A Rhapsody In Blue

Rating : T

Genre : Drama+Family

Pairing : Hunkai and the others

Warning : BL, ooc, Au, Typos and bla.. bla.. bla.. bla..

All chara are not belong to me but story is mine..

Summary :

Setiap orang ingin selalu hidup bahagia, tanpa masalah. Begitu juga dengan Jongin, dia tidak pernah mengharapkan sesuatu yang muluk dalam hidupnya. kecuali Kebahagiaan..

.

.

.

Mom Asked Me To Go Home..

.

.

I

.

.

Jongin tidak mau berpikir macam-macam setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan mama padanya. Sejak ia memutuskan untuk mengenyam pendidikan di Australia, dia tidak pernah sekalipun pulang ke Seoul. tetapi bukan berarti Jongin tidak pernah mau tahu mengenai perkembangan keluarganya. Terutama mama dan papa tirinya yang Jongin ketahui memutuskan untuk mengadopsi seorang anak 8 tahun yang lalu.

Namanya Choi Sarang. Meski Jongin belum pernah bertemu secara langsung dengan anak itu. Namun Jongin sudah pernah berbicara dengan adik angkatnya itu melalui Video Call. Sarang selalu berharap Jongin cepat pulang dan membawakan banyak hadiah untuknya.

"Hyung, banyak sekali yang hyung bawa" Vernon berkata. Ia membantu Jongin berkemas untuk kepulangannya ke Seoul besok.

Dia Choi Vernon. Ayahnya orang Korea tapi ibunya orang bule dan sudah lama sekali tinggal di Sidney. Bahkan Vernon nyaris lupa kapan terakhir kali dirinya dan keluarga terbang ke Seoul hanya untuk berkunjung.

Ayahnya anak yatim piatu. Jadi tidak punya alasan yang penting untuk berkunjung ke sana. Karena ayah pikir, tidak ada lagi yang bisa ayahnya kunjungi di Negara itu.

"mama bilang Sarang suka sekali coklat. Aku harus membawakan banyak coklat untuknya" Jongin berkata.

Satu-satunya orang yang ia kenal akrab itu tentu saja Vernon. Karena Vernon ini adalah juniornya saat di Universitas dulu. Dan sekarang Jongin sudah bekerja selama 2 tahun di sebuah perusahaan di bidang interior sebagai seorang desainer. Sementara Vernon sedang menyiapkan sidang kelulusannya 2 Bulan lagi.

"Wah, Sarang beruntung sekali punya kakak seperti hyung" puji Vernon.

Jongin mengulum senyum. Mungkin besok adalah hari terakhirnya di Australia mengingat ibunya sudah meminta Jongin untuk pulang.

"Eh, Vernon" Jongin sebut nama itu seolah dirinya hendak mengatakan sesuatu. "Apa kau serius akan mengantarku ke bandara besok pagi?"

Vernon menautkan kedua alisnya. Pernahkah ia berbohong saat ia berjanji pada hyung manisnya itu? "Tentu saja. Memangnya kapan aku berbohong pada hyung?"

Dari awal pertemuan mereka 6 tahun yang lalu. Vernon sudah jatuh hati pada seorang Kim Jongin yang kalem itu. Dia sangat pendiam dan tidak terlalu banyak memiliki seorang teman. Tetapi saat tahu Jongin hanya menganggap dirinya sebagai seorang adik. Rasanya memang menyakitkan, namun Vernon tidak akan pernah memaksa Jongin. Itu sama sekali tidak keren menurutnya.

"Ya.. ya.. ya.. Hansol Vernon Choi tidak pernah berbohong" Jongin berkata.

Ok.. Ini membuat seorang Vernon tertawa. "Jangankan mengantar, menyusul hyung ke Seoul saja pasti akan aku lakukan" gombalnya.

"Dasar perayu ulung" cibir Jongin.

Vernon tertawa mendengar cibiran hyung manis nya itu. Kekehannya terhenti saat ponselnya berdering. Sophie my lil sister.. Adiknya yang cantik itu menelpon. Pasti gadis centil itu memintanya untuk segera pulang dan mengantarnya pergi hang out bersama teman-teman sebayanya. Dasar anak SMA, pikir Vernon.

