My annoying brother (Bab 1)

.

.

.

Hari yang paling diminati semua orang adalah akhir pekan. Dimana berkumpul bersama keluarga tidak akan pernah terlewat sia-sia. Biasanya mama akan memanggang kue pie susu yang enak. Dan jujur saja, Jongin sangat suka hal itu. Mungkin dia sudah terbiasa dengan kehidupan keluarganya. bersama mama, Siwon appa, dan adik angkatnya.

Apalagi saat dimana ia bisa melihat Jungkook yang memang pada dasarnya jahil sedang merecoki mama di dapur. Adik kandungnya itu sangat jahil, tetapi ketika mama meminta Jungkook untuk pergi berkencan anak itu menunjukan wajah merona seperti udang rebus. Itu sangat menggemaskan, sehingga berbalik mama yang menggoda Jungkook.

Sementara saat dirinya melintasi ruang keluarga, ia melihat Sarang dan ayah tirinya sedang bermain bersama. Kasih sayang seorang ayah terlihat begitu jelas di mata seorang Choi Siwon. pria paruh baya itu selalu menatap dirinya penuh kasih dan selalu mencoba mengerti dirinya sebagai seorang ayah yang baik.

Tetapi Jongin adalah Jongin. Seseorang yang tidak terbiasa diperlakukan seperti anak kesayangan ayah. Dimana dirinya yang dulu begitu membenci ayah kandungnya sendiri entah apa alasannya.

Jongin akan bersikap kaku, sekalipun Siwon appa mencoba untuk lebih dekat dengannya. Tetapi yang dilakukan pria itu hanyalah tersenyum, dan masih selalu mencoba meski ia tahu Jongin akan seperti itu. Entah kapan putra tirinya itu berubah.

"Jongin"

Suara berat itu memanggil namanya. Jongin menghentikan langkahnya ketika Siwon appa memanggilnya. Sepertinya itu penting, sebagai seorang anak Jongin harus bersikap hormat pada ayahnya.

"Iya, appa" sahutnya.

Sang ayah mengulum senyum tipis. Siwon appa bilang, pagi ini cuaca sangat dingin mengingat mendung di luar sana. Dia mengingatkan Jongin untuk memakai jaket dan syal jika Jongin hendak bepergian keluar rumah.

"Ah.. ini informasi yang tidak relevan sekali" kata Siwon appa, dengan tawa kecilnya.

Jongin tahu, Siwon appa berusaha untuk menjadi seorang ayah yang baik untuknya. Dan sebagai orang yang tidak bisa melihat orang lain kecewa, Jongin pun menghiburnya.

"Tidak..Ini sangat penting, appa" Kata Jongin, perlahan. Senyum di wajahnya membuat guratan cemas di wajah sang appa menghilang. "Terimakasih"

"Jongin" Siwon appa kembali memanggilnya.

Dan untuk kedua kalinya Jongin berbalik. ia bisa melihat wajah bahagia Siwon appa tepat di matanya. "Terimakasih" ucapnya.

Saat itu, seolah waktu terhenti tepat dimana ia berpijak. Teringat kembali ketika Siwon appa memintanya untuk memanggil pria itu dengan sebutan appa. Jongin bahkan lupa, kapan terakhir kali dirinya membuat pria yang sudah nyaris 10 tahun menjadi ayah tirinya tersenyum bahagia seperti itu.

Karena jujur saja, ia memilih menetap di Australia hanya untuk menghindari sang ayah. Dimana ia tidak pernah menginginkan tinggal satu atap dengan pria yang masih asing untuk ia sebut ayah.

Tetapi untuk sekarang ini, Jongin hanya perlu sedikit menurunkan egonya sebagai seorang anak. Jongin menggenggam erat kedua tangannya di dada. Bersumpah dalam hati, jika missinya saat ini adalah membuat orang-orang di sekitarnya bahagia, terutama keluarganya.

.

.

.

"Aku tahu" Sehun menyahut, dengan senyuman.

Jongin terlihat bingung, seolah ingin bertanya darimana pria berkulit pucat itu tahu mengenai keluarganya.

