SALAH PAHAM

.

JUNGKOOK X TAEHYUNG (BTS) & MINGYU X WONWOO (SVT)

slight! Seungcheol X Jeonghan (SVT) & Namjoon X Jin (BTS)

.

7D


Menggelikan. Bulu kuduknya meremang mendengar celotehan gadis di depannya saat ini.

"Gyu, kau dan Jungkook serasi berangkulan seperti tadi, seperti sepasang kekasih. Oh, aku menamai kalian sebagai GyuKook couple, atau MinKook? Menurutmu mana yang lebih bagus?"

Tahan Mingyu untuk tidak menjahit mulut gadis berkaki jenjang itu dalam hati. Mana sudi ia punya uke seperti si kelinci bongsor itu.

Mingyu itu suka yang kecil-kecil, yang sipit, yang rapet, yang sempit, Wonwoo contohnya.

"Haha, Nana-noona bisa saja," Mingyu berkata diiringi tawa sumbang, "Aku dan Jungkook hanya berteman, tidak lebih."

"Apa mungkin kalau kalian hanya teman tapi saling menunggu di toilet? Aaah, kalian manis sekali~" Mingyu hanya tersenyum menanggapi celotehan gadis itu, yang dulunya merupakan tipe gadis idealnya. Dulu, sebelum ia memutuskan belok untuk —

"Aah..."

"Eh, suara apa itu?" Nana yang penasaran melirik ke belakang tubuh Mingyu, menangkap suara erangan lelaki yang terdengar serak. Kebetulan posisi Mingyu persis di depan pintu toilet.

"Tidak, tidak ada noona. Mungkin kau salah dengar."

"Ah, begitu," Nana kurang yakin, tapi ekspresi Mingyu yang tenang seakan menegaskan ucapannya barusan. "Kalau begitu aku duluan, Gyu. Aku harus berkumpul dengan yang lain sekarang. Sampai jumpa."

"Ya noona," Mingyu tersenyum sambil melambaikan tangan. Memandang Nana yang perlahan menjauh di belokan untuk memastikan bahwa sunbaenya itu tidak melirik ke belakang lagi.

Senyum menawannya luntur kala berbalik ke belakang, masuk ke toilet pria lalu membanting daun pintu hingga berdebam ribut. Bersiap menyemburkan amarah dan umpatan sebelum mendengar suara geraman menjijikkan dari bilik paling ujung di toilet ini.

"Aarrghh, Tae~"

"Keparat! Cepat selesaikan onanimu, bedebah!"

Pintu bilik itu terbuka setelahnya. Seorang lelaki berbadan bongsor yang di telinganya terdapat beberapa pierching berjalan pelan dan bersandar di dinding. Surai merah berantakan, wajah memerah, dan underwear yang turun sebatas paha berototnya. Dan dengan santai mengurut rudal jumbonya di depan Mingyu, membuat Mingyu melemparkan kotak tisu kearah manusia laknat itu.

"FUCK! KAU MENJIJIKKAN, JEON!"

"Hehe..." Jungkook masih sempat tertawa, tangannya belum berhenti di bawah sana. "Sabarlah, sebentar lagi—fuck, Taehh..."

"Mau sampai kapan?! Sudah sepuluh menit aku menjadi babumu disini!"

"Sshh..." Jungkook mendesis. Mengurut rudalnya semakin cepat tanpa menanggapi makian Mingyu barusan. Cermin di depan pintu bilik memantulkan bayangan dirinya, keringat bercucuran membasahi dahi dan lengan yang bergerak brutal mengurut rudalnya sendiri.

Desahan parau Jungkook mengudara dengan kepala menengadah ke atas. Menikmati orgasme dan bagaimana rudal jumbo di tangannya menyemburkan lahar putih yang deras sekali. Bahkan sampai mengaliri telapak tangan yang masih bergerak naik turun dengan pelan. Sedikit menenangkan deru nafasnya yang terasa berat seperti habis berlari marathon.

Jungkook membungkuk untuk memungut tisu yang tergeletak di lantai. Membersihkan tangan dan rudal yang setengah layu miliknya dengan cepat, sebelum suhu sejuk air conditioner di toilet ini membangkitkan rudalnya lagi.

Mingyu masih betah memandangi Jungkook yang kini memakai kembali celananya sambil melipat tangan di dada. Berdecak tak sabar karena si bangsat Jeon itu bergerak sangat lambat, seperti uke yang baru digagahi saja.

