Title: Beautiful Affair

Main Cast:

Mark Lee

Lee Haechan

Other Cast:

Na Jaemin

Lee Jeno

Etc

Disclaimer:

Cast milik Tuhan YME, SM, orangtua, diri mereka sendiri.

Happy reading

-Beautiful Affair-

Terbangun dipagi hari dengan wajah seseorang yang sangat berharga, merupakan kebahagiaan tersendiri. Begitu pula dengan Haechan. Terbangun dipagi buta hanya untuk memastikan Mark tidak meninggalkannya setelah melakukan malam panjang.

Haechan bersyukur Mark membalas cintanya. Mereka melakukan 'hal' yang dulunya hanya dalam angan mereka. Mereka seakan dungu dengan kenyataan yang akan mereka hadapi kedepannya. Mereka tak akan menyesal.

"Morning, dear"

Mark berucap dengan suara serak khas bangun tidur. Ia menatap Haechan yang juga sedang menatap kearahnya. Ia tersenyum geli melihat ada rona samar ditelinga Haechan. Mark juga mencuri ciuman dari bibir Haechan.

"Pfffttt.. Matamu seperti ikan koki, sayang"

Mark berucap sambil menahan tawanya. Begitulah Mark, suka menggoda Haechan dengan olokan. Haechan mendelik, menatap tajam kepada Mark. Ia tak terima, tentu saja.

"Apa katamu?! Dasar sialan"

Plak!

Haechan memberi hadiah kepada kepala Mark. Dengan keras dan akurat mengenai jidatnya. Haechan membalikan badan membelakangi Mark. Enak saja pria itu mengejeknya seperti itu, memang siapa yang membuatnya seperti ini. Memikirkan hal itu mata Haechan kembali berair. Mark sama sekali tak merasa bersalah, itu pikiran Haechan.

"Hei, hei, aku hanya bercanda, sayang"

Mark memeluk Haechan dari belakang. Haechan menepis kasar tangan Mark. Ia marah omong-omong.

Mark menarik Haechan kedalam pelukannya. Hal yang mudah Mark melakukan itu.

"Kau pikir mataku seperti karna siapa, huh? Dasar bajingan sialan"

Haechan mengumpati Mark. Mark sama sekali tidak marah, ia malah tersenyum geli menatap Haechan. Mata Haechan sudah berair, Mark berani bertaruh sebentar lagi Haechan pasti akan menangis.

"Kau memang bajingam, hiks, aku membencimu.. Hikss"

Tuh, kan.

Haechan menangis sambil meronta dari pelukan Mark. Mark mencoba mempertahankan pelukannya, tentu saja.

"Hei, hei, dengarkan aku dulu, sayang"

Haechan lelah juga berontak, akhirnya ia berhenti dan menatap mata Mark.

"Kau tidak membenciku, sekalipun kau membenciku itu pasti benci dalam tanda kutip. Kau mencintaku, aku 'pun sama. Maukah kau berjuang untukku? Berjuang memulai dari awal denganku?"

Mark bertanya lembut kepada Haechan. Haechan yang menerima kata-kata sok romantis dari Mark pun tanpa sadar menganggukan kepalanya. Mark tersenyum, mungkin Haechan akan menangis lagi. Tapi, ia maklum saja.

"Hei, Mark, kau kemarin tidak pakai pengaman, sialan. AKKKKHHHH, bagaimana ini?"

Seluruh ruangan terdengar suara jeritan cempreng Haechan yang mengerikan. Mark memejamkan mata sembari menghela nafas. Dosa apa ia dimasalalu sehingga cinta mati pada gadis 'luar biasa' seperti Haechan.

-Beautiful Affair-

Terlihat dua orang bercengkerama di dalam kafe yang lumayan lenggang. Seperti pembicaraan mereka serius.

"Mengapa kau melakukan ini?"

"Aku hanya ingin dia mencintaiku, apa itu salah?"

"Tidak, apa tidak terlalu terburu-buru?"

Tanya seseorang yang didepannya, sambil mengernyit heran.

"Tak apa, bukankah cinta datang karna terbiasa? Aku benarkan."

Bukan pertanyaan. Itu pernyataan. Seseorang didepannya tak langsung merespon. Ia memandang kearah luar kafe dengan pandangan menerawang.

"Ada sesuatu yang tak bisa kau ubah, sekalipun kau sudah berusaha."

Seseorang didepannya tak menjawab. Membuat temannya beranjak pergi dari pandangannya.

"Takdir" ia bergumam lirih seorang diri.

-Beautiful Affair-

Jatuh cinta itu sakit.

Itu benar. Haechan telah membuktikannya. Ia telah jatuh sedalam-dalamnya Mark.

Setelah adegan teriakan Haechan tadi pagi. Haechan tanpa segan menendang-nendang tubuh polos Mark. Polos dalam artian naked. Jangan lupakan sosok setan kecil bar-bar Haechan. Mark balas berteriak untuk menghentikan tingkah kasar gadis manis, yang sialnya kekasihnya sendiri. Eh? Kekasih?

Mark sempat terguling beberapa kali. Entah darimana Haechan memiliki tenaga monster seperti itu. Setelah dirasanya ia benar-benar akan jatuh dari ranjang, Mark menarik Haechan kedalam pelukannya. Sehingga mereka jatuh dalam posisi intim. Haechan menindih Mark. Tapi tentang saja ia sakit. Kakinya masih nyangkut diatas ranjang.