Sehun menyesap teh hangatnya pelan-pelan. Lalu kembali berkata, "Kau pernah mengatakannya padaku"

Suasana kedai kaki lima langganan Oh Sehun memakan mie ramen kesukaannya di malam hari terlihat tidak terlalu ramai. Mungkin karena cuaca sedang tidak Bagus, atau orang-orang memilih untuk tidur di rumahnya daripada harus berkeliaran di luar rumah tanpa tujuan yang jelas.

"Kapan? " Jongin bertanya, wajahnya masih terlihat bingung.

Wajar saja, Jongin sama sekali tidak ingat kapan ia membicarakan keluh kesahnya pada pria Oh itu.

"Saat itu kau sedang mabuk, jadi ku pikir aku tidak perlu membicarakan hal tersebut padamu"

"Aku pasti kelihatan bodoh sekali waktu itu" Jongin bergumam pelan.

Sehun tertawa mendengarnya. "Kau hanya sedikit depresi, itu wajar"

"Jongin" Sehun menatapnya lembut. "Kau terlalu menyayangi keluargamu"

Saat Jongin mabuk. Namja manis itu mengatakan banyak hal sambil menangis di hadapannya. Sehun tidak tahu harus menjawab apa, karena yang ia lakukan adalah mendengar keluh kesah Jongin.

Dari apa yang di dengar olehnya, Sehun tahu. Jongin hanyalah seseorang yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan tersirat maupun tersurat. Jongin terlihat sangat dingin, tetapi jauh di lubuk hatinya dia hanya seseorang yang penuh Cinta dan berharap bisa dicintai.

Hal itulah yang membuat Sehun merasa tertarik untuk tahu seperti apa sosok Jongin di balik wajah manisnya itu.

"Anggap saja aku tidak pernah mendengar semua kalimatmu" ujar Sehun, ketika Jongin memaksanya menceritakan kejadian saat namja itu mabuk.

"Tapi.. tapi aku penasaran"

Sehun terkekeh, ia mengusap poni Jongin pelan. "Jangan terlalu penasaran, manis! itu tidak baik"

"Sehun" Jongin merengek pelan.

"Dengar!" pintanya. "Anggap aku tidak pernah mendengar semuanya.. Dan kau tahu? Saat kau bilang kau sangat bahagia karena Jungkook sudah kembali pada keluargamu, aku pun juga.. aku akan merasa sangat bahagia saat kau bahagia"

"Kau?"

Sehun mengangguk pelan. Ah, namja yang polos. Jongin terlihat manis sekali dengan ekpresi dungunya itu.

"Ayo buat mereka bahagia" Sehun berkata. Tangannya menggenggam tangan kanan Jongin.

Jongin merona saat merasakan kehangatan atas genggaman tangan Sehun. Pria itu benar-benar nekad, tidak peduli dengan situasi di sekitar mereka.

"Saat ayah dan ibumu memintaku untuk menganggap mereka orangtuaku, kau tahu? Bahkan aku sudah merasa jika mereka benar-benar orangtuaku. Aku tidak pernah tahu siapa kedua orangtuaku sejak kecil.. Jadi, yah.. aku sangat bahagia sekali punya orangtua seperti mereka. Ayah yang sangat mengayomi, dan ibu yang perhatian.. Itu sangat perfect!"

"Apa itu keinginanmu? "

"Maksudnya? "

"Mempunyai kedua orangtua yang lengkap.. Apa itu keinginanmu? "

Sehun masih mempertahankan senyumnya. Seolah dirinya tidak apa-apa, dan Jongin harus tahu hal itu.

"Itu bukan keinginanku.. tapi adalah mimpiku..mimpi, dimana dulu sangat mustahil untuk seorang anak yatim piatu sepertiku" ujarnya.

"Jongin" Sehun berkata perlahan. "Dulu, Aku berpikir.. bertemu kakek Oh saja itu sebuah anugerah terindah bagiku. Jadi saat orangtuamu menganggap diriku putra mereka.. Aku merasa, Tuhan itu punya cara untuk membuat umatnya merasa bahagia atas kehidupan mereka.. Dan yah, aku bahkan tidak pernah kepo siapa orangtua kandungku setelah bertemu kakek Oh"

"Aku iri padamu" Kata Jongin.

