Happy reading semuanya~ *padahal ga ada yang baca wkwk sedih*

Title : Memelihara Ong Sengwoo

Cast : Wanna One Kang Daniel X Wanna One Ong Seongwoo

Ong Seongwoo tiba tiba saja terduduk lemas setelah mengetahui angka 0 di layar mesin ATM. Uang tabungannya sudah habis tak bersisa, padahal ia berniat membayar sewa flat yang sudah menunggak dua bulan. Seongwoo menekuk kedua kakinya, lantas menangis tersedu sedu. Tidak menyadari seorang lelaki lainnya dibalik box mesin atm mengetuk ngetuk ruangan kaca tersebut dengan tidak sabar. Setelah lewat lima belas menit, Seongwoo sama sekali tidak ada niatan untuk berganti posisi. Lelaki yang sudah habis kesabaran menunggu Seongwoo menangis itu, langsung menerobos masuk. Ia berjanji akan mengomeli lelaki tidak jantan -Seongwoo- karna menangis di dalam box mesin ATM, beruntung tidak ada antrian lagi dibelakangnya.

"Hey, carilah tempat lain untuk menangis" sergah si lelaki dengan bahu lebar. Seongwoo tak bergeming, masih menyembunyikan wajah diantara kedua lutut. Si lelaki berdecak, lantas menekan tombol cancel pada mesin tersebut dan menarik kartu ATM Seongwoo keluar. "Ini" ia segera menyerah kan ATM pada si pemilik, "Hey, ayo cepat ambil kartumu" kartu tersebut diayunkan naik turun didepan kepala Seongwoo. Dan akhirnya berhasil menarik atensi pemuda tersebut.

"Aku minta maaf" ujar Seongwoo merasa bersalah, ia menunduk 90 derajat didepan lelaki berbahu lebar ini. Lelaki didepannya justru berdecak, lantas merogoh kantong belakang ripped jeansnya, menemukan sebuah sapu tangan dan memberikannya pada Seongwoo.

"Kau bisa menghapus air matamu sendiri kan?" tanya lelaki yang baru Seongwoo sadari ternyta memiliki suara husky super sexy, lantas Seongwoo mengagguk dan bergumam terima kasih. Lelaki pemilik sapu tangan itu kembali pada niat awal, yaitu mendapatkan beberapa lembar uang dari mesin didepannya.

"Ya Tuhan, banyak sekali uangmu tuan" pekik Seongwoo secara naluriah kala melihat saldo rekening bernominal ratusan juta milik si lelaki berbahu lebar ini.

"Hey kau membuat ku kaget!" si lelaki mengusap dadanya naik turun, agak heran melihat tingkah ajaib lelaki yang baru saja ia temui beberapa menit lalu.

"Ah maafkan aku. Bolehkah aku meminjam uangmu sedikit saja tuan, aku tidak mau jadi gelandangan karna tidak punya uang untuk membayar sewa flat" pinta Seongwoo, lengkap dengan ekspresi anak anjing yang minta dipungut. Sedangkan lelaki didepan Seongwoo sempat terdiam sejenak, mungkin kaget atau terpesona pada wajah tampan Seongwoo.

"Kenapa aku harus meminjamkan nya padamu? kau itu orang asing" semprot si lelaki berperawakan bos gangster -menurut Seongwoo- itu setelah mendapatkan kembali kesadarannya.

"Kalau begitu perkenalkan namaku Ong Seongwoo, bukan Gong atau Hong, tapi ONG" Seongwoo mengulurkan tangan kanannya, mengajak berkenalan, siapa tau si bos gangster benar benar mau meminjamkan beberapa lembar uang, lagi pula uang bos gangster ini sangat banyak, ia tidak mungkin jatuh miskin saat uangnya dipinjam beberapa lembar saja.

"Namamu benar benar Ong?" kedua alis lelaki gangster bertaut mendengar nama keluarga yang tidak umum menurutnya.

"Ya" Jawab Seongwoo yakin, "Dan anda?"

"Kang Daniel" si bos gangster yang baru diketahui bernama Daniel itu membalas jabatan tangan Seongwoo.

"Nama yang bagus" puji Seongwoo dengan senyuman lebar, kembali menjadi sosok ceria setelah menangis tersedu sedu beberapa menit lalu.

'Kruyukk'

Perut Seongwoo berbunyi dengan kurang ajarnya di depan Daniel. Daniel tertawa, memamerkan gigi kelinci yang lucu, berbanding 180 derajat dengan Daniel beberapa menit lalu. Seongwoo tertawa canggung, ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Maaf, karna tidak punya uang jadi aku belum makan sejak kemarin siang" Seongwoo mengaku.

"Mau ikut ke rumahku? aku akan memberimu makan" tawar Daniel, meskipun wajahnya galak tapi ia masih tau apa itu belas kasihan.

