Wanna One © YMC

OngNiel/NielOng, vampire!AU, chaptered

Typo(s), OOC, boy x boy

.


Wrapped Around Your Finger


.

Namanya Daniel. Seongwu tidak tahu apa marga yang disandang oleh Daniel, atau tepatnya memilih untuk tidak peduli. Mahasiswa tahun kedua departemen teknik sipil, berasal dari Busan. Yang mulai hari ini menjadi teman serumahnya.

Harusnya Seongwu tidak menyetujui ide Jonghyun tentang teman serumah. Harusnya Seongwu tetap tinggal di rumah ini sendirian, meski harus menanggung biaya sewa rumah yang tidak terlalu murah. Harusnya ia menolak ketika Jonghyun bilang ada yang mau menjadi teman serumahnya. Itu yang seharusnya ia lakukan.

Daniel berdiri di depannya. Bibirnya mengulas sebuah senyum, "Salam kenal, Seongwu-sunbae."

Alis Seongwu terangkat. Kentara sekali ia merasa tak nyaman dengan panggilan itu. "Panggil hyung saja. Dan mulai hari ini, rumah ini menjadi milik kita bersama. Kau bebas melakukan apapun, asal tidak mengotori rumah ini dan membuat keributan. Aku akan memberikan kunci duplikat padamu, jadi kau tidak perlu takut kalau kau pulang telat dan terkunci di luar. Lalu―"

Seongwu menghela nafas sejenak. "―aku tidak akan mengusik kehidupan pribadimu, jadi kuharap kau bisa menghargai privasiku juga."

Daniel mengangguk. Ia meraih kopernya seraya menunjuk ke arah kamar barunya. "Kalau begitu, aku akan membereskan barang-barangku dulu di kamar."

Begitu Daniel masuk ke kamarnya dan pintu tertutup, tubuh Seongwu merosot ke lantai.

Tidak, Seongwu tidak mau memiliki prasangka buruk. Tapi ketika ia melihat Daniel dengan matanya sendiri, firasatnya mengatakan bahwa Daniel cukup berbahaya.

.

Sejujurnya Seongwu sedikit terusik ketika Minhyun dengan terang-terangan menghisap darah Hyunbin di pojok ruangan. Maksudnya, ya, ia adalah seorang vampir, sama dengan Minhyun. Mana mungkin ia tidak terusik ketika mencium aroma itu dari jarak sedekat ini? Tapi ketika ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan; Minki, Jonghyun, dan Jaehwan sama sekali tak terusik dengan perbuatan Minhyun itu. Seolah-olah mereka terbiasa melihat pemandangan tersebut.

"Aku masih bisa memberi toleransi jika kau ingin makan disini, tapi kalau kau dan Hyunbin berencana untuk melakukan sesuatu yang lebih; pergi dari tempat ini dan cari kamar untuk kalian. Tempat ini bukan tempat dimana kalian bisa melakukan seks di depan umum." Jisung datang dengan dua gelas berisi cairan berwarna merah pekat. Satu gelas diberikan pada Jaehwan, sementara gelas yang lain diberikan pada Seongwu. "Untuk kalian berdua. Gratis karena aku tahu kalian terlalu lemas untuk sekadar berburu."

Seongwu menggumamkan terimakasih, lantas buru-buru menenggak cairan itu sampai habis. Akhirnya rasa dahaga dan lapar yang menderanya tiga hari belakangan sedikit berkurang―setidaknya ia kini punya sedikit tenaga untuk berburu.

"Kapan kau akan berburu lagi?"

Seongwu memutar kursinya menghadap Minki. Rekan satu departemennya itu duduk menghadap padanya dengan satu tangan menopang dagu. Seongwu menyimpan gelasnya sebelum memandang sang lawan bicara. "Mungkin besok malam? Tapi itu kalau Jaehwan mau ikut denganku. Kalau tidak mungkin aku akan kesini lagi."

"Okay, okay, besok malam kita berburu." Jaehwan mengamini ucapan Seongwu sebelum kembali bicara dengan Jisung dan Jonghyun. Seongwu mengacungkan jempolnya ke arah Jaehwan, lalu kembali menatap Minki.

"Bagaimana Daniel?"

Dahi Seongwu berkerut. "Kau kenal dia?"

"Dia teman Minhyun dan Jonghyun, jadi aku tahu sedikit tentangnya." Balas Minki. "Bagaimana dengannya? Apa darahnya enak?"

"Tunggu, tunggu." Seongwu sama sekali tak menyangka Minki akan bertanya seperti itu. "Kau berpikir aku akan menjadikannya mangsaku?"