"Iri? "

Jongin mengangguk pelan. "Mengapa kau bisa memandang dunia dengan sudut pandang seperti itu? kelak kau akan menjadi ayah yang baik saat berkeluarga nanti"

Sehun terkekeh mendengarnya. "Karena aku adalah Oh Sehun. Jika kau ingin melihat dunia yang Indah, akan ku tunjukan bagaimana caranya"

"Sehun"

Jongin mendongak, menunjukan wajah manisnya yang entah sejak kapan sedikit sembab. "Would you help me?" pintanya.

"Yes, i do.. i do help you.. now and forever" bisiknya, seraya menghapus airmata di wajah manis itu.

.

.

Jungkook seperti orang bodoh. Memakai masker yang nyaris menutupi sebagian wajahnya. serta hoodie hitam membalut tubuh jangkungnya. Orang-orang menatap dirinya pria misterius atau malah pria aneh.

Terlebih berdiri di depan pagar sekolah menengah pertama swasta di pinggiran kota seperti ini membuat dirinya menjadi bahan omongan para siswa di sana. Tak satu pun dari mereka menyadari, jika seorang idol berdiri di tengah-tengah mereka dengan perasaan kacau.

Dari informasi yang ia dapatkan. Kim Taehyung sekolah di sini. Dan ia harap, hari ini ia bisa bertemu Taehyung-Mengingat beberapa waktu ini, Siswa SMA itu sudah tidak lagi menyambangi dorm-nya.

"Si bisu yang tolol" Seorang siswi berkata. Dia melintas di depan Jungkook dengan seorang siswi lainnya.

Saat gadis itu berbicara, seolah harus didengar. Menurut Jungkook itu sangat menyebalkan, dan kasar untuk seorang anak SMA seperti gadis banmal itu.

"Tapi mereka sangat keterlaluan.. Dia bahkan harus membersihkan lorong lantai 2 dari lendir hijau dan bau" Sahut teman gadis itu.

"Ayolah, Sunhee..Dia bahkan terlalu tolol untuk menjadi siswa di sini. Bicara saja juga tidak pernah tuh"

Jungkook terus mencuri dengar. Dari apa yang menjadi topik pembicaraan dua gadis ini. Baru saja terjadi pembullyian terhadap seorang siswa kutu buku oleh sekelompok murid penguasa yang menyebalkan. Apa guru-guru di sini tidak mencoba untuk memberi sebuah sanksi?

...

3 jam berlalu. Jungkook mendengus kesal, saat orang yang dicarinya tak kunjung jua menunjukan Batang hidungnya. Dia melirik jam di tangannya. Pukul 4 sore, tidak seharusnya dia berdiri di depan sekolah ketika ia yakin tak ada lagi siswa di dalam sana.

Tetapi ketika ia hendak pulang. Tatapannya tertuju pada seorang namja yang tengah berjalan pelan. Seragamnya lusuh, bahkan noda hijau sedikit menutupi wajah manisnya membuat Jungkook agak sulit mengenali sosok tersebut.

"Hey" serunya. Jungkook mencoba membuat namja itu menoleh. Tetapi yang dipanggil hanya diam dan terus berjalan.

Jungkook berlari pelan, menyusul. Menarik pergelangan tangan itu. Dan membuat sang empunya meronta.

"hmm.. hmm"

"Tenang.. tenang.. ini aku" Jungkook mencoba untuk menenangkan. Ia membuka masker dan kacamata hitamnya. Sehingga menunjukan wajah tampannya yang membuat namja manis itu terpaku.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jungkook. Ia menyentuh wajah lusuh namja itu. Tatapannya menyiratkan kekhawatiran.

Siswa SMA itu mengambil ponselnya dan menuliskan sesuatu.

'Aku tidak apa-apa..jangan khawatir!'

Jungkook menarik napas pelan. "Apa kau sedang berbohong? Kau bahkan sangat kacau sekarang"

Siswa bername tag Kim Taehyung itu hanya memperhatikan tingkah aneh Jungkook sekarang. Pemuda 19 tahun itu melepaskan hoodie hitamnya dan menyampirkannya pada bahu Taehyung. Penuh perhatian dan membuat Taehyung merona.

"Kau jadi korban bully?"

Sekali lagi Taehyung hanya diam. Tetapi tidak membuat seorang Jungkook menyerah begitu saja. "Apa kau lapar?"

Menggeleng pelan.. Jungkook semakin yakin, jika memang ada yang salah pada pemuda di hadapannya ini. Sesuatu yang membuat pemuda Kim itu tidak bisa membalas perkataan-perkataan Jungkook dengan kalimat yang seharusnya. Jungkook pernah mengira, Taehyung adalah orang yang pemalu.