"Benarkah tuan?" Seongwoo bertanya antusias, matanya yang berbinar penuh harapan membuat Daniel ikut senang.

"Ya. Ayo sebelum aku berubah pikiran" ajak Daniel, Seongwoo mengekor saja tanpa pikir panjang.

Seongwoo dibuat menganga saat mobil yang ia kendarai bersama Daniel memasuki kawasan elit. Ada mall, water park, rumah sakit dan beberapa fasilitas umum yang jelas amat mewah disini. Sekelebat pertanyaan mengenai apa pekerjaan Daniel hinggap dipikirannya. Dari mana ia mendapatkan uang ratusan juta didalam rekeningnya, juga mobil lamborghini warna hitam metalic yang sedang ia naiki, Seongwoo tentu tau mobil milik Daniel harganya lebih dari satu miliar. Dirinya saja belum pernah sekedar menyentuh mobil berharga fantastis seperti saat ini selama dua puluh dua tahun ia hidup di dunia.

Jangan jangan Daniel memang bos gangster. Lihat saja tubuhnya yang tinggi tegap, ekspresi kesalnya saat Seongwoo menangis tadi, tatapan tajam di mata monolidnya serta suara husky yang terdengar sexy namun mengintimidasi. Beda sekali dengannya yang bermata sayu dan bertubuh sedikit lebih kecil dari pada Daniel.

"Ayo turun" suara husky Daniel memecah lamunan Seongwoo, ia mengangguk dan berjalan mengekori Daniel. Si bos gangster -Kang Daniel- itu melangkah di lantai marmer sebuah bangunan bertingkat yang baru Seongwoo sadari bahwa bangunan itu adalah apartemen. Apartemen mewah lebih tepatnya, ia menyesal karna kebanyakan melamun tadi, lalu bagaimana nanti saat ia harus pulang ke flat?

Daniel menekan beberapa digit angka sebelum pintu apartemennya terbuka. Ia melepas sneakersnya dan meletakkan di rak, mengganti dengan slipper hitam yang tersedia disana. Daniel terlihat disiplin dan rapi dimata Seongwoo, berbanding terbalik dengannya yang suka meletakkan barang sembarangan.

"Eh" Seongwoo memekik kecil saat bulu bulu lembut bergerak disekitar kakinya.

Kucing?

Kenapa kucing? bukankah bos gangster harusnya memelihara anjing bulldog agar terlihat semakin menakutkan. Oh dan mana anak buah Daniel? kenapa hanya ada dua ekor kucing di apartemen sebesar ini? Seorang bos gangster tentu harus punya anak buah bukan? atau paling tidak 'tangan kanan' yang mengikutinya kemana mana. Seongwoo mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru ruangan. Apartemen type studio ini di dominasi dengan warna hitam dan merah, terkesan misterius dan elegan. Ah tunggu, bukankah warna hitam dan merah identik dengan vampire? jangan jangan Kang Daniel adalah vampire. Maka dari itu ia mengajak Seongwoo ke rumahnya dengan suka rela. Jakun Seongwoo naik turun memikirkannya. Atau bahkan yang lebih buruk lagi, Kang Daniel adalah vampire dengan profesi bos gengster.

Bagus!

Pikiran pikiran tidak rasional di otak Seongwoo sukses membuatnya berkeringat dingin. Daniel akan menghisap darahnya sampai habis, lalu memotong motong tubuhnya jadi beberapa bagian, dan memberikan pada dua kucing peliharannya sebagai makan malam. Pikiran buruk di dunia fantasi Seongwoo terus berkecamuk, sesekali tubuhnya bergidik ngeri, sementara Daniel memberi makan kedua kucingnya. Padahal Seongwoo masih belum tau kebenarannya seperti apa.

"Tuan, kau bukan vampire kan?" celetuk Seongwoo, mencari kebenaran atas fantasi diotaknya.

"Apa?" Daniel keheranan, "Vampire katamu?" Seongwoo mengagguk takut. "Jika aku vampire mana mungkin aku keluar saat panas terik begini, yang ada tubuhku akan menjadi abu" lanjut Daniel, kemudian mengusap punggung salah satu kucing lucu tersebut.

"Ah iya anda benar" ujar Seongwoo polos. Daniel tersenyum tipis.

"Jangan bicara terlalu formal padaku, panggil Daniel saja" Daniel berdiri dari posisi semula, "Duduklah dimeja makan, aku akan memasak sebentar" titah Daniel, Seongwoo mengangguk. Daniel mulai memakai apron dan Seongwoo hanya duduk tenang di meja makan memperhatikan punggung Daniel yang ada beberapa meter didepannya.

