Seorang gadis kecil berjalan pelan ke arah bunga mawar yang menghiasi taman rumahnya. Tanpa menggunakan pelindung tangan ia memetik mawar merah tersebut. Darah yang mengalir dari jari jari kecilnya akibat tertusuk duri mulai menetes, namun gadis itu tampak tidak merasakan apapun. Tidak ada air mata atau ringisan kesakitan. Dia hanya menatap kosong ke arah bunga mawar yang ia petik.
"Jihoonie kau memetik mawar lagi?" Ucap sebuah suara yang membuat gadis itu menoleh sedikit ke arah asal suara
Ya, dia Lee Jihoon. Gadis mungil yang memiliki bola mata dan rambut sepekat langit dimalam hari dan memiliki kulit putih pucat selayaknya salju. Tak lupa bibir mungilnya berwarna merah yang menambah nilai kecantikan yang dia miliki. Dia adalah putri tunggal dari pasangan Lee Seungcheol dan Lee Jisoo. Jisoo menghampiri anak tunggalnya yang hari ini berusia 8 tahun. Jisoo membawa putrinya masuk ke dalam rumah dan meraih mawar yang dipegang Jihoon. Dengan lembut Jisoo mengobati jari kecil Jihoon.
"Eomma sudah bilang, jangan memetik bunga mawar sendiri. Mengapa kau masih memetiknya? Lihat jarimu terluka. Anak perempuan harus menjaga tubuhnya dengan baik. Tidak boleh ada bekas luka sedikitpun. Berjanjilah kau tidak akan mengulangi ini lagi," Ucap Jisoo
Jihoon memiringkan kepalanya sambil menatap kosong ke arah ibunya. Ibunya menyodorkan kelingkingnya ke arah Jihoon. Jihoon mengaitkan kelingkingnya dengan ibunya. Jisoo mengecup pipi tembam Jihoon dengan lembut. Dia memeluk Jihoon dengan lembut menyalurkan rasa kasih sayang nya kepada putri tunggalnya. Jihoon hanya diam di pelukan ibunya.
Jihoon berbeda dari gadis yang seumuran dengannya. Dia gadis yang pendiam dan sulit bergaul. Kesehariannya dia hanya menghabiskan waktunya mengurung diri dikamar atau memetik mawar ditaman belakang rumahnya. Dia hanya mau bicara dengan eomma, appa dan kepala maidnya. Itupun hanya sedikit yang keluar dari bubir mungilnya. Awalnya Jisoo dan Seungcheol khawatir dengan sikap putri tunggal mereka, namun setelah di test Jihoon tidak memiliki kecenderungan apapun. Dia hanya memiliki karakter yang tenang dan pendiam. Dia juga tidak menyukai keramaian, maka dari itu orang tua nya memberikan pendidikan di rumah dengan Ketua maid sebagai guru Jihoon. Bagi kedua orangtua nya kenyamanan Jihoon lebih diutamakan
"Aku pulang!" Ucap seorang pria tampan dengan bungkusan bergambar mawar ditangannya.
Jihoon dan Jisoo menatap pria itu yang menampakan senyum lebarnya. Pria itu meraih Jihoon dalam gendongannya dan memutar mutar tubuh kecil Jihoon. Jihoon mengalungkan tangan nya pada leher sang pria erat.
"Selamat ulang tahun sayang, semoga kau menjadi anak yang berguna bagi negara dan agama mu. Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu" Ucap pria tersebut sambil mengecup bibir Jihoon lembut.
Senyum kecil terukir dibibir Jihoon untuk pria yang dia sebut appa. Seungcheol meraih bungkusan besar yang tadi sempat ditaruhnya di sofa saat menggendong Jihoon. Dia memberikan bungkusan kecil itu ke Jihoon. Seungcheol duduk sambil memangku Jihoon yang memperhatikan gambar mawar dibungkusan yang dia berikan tadi. Seungcheol mencium eommanya yang datang dari dapur sambil membawa cake ulang tahun Jihoon. Jangan tanya mengapa mereka tidak merayakan ulang tahun putri tunggalnya dengan meriah. Mereka bisa saja menyewa hotel bintang lima untuk putri kesayangan mereka, namun Jihoon pasti tidak menyukai rencana mereka.