Tetapi yang ada di hadapannya kini, tak lebih dari siswa SMA yang tidak bisa bicara sekalipun Jungkook memaksanya untuk bicara. Entah apa yang terjadi padanya, Karena Jungkook sama sekali tidak punya hak atas apa yang terjadi.

"Ikut aku!" Titahnya. Tanpa menunggu persetujuan Taehyung, Jungkook menarik pergelangan tangan kurus itu ke arah mobilnya.

Mobil kesangannya yang terparkir sedikit agak jauh dari pintu gerbang sekolah swasta itu.

"Apa mereka melukaimu?" Jungkook kembali bertanya.

Mereka duduk dengan nyaman di dalam mobil. Jungkook rasanya ingin berteriak saat mendapati gelengan kepala atas jawaban dari pertanyaannya itu.

"Berhentilah menggeleng!" Seru Jungkook.

Taehyung tersentak akan seruan itu. Matanya berusaha agar tidak bertemu pandang dengan maniks kelam Jungkook. "Kau bertingkah seolah baik-baik saja. Kau pikir aku tidak tahu ya? Mereka membully dirimu kan"

'Darimana dia bisa tahu?' pikir Taehyung. Beberapa murid memang tidak meninggalkan luka fisik, tetapi siapa yang tahu akan perasaannya?

Namun saat melihat keresahan bercampur emosi dalam diri jungkook. Taehyung merasa lega?

"Baiklah.. Aku tahu kau tidak akan menjawabnya" Dengan pasrah Jungkook berkata.

Taehyung menyentuh pergelangan tangan Jungkook. Sehingga Idol itu menatapnya heran. "Apa?"

Siswa SMU itu mengeluarkan ponselnya lagi. kemudian menuliskan sesuatu di sana.

"Aku tidak bisa bicara.. maaf:("

Jungkook melongok seperti orang bodoh. Entah mengapa ia merasa sangat menyesal sekarang. Bahkan saat tahu fakta Taehyung tidak bisa bicara sekalipun, dia masih tetap memaksa siswa kelas tiga SMA itu untuk berbicara.

Kau gila, Kook.. Pikirnya..

"Ah.. maaf.. aku bodoh sekali ya" sahutnya dengan tawa.

Taehyung tersenyum manis dengan eyesmile-nya. Jungkook tertegun seketika. Dia.. dia.. sangat manis dan cantik..

"Baiklah" Jungkook berkata, final. Seraya memasang sabuk pengaman Taehyung dengan senyuman di wajahnya. "Tetap di situ.. Ada sesuatu yang akan ku tunjukan padamu"

Taehyung memiringkan kepalanya.

"Hey, jangan menatapku begitu! Aneh tahu"

Pemuda manis itu menutup mulutnya.. Kemudian menuliskan kata maaf lagi di ponselnya. Ia benar-benar menyesal. sementara yang terjadi sebenarnya, adalah Jungkook yang merasa sedikit panas saat melihat tatapan imut nan innocent itu.. Berlebihan!

.

.

.

Kyungsoo terus mengoceh tentang kesibukan Jongin akhir-akhir ini. Namja cerewet itu bahkan sudah melebihi para ahjumma menopause yang sedang sakit punggung. Mungkin benar kata Chanyeol, Sebutan satan soo atau setan kerdil untuk Kyungsoo sangat cocok untuknya.

"Soo, Jongin kan sudah menjelaskan.. Dia sibuk tahu" Sehun berkata, mencoba untuk membela Jongin dan membuat Kyungsoo berhenti mengoceh.

"No.. no.. no" Kyungsoo menggeleng. "Aku sedang bicara dengan Jongin.. ok?"

Sehun memutar mata bosan. sementara Jongin? Dia hanya tertawa pelan menanggapi Sehun yang sedang memperagakan bibir heartshape Kyungsoo berbicara.

"Jadi.. Apa bosmu yang tampan itu memberimu banyak tugas? Sehingga kau tidak bisa bertemu denganku beberapa waktu yang lalu" Kyungsoo berkacak pinggang. Seperti ahjumma kan gayanya?