Makanya jatuh cinta itu sakit, tapi ada Mark yang selalu ikut dalam sakit itu membuat Haechan selalu bersyukur.

Haechan merengut. Ia sudah sarapan pagi bersama Mark. Lalu, datang tamu tak diundang ke apartemennya. Bukan, bukan ia tak suka dengan tamunya. Pasalnya, sudah lima belas menit berlalu. Kedua orang yang saling berhadapan pada ruangan tamu Haechan tak ada yang mengalah untuk terus menatap tajam satu sama lain.

"Yakk!! Sampai kapan kalian akan main mata seperti itu, hah? Ku colok baru tau"

Huh, perusak suasana.

"Mark sialan Lee, yang kemarin membuat menangis seperti bayi ini menginap disini hah, dan oh-

Jeno beranjak menghampiri Haechan.

Hickey jelek yang ada dilehermu ini. Pasti ada yang, mana kulihat"

Jeno membolak-balikan kepala Haechan. Ia hendak menyingkap kaos ketat milik Haechan.

"Yakk, yakk. Sialan, jauhkan tanganmu dari sana. Apa kau bilang hickey jelek? Kau belum tentu bisa memberi warna seperti itu, bodoh."

Jeno mendengus. Haechan tertawa geli dengan pipi seperti tomat. Ia malu, adegan ranjangnya ketahuan oleh Jeno. Mark masih menatap tajam Jeno sambil memeluk posesif tubuh mungil berisi milik Haechan.

"Kalau kau mencintainya, kemarin seharusnya menentang ide sinting orangtuamu, Mark." ucap Jeno.

Bagaimanapun juga mereka bertiga bersahabat sejak kecil, mereka juga tak ingin ada yang terluka diantara ketiganya.

"Kita akan membicarakan ini dengan kedua orangtua kita, iyakan, sayang?"

Mark berbicara mesra pada telinga Haechan. Haechan bergidik. Sebelum ada pernyataan cinta kemarin Mark Lee adalah orang yang cool. Mengatakan sayang pada orangtuanya saja, ia gengsi, tapi sekarang jadi menye seperti ini.

Jeno memberi gestur ingin muntah. Haechan kesal, lah. Haechan melempar bantalan sofa ke wajah Jeno.

"Bagus, kau harus menjauhinya, arra? Dia tak baik untuk otak kecilmu ini."

Mark berucap sambil mengusap kepala Haechan. Haechan terbahak keras. Tidak disangka Mark akan berubah seperti ini. Jeno mendengus sebal.

Ponsel Mark berbunyi. Semua perhatian teralihkan pada benda persegi milik Mark tersebut. Mark mengangkat telponnya.

"Halo,"

"Halo, Mark. Ini aku Jaemin, bisakah kau menjemputku? Aku ingin ke tempat Haechan."

"Aku tak bisa, aku sudah ditempat Haechan dengan Jeno."

"Ah, kenapa kau ada disana? Baiklah kalau begitu aku akan kesana. Emm, sampai jumpa Mark."

"Hm"

Mark menutup telponnya kasar. Mengingat Jaemin membuat mood Mark turun.

"Siapa, hm?" Haechan menyadari perubahan raut muka Mark bertanya dengan hati-hati.

"Jaemin" Mark menjawab Haechan malas.

"Aku akan pulang saja, sayang."

Mark akan berdiri. Tapi, Haechan memegang tangannya.

"Kau akan meninggalkanku dengan Jeno saja, huh?"

"Hei, bodoh kau juga harus pulang. Kau ingin bergosip dengan Haechan dan Jaemin, huh?"

Mark menarik Jeno untuk berdiri. Jeno berdecak malas.

"Sudahlah, Mark. Kita disini saja, aku malas pergi dari sini."

"Jeno benar, oppa. Jaemin kesini untuk menghampirimu, lho. Tidak kasian?"

Haechan memohon dengan tatapan like a puppy. Tak lupa memanggil Mark dengan embel-embel Oppa pasti Mark tidak akan bisa menolak permintaannya. Haechan terlihat manis dan menggemaskan. Mark dan Jeno gemas.

Cup!

Bukan Mark yang mencium Haechan. Tapi, si Jeno yang mencium pipi Haechan karna gemas. Mark shock. Dengan cepat ia memiting leher Jeno, sampai Jeno hampir kehabisan nafas.

Haechan meringis. Kasian, jeno mukanya sampai merah begitu. Hendak saja Haechan memisahkan mereka berdua, ketukan dari luar membuat Haechan urung memisahkan mereka dan langsung keluar, untuk membuka pintu.

Pertama kali, yang Haechan lihat adalah saudara kembarnya, Jaemin. Ia terlihat anggun dengan dress selutut tanpa lengan berwarna rose. Sangat cocok dibadan Jaemin yang tinggi semampai.

Haechan tercekat, hatinya kembali berdesir menyakitkan. Mengingat bahwa sebentar lagi Jaemin akan memiliki Mark.

Haechan mencoba tesenyum pada Jaemin.

Mengenyahkan segala luka yang dibuat oleh saudara kembar yang sangat disayanginya.

TBC

Yeay, saya update lagi. Maklumi saja jika ada typo, saya males edit* lagi.

Jangan lupa RnR*. Kritik dan saran jangan lupa juga.

Yaudin, ppaii