Bad End Night

Disclaimer : Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi. Dan Vocaloid milik Yamaha Corp. Sedikit crossover Ansatsu Kyoushitsu milik Yūsei Matsui

Summary : ini hanyalah kisah Kuroko Tetsuya yang tersesat dirumah Akashi. "oh ada tamu"/ "sepertinya kita dapat tamu tak diundang"/ "pelakunya adalah kau nanodayo!" ujarnya sambil menunjuk Kuroko/ "minna... maafkan aku..." bisik Kuroko.

.

.

.


Pagi yang cerah dikediaman Kuroko. Langit yang dihiasi oleh awan awan lembut membuat suasana menjadi sejuk.

Kuroko Tetsuya keluar dari kediamannya untuk pergi ke sekolah. "um? " Kuroko melihat sepucuk surat keluar dari kotak surat didepan rumahnya, dia pun mengambilnya.

Lelaki imut bersurai biru muda itu tampak bingung. Melihat surat itu saja sudah membuatnya ragu. Bentuk surat itu seperti surat yang sudah sangat lama.

Surat putih kekungingan dengan bercak darah yang masih baru dan bergambar pelangi. Diluar surat tersebut tertulis 'Dear Mr. Kuroko Tetsuya'

Surat tanpa nama pengirim dan perangko itu penuh misteri bagi Kuroko. Kuroko pun membawanya ke sekolah.

=== (/^o^)/ ===

Entah disekolah, dalam pelajaran, maupun istirahat sekolah, Kuroko selalu memikirkan surat tersebut. Kuroko sudah membukanya , namun isi surat itu kosong dan didalam amplop tersebut berisi alamat dan menyuruhnya ke sana.

Kenapa suratnya gak langsung saja dikirim ke rumahnya sih? Kenapa harus ke rumahku? Pikir Kuroko heran dengan pengirim surat.

Dengan hati bimbang, dirinya pun pergi ke gym sekolah untuk latihan basket.

=== (/^o^)/ ===

Ini pertama kalinya Kuroko merasa seperti perempuan galau. Memikirkan surat saja sampai sebegininya. Tinggal antar dan pulang, selesai deh.

Tapi masalahnya, tempat rumah itu agak jauh dari sekolahnya dan sangat jauh dari rumahnya. Dia menghela nafas pendek disela sela latihannya.

Jika semua orang melihat Kuroko sekarang, pasti mereka akan mengira Kuroko baik baik saja karena dia masih berwajah datar. Tapi tidak dengan Riko dan Kagami.

Dengan insting perempuannya, Riko tahu Kuroko sedang memikirkan sesuatu , apalagi cahanya yang telah lama menjadi partner si bayangan Seirin.

#PRIIIT!

"latihan diistirahatkan" teriak pelatih perempuan mereka, Aida Riko. Mereka semua pun berhamburan untuk istirahat.

Riko dan Kagami memilih untuk duduk didekat Kuroko yang sedang membersihkan keringatnya. "Kuroko, kau ada masalah? " tanya Riko to the point.

Karena pertanyaan Riko, kini semua duduk mengelilingi Kuroko dengan wajah penasaran, sedangkan Kuroko langsung membeku ditempat.

"tidak apa apa kok, Kantoku" jawab Kuroko berbohong. Kan malu kalau dia lagi mikirin surat gak jelas itu.

Kagami yang tahu Kuroko bohong pun jengah sendiri "sudahlah Kuroko, jujur saja. Aku tahu kau punya masalah, jangan bohongi cahayamu ini Kuroko! " ujar Kagami sambil mengacak rambut Kuroko.

Kuroko pun diam dan mengalah. Akhirnya dia pun mengeluarkan surat itu "ini masalahku" ujarnya ambil menunjukan surat tersebut.

"heeee?! " koor mereka semua saat melihatnya. "kau dapat surat cinta Kuroko?! " tanya Furihata kagum, sedangkan yang lain memandangnya dengan iri.

. Kuroko menggeleng menjawab pertanyaan Furihata "bukan" jawab Kuroko "ini surat yang menunjukan bahwa aku harus mengantar surat ini ke alamat yang ada disurat tersebut" ujar Kuroko datar.