"Dan, bolehkah aku makan roti gandum dan selai ini? rasanya perutku semakin lapar tidak tertolong" ijin Seongwoo. Roti gandum, selai coklat dan selai nanas memang selalu tersedia diatas meja makan sebagai menu sarapannya.

"Ya, makanlah sepuasmu. Ah aku juga punya puding di kulkas, kau boleh ambil. Sekalian ambilkan dua kaleng bir di rak paling bawah" Daniel berkata sambil terus menumis beberapa sayur dipenggorengan.

"Terima kasih dan oke" Seongwoo beranjak menuju kulkas, lagi lagi mata sayu Ong Seongwoo berbinar, mendapati sepiring puding vanila dan toping karamel diatasnya. Buah buahan segar berbagai warna juga ikut menarik perhatian Seongwoo. Ia sebenarnya ingin mengambil satu buah apel, ah itu sama saja dengan mencuri, pikir Seongwoo mengurungkan niat.

"Seongwoo?" panggil Daniel.

"Ya?" sahut Seongwoo, kepalanya ikut menoleh pada sumber suara, menahan dua kaleng bir ditangan kanan dan sepiring puding di tangan kiri.

"Usiamu sudah legal untuk minum bir kan?" tanya Daniel lagi. Sebenarnya ia hanya tidak ingin masuk penjara gara gara memberikan bir pada anak kecil. Siapa tau Seongwoo masih berusia belasan, mengingat cara berpikirnya yang tidak jauh jauh dari dunia fantasi –meskipun tubuhnya sudah besar-

"Tentu saja, aku sudah besar" Seongwoo setengah berdecak, bibirnya sempat mengerucut sebentar.

"Oh ya tubuhmu memang sudah besar. Kalau kau tidak bisa minum bir ambil saja air mineral, susu, atau soda, terserah kau mau yang mana" Daniel sibuk lagi menumis, sesekali menambahkan beberapa rempah.

"Aku mau bir saja, lidahku rindu bagaimana rasa menyenangkan dari bir" putus Seongwoo final. Ia menutup pintu kulkas dengan kaki dan kembali ke meja makan.

Belum sampai lima menit, puding dihadapannya sudah berpindah ke perut. Dilanjutkan dengan selembar roti gandum berlapis selai coklat. Seongwoo mendesah nikmat, bersyukur karna lidahnya masih diijinkan mengecap kembali makanan, tenggorokannya dialiri lagi oleh bir dingin. Akhir akhir ini dia memang lebih sering minum air mineral karna uang yang terbatas.

"Nasi goreng kimchi saja tidak apa kan? aku berusaha memasak secepat mungkin agar kau tidak kelaparan" ucap Daniel seraya meletakkan dua piring nasi goreng dimeja makan, untuknya dan untuk Seongwoo.

"Apapun itu akan ku makan. Selamat makan" Seongwoo seperti kesetanan, makanan dipiring jadi bersih tak bersisa dalam waktu beberapa menit saja.

Daniel tiba tiba ikut kenyang melihat cara makan Seongwoo yang begitu lahap, sesekali ia memuji masakan buatan Daniel. Lelaki itu hanya tersenyum, mengagguk sembari mengunyah nasi goreng miliknya. Suara sendawa Seongwoo terdengar kencang, tanpa tahu malu ia justru mengusap usap perutnya yang sudah terisi penuh. Daniel geleng geleng sekilas, Seongwoo sudah seperti tidak makan selama seminggu.

"Terima kasih atas makanannya" Seongwoo membungkuk tulus. Senyumannya secerah matahari sekarang, tubuhnya juga lebih berenergi dari pada tadi.

"Bukan masalah" Daniel balas tersenyum, ada perasaan senang menyelinap di dalam dadanya melihat senyuman cerah Seongwoo.

Daniel berdiri, hendak mengangkat piring kotor ke tempat cuci piring, namun Seongwoo menahannya, berkata agar dia saja yang membereskan meja dan mencuci piring. Daniel segera mengiyakan tanpa membantah, lantas ia menunggu Seongwoo di sofa ruang tengah, berbekal sebungkus rokok dan pemantik yang selalu tersedia di kantong kemejanya. Ujung benda bernikotin tersebut dibakar, kemudian dihisap oleh bibir tipis Daniel. Kepulan asap yang keluar mampu mengobati rasa asam yang dihasilkan oleh lidahnya setelah makan.

Pada hisapan ketiga, Daniel sudah menemukan Seongwoo duduk disampingnya. Tangan kanan Daniel terjulur ke arah Seongwoo dengan sebungkus rokok dan pemantik, seolah bertanya, 'Kau mau?'. Tanpa pikir panjang Seongwoo menerimanya, membakar ujung sebatang rokok dan menghisap persis seperti yang dilakukan Daniel.

