How Can I Get A Lover?

by

Achan Jeevas

.

.

.

.

.

.

.

Capter 15 : Satu Cinta (END)

.

.

.

.

.

.

.

.

"Minhyun cepatlah keluar. Kami menunggumu." Teriak Suga didepan pintu kamar mandi.

"Kalian duluan saja." ucap Minhyun yang memang berada didalam kamar mandi.

"Jika kami berangkat duluan kau pasti tidak akan datang ke pesta dansa seperti tahun-tahun sebelumnya." Kata Luhan sambil membenarkan jasnya.

"Aku janji aku akan kesana."

"Tahun-tahun kemarin juga kalu mengatakan seperti itu dan kau tetap tidak datang." Kini Daniel yang membuka suara.

"Tidak untuk malam ini. Aku akan kesana."

"Janji?" tanya Ren memastikan.

"Aku bersumpah. Jika aku tidak datang kalian boleh mengambil Blackcard milikku."

Mendengar ucapan Minhyun akhirnya keempatnya setuju dan berangkat ke pesta dansa lebih dulu meninggalkan sang bungsu Hwang yang masih berada di kamar mandi.

.

Minhyun mengacak-acak rambut hitamnya dengan gusar. "Bagaimana ini… apa aku lebih tidak datang ke pesta dansa? Tapi bajingan itu pasti akan menyeretku. Apa aku lebih baik pergi ke luar negeri saja agar dia tidak bisa menemukanku?"

Minhyun mengigit jarinya dan menatap pantulan dirinya didepan cermin kamar mandi. Ia memakai setelan jas berwarna putih yang membuatnya semakin tampan dan mempesona.

Minhyun menarik nafas panjang dan membuangnya. "Aku tidak memiliki pilihan lain."

.

JR menghela nafas setelah hampir dua puluh menit ia berada di aula kampus tercintanya yang sudah disulap sedemikian rupa sehingga tampak begitu indah dan sangat romantic. Pemuda tampan yang disebut-sebut sebagai remaja terkaya di Korea itu merasa bosan karena banyak para mahasiswi –dan para submissive berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya.

"Dimana kau, Hwang Minhyun."

"Disini." Bisik sebuah suara tepat ditelinganya.

JR segera membalikan badannya dan ia terpana bukan main melihat betapa luar biasanya Hwang Minhyun didepannya. Rambut hitamnya bagaikan benang sutra, matanya yang berbentuk seperti rubah yang memancarkan segala keindahannya dan bibirnya yang begitu sensual dan menggoda. JR benar-benar ingin mencium bibir itu sekali lagi.

Minhyun sendiri dibuat tidak bisa bernafas melihat ketampanan JR. Ok, dia tahu pemuda didepannya itu memang luar biasa tampan dan ribuan bahkan jutaan wanita pasti setuju dengan hal itu.

"Aku tahu aku rupawan, Kim. Berhenti menatapku seolah aku adalah santapanmu."

JR terkekeh mendengar ucapan Minhyun. Ia mengulurkan tangannya didepan Minhyun. "Mau berdansa?"

Minhyun menatap uluran tangan JR.

"Tidak mau." Ucapnya dan membalikan badannya namun sebuah tangan kekar yang Minhyun kenal betul milik siapa menariknya dan membawa Minhyun dalam pelukan hangat itu.

"Aku memaksa. Dan Kau tidak memiliki pilihan lain." ujar JR tepat ditelinga Minhyun yang membuat sosok manis itu bergidik.

.

JR dan Minhyun kini berdansa mengikuti alunan lagu. Tangan JR memeluk pinggang Minhyun dan tangan lainnya menggenggam tangan Minhyun.

"Ratusan gadis akan bersedia memberikan nyawa mereka untuk berada diposisiku sekarang ini." ucap Minhyun. Tangan satunya lagi yang tidak digenggam oleh JR berada bahu kokoh itu.

"Tapi aku tidak menginginkan mereka."

"Kenapa aku, JR?"

"Kau berbeda." JR menatap tepat ke mata Minhyun.

"Apa yang membuatku berbeda?"

"Kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh mereka." ucap JR sambil memutar tubuh Minhyun.

