."

"Janji. Dan itu bukan untuk hari ini saja, Seo Jaehyun."

Johnny merubah posisinya, tubuhnya yang terduduk kini berbalik dan menindih tubuh Jaehyun. Ia dengan lembut mengusap pipi putih sehalus kapas milik adiknya ini. Memberikan tatapan memuja penuh dengan perasaan kasih sayang kepada orang yang terlahir sebagai adiknya. Ada rasa sukur dalam benak Johnny karena Tuhan telah memberikannya seorang adik yang sangat manis dan indah ini. Namun, Ia masih tak bisa menerima jika dalam dirinya mengalir darah yang sama seperti Jaehyun. Jika Johnny terlahir kembali di masa depan nanti, Ia berharap jika Ia bertemu dengam Jaehyun lagi sebagai orang asing. Orang yang tak punya ikatan apapun dengannya. Sehingga mereka bisa mencintai satu sama lain tanpa perasaan berdosa.

Johnny mencuri satu kecupan di bibir tipis Jaehyun. Beralih di kedua pipinya, hidungnya, dan berakhir di keningnya. Menyalurkan rasa sayang dan cinta yang amat mendalam.

"Jaehyun, aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Hyung."

Kedua insan itu terlarut dalam sentuhan yang diberikan. Bibir saling tertaut, rengkuhan yang erat seakan tidak ingin terpisah. Lenguhan yang terdengar indah mengiringi. Johnny memperdalam ciumannya di bibir Jaehyun, lidahnya sedikit bermain, menjilat, dan memberikan sedikit hisapan seakan bibir tipis ini terasa manis seperti madu yang menjadi candu untuknya. Mata mereka sudah tertutup merasakan sengatan dalam tubuh mereka dari sentuhan. Dimana mereka hanya mengikuti bagaimana perasaan bahagia dari respon tubuh yang tidak pernah menolak sentuhan intens yang seharusnya tidak pernah terjadi antara dua bersaudara.

Mereka tidak peduli lagi betapa berdosanya mereka karena perasaan ini. Tidak peduli berapa banyak orang yang tersakiti. Tidak peduli lagi jika mereka memutus garis takdir yang sudah ditentukan. Tidak peduli betapa kentalnya ikatan darah mereka. Yang mereka rasakan sekarang adalah perasaan bahagia dimana mereka saling memiliki, saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi. Untuk kali ini mereka berjanji tidak akan ada satu orang pun yang tau. Cukup Tuhan dan mereka yang mengetahuinya. Cukup detik jarum jam yang menyaksikannya. Tertutup pintu dan terkunci rapat tidak akan terbuka walaupun ada yang mengetuknya. Dinding besar yang kokoh mereka bangun untuk membatasi segalanya. Membuat ruang tersendiri untuk saling mencintai. Untuk kali ini mereka berjanji, jika suatu saat mereka harus berpisah kembali maka kematian adalah alasannya.


~ END ~


Epilog

Jaehyun yang sudah selama beberapa bulan ini hanya berdiam diri dikamarnya. Membaca buku, atau melakukan hal lain seperti menggambar atau menulis. Jaehyun bahkan tidak mau menyentuh ponsel nya, benda canggih berbentuk persegi itu sudah mati tidak berdaya karena pemiliknya yang tidak mempedulikannya. Jaehyun tidak akan pernah mau menyentuh makanan jika dia tidak benar-benar merasa lapar. Tubunya kurus dan pipinya sangat tirus. Yang paling parah adalah Ia tidak pernah bersuara lagi sejak terakhir kali ibunya masuk rumah sakit dan mengetahui hubungannya dengan Johnny.

Sang ayah sudah beberapa kali mencoba untuk mengajaknya bicara. Setiap malam pria itu selalu mampir ke kamar Jaehyun menemani putra bungsunya sampai tertidur. Kadang pria itu menceritakan banyak hal padanya, namun Jaehyun tidak pernah merespon nya. Jaehyun seakan bisu dan tuli. Ayahnya benar-benar putus asa dengan keadan putra bungsunya ini.

"Jaehyun, Appa mohon jangan seperti ini terus. Appa dan Eomma sangat khawatir padamu." Ucapnya kepada Jaehyun yang hanya diam menatapnya datar. Pria itu sudah tidak tau lagi apa yang harus dilakukan.