Hyuuga Junpei, sang kapten basket pun mengambil surat tersebut dan membuka suratnya, dan ternyata isinya memang seperti yang dikatakan Kuroko.

Melihat alamat tersebut , Kiyoshi langsung berwajah serius. "inikan alamat yang letaknya lumayan jauh dari sekolah, kapan kau akan mengantarkannya Kuroko? " tanya Kiyoshi serius.

"lebih cepat lebih baik" jawab Kuroko dengan datar. Yang lain gemas sendiri. "ya sudah, antar saja. Apa susahnya sih? " komentar Kagami.

Dan Kuroko pun bertekad(?) akan mengirimnya sekarang atas saran semua anggota tim.

=== (/^o^)/ ===

Hari masih siang , Kuroko baru saja meninggalkan sekolahnya, tapi apa tidak mencurigakan surat itu?

Sambil berfikir, Kuroko tanpa sadar sudah hampir sampai ditempat tujuannya.

Tiba tiba saja hari sudah sangat sore, padahal dia berangkat jam setengah 3 siang. Selama itukah dia berfikir?

Semakin lama dia berjalan, semakin gelap jalan yang dia lewati. Dia juga sudah mulai tersesat saat ini.

Dimana dia? Rasanya hanya ada pepohonan disekitarnya. Hutan? Dia berada ditengah kota Tokyo, jadi tidak mungkin ada hutan disini.

Kuroko menggeleng pelan. Bukan saatnya untuk memikirkan itu. Saat sedang berjalan , dia melihat sebuah rumah yang sangat besar.

Rumah itu seakan akan memanggilnya untuk ke dalam. Karena hari semakin gelap, Kuroko mendekati rumah tersebut.

Rumah itu terasa mati bagi Kuroko. Pintunya bahkan terlihat rapuh , seperti tak terurus. Dengan ragu Kuroko mengetuk pintu tersebut. "permisi, apakah ada orang didalam? " seru Kuroko.

=== (/^o^)/ ===

Malam ini malam yang penuh kebosanan bagi mereka semua yang ada didalam mansion besar itu. "Aku sangat bosan" tutur sang nyonya mansion tersebut sambil duduk disofa.

Lelaki paling pendek di rumah ini pun menanggapi perkataan wanita itu "kami juga bosan istri-ku" ujarnya sambil melemparkan kartu bergambar vampire. "mungkin saja nanti ada vampire masuk rumah kita? " ujar si tinggi besar.

Sang boneka pun melemparkan kartunya juga yang bergambar serigala "mungkin juga serigala yang akan datang-ssu? " sang boneka bertanya kembali pada majikannya.

Kembaran dari boneka itupun melemparkan kartu juga yang bergambar frankenstein "siapa tahu aja yang datang monster Frankenstein! " serunya sambil tersenyum aneh.

"...atau tamu yang tak diundang? " ujar lelaki paling kecil diantara mereka semua sambil tersenyum mengerikan.

#tok!tok!tok!

"permisi, apakah ada orang didalam? " suara seseorang tak dikenal pun muncul diantara mereka semua.

Ke 2 boneka tadi pun tertawa pelan mendengar suara itu "sepertinya kita sudah menemukannya-ssu... " ujarnya senang.

"ah kau benar, tamu tak diundang yang kita cari... " ujar boneka yang satu lagi sambil menampilkan senyum licik.

=== (/^o^)/ ===

Kuroko menunggu cukup lama sampai pintu itu dibuka oleh seseorang. Keluarlah sosok bertubuh tinggi -sangat tinggi- memakai pakaian butler dan berambut ungu dibalik pintu.

"oh ada tamu" ujar butler itu dengan senyum aneh.

Kuroko heran dengan senyum butler itu, namun dia abaikan hal tersebut. "ano, maaf sebelumnya, tapi bolehkah saya menginap disini selama satu hari saja? " pinta Kuroko pada butler itu.

Butler tersebut membuka pintu lebih lebar dan menampilkan isi rumah yang mewah. Dari depan mungkin terlihat angker, namun didalamnya sangat mewah bergaya eropa.

Di dalam sudah ada beberapa orang yang berdiri. Kini Kuroko merasa ada yang aneh pada rumah ini.