"Dan apa itu?"

"Ketulusan."

"Ketulusan kau bilang?"

JR mengangguk.

Minhyun menatap tajam. "Aku bahkan datang kesini karena aku terpaksa. Jika bukan karena taruhan aku tidak akan sudi ada disini."

Bukannya marah akan reaksi Minhyun, JR malah tersenyum. "Ikutlah denganku."

"Tidak. Setelah ini aku akan kembali ke asramaku."

"Kenapa kau selalu menolakku?"

"Karena kau bajingan."

"Kau mencintai bajingan ini." bisik JR ditelinga Minhyun.

Minhyun menatap tidak mengerti sosok tampan didepannya. "Kau sinting. Aku membencimu dengan seluruh jiwaku."

"Kau akan menelan kata-katamu itu malam ini."

"Apa?"

JR tidak menjawab namun ia menarik tangan Minhyun ke luar aula kampus.

"Lepaskan." Minhyun memberontak dan memukul-mukul tangan JR.

Kesal akan aksi Minhyun membuat JR berbalik dan menggendong Minhyun dibahunya. Nafas Minhyun tercekat saat JR menggendongnya seperti menggendong karung beras.

"Lepaskan aku, sialan!" teriak Minhyun sambil memukul-mukul punggung JR.

Orang-orang yang menyaksikan keduanya saling berbisik-bisik.

"Luhan! Suga! Ren! Daniel! Tolong aku!" teriak Minhyun pada teman-temannya yang entah ada dimana.

Plak

JR memukul pantat Minhyun. "Bisa kau diam, Hwang. Aku tidak tahu kalau kau sangat berisik."

Wajah Minhyun langsung memerah ketika merasakan pantatnya dipukul JR. Ia kembali memukul-mukul punggung JR seperti orang kesetanan. "Kau memukul pantatku, dasar mesum! Lepaskan, lepaskan."

Ok, JR benar-benar kesal akan tingkah pemuda manis digendongannya ini. "Diam dan berhenti memukuliku atau aku akan memukul pantatmu lebih keras lagi. Atau kau ingin aku meremas pantatmu ditempat umum heh?"

Minhyun langsung diam mendengar ancaman gila JR. Dia tahu jika JR pasti akan melakukannya.

"Bagus." Ucap JR setelah Minhyun menghentikan aksi brutalnya memukuli punggungnya.

.

"Apa kita harus menolong Minhyun?" tanya Daniel pada ketiga temannya. Mereka berempat memang menyaksikan dari awal JR membawa pergi Minhyun.

"Tidak usah. Biarkan saja." ucap Luhan sambil meminum minumannya dengan santai, seolah-olah tidak melihat salah satu sahabatnya berteriak meminta tolong.

"Kenapa?"

"JR mengancamku." Luhan mengatakannya dengan datar.

"Dia mengancammu?" tanya Suga.

"Ya. Dia mengancam akan membuat Kris tidak bisa datang ke Korea lagi jika aku menghentikannya membawa Minhyun pergi." Jelas Luhan.

"Apa?!"

"Kapan dia mengancammu?"

"Saat kita baru datang kesini."

.

JR menurunkan tubuh Minhyun disamping mobilnya. Ia membuka pintu mobilnya. "Masuk."

"Tidak." Minhyun sudah akan mendorong JR namun JR lebih dulu mencengkeram tangannya.

"Aku bilang masuk, Minhyun."

Tangan Minhyun yang tidak digenggam oleh JR mengeluarkan ponselnya. "Aku akan menelpon polisi."

Namun JR kembali bergerak lebih dulu. Ia merampas ponsel keluaran terbaru milik Minhyun dan membuangnya.

Minhyun menatap tidak percaya ponselnya yang dibuang JR. "Ponselku!"

"Sekarang masuk atau aku akan menelanjangimu disini sekarang juga." Ujar JR dengan nada berbahaya dan ia mendekatkan wajahnya pada Minhyun.

Mendengar ancaman JR lagi-lagi Minhyun menurut. Ia masuk ke dalam Lamborghini JR dengan kesal.

.

.