"Sepertinya aku harus segera pulang, hyung" ujar Vernon. Wajahnya jadi muram karena kesal.

Jongin terkekeh pelan. Kelak jika Sarang dewasa dia pasti akan menuntut kakak-kakaknya itu untuk mengantarnya kemana pun yang ia mau.

"Ok.. hati-hati di jalan! Titip salam untuk Paman Simon dan Bibi Melody"

Vernon tertawa mendengarnya. "Ok.. Mereka akan merindukan calon menantu mereka nanti. Aku pergi dulu, ya.. Bye"

Dasar bocah.. pikir Jongin.

.

.

II..

.

.

"Nyonya Choi Heechul" seorang dokter muda berjalan dengan langkah pasti. Membawa sebuah map berisi laporan-laporan mengenai perkembangan pasien yang musti ia beritahukan pada pihak keluarga.

Heechul terlihat cemas. Bagaimana perkembangan Sarang? Putri kecilnya yang sudah didiagnosa terkena kanker darah putih sejak ia bayi. Beruntung Sarang anak yang kuat, sampai sekarang pun anak itu tetap bertahan sekali pun ia harus menjalani proses penyembuhan yang pastinya sangat menyakitkan.

"Putri anda mengalami banyak kemajuan selama 4 Bulan. Itu benar-benar anugerah dari Tuhan setelah perjuangan putri anda selama ini" Dokter ber-name tag Han Minsoo itu tersenyum. Kemudian menyerahkan laporan hasil pengamatan para dokter selama anak itu melalui masa-masa penyembuhannya.

"Terimakasih, Tuhan" ucapnya. Ia segera menerima map itu dengan perasaan bahagia.

Heechul benar-benar tidak sabar menceritakan ini pada suaminya. siwon harus tahu.. Siwon harus tahu.. katanya dalam hati.

Yeoja itu segera membuka ponselnya. Dan perasaan bahagia kembali ia rasakan saat tahu Putra keduanya akan kembali ke Seoul. Memang sulit meminta anak itu untuk kembali, tetapi setelah perdebatan panjang mereka 1 Bulan yang lalu. Jongin memutuskan untuk pulang ke Seoul. Dan Heechul berjanji akan memulai semuanya dari awal lagi.

.

.

"Mungkin aku akan menyusul hyung setelah sidangku selesai" Vernon berkata.

Mereka memutuskan untuk sarapan di Bandara selama menunggu keberangkatan Jongin ke Seoul di jam 11 nanti.

"Benarkah?"

Vernon mengangguk, seraya menikmati hot dog nya. "Mom mengizinkan aku untuk tinggal di Seoul. Begitupun dengan Dad. Dad pikir harus ada salah satu dari anaknya yang kembali ke tanah kelahirannya di sana"

Jongin tertawa pelan. "Well, cepat selesaikan sidangmu! Kau harus mewujudkan keinginan ayahmu itu"

"Sophie bilang aku bisa menjadi seorang artis atau anggota boyband di sana. Tapi ku rasa usiaku terlalu tua untuk menjadi , hyung?"

"Usiamu baru 24 tahun. Itu belum terlalu tua. Tapi ku pikir, kau harus jadi pengusaha saja di sana" Jongin memberi usul.

Bagi seorang mahasiswa yang nyaris jadi mahasiswa abadi seperti Vernon ini memang sedikit sulit. Tetapi demi menjadi Vernon yang kelak dilihat oleh Kim Jongin, Vernon musti berusaha keras demi mewujudkan keinginannya. Bukan hanya demi Kim Jongin, tetapi demi keluarganya, masa depannya pula.

"Kau.. Kau harus menjadi Bintang yang bersinar, Vernon-ah" ucap Jongin.

.

.

.

Beberapa orang mungkin akan kesal menghadapi kenyataan dimana kekasihnya memilih untuk menikah dengan orang lain. Kemudian pergi meninggalkan janji-janji manis yang pernah ia katakan seperti 'Aku akan mencintaimu sampai seribu tahun lagi'. Bahkan belum 15 tahun saja Baekhyun pergi dan memilih untuk menikahi seorang pengusaha kaya Raya bernama Kris Wu.