"Sudah sekitar dua minggu aku tidak merokok" Seongwoo berniat membuka topik, dia ini type manusia yang tidak bisa berdiam diaman saja jika ada manusia lain berada di ruangan yang sama.

"Apa aku baru saja merusak rencana 'berhenti merokok' mu?" tanya Daniel, rasa bersalah jelas terselip disana.

"Bukan begitu, maksudku aku juga seorang perokok, karna akhir akhir ini aku lebih memilih membeli makanan dari pada rokok jadi aku tidak merokok" ungkap Seongwoo setelah mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.

Daniel diam, masih menikmati nikotin yang sudah menjadi candu untuknya selama empat tahun belakangan. Seongwoo juga diam, ingin bertanya lebih banyak tapi mereka belum akrab, toh Daniel juga seperti tidak ingin bicara apapun.

"Berapa usiamu?" Daniel bertanya duluan, rokoknya sudah ia letakkan di asbak dan berncana mengambil batang kedua.

"Tahun ini usiaku dua puluh dua. Kau?" Seongwoo menatap Daniel, setelah menghembuskan asap lewat mulut.

"Wah benarkah? Aku dua puluh satu, kupikir kau lebih muda atau seumuran. Jadi aku harus menambahkan Kakak didepan namamu" Lelaki berbahu lebar itu tiba tiba saja merasa tidak enak karna menggunakan bahasa informal pada Seongwoo.

"Jika kau memanggilku kak Seongwoo, itu akan terdengar menggelikan" Seongwoo terkikik geli, "Panggil Seongwoo saja, atau Ong, yang mana saja terserah. Omong omong kau tinggal sendiri?" lanjut Seongwoo penasaran. Karna sejak tadi ia tidak menemukan tanda tanda kehidupan lain selain dirinya, Daniel, serta dua kucing menggemaskan warna coklat dan abu abu. Ia juga tidak menemukan foto keluarga atau barang barang lainnya selain punya Daniel. Maksud Seongwoo jika Daniel memang tinggal dengan orang tuanya mungkin ia akan menemukan sepatu perempuan milik ibunya mungkin, atau koleksi benda benda antik milik ayahnya –Seongwoo selalu berpikir pria berusia 40 tahun ke atas selalu mengoleksi benda antik untuk dijadikan hiasan rumah-.

"Tidak" bibirnya berujar tidak begitu jelas karna mengapit rokok yang baru ia sulut, "Aku tinggal dengan Peter dan Rooney, yang itu Peter dan yang itu Rooney" tunjuk Daniel pada kucing kucing yang asyik bergulung gulung di karpet depan mereka.

"Oh, lalu mana orangtuamu?" Mulut Seongwoo yang tidak pernah berpikir panjang itu bertanya tanpa tau diri. Daniel menggeleng sebagai respon. Seongwoo tau arti jawaban itu, Daniel tidak ingin membahas masalah 'orang tua'. Seongwoo jadi merasa bersalah. Mereka diam saja setelah itu, sampai Seongwoo meletakkan putung rokok di asbak.

"Dan, kenapa kau mau menolong orang asing sepertiku?" tanya Seongwoo penasaran, sekalian mencairkan suasana tidak enak barusan.

"Karna kau cantik" bertepatan dengan itu, Daniel menghembuskan asapnya ke wajah Seongwoo.

"Hey, aku ini laki laki!" semprot Seongwoo kesal, pertama karna Daniel bilang cantik, dan kedua karna asap rokok. Kalau saja Seongwoo tidak ingat Daniel telah menyelamatkan hidupnya, mungkin ia akan menggundul habis rambut dark brown Daniel.

"Karna tadi wajahmu sangat mirip dengan kucing" Daniel tertawa renyah.

Seongwoo melongo, dengan wajah bodoh, "Benarkah? kupikir aku lebih mirip anjing laut dari pada kucing"

"Tentu saja tidak. Aku tau betul bagaimana rasanya kelaparan, aku tidak ingin orang lain merasakan kelaparan sepertiku dulu" jawab Daniel ringan, ia sudah mengalihkan pandangannya ke depan, tidak berhadapan dengan Seongwoo, berpura sibuk menghisap rokok. Seongwoo tersenyum, ia tau gelagat lawan bicaranya, seakan menyuruh Seongwoo untuk tidak bertanya lebih jauh.

"Dan, sekali lagi terima kasih banyak"

END

tidak yha?

Karna saya masih baru dan amatir dalam dunia per-ffn-an jadi mohon maaf kalo ada yang rada anu /? ini murni saya pengen meramaikan ke-ongniel ongniel-an /? di dunia maya, agar supaya terus berlayar tanpa mengenal karam ehehe~

udah ya, sampe ketemu di chapter selanjutnya kalo ada yang baca wkwk