Title : Complicated

Cast : GyuKen, GuanHo

Support Cast : 101S2's members

.

"Hubungan kalian tuh udah beda, Gyun, bukan lagi hubungan temen yang bisa berantem seenaknya terus baikan tanpa mikirin masalah sebelumnya. Dia pacar lo, wajarlah kalo dia mau lo perlakuin beda. Apalagi Kenta masih SMA, masa-masa pengen di perlakuin spesial. Yang lebih tua aja kaya gitu." Dongho ngasih saran. Tadi Sanggyun ngajak ketemuan dia sama Hyunbin buat curhat.

"Sebenernya, lo bener suka gak sih sama Kenta?" Hyunbin buka suara.

"Suka, lah." Sanggun nenggak minumnya. "Asal lu tau, dari awal dia berusaha ngancurin hubungan gua sama yang lain gua udah tau ada yang beda dari dia dan nyuri perhatian gua. Gua udah merhatiin dia dari lama, jadi bohong kalo gua bilang gak suka sama dia." Jeda sebentar buat nenggak lagi minumnya. "Lagian yang gua pertaruhin hubungan persahabatan kita, kalo gua gak serius gua bisa aja pura-pura gak tau perasaan dia."

"Kalo gitu kurangin emosi lo." Hyunbin mantikin api buat rokoknya. "Minta maaf sama dia besok. Kasian."

"Kasian ke orang tapi gak kasian sama diri sendiri yang masih jomblo." Dongho berusaha nyairin suasana.

"Kasian lo kaya tapi gak bisa beli kaca. Pantes gak punya pacar."

"Tinggal nyari."

"Cari dong kalo gitu."

"Iya besok nyari yang diskon, mau nitip?"

"Gak usah, besok gue beli aja sekalian beli sarapan."

Sanggyun ngedengus. "Jomblo error emang lo berdua."

.

"Ada apa lagi umma?" Guanlin nanya cepet begitu sampe pekarangan rumah Seonho dan liat ibu Seonho masih di luar.

"Seungho ilang, Lin, bantu umma nyari Seungho."

"Malem gini? Kok bisa?"

"Tadi dia masih sama Seonho. Kamu taulah Seonho mana mau merhatiin adiknya. Pasti di sekitar rumah, gak mungkin keluar gerbang."

Guanlin ikut nelusurin rumah Seonho. Tau sekarang apa yang jadi penyebab Seonho berantem sama ibunya. Kalau Guanlin jadi ibu Seonho dia juga bakal ngelakuin hal yang sama. Seonho masih belum bisa terima kehadiran adiknya dan masih bertingkah seolah-seolah dia masih kecil.

Tapi ya itu karakter Seonho yang susah di rubah.

"Apaan sih!" suara Seonho ngalihirn perhatian Guanlin. Buru-buru dia buka pintu kamar Seonho, dan nemuin Seungho yang lagi nangis denger bentakan Seonho karena ganggu Seonho main game. Guanlin langsung ngegendong Seungho buat nenangin.

"Kamu tuh kenapa sih? Tau gak umma dari tadi nyariin Seungho?" nada suara Guanlin makin tinggi.

"Bodo. Bawa keluar aja sana."

"Dek!"

"Bawa keluar sana!" Seonho bales bentakan Guanlin yang bikin Seungho makin nangis.

Guanlin ngedengus sebelum keluar kamar Seonho. Nyamperin umma Seonho yang ada di bagian belakang rumahnya.

"Ada dimana Lin?"

"Kamar Seonho, umma."

"Ya ampun, umma gak sempet liat kesana. Terus kenapa nangis?"

Guanlin nolak jawab pertanyaan itu, tapi dia yakin ibunya Seonho pasti ngerti.

"Umma bingung gimana lagi kasih penjelasan ke Seonho, Lin."

"Nanti Guanlin ngomong sama Seonho lagi, umma."

Setelah ngomong gitu, Guanlin masuk lagi ke dalem kamar Seonho yang masih asik main game. Dia bahkan gak ngalihin pandangan ke Guanlin sama sekali.