Brukkk

JR melempar tubuh Minhyun diatas ranjang king size nya. Saat ini keduanya sudah berada di rumah besar keluarga Kim yang sepi karena Kim Yunho dan Kim BoA sedang berada di Paris dan akan kembali besok pagi.

"Mau apa kau?" ujar Minhyun sambil menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang masih berpakaian lengkap ketika JR menatapnya dengan lapar.

"Kau bertingkah seperti seorang perawan yang akan di perkosa." Ucap JR sambil melepaskan jasnya dan melemparkanya secara asal. Ia lalu membuka tiga kancing teratas kemejanya. Mata setajam elangnya menatap tepat pada tubuh Minhyun.

Minhyun dengan segera turun dari ranjang dan berlari menuju pintu namun JR menangkapnya lebih dulu dan melemparkannya diatas ranjang dengan keras. Tepat ketika tubuh Minhyun menyentuh ranjang ia dengan segera menindih tubuh Minhyun.

"Menyingkir!" Minhyun memukul-mukul tubuh JR yang menindihnya.

Tangan kanan JR menahan kedua tangan Minhyun sedangkan tangan kirinya meraba-raba sesuatu dibawah bantal ranjangnya. Setelah mendapatkan benda yang ia cari dengan segera JR mengangkat tangan Minhyun sehingga kedua tangan mulus itu berada dikepala ranjang dan JR langsung memborgolnya.

Minhyun terkejut bukan main ketika merasakan benda dingin membelenggu kedua pergelangan tangannya. "Sialan kau, Kim!"

JR menjambak rambut Minhyun. "Jadilah anak yang baik atau ku jejalkan seluruh sex toys milikku pada tubuhmu dan aku bersumpah akan membuatmu tidak bisa berjalan selama satu bulan."

Minhyun terdiam. Ia menatap JR yang juga menatapnya dengan tatapan mendominasi. JR menjanjikan dominasi yang liar untuknya. Minhyun langsung membuang mukanya.

Melihat reaksi Minhyun membuat senyum kemenangan tersungging dibibir sexy JR. Minhyun setuju untuk menjadi anak yang baik. "Pintar."

JR dengan segera melepaskan kemejanya dan memperlihatkan abs sexy serta warna kulit tannya yang begitu sempurna. Tangan JR langsung menarik baju Minhyun keatas hingga ia bisa melihat dengan jelas perut rata Minhyun yang begitu putih dan sangat mulus.

Tangan nakal JR dengan segera mengelus perut rata Minhyun dengan sensual. Matanya menatap wajah Minhyun yang masih memalingkan wajahnya, namun Minhyun menutup rapat matanya dan menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan desahan apapun.

JR menarik tangannya dari perut Minhyun dan kini bibirnyalah yang bermain disana. Ia berikan ciuman, gigitan dan jilatan pada perut itu.

Minhyun semakin erat mengigit bibirnya menahan desahan yang siap meluncur. Sudut matanya sudah mengeluarkan air mata. "Bugi…"

JR langsung menghentikan kegiatannya ketika mendengar Minhyun menyebut nama itu dengan suara yang amat pelan.

"Bugi…"

JR menegakan tubuhnya dan ia terkejut bukan main ketika melihat Minhyun sudah mengeluarkan air mata, bibir merahnya itu bergetar dan terus menerus menyebut satu nama.

Sosok tampan itu menepuk-nepuk pipi Minhyun dengan khawatir. "Minhyunie, Minhyunie buka matamu."

Melihat Minhyun yang masih tidak memberikan reaksi membuat JR langsung melepaskan borgol pada tangan Minhyun. Setelah borgol terlepas ia segera membawa Minhyun dalam pelukannya.

JR menciumi dahi Minhyun dan tangannya masih mengelus pipi Minhyun. "Minhyunie, Ini aku. Bugimu." Ucapnya dengan sangat lembut. "Aku disini, Minhyunie."

Dengan perlahan Minhyun membuka matanya yang basah akan air mata. "Bugi?"

"Iya, Minhyunie. Ini aku."

Minhyun menatap tidak mengerti JR. "Jangan gunakan sosok yang aku cintai untuk melemahkanku, Kim."

