Pemalu yang tak terhentikan

.

by ligrass

.

.

.

Kuroko no Basket Tadatoshi Fujimaki

Naruto Masashi Kishimoto

cast : Aomine Daiki , Hinata Hyuga. dll.

warning : typos,Crossover,alur pasaran.

.

.

.

.

a/n : maaf, maaf banget malah bikin ff baru huhuhu. padahal ff yang lain belum selesai. tapi untuk yang TD sama FM itu udah saya tulis setengahnya. cuman rasanya kurang manteb gitu loh. saya juga lagi...males. nah. maaf banget. bener-bener kehabisan ide soalnya tugas produktif numpuk. yak. ff ini untuk hiburan saja lah.

ada yang kepirikan pair Aomine x Hinata ? hihihi..

.

.

.

.

jangan malu Review yak

.

.

.

.

.

.

.

.

Aomine Daiki dimata Hinata Hyuga itu sangat menakutkan. Awalnya,tapi.

.

Tinggi badannya mengintimidasi. 193 cm. Cobalah bayangkan berdiri disampingnya. Perempuan mungil semacam Hinata pasti langsung menyingkir.

.

Padahal,193 cm itu tinggi yang wajar bagi atlet basket.Ya, Aomine memang atlet.

.

Tapi tetap saja menjulang. Hinata tau beberapa member Boyband asal Korea Selatan. Sebutlah namanya X memiliki tinggi 184 cm. Pernah iseng, Hinata coba-coba mengukur setinggi apakah 184 cm itu. Lalu dibandingkan dengan tinggi badannya yang hanya 161 cm. Sempat sedikit terbanting, tapi rasa-rasanya masih pas dipelukan.

.

Sementara Aomine teman satu sekolahannya punya tinggi badan 193 cm. Tinggi yang sama dengan lemari mewah Hinata.

.

Ketika berpapasan dikoridor, Hinata menyadari tingginya hanya sebatas rusuknya saja. Kalau siku Aomine terangkat, sudah pasti kepala Hinata benjol.

.

Langkah tegap Aomine layaknya pemburu dihutan, meski gayanya malas-malasan. Satu langkah bagi Aomine sama dengan dua langkah bagi Hinata. Kalau Aomine berlari dilapangan, betis besar tergurat otot mengencang yang mengagumkan. Sangat cepat. Begitu ujung kaki kanan menapak tanah, beramaan dengannya kaki kiri melangkah kedepan dengan jarak lebar. Memantul cepat seolah menolak menempel dibumi.gerakan tangannya saat mengayun pun keren.

.

Pada ujian olahraga pekan lalu, Hinata menerapkan bagaimana cara Aomine berlari. Cukup efektif untuknya, tapi sangat menguras tenaga. Detak jantungnya sampai terdengar keluar tubuh.

.

Setiap hari kamis, Touou pulang lebih sore. Makan siang tak akan disia-siakan. Kantin penuh sesak. Hinata tak sengaja meraih nampan yang sama dengan yang Aomine pilih. Hinata yang merasa mengambil lebih dahulu hanya diam dan tersenyum. Aomine sadar, buru-buru memasukkan ponsel ke dalam saku dan mempersilahkan Hinata.tertegun.melihat telapak tangan besar Aomine yang menyodorkan nampan padanya. Mungkin saat itu lah pertama kalinya Hinata menjadi tertarik pada Aomine.

.

Meski malu-malu, Hinata coba Add akun sosmed Aomine. Beberapa menit kemudian langsung di konfirmasi. Kaki mungil Hinata jadi jelly seketika. Pipi bakpau dihiasi rona merah norak.

.

Kecanduan untuk melihat sosok gagah bak polisi itu. Kalau Aomine melewati kelasnya hendak menuju kekantin. Ditatapnya dari awal muncul sampai menghilang secara diam-diam. Buku tulis kimia terangkat menutupi segaris senyum yang muncul. Temannya, Ten-Ten panik melihat Hinata tiba-tiba memerah. Selalu dengan kalem dijawab kalau ia tak apa-apa.

.

Teman-teman membentuk gerombolan dibangku paling belakang saat pelajaran kosong. Dari tempat duduknya,Hinata bisa mendengar mereka membicarakan tentang klub basket. Hinata berhenti mengisi soal-soal dari buku tebal. Memasang telinga dan berusaha menyembunyikan wajahnya dengan poni. Awalnya mereka hanya bicara soal kemenangan mutlak tim basket Touou. Membuat malu lawan dengan selisih angka sampai 132 point. Gila dan tak berbelas kasih.