"Tidak" Jongin menjawab. "Pekerjanku normal.. hanya sedikit, yah..fokus pada pekerjaanku"

"Wow" Kyungsoo menyahut.. pura-pura takjub atau memang dia merasa takjub? Who knows?

"kau membuatku merasa.. wah, aku akan kehilangan sahabat terbaikku hari ini.. sial, itu sangat menyebalkan"-Kyungsoo.

"Kyungsoo, kau bahkan bisa main ke rumahku kalau kau mau" kata Jongin. Sesekali menyuapkan parfait buatan Kyungsoo ke mulutnya. "Mamaku juga terus-terusan bertanya tentang dirimu dan Baekhyun"

"Apa? Apa yang bibi tanyakan tentangku? " Kyungsoo terlihat penasaran.

"Dia bertanya mengapa kau tidak datang ke rumah dan membawa pacarmu" Canda Jongin. Padahal bukan itu yang ditanyakan ibunya mengenai Kyungsoo. Melainkan kapan Kyungsoo bisa berkunjung lagi ke rumah mereka? Mengingat namja Do itu selalu saja sibuk dengan festival makanan untuk mempromosikan kedai rotinya itu.

Wajah Kyungsoo terlihat merona. Sehun ikut tertawa. Kapan lagi bisa menggoda Kyungsoo si judes ini? Cuma Jongin saja yang bisa membuat Kyungsoo skakmat seperti itu.

"Hey, jangan tertawa!" Kyungsoo berseru kesal.

Sehun menghentikan tawanya. "Dia sudah menemukan jodohnya beberapa hari yang lalu"

Jongin menatap Sehun dan Kyungsoo bergantian. "Benarkah? Oh, selamat Kyungsoo"

"Tidak! Jangan dengarkan mulut nyinyir Sehun!" Ujar Kyungsoo.

Senyum tipis merekah di wajah Jongin. Kyungsoo memang akan out of character jika sedang salah tingkah seperti ini.

"By the way" Jongin berkata perlahan. "Bagaimana dengan Baekhyun? Ku dengar dia dan suaminya akan mengadobsi seorang anak. Apa itu benar?"

"Benar.. Baekhyun pasti memberitahukan dirimu ya?" Tanya Kyungsoo.

"Begitulah.. Sebenarnya sebelum Baekhyun memberitahu aku, Sehun sudah lebih dulu memberitahu tentang itu"

"Oh.. Ya.. Aku dan Kyungsoo yang menyarankan mereka untuk hal itu" Sehun berkata, seolah menjelaskan.

"Lagipula, Baekhyun bilang dia selalu merasa bosan kalau suaminya sibuk bekerja. So, kami sepakat untuk menyarankan Baekhyun supaya mereka mengadobsi anak" kata Kyungsoo. Tidak mau mengungkit mengenai Baekhyun yang tidak akan pernah bisa memberikan Kris keturunan (Dalam artian Mandul).

Jongin tahu maksud Kyungsoo. Maka tidak seharusnya dia mengulas perkembangan Baekhyun yang dinyatakan mandul. Itu juga tidak pantas jika harus membicarakan kekurangan seorang teman pada teman yang lainnya.

"Aku akan segera punya keponakan" Kyungsoo berkata, raut wajahnya terlihat sangat senang.

Kyungsoo menyeringai ketika mendapatkan sebuah ide jahil. "Aku tidak sabar menunggu satu orang keponakan yang tampan darimu Ohse"

"Heh?" Sehun nyaris tersedak kopi yang sedang ia minum.

"Dan juga darimu Kimjong"

"Aku"

"Kami bahkan belum menemukan yang cocok, Kyung" Sehun berkata pelan.

Kyungsoo tersenyum jahil. "Ku pikir kalian cocok"

Kali ini Jongin benar-benar tersedak atas perkataan Kyungsoo barusan. Menyebalkan sekali. Mengapa Kyungsoo bisa berkata sedramatis itu? Apa dia tidak bisa melihat dengan jelas ya? Sehun dan dirinya hanyalah seorang sahabat.. Tidak lebih!

"Ah.. aku bahkan bisa membayangkan seperti apa anak-anak kalian nanti" Kyungsoo bergumam.. Kali ini nadanya terdengar serius.