"Si keparat ini, cepatlah bangsat! Aku tak mau Wonu-ku menunggu lama."

"Tidak sabaran sekali sih. Kau horny ya?" Jungkook berjalan ke arah Mingyu dengan mata menatap lekat selangkangan Mingyu. Masih kempes —pikir Jungkook ambigu.

"Otakku tak sekotor otakmu ngomong-ngomong," Mingyu berjalan keluar, disusul Jungkook yang masih senyum-senyum tidak jelas. Senang karena ia bisa menjahili teman se geng bangsatnya itu.

.

..

...

"Oh, ternyata kau lebih menyukai Jeon yang berbadan badak itu, Gyu? Menjijikkan!"

Mingyu melotot horror begitu mendengar ucapan Wonwoo. Apa lagi ini?

"Hah?"

"Jangan pura-pura budeg. Tuli betulan baru tahu," Wonwoo berbicara ketus tanpa memandang wajah Mingyu.

"Sumpah hyung, kita baru pulang. Kenapa kau berbicara begitu?"

"Kau ini sudah budeg, dekil, bodoh lagi," Hati Mingyu mencelos mendengar umpatan pedas dari kekasihnya. Salah apa ia sampai bisa jatuh hati dengan laki-laki bermulut setajam katana ini?

"Masih belum sadar juga? Ya tuhan..."

"Aku benar-benar tidak tahu, hyung. Jeon mana lagi yang ka—"

...Sepertinya ia ingat.

Dan ia tahu, kemana arah pembicaraan ini.

"—Oh, astaga. Jangan bilang kau salah paham?" Mingyu berjalan ke kasur mereka, duduk di sisi ranjang sementara Wonwoo masih kekeuh memainkan ponselnya. Padahal matanya sudah lirik-lirik ke dada Mingyu yang terbuka karena hanya mengenakan bathrobe.

"Wonwoo-ku sayaaang, pujaan hatikuuu...Lihat sini dong~" Panggil Mingyu sambil merayu Wonwoo.

"..."

"Ibu dari anak-anakku..."

"..."

"Istri tercintanya Kim Mingyu..."

"..." Masih diam juga Wonwoo-nya.

"Pisang kecilkuu—" plak!

"Mulutmu, Kim."

Mingyu merengut sambil mengusap mulutnya yang barusan dicium ponsel Wonwoo. Memang apa salahnya? Bukannya pisang Wonwoo itu kecil? Besaran juga rudalnya.

Setara lah sama punya Jungkook. Mereka kan geng.

Melihat Mingyu yang masih mengusap mulutnya membuat Wonwoo tidak enak hati —sedikit. Memang sih, pukulan tadi sebenarnya pelan. Tapi 'kan yang mendarat di mulutnya bukan tangan Wonwoo, tapi ponsel. Pasti sakit, ditambah lagi ponselnya panas karena terlalu lama ia gunakan.

Mengalah, Wonwoo memilih menghadap Mingyu yang masih merengut. Tangannya terulur untuk menggantikan tangan Mingyu, mengusap pelan hingga Mingyu menatap Wonwoo sepenuhnya.

"Maaf," Tangan kirinya masih mengelus, mengusap bibir atas Mingyu dengan telunjuknya, "Kau selalu saja dekat-dekat dengan Jeon badak itu. Sampai rangkul-rangkulan segala. Aku tidak suka."

Mingyu menatap lekat Wonwoo yang berbicara dengan bibir merengut. Menikmati bagaimana Wonwoo yang cemburu, mengingat manusia bermata tajam itu tidak pernah menunjukkan rasa cemburunya di depan Mingyu, bahkan ketika Mingyu harus berhadapan dan berinteraksi dengan gadis-gadis cantik di luar sana.

Tapi sekarang? Hanya gara-gara seseorang yang bermarga sama dengannya saja Wonwoo sudah uring-uringan begini.

"Sekarang kutanya, pilih Jeon Wonwoo atau Jeon Badak itu?"

"Jeon Jungkook, sayang. Bukan badak."

"Tuh kan, masih juga bela-bela dia."

"Bukannya membela, hyung. Hanya mengoreksi."

"Alasan. Pergi sana!" Wonwoo berseru sambil mendorong pundak Mingyu, berbaring membelakangi Mingyu yang hanya mendengus geli. Aneh karena Wonwoo cemburu dengan teman gengnya sendiri.