.

Anak lelaki menyebut-sebut nama kapten Imayosi dengan pikiran tak terduganya penuh kagum. Lalu membicarakan Aomine Daiki sang Ace tak terhentikan lebih heboh lagi, teman-teman wanita bersorak-sorai ,mengelu-elukan nama pemain inti tim basket Touou.

.

Kedua telinga Hinata memerah saat Ino,temannya, menceritakan bagian terbaik dari Aomine saat melakukan Dunk. Semua bersorak kembali. Hinata pun bersorak dalam hati. Sang Ace memang hebat.

.

"Benarkan Hinata?".

.

Eh-. Hinata menjatuhkan pulpennya. Tergagap. Kepala terangkat lalu menolah kebelakang. Ino dan Sakura mengukir senyum jahil.

.

" maaf?". Hanya mampu melirih.

.

"Aomine Daiki itu sangat hebatkan?". Tanya Ino sekali lagi. Sakura menyikutnya. "Bukan hanya Aomine saja,Ino, tim inti semua hebat".

.

Hinata tersenyum. " iya. Mereka semua hebat". Tak mampu bicara lebih banyak lagi, takut keceplosan. Sepertinya Ino sudah menyadari sesuatu.

.

"Hm! Tentu. Bagaimana kalau kita memberi mereka hadiah kemenangan? Jangan mahal-mahal, buatkan makanan bergizi saja. Mereka pasti suka".

.

"Hah? Hadiah?".

.

Sakura berjalan mendekati Hinata. "Aku akan menentukan menunya. Lalu kita bagi, kau mau ikut kan?".

.

"Ayolah..Hinata~". Pinta Ino.

.

Hinata menghela nafas. Tersenyum lembut. "baiklah".

.

"Pulang sekolah kita belanja sama-sama. Kita masak besok diruang praktek memasak. Akan aku mintakan izin kok! Pasti boleh!".

.

"Besok tim inti dapat jatah latihan lebih banyak. Karena kita hanya membuat makanan untuk mereka berlima, berikan kalau yang lain sudah pulang".

.

Hinata berbalik. Mengangkat buku catatan sastra Jepang didepan mukanya yang semerah tomat. Memasak untuk tim basket, yang benar saja. Mereka bukannya lebih memilih makan Junk Food dengan porsi besar ya.

.

Hinata menghabiskan sisa waktu sampai pulang sekolah dengan bosan. Jam kosong dari istirahat pertama sampai bel pulang baru pertama kali terjadi setelah enam bulan lebih sekolah di Touou. Wajah teman berseri-seri. Wajah Hinata muram. Tak melihat Aomine melintas jadi galau.

.

Sebelum keluar kelas, Hinata merapihkan rambutnya didepan kaca kelas, fasilitas yang tersedia karena bantuan wali kelas.

.

Sakura mencolek pipi kenyal Hinata dengan bedak cair. "Sakura!".

.

"hehe...Hinata mau coba bedak ini, warna nya bagus, cerah, cocok dengan semua jenis kulit. Aku bantu oles yaa".

.

Hinata melangkah mundur. "Ti-tidak perlu Sakura, maaf,tapi aku tak pernah pakai yang seperti itu". Tolaknya.

.

"Nah..kali ini mulailah coba berdandan Hinata, kau memang sudah sangat cantik sih tanpa riasan, tapi kan kita sudah sekolah menengah atas".

.

"Tidak tebal kok, cuma menutupi wajah kusam.lihat aku dan Ten-Ten juga pakai". Kata Ino. Dibangkunya, Ten-Ten melambaikan tangan.

.

Sakura berdiri didepan Hinata. Mulai mengoleskan bedaknya setelah Hinata mengangguk kecil. Tak apalah sesekali berdandan, dia kan gadis. Tapi kalau ketahuan guru atau kakak kelas bagaimana? Bisa habislah dilabrak.

.

"selesai. Hinata, apa kau mau pakai lip--".

.

"Wah wah...lagi dandan ya?".

.

Baik Hinata maupun Sakura yang paling dekat dekat dengan pintu terlonjak kaget. Menengok siapa pemilik suara yang mengintrupsi. Sakura buru-buru menyembunyikan bedaknya. Habislah sudah. Ini kakak kelas. Laki-laki pula, dengan seragam olah raga dan tinggi badan mejulang.