Sang ibu terkadang datang berkunjung, namun Jaehyun tetap seperti itu. Tidak ada yang bisa membuatnya kembali bicara. Ayah nya sempat mengatakan pada Jaehyun jika Johnny akan datang mengunjunginya. Ia berpikir mungkin dengan hadirnya Johnny akan menjadi solusi dari Jaehyun yang terbisu ini. Namun Ia salah, Jaehyun malah semakin mengurung diri jika Johnny datang. Semuanya sudah dicoba oleh sang ayah agar Jaehyun kembali ceria seperti dulu lagi, tapi usahanya seakan sia-sia.

Taeyong, yang merupakan seorang ahli selalu datang setiap hari. Berkunjung untuk melihat kondisi Jaehyun. Ini adalah satu-satunya cara yang dapat ayahnya Jaehyun lakukan, menyerahkan semuanya kepada seorang ahli yang mungkin akan lebih mengerti.

Taeyong sudah terbiasa menghadapi orang seperti ini. Setiap datang, Taeyong akan mengajak Jaehyun mengobrol, walau tidak pernah mendapatkan respon. Taeyong selalu bermonolog, dan dengan sabar menghadapi Jaehyun. Pria tampan itu bahkan sesekali membantu Jaehyun membacakan sebuah buku, dan selalu bertanya kepada Jaehyun diakhir cerita, pertanyaan seperti 'Bagaimana ceritanya?' 'Apa kau suka karakternya?' Walau Taeyong tau tidak akan ada respon dari Jaehyun.

Jaehyun seakan terbiasa dengan kehadiran Taeyong dan tidak pernah mempedulikan jika dokter tampan itu selalu datang berkunjung. Taeyong tau butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi pasien seperti ini. Kini Taeyong duduk berhadapan dengan Jaehyun yang sedang menggambar. Mereka duduk bersila diatas kasur, dengan Jaehyun yang bersandar pada kepala kasur sambil memangku buku sketsa, dengan tangannya yang sibuk menggambar diatas kertas putih. Taeyong hanya terdiam dan memperhatikan Jaehyun. Sampai pada akhirnya Ia bertanya pada Jaehyun.

"Johnny Hyung itu orang seperti apa?"

Tangan Jaehyun yang sibuk membuat sketsa seketika berhenti saat Taeyong bertanya seperti itu. Sudah beberapa bulan Taeyong selalu mengunjunginya, tidak sekalipun pria tampan itu menanyakan tentang Hyung nya. Ini merupakan hal yang baru bagi Jaehyun.

"Kemarin aku menemuinya." Lanjut Taeyong, melihat respon Jaehyun yang akhirnya terlihat tertarik dengan pembicaraannya.

"Hyung mu sangat tampan. Dia bercerita banyak padaku tentang kesehariannya. Bagaimana pekerjaannya, dan keseharian lainnya. Aku sempat khawatir karena dia pernah meminta padaku untuk memberikannya obat tidur, karena dia bilang beberapa hari ini sungguh sulit baginya untuk tidur, dan..."

"Apa dia baik-baik saja?"

Taeyong tersenyum saat akhirnya Jaehyun meresponnya. Akhirnya Jaehyun mau berbicara lagi, pertanyaan yang ditanyakannya ini merupakan awal yang baik.

"Hmm...bisa ku katakan dia tidak baik-baik saja. Ia-"

"Apa dia sedang sakit?" Jaehyun langsung memotong perkataan Taeyong saat Ia mendengar jika Hyung nya itu tidak baik-baik saja. Terlihat raut khawatir di wajahnya.

"Dia tidak sakit, hanya saja dia tidak terlihat baik-baik saja. Sama seperti dirimu. Kau merindukannya?"

Jaehyun tertunduk, tentu saja dia merindukan Johnny. Sangat merindukannya.

"Jika merindukannya kenapa kau tidak pernah mau menemuinya? Dia pernah beberapa kali berkunjung tapi kau tidak pernah membuka pintu kamarmu untuk melihatnya."

"Aku takut. Aku takut pertahananku hancur jika melihatnya."

Taeyong sudah tau, alasan yang membuat Jaehyun seperti ini merupakan sebuah perlindungan diri. Hal seperti ini bukan hal baru bagi Taeyong. Maka dari itu Ia sudah tidak terkejut lagi mendengarnya. Jaehyun sudah mulai mau merespon nya, jika seperti ini maka merupakan kesempatan untuk Taeyong agar Jaehyun mau mengeluarkan semua beban pikirannya, isi hatinya yang membuat anak ini depresi dan mengurung diri.

"Kau sangat mencintainya?"

Jaehyun mengangguk menjawab pertanyaan Taeyong.

"Adik yang baik memang harus mencintai kakak nya."

Jaehyun terasa sesak saat Taeyong secara tidak langsung mengingatkannya akan status mereka. Tangannya sedikit mengepal, tanda Ia tidak suka dengan fakta itu.