Lantas saja Park Chanyeol dongkol setengah mati. Dia seorang musisi, jadi hidupnya ini sangat bebas dan terarah hanya untuk musik dan musik. Mungkin itulah yang membuat hati Byun Baekhyun kesal dan memilih menikahi pengusaha muda itu di bandingkan sang mantan.

"Oh" Namja mungil itu mendesis kesal saat tiba-tiba saja seorang namja mendorong tubuh namja lainnya yang bahkan lebih besar darinya itu tepat ke arahnya.

"Demi Tuhan, Sehun.. Aku bahkan baru membuka pintu"

Oh Sehun menggedikan bahu, seolah tak mau tahu. "Aku harus segera pulang. Besok ada pasien yang musti ku urus"

Kyungsoo si pemilik toko roti di daerah Myeongdong itu mendengus kesal. Sehun, teman kuliah beda jurusannya itu memang sering seenaknya sendiri.

"Hey, kalian yang memutuskan untuk pergi ke klub itu" Kyungsoo kesal setengah mati.

"Tapi Aku tidak meminta Chanyeol untuk mabuk!" serunya.

Ayolah..

"Kau merepotkan, Park Chanyeol" Kyungsoo mendorong pintu apartemennya dengan keras.

Dengan susah payah ia membopong tubuh jangkung Chanyeol. Kemudian mendorongnya ke arah sofa.

"Oh Tuhan, pinggangku" keluhnya.

Park Chanyeol dalam keadaan waras saja merepotkan. Apalagi Park Chanyeol dalam keadaan mabuk? 100 kali lebih merepotkan menurut Kyungsoo.

.

.

.

III.

.

.

Jongin pernah berpikir jika kembali ke Seoul adalah hal yang buruk. Dimana ia akan kembali di hadapi kisah-kisah sedih yang pastinya akan mengganggu kelangsungan hidupnya seperti yang pernah ia rasakan dulu.

tapi selama satu minggu di Seoul dia tidak mengalami apapun. Atau memang belum lebih tepatnya. Kenyataan jika ibunya hanya tinggal bersama suami barunya dan juga anak angkat mereka.

Sementara yang Jongin tahu, adik bungsunya yang terlahir satu ayah dengannya itu sedang menjadi seorang trainee di sebuah agensi terkenal sejak beberapa tahun yang lalu.

Ibunya bilang, Jungkook sempat memutuskan untuk berhenti sekolah formal hanya demi cita-citanya menjadi seorang idol.

Jongin pikir adiknya gila.. Karena menolak niat baik ayah tiri mereka untuk membiayai anak itu sekolah penerbangan di Miami. Tetapi sejak kecil Jungkook memang anak yang susah diatur dan semaunya. Bahkan ibu sendiripun terlalu lelah dengan bagaimana anak itu akan hidup ke depannya nanti.

Jungkook akan pulang ke rumah jika ia mau. Jika tidak dia akan tetap di dorm tanpa pernah mau menghubungi keluarganya. Benar-benar anak yang keras kepala.

"Oppa" Sarang bergelayut manja padanya. Usia Jongin sudah memasuki usia 26. Dan panggilan kakak yang Sarang berikan itu sepertinya tidak cocok untuknya.

Paman? Entahlah.. Teman-temannya di Sydney bilang, Jongin punya wajah yang evergreen dan imut. Berbanding jauh dengan usianya yang sudah memasuki usia 26 tahun. Jongin merasa senang akan hal itu. Tetapi di sisi lain Jongin juga merasa kesal. Karena beberapa pria Australia menganggap Jongin masih kekanakan dan polos.

"Apa Sarang sudah makan?" tanyanya. Sarang mengangguk pelan. Kemudian duduk di pangkuan Jongin sambil memeluk boneka koalanya.

Itu pemberian Jongin 6 tahun yang lalu. Tepatnya saat anak itu berusia 2 tahun dan sedang di rawat di rumah sakit. Sarang anak yang kuat dan semua orang mengakui hal itu.

"Adikmu akan debut Bulan Juni nanti" mama berjalan dengan sebuah toples berisi cemilan kue kering buatannya.