"Tunggu disini." JR turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.

Minhyun menatap punggung JR yang menghilang kearah kamar mandi. Ia dengan segera berlari kearah pintu dan membukanya namun anehnya pintu itu tidak terbuka sama sekali. Padahal ia sudah membuka kuncinya.

"Jika kau pergi kau tidak akan tahu kebenarannya Hwang Minhyun." Gumam Clara yang membuat pintu itu tidak bisa terbuka. Dia memang sejak awal ada dikamar JR dan menyaksikan semuanya.

"Kenapa tidak bisa terbuka saja." Minhyun terus menerus mencoba membuka pintu kamar namun sekuat apapun pintu itu tidak terbuka sama sekali.

"Minhyunie."

Minhyun langsung menatap kearah suara itu berasal dan ia melebarkan matanya melihat sosok yang begitu ia rindukan berdiri didepannya.

"Bugi."

JR yang tengah memakai pakaian ala Nerd Kim Jonghyun tersenyum mendengar nama panggilan yang begitu ia rindukan itu.

Minhyun langsung berlari mendekati kekasihnya itu dan memeluk erat. "Bugi, aku merindukanmu. Tolong jangan tinggalkan aku lagi. Aku sangat mencintaimu, Bugi."

JR membalas pelukan Minhyun dengan sama eratnya.

"Tapi Bugi bagaimana kau ada disini?" tanya Minhyun kebingungan.

"Aku JR, Minhyun. Aku adalah Bugimu. Kim Jonghyunmu." Ucap JR dengan lembut. Clara yang mendengar ucapan JR langsung menjentikan jarinya, menghilangkan mantranya pada JR.

Minhyun menjauhkan tubuhnya dari JR dan menatap JR tidak mengerti. "Apa maksudmu, Bugi?"

JR menghela nafas. Ia lalu melepaskan kacamata tebalnya, mengacak-acak rambut hitam yang ia tata rapih, lalu melepaskan kancing kemeja yang ia kancingi sampai diatas.

Minhyun menganga akan pemandangan didepannya. "A-apa… tidak mungkin… Ba-bagaimana.. kenapa…"

JR menghela nafas. "Aku berpura-pura menjadi nerd untuk melihat siapa yang tulus berteman denganku tanpa memandang penampilan dan kekayaan tapi satu bulan aku menjadi nerd tidak ada yang mau mendekatiku tapi tiba-tiba saja kita bertemu di perpustakaan dan kau malah terus menerus mendekatiku yang mencoba menjauhimu. Kau memberikanku cinta yang selama ini aku inginkan. Kau tidak melihatku hanya karena tampangku atau bahkan hartaku."

Minhyun terdiam mendengar penjelasan JR.

"Jika kau masih belum seratus persen percaya bahwa aku adalah Bugimu. Aku mempunyai sesuatu yang akan membuatmu 100% percaya." JR mengambil sesuatu disaku celananya dan memperlihatkannya didepan wajah manis Minhyun. "Cincin ini."

Air mata membasahi pipi Minhyun menatap cincin didepannya. Cincin yang pernah ia pakai. Tangannya terangkat dan menyentuh wajah JR.

"Bugi…"

"Iya, Minhyunie. Ini ak–"

Plakkk.

Minhyun menampar pipi JR.

"Aw. Untu apa itu, Minhyunie?"

"Kau pantas mendapatkannya." Ujar Minhyun dan ia kembali memukuli JR. "Jahat jahat jahat. Kau jahat."

JR hanya pasrah saja dadanya dipukuli oleh Minhyun. Ia memang pantas mendapatkannya.

Minhyun terus menerus memukuli JR tanpa henti selama hampir sepuluh menit sendiri dan kini kondisi JR benar-benar acak-acakan. Kemejanya sudah lusuh dan sebagian kancing kemejanya sudah lepas. JR yakin dadanya pasti memerah akibat pukulan-pukulan Minhyun. Jangan lupakan pipinya yang juga terkena tamparan Minhyun sebanyak sepuluh kali.