"Dek, kakak mau ngomong."

"Bahas Seungho aku gak mau."

"Kamu tuh kapan dewasanya?"

"Kapan-kapan."

"Dek!"

Seonho ngebanting PSPnya terus mandang Guanlin sengit. "Aku minta kakak kesini bukan buat bentak-bentak aku."

"Kakak ngomong baik-baik kalo kamu juga gitu." Tatapan Guanlin gak kalah tajemnya. Lebih tajem malah dari Seonho.

"Seungho tuh cuman punya kamu, kakaknya cuman kamu. Kamu gak boleh kayak gitu."

Seonho tiduran di kasurnya, nutup seluruh bdan pake selimut. "Kakak pulang aja sana, Seonho mau tidur."

"Kamu denger kakak nggak?"

"Nggak!"

Guanlin buang nafas, pasrah.

.

Kenta nangis sendirian di kamarnya. Yongguk udah pulang beberapa menit yang lalu, dan kondisinya gak jauh lebih baik dari Kenta. Mereka sama-sama shock waktu bangun tidur di tempat yang sama, gak pake baju dan kecium bau yang udah mereka kenal.

Yongguk bahkan butuh waktu lebih dari sejam buat ngerenung di kamar mandi, sedangkan Kenta bengong di kasurnya tanpa ngomong sepatah katapun.

Barulah waktu Yongguk pergi, air matanya jatuh gitu aja.

Kenta takut.

Dia khawatir sama persahabatan mereka dan hubungannya sama Sanggyun.

Sanggyun minta putus, tapi mereka belum bener-bener putus.

Dia masih nangis waktu pintu kamar kebuka dan nampilin Saggyun yang masang tampang kaget di depan pintu. Tangisnya makin pecah, dia bahkan gak bisa jawab sama siapa dia tidur waktu Sanggun tanya.

Kenta takut kelanjutan persahabatan Yongguk sama Sanggyun nantinya bakal renggang. Apalagi Sanggyun itu tempramen, dia bisa ngeluapin emosinya dimana aja tanpa tahu tempat dan siapa yang bikin dia kesel.

Kayak sekarang.

Sanggyun ngejambak rambut Kenta tanpa peduli Kenta ngeringis kesakitan. "Gue tanya lagi, sama siapa lo?"

Kenta masih gak jawab.

"Sakit, Gyun, lepas."

Sanggyun ngelepas kasar sampe Kenta kesungkur di kasurnya. "Mandi. Gua tunggu di bawah 15 menit."

Gak ada pilihan kecuali ngangguk patuh buat permintaan itu.

Sanggyun bener-bener nunggu di mobil. Berkali-kali mukulin dashboard mobil buat ngurangin sedikit emosinya. Alesan kenapa Sanggyun selalu nyekin Kenta setiap Kenta mancing emosinya adalah dia gak mau kelepasan dan ngelampiasin ke Kenta.

Jujur, Sanggyun bisa aja mukul Kenta kalo inget apa yang udah di lakuin pacarnya itu, apalagi Kenta juga cowok. Tapi sekali lagi, Sanggyun ngehindarin itu, dia berusaha sekuat mungkin buat nahan emosinya yang gak stabil kalo di depan Kenta.

Tapi sekarang rasanya gak bisa.
Emosinya di campur rasa kecewa yang dalem buat Kenta.

Kenta masuk ke dalem mobil tanpa suara. Dia juga gak tanya kemana Sanggyun ngebawanya pergi walaupun hatinya was-was. Apalagi setelah mereka berenti di depan club yang asing buat Kenta.

"Ngapain?"

Sanggyun gak jawab. Dia cuman lepas sabuk pengamannya tanpa liat Kenta. "Turun sebelum gue paksa."

Kenta Patuh lagi.

Dia pasrah waktu Sanggyun secara kasar narik tangannya ke dalem dan berenti di salah satu ruangan. Kenta sempet nahan buat tanya lagi, tapi sayang Sanggyun masih aja gak jawab. Dia justru semakin maksa kenta masuk setelah pintu di buka.