"Well, mungkin kita bisa datang ke sana. Dia pasti senang" Jongin berkata.

Mama tersenyum kecut. "Sepertinya akan lebih baik kita tidak ke sana"

"Kenapa?"

Mama menggeleng pelan. Ia meminta Bibi pengasuh untuk segera mengantar Sarang pergi tidur. Jongin tidak mengerti. dia berani bertaruh jika ada sesuatu yang sedang disembunyikan mama darinya.

"Mama, aku tanya kenapa?" Jongin mencoba untuk bertanya.

"Jongin, apa saat kau ada di Sydney kau pernah berpikir ingin menghubungi keluargamu?"

Jongin menatap sang ibu dengan tatapan anehnya. "Apa mama berpikir aku anak kurang ajar yang tidak pernah kembali ke Seoul setelah lama di negeri orang?"

"Tidak" sang ibu mengulum senyum. "Mama hanya bertanya padamu. Bahkan setelah 10 tahun mama dan papa menikah tak seorang pun anak-anak mama yang memutuskan untuk tinggal di sini bersama kami"

Apa si brengsek itu tidak pernah mengunjungi mama? Jongin berpikir dalam hati.

"Tapi sekarang aku di sini.. Bersama mama kan?"

"Itulah sebabnya mama pikir kita tidak perlu datang ke konser debut adikmu" kata Mama.

Sekalipun Jungkook anak yang jahil dan sering membuat Jongin kesal, Jongin akan tetap menyayangi anak itu karena Jungkook adalah adik kandungnya.

"Aku akan tetap datang ke konser itu" kata Jongin. dia tetap pada pendiriannya.

.

.

Makam baba.. Dimana terbaring jasad ayahnya yang telah berpulang saat Jongin duduk di kelas satu SMP.

Ayahnya yang tukang judi dan pemabuk itu mati karena penyakit yang ia cari sendiri. Saat itu, ayahnya yang memang hobi pulang ke rumah dalam keadaan mabuk mati karena tertabrak truk yang mengebut dalam keadaan mengantuk.

Ayah yang tidak bertanggung jawab, dan selalu membuat keluarganya malu. Bahkan Baba membiarkan mama bekerja sebagai seorang pelayan Bar dan selalu menjadi olok-olok para tetangga saat itu.

Jongin tidak akan pernah menyangkal. Jika kehidupan keluarganya benar-benar berubah drastis setelah mama bertemu dengan Choi Siwon. Seorang pengusaha kaya Raya yang jatuh Cinta pada ibunya dan bersedia memberikan yang terbaik untuk ketiga anak-anak ibu yang terlantar.

Jongin tidak pernah merasa malu dengan hal itu. Malahan ia pernah menyumpahi ayahnya cepat mati agar mamanya bisa menikah lagi dengan pria Choi itu. Karena Jongin tidak mau hidup dalam kesulitan dan penuh hinaan tak berdaya. Ia punya cita-cita menjadi seorang artsitek ataupun desainer interior. Atau apapun yang merujuk kepada pekerjaan di bidang arsitektur yang telah ia impikan sejak ia kecil.

Tanggal 27 Juli ayahnya meninggal akibat kecelakaan. Dari ketiga anak itu, hanya Jongin saja yang tidak menangis. Dia terlihat dingin dan tenang. Seolah tak ada beban lagi saat ia melihat ayahnya terbujur kaku di ruang jenazah.

Di sinilah Jongin berdiri. 13 tahun berlalu, baru sekarang jongin memutuskan untuk berkunjung kemari lagi. ia melihat ada karangan bunga yang agak mengering, mungkin beberapa waktu yang lalu ada sanak keluarga yang datang kemari. Mungkin saja itu ibunya..