Andai saja yang memukulinya ini bukan Minhyun sudah pasti JR akan membunuhnya namun yang memukulinya sekarang ini adalah Hwang Minhyun. Sosok yang dicintainya dan memang ini juga salah JR sendiri.

"Sudah?" tanya JR ketika Minhyun menghentikan aksi anarkisnya itu.

Plakkk.

"Itu yang terakhir." Ucap Minhyun dengan tajam. Ia sendiri tampak sangat kelelahan dan tangannya merasa sakit karena terus menerus memukuli dada bidang JR.

"Ok, kalau sudah. Sekarang biarkan aku melakukan sesuatu."

Minhyun langsung menutupi dadanya. "Kau mau apa?"

JR memutar matanya akan reaksi Minhyun. "Aku tidak akan melakukan itu sekarang."

Wajah Minhyun memerah mendengarnya.

JR lalu berlutut didepan Minhyun. "Hwang Minhyun, mau kah kau kembali memakai cincin ini?" tanyanya sambil memegang cincin yang dulu ia berikan pada Minhyun.

"Kau mau memakaikanku cincin saja sampai berlutut seperti ini? Lagipula itu cincin hadiah darimu untukku tentu saja aku akan memakainya kembali." Minhyun menatap tidak percaya akan aksi JR namun ia segera mengulurkan tangan kanannya didepan JR. "Pakaikan."

JR memejamkan matanya menahan kesal akan sikap Minhyun. "Aku butuh tangan kirimu."

Minhyun langsung terdiam mendengar ucapan JR. "Apa?"

"Aku butuh kau memakai cincin ini ditangan kirimu. Dengan kata lain aku ingin menikahimu." JR menatap tepat pada mata Minhyun. "Maukah kau menikah denganku?"

Minhyun menatap cincin dan wajah JR bergantian.

.

.

"Aku tidak mau."

"Ok." JR langsung berdiri dari posisi berlututnya.

"Apa-apaan reaksimu itu, Kim." Marah Minhyun.

JR menatap aneh Minhyun. "Kau bilang tidak mau menikah denganku ya sudah."

"Aku hanya bercanda. Tentu saja aku mau menikah denganmu. Kau tidak boleh menikah dengan siapapun selain aku."

"Aku juga tidak tertarik menikah dengan siapapun selain kau, Kim Minhyun. Aku tidak mau pengorbananku menjadi Nerd dan mendapatkanmu menjadi sia-sia."

.

.

.

.

Luhan, Suga, Daniel dan Ren diam membatu mendengar seluruh ucapan Minhyun yang tengah duduk mesra dengan JR.

"Guys?" Minhyun melambaikan tangannya didepan wajah keempatnya.

"Minhyun kau tidak berbohong kan?" tanya Daniel dengan ekspresi terkejut. "Dia adalah Kim Jonghyun? National Bad Boy JR adalah Nerd Kim Jonghyun?

"Iya, Daniel. Dan nama asliku adalah Kim Jonghyun tapi Orangtuaku menutupi nama asliku dari media." Jelas JR sambil meminum kopinya.

Plakkk.

JR langsung menyemburkan kopi yang ia minum ketika Luhan menamparnya. Ia sudah siap memarahi si Rusa China itu namun Suga lebih dulu menamparnya.

Plakkk.

Dua tamparan pada pipi kanan dan kirinya. JR, kau memang pantas mendapatkannya.

"Itu untukmu karena pernah meninggalkan Minhyun." ucap Luhan.

"Jangan berani kau meninggalkannya lagi atau kami akan mencarimu sampai ke ujung neraka terdalam." Ancam Suga.

Byuurr.

"Daniel!" teriak Minhyun, Luhan dan Suga bersamaan, ketiganya terkejut ketika si magnae menumpahkan minumannya pada wajah tampan JR. Daniel mereka yang selalu bersikap manis ternyata bisa juga marah.

"Dengarkan apa yang di ucapkan Luhan dan Suga, JR." ujar Daniel dengan kesal pada JR.

"Wow, Daniel. Aku tidak tahu kau bisa marah juga." Ucap Minhyun namun ia mengeluarkan sapu tangannya untuk mengeringkan wajah JR.