.

Kapten tim basket Touou menyapa dengan senyum khas. Dibelakang ,anggota tim inti ikut mengintip. Ada Aomine juga. Hinata hampir ambruk. Tak tau harus apa dan bagaimana.

.

"He-hei..tenang saja, kami hanya kebetulan lewat kok! Kau sih Imayoshi!". Wakamatsu panik melihat wajah merah Hinata.

.

Mereka terkekeh,termasuk Aomine. Yang berbadan mungil sibuk minta maaf tidak jelas. Yang satunya hanya ikut-ikutan saja.

.

" ayo". Ajak Imayoshi. "Jarang-jarang Aomine mau ikut latihan dari awal". Masih dengan senyuman melirik para gadis kelas satu sekali lagi. Gerombolan pergi melewati kelas. Aomine yang berjalan paling akhir melihat Hinata terang-terangan, bahkan sampai mengikuti kepala Hinata yang menunduk.

.

"Oi, jangan lupa ber nafas". Katanya.

.

Kacau balau sudah. Hinata merah total.

.

Setelah ditinggal pergi. Hinata sempoyongan dan jatuh terduduk dilantai.

.

" Hinata!!".

.

.

.

.

.

.

.

Sampai dirumah, Hinata meletakkan belanjaan. Ibunya bertanya untuk apa bahan-bahan itu, Hinata menjawab sambil tersipu malu. Oh. Ibunya berlalu begitu saja.

.

Setelah mandi dan makan malam. Hinata kembali kekamar. Dimeja belajar, menu masakan yang diserahkan padanya dibaca lagi. Dengan perhitungan yang tepat, Hinata memperkirakan bumbu dan urutan waktu memasak besok. Dipagi hari, Hinata akan memotong-motong sayuran, meletakkannya dikotak khusus.

.

"Kentang tumbuk..hm..ada alatnya disekolah. Kentang akan dihakuskan lebih dahulu, lalu haluskan bumbunya, jangan terlalu asin, tapi harus gurih dan agak manis. Sedikit saja. Ah..lebih baik ini dimasak belakangan". Gumamnya sambil mencatat.

.

"selanjutnya dada ayam. Ayam goreng lebih diminati dan membangkitkan selera makan, jadi..ku goreng saja! Dengan minyak nabati". Momoi Satsuki, selaku Manager tim basket Touou mengangguk semangat mendengar ada yang ingin memberi bantuan pada tim basket.

.

Mereka mengatur pengeluaran dan pertimbangan bahan bersama-sama saat berpapasan digerbang. Tapi Momoi bilang dia akan diam saja, supaya tim inti dapat kejutan. Memalukan bagi Hinata.

.

Mengelus dagu dengan telunjuk dan jempol. Sayuran. Bagaimana cara dia mengolah sayuran?. Kapten Imayosi dan Sakurai-situkang minta maaf- sudah terlihat suka sayur. Sepertinya sih,jika dilihat dari wajah mereka. Tapi diam-diam kan Hinata memikirkan Aomine. Katanya sang Ace lumayan sering makan Junk Food. Kalau disodori masakan sayuran yang biasa saja, Hinata tak jamin bisa membuat Aomine tersentuh.

.

Hinata suka makan sayur. Tapi jujur ia akui, rasanya tak seenak daging. Terkesan hambar. Beberapa sayuran memiliki rasa manis alami justru kadang bikin jijik. Akan suka sayuran jika terbiasa. Jika tak terbiasa, Hinata harus melapangkan dada sayurannya dibuang Aomine atau malah diberikan pada temannya.

.

Hinata mulai menulis. Rencana yang ia tak yakin akan berhasil.

.

Ia akan menggunakan brokoli, dipotong kecil, direbus dengan kaldu ayam. Setelah itu ia tumis dengan telur puyuh dan bumbu lain. Aha. Senyum merekah sungguh manis. Hinata menjentik-jentikkan jari.

.

Malam ini ia tidur dengan bahagia yang berbeda. Berbeda karena bahagia memikirkan Aomine. Hinata memerah lagi.

.

.

.

.

.

.

.

.

Didepan pintu lapangan indoor, Hinata dan Ten-Ten mengintip. Jemari lentik menepuk pundak Hinata.

.