"Aku pulang" Jongin berkata perlahan. "Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi baba"

Jongin mengelus nisan bertuliskan Tan Hankyung itu dengan lembut. "Baba tahu? Mama memintaku pulang dan tinggal disini bersamanya. Bukannya aku membenci Siwon appa. Tetapi aku hanya merasa aku tidak layak untuk tinggal di sana"

"Aku dan mama sempat berdebat. Mama bahkan sempat menyebut diriku anak tidak tahu diri. Itu sangat menyakitkan.. Aku tahu, karena Siwon appa aku bisa seperti ini. Tapi kata-kata mama itu sangat menyakitkan"

Jongin mengusap figura ayahnya. Hankyung baba terlihat sangat tampan. Jongin ingat, foto itu adalah foto pernikahan baba dan mamanya puluhan tahun silam.

"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi di keluarga kita. Bahkan mama tidak mau cerita dan melarangku pergi ke konser debut Jungkook. sebetulnya ada apa? Aku mulai menyesal tidak ada di sini atas waktu yang lama"

Jongin beranjak dari duduknya seraya mengusap air mata di pipinya yang sembab.

"Aku rasa sudah saatnya aku pergi. Aku harus menemani Sarang check up ke dokter. Aku pergi dulu, ba" pamitnya.

.

.

Si brengsek itu tidak akan pulang.. mama pernah bercerita padanya tentang pilihan si brengsek tidak tahu diri itu yang memutuskan untuk tinggal di Vancouver bersama istrinya yang berbeda usia 5 tahun lebih tua darinya.

Itulah sebabnya mama tidak pernah berharap apapun. Kecuali pada Jongin. Sejak kecil, mama selalu menuntut Jongin untuk jadi anak yang pintar dan berprestasi . Hidupnya selalu penuh dengan tuntutan sejak ia kecil.

"dokter Oh" suara cempreng Sarang menyadarkan Jongin dari lamunannya.

Ia melihat ke arah Sarang, dimana gadis cilik itu memeluk seorang pria bertubuh jangkung dan atletis dengan kulitnya yang pucat. rambut raven-nya yang tebal itu menambah kesan manly dalam dirinya.

Serius, apa dia seorang dokter? Di Australia teman-temannya selalu memuja ketampanan idol-idol Korea. Konon katanya Korea itu adalah negerinya orang-orang yang rela menghabiskan jutaan won hanya untuk mendapatkan bentuk wajah yang simetris. Tetapi yang di hadapannya kini adalah seorang dokter. Dan dilihat dari sisi manapun tak ada make up atau pun bekas pisau bedah di wajah itu.

"Hey, Sarang.. Bagaimana kabarmu, hm? " Dokter ber name tag Oh Sehun itu menggendong tubuh Sarang dengan senyum ramahnya.

"Aku baik.. tadi aku habis makan banyak dan minum obat sebelum ke sini" ocehnya.

Dokter Oh tertawa mendengarnya. Lalu menurunkan Sarang saat Jongin berjalan ke arahnya.

Dokter Oh membungkuk hormat dan memperkenalkan diri secara formal. Begitu pun dengan Jongin. Entah mengapa dia jadi semakin betah berada di Seoul jika ada banyak orang tampan seperti dokter Oh.. Hahah.. Ok yang ini mungkin dia hanya bercanda.

.

.

"Oppa.. " Sarang menggerakan tangan Jongin, meminta perhatian.

Anak itu terus berceloteh bahkan ketika mereka sedang makan berdua di salah satu restoran keluarga di sebuah mall.

"Dokter Oh tampan ya" katanya.

Jongin terkekeh. Ia membantu sang adik memakan seafood kesukaannya. "Ya.. tapi oppa lebih tampan"

"Aniyo" sahutnya.. "Oppa Kyeowohh seperti mama"

Jongin mencubit pelan pipi gembul Sarang.

"Aaaaa.. sakit oppa" ringisnya.

Dasar tuan putri, pikir Jongin.

"Kalau nanti aku dewasa" bocah 8 tahun itu kembali bersuara.

Jongin terlihat antusias menunggu ucapan sang adik.

"Aku ingin menikah dengan dokter Oh" katanya.

Oh... Omonganmu terlalu dewasa untuk anak 8 tahun, Sarang-ah...

.

.

III..

.

.

.

"Aku pikir Sarang benar-benar menyukai dokter Oh" Jongin berkata.