"tentu boleh... " ujar butler tersebut sambil berjalan menuju orang orang itu. "kami menyambut siapa saja yang bertamu di rumah ini nanodayo" ujar pelayan berambut hijau menggunakan kacamata.

Kuroko mengangguk dan melangkah pelan memasuki mansion tersebut. Dia menatap orang orang yang ada disini satu persatu.

Aneh. Mereka semua terlihat seperti anak SMA dan SMP , Kuroko jadi bingung harus bagaimana memanggil mereka.

"ayo ayo-ssu! Jangan malu malu" ujar pria berambut pirang yang menggunakan pakaian abad 90-an berwarna coklat tua dan renda putih sebagai ekor bajunya.

"ha'i" angguk Kuroko mengiyakan. Si pirang itu terus menempel pada pemuda berambut navy blue berkulit gelap tersebut. Pakaian si navy juga tak jauh berbeda dengan si pirang, namun dia menggunakan jas seperti butler berwarna coklat tua dengan topi bulat coklat dikepalanya.

Si navy terus tersenyum dengan aneh pada Kuroko membuat Kuroko agak merinding melihatnya.

"siapa namamu? " tanya pemuda berambut merah yang tingginya sedikit lebih tinggi darinya. Kuroko mengamati pemuda itu dan dia memakai pakaian semi formal.

Bisa dipastikan bahwa Ia adalah anak dari pemilik rumah ini.

Pemuda itu mendekati Kuroko agar bisa menatap langsung wajahnya, dan Kuroko baru sadar bahwa pemuda itu memiliki mata heterocrom yang indah, yaitu merah-kuning.

"ah, maaf atas ketidaksopanan saya, nama saya Kuroko Tetsuya" ujar Kuroko sambil membungkuk ke arah pemuda merah itu.

Diam diam pemuda itu menyeringai, "baiklah Tetsuya, nama ku adalah Akashi Seijuurou. Aku adalah pemilik mansion ini. Dan kau tak perlu memanggilku dengan suffix -san" ujar Akashi panjang lebar.

'pemilik?' batin Kuroko bingung. Tapi Kuroko berpikir positif kalau Akashi kehilangan orang tua nya dan mengharuskan dirinya mengatur rumah sendirian.

"salam kenal, Akashi kun" ujar Kuroko sambil membungkuk hormat.

Akashi memberi kode pada yang lain agar memperkenalkan dirinya "namaku Murasakibara Atsushi... aku suka makan... makan Kuro-chin juga boleh" ujar si butler dengan nada malas.

'chin?' batin Kuroko heran. Baiklah, dia kira Murasakibara adalah sosok yang dewasa. Ternyata kebalikannya.

Kuroko tak bisa berkomentar banyak lagi selain mengangguk "salam kenal Murasakibara kun" ujar Kuroko membalas salam Murasakibara.

Sekarang giliran pelayan hijau yang sibuk dengan kacamatanya "aku Midorima Shintarou. Zodiak-ku adalah Cencer nodayo dan hari ini lucky itemku adalah kacamata" ujar pemuda itu dengan senyum aneh.

Kuroko manggut manggut saja "ha'i Midorima san" ujar Kuroko sambil membungkuk sedikit.

"-kun saja nanodayo" ujar Midorima yang merasa aneh dipanggil sopan begitu oleh Kuroko. Dan kuroko hanya meng-iya-kan saja.

Dan sekarang giliran 2 kopi susu abad 90-an yang maju dengan ceria "namaku Kise Ryouta-ssu! " ujar si pirang "dan namaku Aomine Daiki, yang bisa mengalahkan aku hanyalah aku! " ujar si navy tak kalah heboh.

Kuroko menatap mereka berdua, bingung dengan pakaian mereka. Mereka selalu menempel sejak tadi dan mereka selalu berpegangan tangan.

"ha'i Kise-kun, Aomine-kun" ujar Kuroko masih mempertahankan wajah datarnya.

"dan aku Momoi Satsuki! Istrinya Akashi-kun! " ujar wanita bersurai sakura itu sambil merangkul lengan Akashi dengan manja. Akashi hanya memberikan senyum lembut padanya.

'istri?' sekarang Kuroko semakin yakin ada yang aneh disini. Namun mengingat kebanyakan sifat perempuan memang seperti itu pada pacarnya jadi kuroko mengangguk saja.