"Kenapa kau gelisah? Apa karena yang kemarin? Lupakan saja...mereka cuma iseng, tidak akan lapor guru kok. Mereka kan laki-laki, malah senang melihat perempuan berdandan. Hihi".

.

Hinata tersenyum canggung. Kembali mengintip. Tak ada Aomine disana. Yah, lebih baik.

.

Anak-anak basket yang lainnya sudah pulang lebih dulu. Didalam hanya ada empat pemain inti, masih berlatih. Dan sepertinya belum makan. Cocok sekali kalau mereka datang dengan makanan sambil bilang 'kejutan'. Tapi tak mungkin, itu norak.

.

Pikir Hinata. Apa aku norak jika memberi makanan? Tapi ini kan hanya ucapan terimakasih. Bukan modus ingin memasak untuk Aomine-kun.

.

"Ups, maaf mengganggu kegiatan mengintipmu ,Hinata. Tapi kita harus memberikannya sekarang". Kata Sakura. Hinata menyingkir dari depan pintu. Menyerahkan bungkusan makanan pada Sakura.

.

" loh?".

.

"Ano..Sakura. A-aku sangat berterimakasih pada mereka. Aku juga membuat makanan ini dengan tulus. Tapi, sepertinya sampai disini saja aku melangkah".

.

Sakura, Ten-Ten dan Ino mengernyit heran. Campur risih sedikit karena Hinata jadi mulai seperti drama. Ino mendekati pintu,mengintip. Tertangkap oleh matanya hanya ada empat orang didalam. Lalu matanya membola.

.

"Oh! Jangan-jangan kau kecewa karena Aomine tidak ada!?". Ceplos Ino. Yakin, sampai dalam terdengar. Terlambat bagi Hinata menutup mulut si teman ember ini.

.

"Aduh. Ino, jangan teriak begitu. Sungguh aku tidak bermaksud demikian".

.

"Hinata!Hinata! Kau sakit? Apa karena terlalu bangun pagi untuk menyiapkan makanan? Mukamu sampai merah". Ten-Ten mengguncang bahu Hinata. Hinata malah ambruk kelantai sambil menutupi wajahnya.

.

"Hinata!". Pekik tiga orang lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sore itu, berjalan lancar. Mereka berempat memberikan makanan. Tim basket pun berterimakasih. Imayoshi mengundang mereka untuk melihat pertandingan selanjutnya. Tentu saja mereka akan datang dan mendukung. Masing-masing memegang tiket pertandingan basket dengan mata berbinar.

.

Pulang dengan wajah cerah. Berseri-seri. Hinata? Tidak terlalu.

.

Senyum kaku menghancurkan raut bahagia Hinata. Aomine tidak latihan. Tak berani ia tanya apa alasannya. Mungkin membolos karena merasa sudah terlalu kuat.

.

Saat Imayosi basa-basi bilang Aomine yang tidak masuk latihan.Hinata tersenyum kecut tanpa disadari siapapun. Hanya sanggup menghela nafas. Mungkin lain kali.

.

Hinata menatap layar ponsel sambil berbaring dikasur.

.

Satu nama teman terlintas mengundang perhatian. Wakamatsu update status. 4 foto mereka sedang makan makanan yang dibuat Hinata dan kawan-kawan disertai caption dan tidak lupa menandai orang yang ada didalam foto. Lantaran tak mengenal nama satu-satu,Wakamatsu hanya menulis 'empat gadis manis dari kelas X-1'. Like mencapai 200. Komen mencapai 50. Mayoritas menanyakan identitas empat gadis.

.

Wakamatsu bilang, tumis brokoli dan telur puyuhnya enak. Berlebihan sedikit, ia bilang ini rasa terbaik sayuran yang ia coba. Hinata tersenyum. Dalam hati mengucap kata terimakasih.

.

Hinata sengaja tak menekan tombol like agar Wakamatsu tak menyadari jika mereka berteman. Komentar dari statusnya terus bertambah. Ada nama Aomine di komentar terakhir. Baru dikirim. Hinata melotot.

.

Aomine bilang terimakasih pada Wakamatsu dengan bahasa santai. Aomine mengirim komentar lagi. Bilang kalau makanannya enak juga sambil disertai foto makanan yang dibuat Hinata dan kawan-kawan.

.

'Kau lebay, tapi aku setuju. Andai Ibuku memasak sayuran seenak tumis brokoli ini. Haha. Omong-omong, ceweknya seksi tidak bro?' - komentar ketiga Aomine.