Kenta ngeliat beberapa cowok gede tinggi di sana merhatiin mereka. "Yang lain kemana?"

"Kenapa? Lo mau jual pacar lo?" Salah satu orang di sana naikin sebelah alisnya sebelum ngisep rokok di tagannya.

Kenta ngebelalakin matanya, natap Sanggyun gak percaya. "Gyun, nggak."
Dia ngeleng kenceng dan megang erat tangan Sanggyun dan mulai nangis lagi. "Please."

Sayang gak ada respon dari Sanggyun buat permintaan Kenta. "Gue cuman mau kasih apa yang dia mau."

"Emang apa?"

"Tidur sama banyak cowok."

Kenta ngecelos begitu denger Sanggyun. Pegangannya ngerenggang, gemetar ketakutan waktu ngeliat pandangan tajem beberapa orang itu ke arahnya. "Gyun, jangan, please."

"Yakin?"

Sanggyun ngedengus sebelum ngangguk. "Iya."

"Tinggalin disini."

Satu orang yang paling deket ngambil alih Kenta yang semankin ngerapetin badannya ke Sanggyun. Badan Kenta yang kecil sama tenaganya yang gak sebanding, bikin pertahannya gampang runtuh. Sedangkan Sanggyun langsung pergi dari sana, ngindarin Kenta yang terus-terusan neriakin namanya.

Dua dari mereka mulai ngelucutin baju Kenta susah payah karena Kenta berusaha ngelawan walaupun akhirnya dia tetep kalah.

Kenta ngejerit kenceng.

Dia malu sekaligus takut. Di sana diisi dari 5 orang cowok yang liatin dia dan mereka punya porposi badan bagus. Dia sadar dia bakal kalah dengan sekali liat.

"Leo, Aron telepon." Suaranya ketangkep indra pendengaran Kenta.

"KAK ARON!" gerakan mereka kehenti, satu orang nutup mulut Kenta dan minimalisir pergerakannya yang ngegeliat berusaha ngelepas badannya.

Siapa?

Leo-cowok yang tadi di sebut- sengaja ngerasin suara panggilannya.

"Pacar Sanggyun."

Kenta? Kenapa ada di situ?

"Sanggyun yang bawa."

Lepasin.

"Sorry, Bro, udah setengah jalan." Kenta yang sempet lega sekarang mulai ngeberontak lagi. "Kecuali lu ngasih yang baru."

Yang penting lepasin dulu.

Suara pintu di buka paksa kedenger.

Sanggyun balik lagi.

Nyingkirin dua orang yang ada di sekitar Kenta paksa dan bawa keluar Kenta yang di lapisin selimut putih tebel tanpa sepatah katapun.

"Dasar." Ravi yang sempet kena dorongan Sanggyun ngedengus geli.

"Masih aja, anak kecil." Dia beralih mandang temennya. "Kai, rapihin bajunya, kasih ke Sanggyun cepet."

.

"Breaking news." Woojin yang lagi kumpul bareng Guanlin, Samuel, Jinyeong sama Haknyeon buka koran beberapa hari yang lalu. "Seorang anak kecil meninggal ketika bermain petak umpet."

Semua ngalihin pandangan ke dia.
"Beneran kayak gitu beritanya."

"Kayaknya itu headline 15 tahun yang lalu, nama anaknya Park Woojin bukan?"

"Bukan. Lee Daehwi." Bales Woojin sambil nyengir.

"Enak aja lu, masih sehat pacar gue."

"Lagian, orang serius gue baca koran."

"Ngaco aja beritanya."

"Beneran. Ini bocah ngumpetnya di tiang listrik waktu ujan." Woojin ngelempar koran ke Samuel. "Baca aja."

"Ogah, mending ngedongengin Daehwi."

"Bilang Daehwi, udah gede, jangan kayak bocah minta di dongengin."

"Bisa diem dulu gak kak?" tangannya gerak buat ambil rokok di atas meja.

"Awas lu pulang ketemu Seonho terus bau rokok." Haknyeon kasih peringatan yang di respon Guanlin. Dia batal ngambil rokok dan milih makan snack.