"ha'i, salam kenal Momoi san" ujar Kuroko lagi.

Sekarang tinggal yang terakhir, sosok terpendek diantara mereka yang Kuroko yakini sebagai anak SMP. "halo Kuroko-nii! Namaku Shiota Nagisa, panggil saja Nagisa! "

Sosok berambut biru muda yang serupa dengannya tersenyum lebar. Dia mengikat rambutnya yang agak panjang menjadi twintail.

Dia memakai dress putih yang digradasikan dengan warna biru muda selutut yang terlihat elegan.

Berbeda dengan Momoi yang memakai kimono modern seperti gaun.

Kuroko mengangguk lagi "salam kenal Nagisa-san" ujar Kuroko ramah.

"sekarang sudah malam! Diluar dingin dan berbahaya, ayo kedalam! " ajak Momoi yang masih setia merangkul lengan Akashi.

Kuroko pun dibawa (baca : diseret) ke ruang tengah oleh Nagisa.

=== (/^o^)/ ===

Mereka semua berkumpul diruang tengah untuk menyambut kedatangan Kuroko. Mereka sangat ramah padanya membuat Kuroko ikut tersenyum melihatnya.

Namun bagi Kuroko, rumah ini tak ada kesan hangat sedikitpun. Tetap dingin serti...

.

...mati.

"hei hei! Ayo kita buat pesta-ssu! " seru Kise bersemangat. Yang lain memandangnya penuh tanya. "ayo kita buat pesta untuk kedatangan Kurokocchi-ssu! " lanjutnya.

Kuroko menggeleng tidak setuju "terimaksih Kise-kun, tapi aku hanya satu malam saja disini jadi aku rasa itu tidak perlu" tolak Kuroko sambil membungkuk.

Aomine tiba tiba merangkul Kuroko dari belakang. "ayolah Tetsu! Kau adalah tamu! Biarkan kami membuatmu senang dirumah kami! " bujuk Aomine berusaha akrab dengan kuroko.

Tapi Kuroko tetap menolak ajakan Aomine. "ayo minum wine, b-bukan berarti aku juga ingin merayakannya nanodayo! " tawar Midorima dengan tsunderenya.

'mereka sangat keras kepala' batin Kuroko jawdrop "tidak Midorima-kun, aku tidak boleh minum wine" tolak Kuroko lagi , yang lain terlihat kecewa karena Kuroko terus menolak.

"biarkan kami menyambutmu Tetsuya, itu adalah cara kami kepada para tamu kami" ujar Akashi penuh penekanan , Kuroko langsung mengangguk.

"tapi aku tidak suka pesta" ujar Kuroko datar karena tak sengaja melihat daftar makanan ditangan Midorima yang sangat banyak.

"baiklah Tetsuya, bagaimana jika kami menyambutmu dengan bermain basket? " tanya Akashi tersenyum menantang.

"tunggu Akashi! Kau mengajaknya bermain basket? Belum tentu dia bisa bermain basket! " ujar Aomine menolak perkataan tuannya dengan tidak sopan.

Akashi langsung menghadiahi Aomine dengan tatapan maut yang membuat Aomine langsung diam disamping Kise. "jangan remehkan aku Aomine-kun, aku bisa bermain basket" bantah Kuroko dengan wajah datar.

Aomine hanya ber-oh ria. "semuanya, makan malam sudah siap nanodayo" sela Midorima tiba tiba.

Mereka pun makan malam bersama.

=== (/^o^)/ ===

"baiklah, kelompok akan aku bagi menjadi 2 , kita main 3 on 3" ujar Akashi memberi perintah dan disetujui oleh mereka.

Setelah makan malam, mereka benar benar berkumpul untuk bermain basket bersama "aku jadi manager-nya! Dan Nagisa chan jadi wasitnya! " ujar Momoi penuh semangat. Semuanya menyetujui pendapat Momoi dengan senang hati.

Kelompok dibagi menjadi 2 , yaitu tim Aomine , Kise, dan Kuroko melawan tim Akashi, Midorima, dan Murasakibara. Biru melawan Merah.

Mereka semua menikmati permainan basket mereka dengan riang bagai lupa akan dunia. Senyum mereka, tawa mereka, suara mereka membuat suasana menjadi hangat.