"Tapi rasa cinta yang harus kau sampaikan kepadanya bukan cinta yang seperti itu. Kau tau maksudku?"

"Jadi aku tidak boleh mencintainya?"

"Aku tidak mengatakan kau untuk tidak boleh mencintainya. Rasa sayang terhadap saudara memang sangat diperlukan. Kau harus peduli padanya, karena dia saudaramu, suatu saat dia kesusahan, kau harus ada untuk mendukungnya. Bukan kah begitu? Aku juga punya seorang adik, dan aku sangat menyayanginya."

Taeyong mendekat kepada Jaehyun, dan meraih tangannya yang mengepal. Ia mencoba menenangkan Jaehyun yang terlihat sedikit emosi karena pembicaraan ini. Taeyong harus berhati-hati, salah kata sedikit maka Jaehyun akan salah pula mengartikannya. Ia ingin membuat Jaehyun dapat membedakan mana perasaan sayang dan cinta kepada saudara dan mana perasaan sayang dan cinta kepada kekasih. Dua bersaudara ini tidak bisa membedakan itu, membuat mereka menjalin hubungan yang tak sepantasnya.

"Jaehyun, kau tidak salah jika kau menyayanginya, karena dia itu kakak kandungmu. Itu hal wajar. Hanya saja..."

"Aku bukan hanya sayang, tapi aku mencintainya." Potong Jaehyun.

Taeyong menghembuskan napasnya. Apa yang dikatakan Jaehyun sungguh sangat mirip dengan apa yang dikatan Johnny kepadanya. Johnny yang beberapa kali sempat menjalankan terapi padanya mengatakan hal yang sama seperti apa yang Jaehyun katakan.

"Jaehyun, boleh aku bertanya padamu?"

Jaehyun tidak menjawab, namun Ia menunggu Taeyong untuk mengungkapkan pertanyaannya.

"Apa yang paling membuatmu menyesal?"

Jaehyun terdiam sejenak sebelum Ia bersuara dan menjawab pertanyaan Taeyong.

"Aku menyesal telah terlahir sebagai adik kandungnya. Jika memang aku tidak boleh mencintai dan memilikinya, lebih baik mati saja, dan aku harap aku terlahir kembali sebagai orang asing untuknya."

Taeyong tertegun. Jawaban itu, jawaban yang sama seperti apa yang Johnny katakan. Taeyong tidak yakin jika meluruskan kembali hubungan kakak beradik ini akan mudah. Karena jika seseorang rela bertukar nyawa untuk sesuatu, tandanya sesuatu itu adalah hal yang paling berharga, sesuatu itu adalah nyawa mereka. Johnny dan Jaehyun akan gila atau mati jika siapapun mencoba merusak dan merebut perasaan cinta mereka. Karena perasaan cinta itulah nyawa mereka.


IN TIED BLOOD


HAIIIIIIIIII!

Apakabar semua, FINALLY INI CERITA SUDAH END YAAHH! END!

Saya sebagai penulis mohon maaf sebesar-besarnya jika kalian tidak puas dengan ending ceritanya. dari awal ide cerita ini muncul, memang ending yang terbayang adalah yang seperti ini. Mohon maaf sebesar-besarnya jika progres dari cerita ini sangat lambat, jarang update, dan masih banyak typo didalamnya. mohon maaf jika Star masih belum bisa menyampaikan karakter dalam cerita ini dengan jelas, mohon maaf dengan ending yang mungkin sebagian besar dari kalian tidak merasa puas. tapi itulah apa yang selama ini ingin kusampaikan, ending yang seperti itu yang saya sebagai penulis harapkan sejak awal.

Ada beberapa hal yg pgn aku tanyain ke kalian. please jawab yaahh

1. Puas gak sih sama cerita ini? gak puas? kenapa?

2. Apakah karakter dicerita ini tergambar dengan jelas?

3. Star sudah dapat menyampaikan perasaan dari masing-masing karakter?

4. siapa karakter yang paling tidak kalian suka dan tidak suka?

itu buat survei aja, untuk penilaian pribadi Star terhadap tulisanku. suatu saat Star buat cerita lagi, maka penilaian kalian itu sebagai bahan untuk memperbaiki tulisanku. Terima kasih untuk kalian yang sudah mau membaca, special thanks untuk kalian yang memberikan komen, Star harap di ending chapter ini kalian mau meninggalkan komen juga.

Sekali lagi mohon maaf jika ending dari cerita ini sangat tidak memuaskan. Star tunggu masukan dari kalian semua. Sekali lagi, terima kasih, bye...bye...

-100BrightStars-