"Kenapa sih Lin? Seonho minta di nikahin? Apa jajannya kurang banyak?"

"Pacar lo bertiga tuh yang kurang makan."

"Kak Sanggyun sama Kenta kenapa?" Jinyoung tiba-tiba ngalihin percakapan.

"Apanya kenapa?"

"Kak Aron nanya di grup. Baca deh."
Mereka otomatis liat hp masing-masing dan buka grup chat line.

Aron
Ada apa sama Kenta Sanggyun? Kenapa gak ada yang bilang ke gue? 11.45

Selang beberapa detik Aron nelepon Guanlin yang langsung di jawab cepet dan nge-load suaranya.

Lin, lu tau sesuatu?

"Nggak, kak, gue gak tau apa-apa. Tadi malem dia emnag ngajak gue minum, tapi gak tau ada masalah apa sama Sanggyun."

Tadi waktu gue telepon Leo, dia ada sana. Sanggyun yang bawa, tapi dia yang ngambil lagi.

Guanlin mikir keras. Guanlin emang tau mereka ada masalah, tapi Kenta gak cerita apa masalahnya tadi malem. Tapi kalau udah kayak gini, bukannya masalahnya udah berat ya?

"Biar nanti gue tanya Kenta kak."

Jagain, Lin, lu tau gimana emosi Sanggyun kan?

"Iya kak, gue jagain. Gue kasih kabar lo secepatnya."

Oke.

Guanlin matiin sambungan teleponnya.

Dia mandang Samuel heran. "Gue gak tau masalahnya separah ini."

"Gue juga."

"Waktu lo kesana dia gak ngomong macem-macem?"

"Nggak."

"Waktu lo pulang dia sama siapa aja?" Ganti Jinyoung yang nanya, ikut nerawang kejadian semalem.

"Cuman sama kak Yongguk."

"Kak Yongguk mabok?"

"Nggak, biasa aja."

"Jangan mikir macem-macem lo!" Haknyeon yang tau arah pembicaraan Jinyoung mukul kepala temennya kenceng.

"Cuman mikir, Jing." Jinyoung bales mukul. "Kak Sanggyun tuh bukan tipe yang pinter nahan emosi. Dia gak mungkin nunda-nunda marah. Aneh kan kalo dia marah kemarin terus ngelampiasinnya sekarang?"

Guanlin nyenderin punggungnya ke sofa.

"Apalagi kalo kejadian kayak tadi... mikir sampe monyet botak juga lebih etis kalo di lakuin malem-malem."

Guanlin ngacak rambutnya, pusing. "Stress gua."

.

CIIIT

"Arggght!" Sanggyun mukul kuat stir mobilnya setelah berenti mendadak di pinggir jalan yang sepi.

Nyembunyiin kepalanya di antara kedua tangannya yang sekarang lagi megang stir mobil kuat beberapa menit buat ngatur emosinya sebelum ngangkat kepalanya lagi liatin Kenta yang masih nangis di sampingnya.

Kenta masih di balut selimut putih, baju yang tadi sempet di kasih Kai masih ada di kursi belakang, belum ada niatan buat make bajunya.

Badannya masih gemetar hebat, kalau aja Sanggyun liat, pegangan Kenta ke selimutnya sama kuatnya kayak pegangan Sanggyun ke stir mobil tadi.

"Sama siapa, Ken? Lo yang nyembunyiin gini justru bikin gue makin emosi."

"Maaf, Gyun."

Sanggyun nangkup kedua pipi Kenta, mandang pacarnya itu dalem sebelum nanya lagi. "Siapa?"

"Yong-guk."

Ganti Sanggyun yang gemetar. Air matanya jatuh gitu aja begitu denger nama sahabatnya itu, walaupun Sanggyun udah nebak dari awal kalo pasti salah satu sahabatnya yang ngelakuin, tetep aja rasanya dia ancur.

Sanggyun gak tau lagi harus ngomong dan reaksi kayak gimana. Dia cuman nyalain mobilnya dan berenti di depan rumah Jonghyun yang gak jauh dari sana.

.
TBC
.