Kuroko merasa aneh, dari tadi yang dia rasakan dirumah ini begitu dingin dan mencekam meski mereka ramah. Namun sekarang terasa hangat berkat permainan basket mereka.

Kuroko tersenyum kecil melihat mereka sedang bersenda gurau layaknya tim sungguhan. Mengingatkannya pada tim basket Seirin.

#PRIIIT!

"yap! Permainan selesai! Pemenangnya adalah tim Merah dengan score 98-100" ujar Nagisa dengan riang. Mereka semua kembali tertawa.

Momoi datang membawa minuman isotonik dan handuk untuk para pemain "permainan yang sangat menyenangkan ya semuanya" ujar Momoi sambil memberikan minuman kepada mereka.

Nagisa ikut membantu membagikan handuk pada mereka sedangkan Momoi memberi perhatian lebih pada Akashi sang suami. "permainanmu sangat bagus Tetsu! Tak pernah aku melihatnya, bahkan Akashi sampai mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk melawanmu! " puji Aomine.

"terimakasih Aomine-kun" balas Kuroko singkat sambil mengambil kembali suratnya.

"surat apa itu Tetsuya? " tanya Akashi saat melihat surat tersebut.

Kuroko menatap Akashi sesaat sebelum menjawab "aku tidak tahu, surat ini menyuruhku ke sebuah rumah, dan aku malah tersesat kesini" jelas Kuroko sambil menunduk.

Kuroko merasa sebuah tangan besar mengelus kepalanya sedikit kasar. "tinggalah disini Kuro-chin... sampai matahari datang" pinta Murasakibara dengan nada memohon.

Kuroko hanya mengangguk mengiyakan, memang itulah tujuannya "ah! Sudah hampir tengah malam! Ayo semuanya mandi dan tidur! " ujar Momoi memperingatkan.

Mereka pun berhamburan ke kamar masing masing.

=== (/^o^)/ ===

Setelah selesai mandi, Kuroko mengecek HP-nya kembali. Sinyalnya tidak ada sama sekali, dia jadi tidak bisa menghubungi orang rumah untuk memberi kabar.

"dia pasti khawatir" Kuroko menghela nafas dan terlelap karena mengantuk.

=== (/^o^)/ ===

Ini aneh, Kuroko sudah berkali kali tertidur dan terbangun , namun pagi hari tak kunjung datang.

Lelah untuk tidur, Kuroko pun pergi keluar dari kamarnya.

Di luar sangat sepi, membuat rumah ini semakin mencekam dari biasanya. Bahkan Kuroko tak bisa mendengar suara detak jarum jam. Kuroko melihat menara jam untuk memastikan namun jam tersebut tidak bergerak.

Kuroko pun berfikir positif bahwa jam itu rusak. Dia kembali melanjutkan penjelajahannya agar dirinya kembali mengantuk.

Saat beberapa lama berjalan, Kuroko tanpa sengaja menemukan sebuah pintu rahasia. Karena penasaran, dia membuka pintu tersebut.

Dibalik pintu tersebut terdapat tangga menuju bawah tanah. "maaf Akashi-kun" ujar Kuroko kembali menuruni tangga.

Saat sampai didasar, betapa terkejutnya dirinya melihat banyak peti mati. Kuroko membuka peti mati pertama dan isinya adalah Akashi Seijuurou.

Kuroko menyalakan HP-nya agar matanya dapat dengan jelas lagi melihat isi peti mati itu dan ternyata benar isinya adalah Akashi.

Tubuh Kuroko bergetar hebat, ia ingin berteriak namun tak bisa. Ini sangat sangat aneh baginya dan dia mulai ketakutan.

Pertama, dia mendapat surat misterius di depan rumahnya, lalu bertemu dengan orang orang mati. Dan nanti apa lagi? Malam berkelanjutan begitu?

Kuroko langsung melihat HP-nya, benar saja, jam masih menunjukan pukul 23.59 malam. Kuroko bertambah takut dan bingung.

"tuhan... bagaimana caraku untuk pulang...? " monolognya pada diri sendiri.

'cara agar pulang pasti ada dirumah ini, kunci jawaban untuk pertanyaanku... kunci... kunci... kunci rumah... terbuat dari besi... kaku dan dingin... seperti mayat... dingin?' batin Kuroko sambil berfikir.