"Daripada menggoda mereka berdua.. lebih baik kau sendiri saja yang memberikan kami seorang keponakan yang lucu"

Baekhyun berjalan santai. Digendongannya ada seorang batita perempuan yang terlihat menggemaskan dan begitu manja padanya.

"Oh.. Ya ampun, apa itu putrimu, Baek?" Kyungsoo beranjak dari duduknya. psstt, dia pernah bercita-cita punya anak perempuan yang sangat lucu seperti Putri angkat Baekhyun.

Kris, suami Baekhyun mengekori sang istri. Dia tertawa kecil saat melihat bagaimana tingkah Kyungsoo yang ingin sekali menggendong Putri mereka.

"Kris hyung.. Apa aku boleh menggendongnya? Boleh ya.. boleh ya" Kyungsoo memohon penuh harap.

"Haha..tanyakan pada mommy-nya" Kris menjawab dengan tawa.

Sehun dan Jongin beranjak dari duduknya. Mengikuti Kyungsoo yang berdiri tepat di hadapan orangtua baru itu.

"Oh, Jongin..Aku merindukanmu" kata Baekhyun. Seraya memeluk tubuh sahabatnya mengingat Kyungsoo yang sudah menggendong anaknya lebih dulu.

Kris dan Sehun saling berjabat tangan. Mereka terlihat lebih dewasa di antara ketiga namja manis itu.

"Well, sepertinya kalian akan baik-baik saja" Kris berkata.

Baekhyun menoleh ke arahnya. "Aku sudah bilang.. Teman-temanku akan menjaga kami di sini"

"Yes, mom.. I knew that.. so, daddy is sorry.. so sorry" ucap Kris, seraya mengusak sayang rambut Baekhyun.

"Kris hyung.. kau tidak perlu khawatir..Kalau kau tidak bisa menjemput istri dan anakmu.. aku akan mengantar mereka pulang nanti" kata Kyungsoo.

"Wah.. aku berterimakasih sekali, kyungsoo" Kris berkata. "Ku rasa aku harus segera pergi.. Sampai jumpa semua"

"Hati-hati, hyung!"

Kris mengulum senyum tampan. "Ya, kau juga, sayang"

"Ok, cukup dramanya! Ayo duduk lagi" Kyungsoo berkata. Ia berjalan ke arah tempat semula ia duduk.

"Dia memang menyebalkan" Sehun menggerutu.

"Ya, begitulah dia" Baekhyun menyahut.

Jongin masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Melihat bagaimana Kris dan Baekhyun begitu menyayangi anak angkat mereka. Seolah mereka adalah orangtua kandung si anak. Hal yang kembali ia jadikan sebuah pelajaran adalah, jika kasih sayang itu tidak harus diberikan pada keluarga kandung saja. Karena tali kekeluargaan terbentuk berdasarkan kasih sayang yang besar sehingga jadilah sebuah keluarga yang saling mengasihi.

Kris Wu, mengingatkan Jongin pada Siwon appa-nya. Seorang pria yang selalu mencoba menjadi ayah yang baik untuknya. Sekalipun pria Choi itu hanya ayah tiri setelah sang ibu memutuskan untuk menikah lagi.

"Jongin, kau tidak apa-apa?" Tanya Sehun.

Jongin tersadar dari lamunannya. Dan merasakan lelehan air mata membasahi kedua pipi gembilnya.

"Mengapa kau menangis? Apa yang terjadi? "Baekhyun menatapnya cemas.

"Tidak.. tidak ada.. aku hanya-"

"jangan menyembunyikan semuanya sendiri, Jongin!" Kyungsoo mencoba untuk menasihati.

.

.

Alur waktu berlalu begitu cepat. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Dimana Sehun sudah harus mengantar Jongin ke rumahnya setelah namja manis itu hang out dengan kedua temannya. Pukul 12 siang tadi, Sehun harus meninggalkan Jongin di kedai Kyungsoo karena ia harus mengisi absen hadirnya. Di hari sabtu ia memang sengaja bertukar jadwal dengan rekan kerjanya itu. Dikarenakan temannya yang seharusnya masuk di hari sabtu sedang menunggui istrinya yang sedang melahirkan. dan Sehun yang memang terkenal dengan sifatnya yang baik hati, berniat menolong dengan memberikan izin tukar shift meskipun ia bisa berkata menolaknya.

"Yang tadi itu" Sehun memulai pembicaraan lebih dulu.