"Bukalah princess" ucap sang appa sambil mengecup pelan pipi tembam Jihoon.
"Tiup lilin dulu" ucap eomma nya
Jihoon menatap cake bergambar mawar buatan eomma nya.
Dia memejamkan matanya untuk membuat permohonan dalam hati. Permohonannya hanya satu dan terus dia ulang seperti tahun tahun sebelumnya. Dia hanya ingin keluarganya tetap utuh dan bahagia. Perlahan dia meniup lilin dan suara tepuk tangan menggema di ruangan itu.
"Ayo potong kuenya" ucap appa-nya
Dengan bantuan appa-nya Jihoon mulai memotong kue itu dan memberikannya kepada eomma dan appa-nya. Eomma-nya membantu Jihoon membuka kado yang tadi diberikan oleh appa-nya. Jihoon berusaha keras agar tidak merusak bungkus kado berhias mawar itu. Dia menatap boneka teddy bear berwarna putih yang memiliki bulu lembut. Boneka itu memiliki ukuran lebih besar dari tubuhnya.
"Kau suka?" Tanya appa-nya
Jihoon mengecup pipi appa-nya dengan lembut.
"Terimakasih" ucapnya
Appa-nya memeluk tubuh Jihoon dengan erat dan menggoyang goyangkan tubuhnya. Eommanya hanya tersenyum melihat mereka
"Maaf Tuan, Nyonya, Nona, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda Tuan besar," Ucap Kepala maid yang tiba tiba muncul
"Siapa?" Tanya Seungcheol
"Tuan Kwon Soonyoung," Ucap kepala maid
"Persilahkan masuk," Ucap Seungcheol
Kepala maid langsung menghampiri tamu yang datang ke rumah tersebut. Seorang pria muda datang mengikuti ketua maid. Seungcheol menurunkan Jihoon dan segera berdiri dengan diikuti Jisoo. Jihoon bersembunyi di belakang appa-nya sambil memeluk bonekanya yang besar.
Seungcheol menjabat tangan Soonyoung sambil tersenyum ramah. Soonyoung membalas jabatan tangan Seungcheol tanpa tersenyum.
"Jihoon kenalkan ini kakak Soonyoung, dia sahabat appa dan eomma. Mulai sekarang panggil dia kakak ya, karna dia masih berumur 18 tahun dan kebetulan hari ini juga hari ulang tahun kak Soonyoung," Ucap appa yang membelai lembut rambut Jihoon.
Jihoon hanya mengintip dibalik tubuh appa-nya. Soonyoung menatap Jihoon kecil yang tampak kesulitan memeluk boneka yang lebih besar dari tubuhnya. Ada hal yang aneh saat Soonyoung menatap anak itu. Walau dia hanya mampu menatap setengah wajah Jihoon, namun itu mampu membuat jantungnya berdetak dengan keras.
"Cantik," Ucapnya tanpa sadar
Dia tepaku menatap Jihoon yang hanya menatapnya kosong. Jihoon kembali bersembunyi di balik appa-nya saat Soonyoung berkata dirinya cantik. Eomma dan appa nya tertawa melihat tingkah mereka berdua. Sang appa meraih Jihoon dalam gendongannya. Jihoon menenggelamkan wajahnya dileher appanya.
"Ayo beri salam dulu kepada kak Soonyoung," ucap appa lembut
Jihoon perlahan mengangkat wajahnya dan menoleh kembali ke arah Soonyoung saat itu juga Soonyoung tersenyum saat Jihoon menoleh.
"Selamat ulang tahun princess," Ucap Soonyoung lembut
Soonyoung menyodorkan kotak hitam persegi ke arah Jihoon. Atas perintah Eommanya, Jihoon mengambil kotak itu. Tangan kecilnya sempat bersentuhan dengan tangan Soonyoung dan itu membuat Soonyoung merasakan sengatan kecil yang membangkitkan gairahnya. Jihoon hanya mengangguk sebagai tanda terimakasih nya kepada Soonyoung. Dia kembali memeluk appa-nya sambil memegang kado. Jihoon sebenarnya merasa kurang nyaman dengan kehadiran Soonyoung. Dia tidak suka orang asing mengunjungi rumahnya.
TBC