Mama tertawa mendengarnya. Yeoja cantik itu sedang mengupas mangga untuk orang-orang yang ia cintai. Seperti Siwon appa, Sarang, atau mungkin Jongin juga termasuk. Mengingat Jongin yang sedikit merasa kikuk sekalipun ia berada di tengah-tengah keluarganya sendiri.

"Dia memang seperti itu. Bahkan dia melamar dokter Oh beberapa Bulan yang lalu" Sahut Siwon appa.

Sarang? Gadis cilik itu tersenyum malu-malu. Jongin pikir drama yang ditonton Sarang terlalu dewasa mengajarkan Sarang untuk menjadi seorang gadis pubertas diusia yang masih cukup belia.

"Mama harus membatasi acara TV yang Sarang tonton" Jongin berusul.

Mama setuju. Ia mulai menegaskan jika Sarang hanya boleh menonton TV di siang hari sampai dengan sore hari. Jika sudah memasuki makan malam, Sarang harus masuk ke kamar dan segera tidur.

"Jongina, apa kamu sudah menemukan lowongan kerja yang cocok di sini? " Siwon appa bertanya.

Jongin sedikit terkejut saat mendengar ayah tirinya itu bertanya padanya. Bagaimana ya? Dia bahkan belum menemukan lowongan kerja yang cocok untuknya selama 10 hari di Seoul.

"Appa bisa membantumu mendapatkan pekerjaan yang kau inginkan, Jongin" kata mama.

"No thanks" Ucap Jongin. dia tidak bermaksud kurang ajar. Tetapi bolehkah ia merasa tersinggung dengan apa yang Mama katakan? Dia sudah 26 tahun! Jika Jungkook bisa berdiri sendiri dengan menjadi seorang idol. mengapa ia tidak bisa?

"Tapi Jongin-"

"Aku akan berusaha lagi.. Tolong mama dan appa tetap fokus pada Sarang" ucap Jongin, menyela ucapan sang ayah.

.

.

.

"Cantik? "

Sehun mengangguk pelan. Kyungsoo berdehem, menggoda pria itu.

"Kau pasti jatuh Cinta pada pandangan pertama" celotehnya.

"Yang benar saja" Sehun menyahut. "Aku cuma mengagumi"

"Terserah" sahut Kyungsoo. Kemudian ia mengatakan pada Sehun jika teman dekatnya saat SMA itu baru saja pulang dari Sydney dan berniat mencari pekerjaan di sini.

"Mungkin aku bisa mengenalkannya padamu atau mungkin pada Chanyeol" ujar Kyungsoo.

Matanya yang bulat itu persis burung hantu yang sedang mendelik. Sehun tertawa mendengar ocehan Kyungsoo.

"Chanyeol itu suka yang imut-imut. Kau tahu sendiri kan Baekhyun gimana?"

Jika Chanyeol mendengar Kyungsoo menyebut nama Baekhyun pasti namja itu langsung baper. Tetapi Sehun tidak tertarik dengan cerita Cinta Chanyeol-Baekhyun.

Melainkan kisah persahabatan Kyungsoo dengan Baekhyun dan seseorang bernama Kim Kai. Saat SMA mereka bertiga dan orang bernama Park Chanyeol itu satu sekolah hanya saja berbeda kelas.

Dan mendengar cerita Kyungsoo entah mengapa Sehun merasa iri. Mengapa ia tidak satu sekolah saja dengan keempat orang ini? Pasti hidupnya tidak akan terlalu sepi seperti saat ia di asrama dulu.

Kakek Oh-Kakek angkatnya adalah seorang presedir juga seorang pemilik rumah sakit yang tidak punya sanak saudara. Pria paruh baya itu memutuskan untuk mengangkat Sehun sebagai cucu saat ia SMP. Dia anak yatim piatu yang cukup beruntung.

Kemudian lanjut membahas Kyungsoo dan teman-temannya semasa SMA. Saat di Universitas dulu, hanya Chanyeol dan Kyungsoo saja yang berhasil masuk tes di Universitas ternama itu. Sementara sahabat Kyungsoo yang bernama Baekhyun itu terdepak dengan nilai yang kurang memuaskan. Kyungsoo saja sampai heran mengapa orang idiot seperti Chanyeol bisa masuk universitas ternama ini dengan otak dungunya itu? Padahal menurut Sehun, Chanyeol itu orang yang kelewatan pintar dan punya bakat di bidang musik. Makanya saat kuliah dulu ia memilih jurusan seni dan musik.