Otak Mingyu yang memang tidak pernah bersih dari hal-hal mesum memanfaatkan keadaan Wonwoo yang sedang jealous mode on. Menggodanya sedikit tidak masalah 'kan? Siapa tahu dapat jatah dua ronde, lumayan.

Perlahan, Mingyu berbaring di belakang Wonwoo seraya memeluk pinggang rampingnya. Mingyu tau Wonwoo belum tidur, terlihat dari reaksi tubuhnya yang menegang kala tangan lebarnya menyusup ke dalam pakaian tidur Wonwoo, mengusap perutnya dan berakhir di dada Wonwoo. Dengan gemas, diremasnya dada kurus pria didekapannya.

"Ahhk...sialan! Apa yang kau lakukan, bodoh?"

Wonwoo yang menggerutu tak dihiraukan oleh Mingyu. Wajahnya ia telusupkan ke leher Wonwoo, menjilat leher jenjang itu dengan lidahnya yang basah. Kecipak suara lidah dan bibir Mingyu terasa berdengung di telinga Wonwoo. Lumatan basah itu berakhir ketika Mingyu menjilat daun telinga Wonwoo yang memerah.

"Aku mau dua ronde, sayang..." Wonwoo merinding mendengar titah suara Mingyu yang dalam dan serak. Ia merapatkan bibirnya, enggan mengeluarkan desahan yang sudah di pangkal tenggorokan.

Tidak mendapat jawaban, sengaja Mingyu mengenduskan nafasnya ke telinga Wonwoo, ditambah tangannya yang nakal mengelus nipple Wonwoo yang menegang. Wonwoo tetap menggigit bibirnya dengan mata terpejam, mati-matian menahan desahannya. Ketika tangan besar itu turun, Wonwoo membuka matanya untuk menahan tangan itu.

Sayang, tangan itu sudah lebih cepat menyusup ke dalam celana, dan langsung meremas milik Wonwoo tidak sabaran.

"AAAHH!"

Desahan itu lolos seperti sebuah teriakan. Wonwoo menunduk, meraih tangan Mingyu yang masih meremas miliknya dengan gemas. Susah payah ia menahan tangan Mingyu dan menahan desah nafasnya yang memburu. Ketika ia menolehkan kepalanya ke belakang–

PLAK!

"AAAA, SAKIT HYUNG!"

"KAU APAKAN ANAKKU, HITAM?! ASTAGA, KAU MEMPERKOSANYA!?"

"TIDAK! ADUDUDUH, LEPASKAN TANGANMU HYUUNG! SAKIIIT!"

Itu Seungcheol.

Pria itu masih menarik telinga Mingyu, menuntun pemuda yang lebih tinggi darinya untuk turun dari ranjang dan mengikutinya keluar kamar. Tangan Mingyu yang tadi bergerilya dikemaluannya terlepas, dan Wonwoo merasa...kehilangan?

Tidak lama kemudian, datanglah Jeonghan berjalan ke arahnya dan langsung memeluk Wonwoo.

"Kau oke, Wonwoo-ya?"

"Iya hyung, aku baik."

Jeonghan mendengus sambil melepas pelukannya. "Apanya yang oke? Nafasmu memburu seperti itu. Kau horny 'kan?"

Wonwoo mendelik mendengar ucapan blak-blakan Jeonghan. Wajahnya memerah hingga ke telinga, yang malah membuat lelaki cantik itu terkikik sambil menutup mulutnya dengan tangan. Anggun sekali.

"Nanti kubujuk Seungcheol supaya melepaskan Mingyu, oke?" ia bangkit, berdiri di depan Wonwoo yang mendongak menatapnya, "Setelah itu, bermainlah sepuasnya. Tapi jangan bersuara terlalu keras ya sayang, nanti appamu minta jatah juga," Jeonghan mengedipkan mata kirinya sambil menatap Wonwoo dengan pandangan genit.

Mau suami, mau istri, sama saja otaknya. Mesum, byuntae, hentai, pervert.

Wonwoo tidak membalas ucapan Jeonghan hingga lelaki itu keluar dan menutup pintu kamarnya. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di kasur, memakai selimut sebatas dada dan tertidur dengan pulas.

Tanpa tahu kalau Mingyu berteriak heboh di luar sana karena diguyur air dingin oleh Seungcheol untuk meredakan pikiran mesumnya.

TBC or END?