Ren menatap JR dengan ekspresi shock yang sangat kentara. "Si Culun itu kau… Kau Si Culun itu… Kim Jonghyun yang culun itu… A-aku…"

Dan Ren pun jatuh pingsan membayangkan dua sosok yang sangat kontras ternyata adalah satu orang.

.

.

.

"Kau harus bertemu Hyungku."

"Hwang Sehun?"

"Yup dan juga menemui Ayahku."

"Kalau Ayahmu sih aku tidak masalah tapi kakakmu… aku memiliki firasat buruk."

.

.

"Jadi ada apa kau tiba-tiba menyuruhku untuk cepat pulang?" tanya Sehun pada adiknya yang tengah duduk di sofa bersama JR. "Dan bukankah Kau JR? Putra tunggal Kim Yunho?"

"Nde." Jawab JR dengan tenang.

"Hyung, apa kau ingat Kim Jonghyun? Kekasihku yang meninggalkanku?"

"Nerd itu?"

"Nde. JR adalah Kim Jonghyun itu. Kekasihku."

Hening kini menyelimuti ruang keluarga Hwang yang besar.

"Aku tahu." Ucap Sehun.

JR dan Minhyun terkejut mendengar ucapan Sehun.

"A-apa? Bagaimana kau tahu?" tanya JR. Ia yakin tidak ada yang tahu bahwa ia menyamar menjadi culun dan tidak ada yang tahu nama aslinya.

"Beberapa tahun yang lalu aku dan Ayahmu pernah bekerjasama lalu dia bilang bahwa putra tunggalnya nanti akan melanjutkan perusahaannya, putra tunggalnya yang memiliki nama lahir Kim Jonghyun."

JR dan Minhyun terdiam mendengar ucapan Sehun.

"Walaupun nama Kim Jonghyun banyak dimiliki tapi aku tahu Kim Jonghyun putra tunggal Kim Yunho dengan Kim Jonghyun si Nerd kekasihmu itu satu orang." Sehun berdiri dari duduknya. "Selamat untuk kalian berdua tapi ingat JR. Walaupun perusahaan Ayahmumu lebih besar dariku, jangan kau kira aku tidak bisa menghancurkannya jika kau kembali meninggalkan adikku."

"Aku bersumpah tidak akan meninggalkannya lagi."

"Bagus. Aku pegang sumpahmu." Sehun menepuk bahu JR dan memeluk adiknya dengan sayang. "Hyung harus pergi dulu."

"Pergi kemana lagi?"

"Kerumah Kai. JR sepertinya sudah melamarmu." Sehun melirik tangan kiri adiknya. "Hyung juga ingin dia melamar Hyung. Kalian tidak boleh menikah sebelum Hyung, mengerti?"

"Tapi pertunanganmu dengan Krystal Noona?" Minhyun menatap bingung kakaknya.

"Appa membatalkannya. Dia tahu Hyung tidak bahagia."

"Aku harap Kai-hyung segera menikahi Sehun-hyung agar aku juga bisa segera menikahi Minhyun." ucap JR sambil mencium pipi Minhyun yang sudah kembali chuby.

"Jangan macam-macam dengan adikku, JR. Well kau boleh melakukan apapun dengannya asal jangan sampai aku dengar dia hamil sebelum aku."

"Well aku tidak bisa berjanji, Hyung."

"JR!" Teriak dua Hwang bersaudara.

.

.

.

JR membuka balkon kamarnya dan menatap Clara yang tengah menulis sesuatu di buku tebalnya. "Sedang apa kau?"

"Menulis laporan untuk Yang Maha Kuasa. Aku suka lupa dengan apa yang aku lakukan jadi aku selalu menuliskannya."

JR mengangguk mengerti. "Clara."

"Hm?" Clara masih focus menulis.

"Terimakasih."

Peri cantik itu menghentikan gerakannya dan mendongak menatap JR. "Sama-sama."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

THE END

29 January 2018

.

.

.

Terimakasih sudah baca fanfic ini. terimakasih juga yang sudah review, fallow and favorite maupun para silent readers.

.

.

Thank You

Bye Bye Bye

L.O.V.E