.

Hinata ambruk dikasurnya. Malam itu dia belum belajar.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Perbedaan tingggi badan antara Aomine dan Hinata adalah salah satu penyebab jarangnya kedua mata saling bertatapan.

.

Manik lavender milik Hinata memang pernah bertubrukan dengan manik navy milik Aomine. Tapi itu dari jarak beberapa meter. Hinata sampai belum pernah mengamati warna mata Aomine disebabkan dia sudah menunduk malu duluan.

.

Didalam otaknya secara otomatis terekam bagaimana mata Aomine itu. Tanpa perlu mengingat-ingat. Mata Aomine buas pada sesuatu yang berhubungan dengan basket,tajam, sorot malas setiap berjalan disekolah. Sorot mata yang membuat Hinata bergetar. Pertamakali melihat Aomine, Hinata kira lelaki itu orang jahat.

.

Tapi ,tak sengaja terdengar olehnya saat Aomine bicara dengan yang lain. Orang yang suka basket pastilah orang baik.

.

Kenapa Aomine bilang begitu?Hinata bertanya-tanya. Didaerahnya ada preman yang suka main basket. Memaksa orang lain ikut main. Kalau tak mau, tonjok. Kalau dia kalah, tonjok lawannya. Mau enaknya saja.

.

Hari ini adalah hari yang dinantikan. Pertandingan basket antara Touou melawan Niji. Nama yang norak,pikir Hinata. Tapi pemain lawan juga terlihat hebat. Latihan sebelum pertandingan berjalan dengan tempo yang teratur. Pola latihan yang rapih

.

Sementara Touou terlihat lebih menakutkan. Tim inti berlatih Shoot 3 point, sementara pemain cadangan melakukan latihan Dribble yang terlihat kuat. Aomine belum tampak hidungnya.

.

"Keren! Baru kali ini aku melihat pertandingan basket. Didalam gedung dan masuk pakai tiket pula. Ah, sama sekali tak tau lah mereka melakukan apa nanti".

.

"Apa tetap bisa menang ya.. Meski tanpa Ace andalan? Aomine sepertinya tidak ikut". Kata Ino.

.

"Hush, tim basket kita itu kuat semua bukan Aomine saja. Lagipula Aomine ikut bertanding kok, kata Momoi begitu. Mungkin agak terlambat". Kata Sakura.

.

Yah. Terlambat. Datang belakangan seperti pahlawan. Tapi dimata lawan seperti bencana.

.

Pendukung Touou bertepuk tangan riuh sambil berteriak saat tim basket mereka memasuki lapangan dari sisi kanan. Pertandingan akan segera dimulai. Seragam hitam-hitam menakutkan. Aomine menyusul sambil melakukan peregangan tangan. Wajah sombong dan berkuasa tak lepas dari wajahnya.

.

Samar, tim basket SMA Niji bergetar.

.

Kedua tim berjejer berhadapan lalu menunduk hormat. Pertandingan dimulai. Hinata mengangkat bendera kecil bertuliskan tim basket Touou dengan senyum. Tersamar oleh yel-yel yang diteriakkan teman-temannya, Hinata juga berteriak kecil. Memberi semangat pada Ace tak terhentikan.

.

Aomine dalam kuda-kuda bertahan menoleh kebangku penonton, merasa dia dipanggil oleh suara yang lemah lembut. Hinata refleks menutup mulutnya. Wajahnya memerah. Mana mungkin sampai terdengar. Ten-Ten yang disampingnya tepat saja tidak menyadari. Apa karena ikatan batin?. Hinata menggelengkan kepala dengan keras.

.

Dilapangan, Aomine terkekeh singkat ketika matanya menangkap gadis manis berkelakuan lucu. Mengukir senyum miring. Dalam hati berjanji akan memberikan kemenangan mutlak tim Touou untuk semua yang hadir, termasuk si gadis manis yang tampak malu-malu.

.

.

.

.

.

.

tbc.

.

.

.

.

a/n : terimakasih untuk yang sudah me review ff saya. maaf pula malah ngasih ff yang chaptered gini lagi T.T huhu.

.

pemberitahuan aja, untuk akun wattpad saya itu ,konvirmasi emailnya susah. jadi belum bisa berbalas pesan. maaf.

.semoga ngga bosen nunggu kelanjutan ff ini dan ff lainnya