Jongin menoleh ke arahnya. Menunjukan wajahnya yang sedikit lesu. Ia tidak menyahut, tetapi bukan berarti ia tidak tertarik dengan sesuatu yang hendak dikatakan Sehun.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sehun. fokus mengemudinya sama sekali tidak hilang sekalipun ia mengajak Jongin untuk bicara.

"Maksudmu?" Jongin balik bertanya. Sedikit bingung dengan pertanyaan Sehun.

"Kau menangis saat di kedai roti Kyungsoo" Sehun mengingatkan.

Hembus napas terdengar dari bibir Jongin. Begitu pelan, tetapi masih bisa didengar oleh pria di sampingnya itu.

"Ada sesuatu yang sangat sulit untuk ku ceritakan pada siapapun" Jongin berkata.

Kalau sudah begini Sehun mana mungkin memaksa lagi. Jongin selalu seperti ini. Tak sekalipun jujur pada orang lain, bahkan Sehun sanksi jika Jongin bisa jujur pada dirinya sendiri.

"Kalau begitu, apa aku boleh menebaknya?" Kembali Sehun bersuara. Kali ini mencoba menatap mata Jongin lebih lama.

"Fokuslah mengemudi, Sehun!" Jongin menyahut.

Sehun mengangkat bahu acuh. Pertanda tidak mau menuruti titah Jongin. Dia harus mendapatkan jawaban Jongin tanpa harus memaksa namja manis itu.

"Apa kau memikirkan pacarmu?"

"Tidak, Sehun" Sahut Jongin. "Fokus.. fokus, Oh Sehun"

Sehun tidak peduli.

"Atau mengenai ayah-"

Tanpa menyadari jika seseorang melintas begitu saja. Dan nyaris tertabrak oleh mobilnya jika saja Jongin tidak berteriak padanya untuk berhenti.

Rem mendadak membuat jantung Sehun berpacu cepat. Ia menoleh ke arah Jongin, dimana namja manis itu menunjukan kekhawatiran yang luar biasa dengan peluh membasahi wajahnya.

"Kita menabraknya" Jongin bergumam pelan.

Keduanya kompak keluar untuk memeriksa bagaimana kondisi korban tabrak mereka. Sehun bukan main terkejutnya saat melihat sosok pria itu terjatuh dengan lutut dan dahi yang berdarah. Syukurlah tidak terjadi hal yang tidak diinginkan padanya.

"Tuan, apa kau tidak apa-apa?" Sehun bertanya, perlahan.

"Tidak.. maaf, aku menyebrang tanpa melihat-lihat" Pria itu mengucap maaf dengan penuh penyesalan.

Suara itu...

Sama sekali tak asing di telinga Jongin. Apa dia salah dengar? Tetapi rasanya tidak. Pendengaran Jongin masih sangat sehat dari terakhir kalinya ia periksa.

"Anda terluka mari saya bantu" Sehun berkata. Hendak membantu pria itu.

"Tidak.. Aku tidak apa-apa, tu-Kau" Pria dengan hoodie hitam itu terkejut saat tak sengaja menjatuhkan pandangannya ke arah Jongin.

"Tidak mungkin" Jongin mencoba untuk tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

"J.. Jongin.. Kau? Kim jongin" Pria itu berusaha untuk berdiri.

Jongin mundur beberapa langkah ketika pria itu mencoba menggapainya.

"Berhenti di sana!"

Sehun dan pria misterius itu terkejut dengan apa yang baru saja Jongin katakan.

"Jangan menyentuh aku dengan tangan kotormu itu!" seru Jongin.

"Jangan" Jongin berkata final.

Jongin berlari, pergi begitu saja meninggalkan Sehun dalam kebingungan dan seseorang yang entah siapa dalam kesedihan dan luka di tubuhnya.

"Jongin" Pria itu berseru.. Lalu menangis meraung-raung. Membuat Sehun semakin bingung.

Apa yang musti ia lakukan sekarang? Mengejar Jongin? Atau menolong pria ini? Perasaannya terhadap Jongin membuat dirinya tidak bisa meninggalkan jongin sendiri di tengah malam seperti itu. Sementara jiwanya sebagai seorang dokter melarang dirinya meninggalkan seorang pasien dalam keadaan terluka.

.

.

.

TBC

.

.

.