"Maaf, aku telat" kata Chanyeol, dia datang dengan membawa gitar kesayangannya. Ada sticker hangul bertuliskan Byun Baekhyun di sana. Ah, dia masih belum bisa move on ternyata.

"Duduklah!" Titah Sehun. "kyungsoo baru saja membicarakan kalian saat SMA dulu"

"eh?" Chanyeol menatap Kyungsoo. "Kau tidak membicarakan aku yang pernah jadi casanova di sekolah kan, Soo?"

"Kau tahu najis tidak sih?" tanya Kyungsoo. risih mendengar pertanyaan narsis Chanyeol padanya.

Chanyeol tertawa terbahak-bahak. Sementara Sehun hanya tersenyum tipis. Chanyeol dan Kyungsoo jika dipertemukan itu seperti air dan bisa menyatu. Ya ampun..

"Kau kekanakan!" Seru Kyungsoo. "Pantas saja Baekhyun meninggalkanmu"

"Jahatnya" Chanyeol memelas lucu.

Sehun buru-buru menengahi. pasalnya Kyungsoo yang sedang marah itu bisa menjelma jadi setan kerdil yang garang dan menakutkan. Horror kan?

"Ok.. Tadi Kyungsoo bilang akan mengenalkan aku pada teman SMA kalian yang bernama siapa itu tadi"

"Kim kai" Kyungsoo menyahut.

"Kim Kai?" Chanyeol menatap Kyungsoo. "Demi apa? Hey, kenalkan aku juga padanya, soo"

"Ku kira kalian sudah saling kenal, Yeol" Sehun berkata.

"Well, sebenarnya aku ini berbeda kelas dengan mereka bertiga. Tapi aku pernah menjadi kekasih Baekhyun sehingga aku bisa mengenal teman-temannya" ujar Chanyeol. "Tapi hanya Kim Kai saja yang tidak aku kenal begitu dekat. Karena di kelas 3 SMA ku dengar dia dapat beasiswa ke Australia dan kuliah di sana. Hebatnyaa"

Chanyeol bertepuk tangan.. Katanya Kim Kai orang yang manis dengan wajahnya yang kalem. Sehun benar-benar penasaran seperti apa orang bernama Kim Kai itu.

"Aku ingin mengadakan reuni dengan teman-temanku" Kyungsoo seolah mendapat ide.

Sehun bertepuk tangan, setuju dengan ide itu. "Aku pasti akan datang jika kau mengundang Kim Kai" katanya, penasaran.

"Oh tentu saja" Kyungsoo menyahut.

"Aku juga akan datang" Chanyeol kembali buka suara.

Kyungsoo melirik Chanyeol. Lalu berkata, "Kau serius mau ikut? Bahkan jika aku mengundang Baekhyun?"

Oh tidak... Chanyeol baper lagi-_-

.

.

TBC

.

.

A/n

Hallo... seperti biasa.. Joy akan publish FF baru kalo ada FF yg mau tamat. Yap.. FF ini menggantikan Ff lain yg udh tamat. Hehehe.. intinya ini konflik keluarga.. Dimana ada satu anak yang paling bersinar diantara saudara-saudaranya. Dan ada satu anak pula yang sedikit keterbelakang dan punya hidup yang menyedihkan. Pernah gak sih?kalian yang punya kaka atau adik.. Sering dengar ortu memuji yg ini begini dan yg itu begitu. terkadang pula ada satu anak (biasanya anak bungsu) yg dituntut untuk bisa seperti kakaknya yg punya kehidupan lebih baik. padahal kita menginginkan kehidupan yang berbeda. karena kakak adalah kakak adik tentu saja adik. padahal tuh ortu maunya anak-anak mereka jd sukses dan punya kehidupan gak kekurangan di masa depan nanti. Pokoknya yang punya kakak atau pun adik pasti ngerti alurnya gimana. Intinya ini lanjut gak? kalo lanjut hehe.. 20review please :D