"Semua orang yang ada disini berpikir seperti itu."

Seongwu melirik Jonghyun sekilas. Sialan. Jadi tujuan Jonghyun membawa Daniel ke rumahnya untuk menjadikan Daniel mangsanya, bukan karena ia kasihan melihat Seongwu hidup sendirian.

"Aku tidak pernah berpikir untuk menjadikan Daniel mangsaku." Pemilik marga Ong itu melipat tangannya di depan dada. "Tidak. Akan. Pernah."

"Kalau aku jadi kau, aku akan langsung menerjangnya tepat di pertemuan pertama." komentar Minki. "Berpikir realistis, Ong. Daniel ada di depan matamu dan kau masih memilih untuk memburu manusia lain? Aku tahu selera humormu bagus, tapi ini sama sekali tidak lucu."

"Kalau mangsaku bukan Daniel, aku akan mengklaimnya sejak seminggu yang lalu. Tapi, oke, siapapun selain Daniel. Aku tidak keberatan."

Alis Minki terangkat. Ia bertanya melalui tatapan matanya. Seongwu menghela nafas panjang. Kilas balik pertemuan pertamanya dengan Daniel berputar lagi dalam pikirannya.

"Daniel―dia berbahaya."

"Kau lebih berbahaya ketimbang Daniel."

"Tidak, dia tidak berbahaya seperti kita. Dia, entahlah. Firasatku tentangnya tidak terlalu baik."

.

Seongwu pulang ketika Daniel sedang memasak di dapur. Kepalanya menyembul dari dapur, disusul senyum jenaka yang menampilkan deretan giginya. Daniel memakai apron hitam pemberian Jisung―yang sebenarnya diberikan untuk Seongwu, tapi karena Seongwu tidak pernah memasak jadi ia memberikannya pada Daniel.

"Selamat datang, hyung. Mau makan?"

Seongwu duduk di kursi malas. "Aku sudah makan sebelum kesini."

"Begitu." Daniel kembali ke dapur lalu bergabung dengan Seongwu tak lama setelah ia membereskan urusannya di dapur. Ia duduk di seberang Seongwu dengan sepiring omurice yang dibawanya dari dapur. "Kalau hyung lapar, bilang saja padaku. Biar aku yang memasak."

Seongwu tidak begitu mendengarkan. Benaknya justru memikirkan pertanyaan Daniel yang terdengar ambigu. Pemuda itu menawarinya makan―dalam kasus Seongwu, itu berarti Daniel menyerahkan dirinya pada Seongwu agar Seongwu bisa menghisap darahnya. Tapi Seongwu tidak mungkin meminta Daniel untuk membiarkan ia menghisap darahnya. Tidak―

Pandangan Seongwu tertuju pada Daniel. Anak itu benar-benar tidak terprediksi olehnya. Kadang ia terlihat seperti anak kecil, kadang juga ia terlihat seperti pria dewasa. Kadang Daniel terlihat seperti predator―ini tidak benar. Disini Seongwu adalah predator haus darah, dan Daniel adalah mangsanya. Tapi Daniel terlihat jauh lebih berbahaya darinya.

Seongwu tidak mengerti kenapa Daniel yang notabene seorang manusia bisa terlihat lebih berbahaya darinya.

"Hyung," suara itu, tanpa diduga, terdengar begitu jelas di telinganya. Seongwu bahkan bisa merasakan hembusan nafas Daniel yang menggelitik lehernya. Tubuh Seongwu mengejang. Ia tidak bisa memprediksi gerakan Daniel. Apa yang Daniel akan lakukan padanya?

"Kalau hyung sebegitu laparnya, makanlah aku." Lidah Daniel menyapu telinganya, kemudian turun ke lehernya. Seongwu sontak menggigit bibirnya, menahan erangan lolos dari mulutnya. "Dan kalau hyung sudah cukup kenyang, giliran aku yang memakan hyung."

Daniel tersenyum miring saat ia menjauhkan tubuhnya dari Seongwu. Ia duduk kembali di tempatnya dan memakan omurice miliknya yang baru habis seperlimanya. Sementara Seongwu belum bisa mengenyahkan keterkejutannya atas apa yang baru saja Daniel lakukan.

Firasatnya benar. Daniel jauh lebih berbahaya darinya.


tbc


prolog selesai ;_; sebenarnya ini draf lama, tapi aku rombak sana sini terus (memberanikan diri buat) publish disini. sebelumnya halo semua~ aku masih baru dan mohon bimbingannya dari teman-teman semua /bow/

haruskah ini kulanjut? kkk~

.

.

170815,

Shu.