Saat itu juga ingatannya terarah pada menara jam tadi "ku temukan" ujar Kuroko.

=== (/^o^)/ ===

Sedangkan diruang tamu, semua penghuni mansion tersebut berkumpul dan panik. "aku tak bisa menemukan halaman selanjutnya! " pekik Aomine panik.

Ditengah ruangan tersebut terdapat buku skripsi untuk pertunjukan drama yang halaman terakhirnya telah robek.

Mereka semua kebingungan karena tak kunjung menemukan halaman tersebut dimana mana "sebenarnya apa yang terjadi? Semenjak kita selesai bermain basket, waktu berhenti disini" ujar Momoi panik.

" Halaman akhir pertunjukan ini juga menghilang-ssu! " pekik Kise lagi. "Kuroko juga tidak ada dikamarnya nodayo" ujar Midorima menahan panik.

Semua berkumpul mengelilingi buku itu "tenang semuanya, kita pikirkan ini baik baik" ujar Akashi memberi instruksi.

Semua mengikuti perkataan Akashi "apakah dalam halaman itu pelakunya akan terbongkar/-ssu? " tanya Kise dan Aomine bersamaan.

Momoi menjadi panik "halaman masa depan itu... " lirih Momoi. "eh? Tunggu papa, mama! Bukannya Kuroko-nii membawa surat yang aneh? " tanya Nagisa pada Akashi dan Momoi.

Akashi yang punya kecerdasan diatas rata rata itu pun terkejut "bagaimana ia mengetahuinya? " tanya Akashi tak habis pikir dengan Kuroko.

Mata Kurasakibara yang awalnya terlihat malas kini membulat "jangan jangan... " ujarnya terpotong.

"ya, satu satunya yang dapat melakukan itu... " Nagisa memotong ucapannya dan mereka menatap ke arah Kuroko yang sedari tadi sudah berada diruang tengah membawa jarum jam dan surat.

"pelakunya adalah kau nanodayo! " tunjuk Midorima pada Kuroko.

Kuroko menundukan kepalanya "kenapa kalian menjadi seperti ini...? kalian mempermainkanku bagaikan boneka... " ujar Kuroko datar, namun air mata menalir dari pelupuk matanya.

"Tetsuya, kembalikan halaman akhir dari pertunjukan ini" ujar Akashi dengan nada memerintah dan mengeluarkan aura ABSOLUTE nya.

Kuroko menggeleng sambil menghapus air matanya "tidak Akashi-kun. Aku ingin kalian pulang, dan aku juga pulang Akashi-kun... kembalikan aku Akashi-kun... " ujar Kuroko sambil mendekat kearah mereka semua.

Kuroko berjalan dan mendekat kearah Akashi dan langsung menikam jantung Akashi dengan jarum jam yang tajam layaknya pisau. "pulangkan aku dan dirimu Akashi-kun... " lirihnya pelan.

Melihat aksi Kuroko, mereka semua dilanda kepanikan. "apa yang kau lakukan Tetsu-kun! " teriak Momoi yang bersiap menangis karena melihat suaminya terbaring bersimbah darah.

"kalian juga... pulanglah! " tanpa ampun, Kuroko membunuh mereka semua tanpa sisa. Ini juga bukan keinginan Kuroko, kuroko ingin malam penuh kegilaan ini berakhir.

"semuanya... maafkan aku... " bisik Kuroko sambil menangis diantara mereka semua yang terbaring tak bernyawa dengan darah tersebar dimana mana.

=== (/^o^)/ ===

Hueee, akhirnya seminggu menghilang akibat galau pun selesai :'v nyahaha
Ini semua gara gara guru disekolah -3-)/
Yap, terlalu banyak ide berkeliaran dikepala sumpah menjadikan aku membuat cerita abal ini selama seminggu :'v
Nyahaha, lama amat ya? Kan saya tulis dulu dibuku baru diketik, dan saya suka males nulis mendadak, ya jadilah seminggu jadi :'v

banyak banget halangan disini sumpah :'v dari mulai sekolah sampai fisik saya dipertaruhkan(?) :'v

#gaknanya!
Baiklah, see you next week(?) mungkin :v

review ya!