Title : The Ugly Twin (INA Vers)

Author : by Fallenenigma

Translated by : CicimotLee

Do not copas please!

Don't like don't read!

Chapter 5

Forceful Relationship

I'm not over edit so, sorry for typos and happy reading…

HunKai

.

.

.

.

.

Sehun mengetuk-ngretukan jemari tangannya pada meja. Wajahnya terlihat suram dan ia tidak berhenti menggigiti bibirnya sendiri. Luhan di sebelahnya juga sedang sangat kebingungan. Ia tengah duduk di lantai dengan tatapan frustasi.

"Kau lihat…" Luhan memulai "Aku tidak menyangka jika suatu hari aku akan memiliki teman yang sangat bodoh seperti mu"

Sehun menelan ludahnya kemudian membenturkan kepalanya ke atas meja. Bayangan akan Jongin dan Taemin terasa buram di pikirannya.

Ahhh. Fuck, fuck, fuck!

"Bagaimana bisa kau tidak mampu membedakan mereka berdua? Apa kau buta Oh Sehun? Yang satu memiliki rambut panjang sewarna almond, sedangkan yang satunya lagi memiliki rambut pendek berwarna blonde! Oh astaga, kenapa kau bodoh sekali?"

"Tadi itu gelap, dan aku tidak bisa membedakan mereka!" Sehun berteriak, membela dirinya.

"Hah? Kau bercanda? Aku bahkan bisa melihat perbedaannya dengan jelas walau aku berdiri jauh dari dia. Kim Taemin itu kurus dan langsing, juga caranya berpakaian tidak sama dengan kembarannya!"

"Bagaimana bisa aku membedakan selera mereka dalam pakaian? Aku saja lupa apa baju yang ku pakai kemarin" Sehun mengerang.

"Aku tahu kau bodoh Oh Sehun. Tapi aku tidak menyangka jika kau akan sebegini bod-"

"BERHENTI MENGEJEKKU DAN BANTU SAJA AKU!" Sehun meraung kesal, lelah dengan ejekan Luhan padanya.

"Apa yang bisa ku lakukan? Kau sudah menyatakan perasaanmu padanya, dan dia sudah menerimamu"

Luhan menghela nafas. "Kenapa pula dia menerima mu padahal kan dia belum pernah berbicara denganmu?"

Sehun mengedipkan matanya beberapa kali dengan kedua alis tertaut. Ya. Jongin saja bahkan tidak pernah saling bicara dengannya. Tapi kenapa Jongin menerima pernyataan cintanya begitu saja?

"Atau jangan-jangan, kau yang memulainya?" Luhan menolehkan kepalanya dan menatap Sehun tajam. "Mungkin saja kan kau terlalu bodoh sampai-sampai kau bicara padanya padahal kau mengira dia itu Ta-"

"Tidak! Aku tidak pernah bicara dengannya!" Sehun kembali membela dirinya. "Geez! Kau sendiri yang bilang padaku jika kembaran Taemin itu jarang sekali bicara dan sangat dingin! Tidak mungkin lah dia merespon apa yang ku katakan, benarkan?"

Luhan kembali menundukan kepalanya untuk menatap lantai. Dia terlihat agak bingung beberapa saat sebelum akhirnya mengerang keras "Ugh… Kau sangat bodoh"

Sehun menggigit bibir nya, otaknya bekerja lebih keras dua sampai tiga kali lebih cepat dari biasanya. "Haruskah aku memutuskannya saja?"

"Apa katamu?" Luhan memelototi Sehun dua kali lipat lebih seram dari sebelumnya "Kau bilang, memutuskan dia? Sialan kau Oh Sehun. Aku tahu kau itu idiot tapi aku tidak menyangka jika kau juga setega itu!"

"Ta-tapi aku sama sekali tidak menyukainya!" Sehun protes "Apa kau mau membiarkanku bersama dengannya tanpa ada rasa tertarik sedikitpun padanya?"

"Ya, tapi kau bisa melakukannya nanti! Tidak sekarang, dasar bodoh!" Luhan merasa kefrustasian telah mendidih dalam dadanya "Jika kau melakukannya sekarang, image mu pasti akan jelek di mata Kim Taemin! Kau mau itu terjadi, huh?"

Sehun menelan kembali protesnya. Luhan benar juga. Taemin terlihat sangat senang dan bahkan berharap ia dan Jongin selalu bahagia. Dan jika ia menyakiti hati kembarannya itu, pasti Taemin juga akan membencinya.

"Jangann banyak bertingkah dulu. Jalani saja hubunganmu dengannya untuk satu minggu kedepan. Lalu saat tiba waktunya kau bisa membuangnya, katakan saja padanya kau dan dia tidak cocok satu sama lain sebagai alasan atau semacamnya."

Sehun menelan ludahnya. Ini akan terasa sulit lebih sulit dari yang ia bayangkan.

Aish. Bagaimana bisa dia…

Ah!

Bodoh!

Sehun membenturkan lagi kepalanya pada meja.

Bodoh!

Sekarang, dia harus terikat dengan kembar yang salah yang tidak dia inginkan!

SIAL!

.

.

.

.

"… aku juga turut bahagia untkmu, Jongin-ah" seorang lelaki tinggi tengah terduduk di ranjangnya dengan ponsel di tangan kanannya. "…ya.. hehe… aku tahu"

Cahaya lampu disana sudah mati dan itu jelas sekali jika sang pemilik kamar sedang mencoba untuk segera tidur, sebelum ponselnya berdering.

"…hm.. baiklah. Jaga dirimu, sampai jumpa. Selamat tidur!"

Lelaki itu kemudian menekan tombol merah pada ponselnya. Genggamannya pada ponsel semakin melemah dan ponsel itu jatuh ke atas kasur.

Park Chanyeol duduk di pinggir ranjang nya dengan ekspresi yang tak terbaca. Pikirannya sedang kacau.

Benarkah Jongin baru saja menelponnya dan memberitahunya jika dia… Telah menjalin sebuah hubungan…? Dengan orang yang pernah menolongnya waktu itu?

Setetes kecil air mata jatuh dari mata kanan Chanyeol.

Lalu diikuti yang lainnya…

Lagi…

Dan lagi…

Detik itu juga Chanyeol menangis pilu. Ia terus menangis. Hatinya bagaikan pecah menjadi berjuta bagian dan dengan pelan ia merosot ke lantai. Air matanya berjatuhan di atas karpet dan Chanyeol masih belum bisa berhenti dari tangisannya.

Benar sekali, di apartement miliknya, Chanyeol menangisi rasa patah hatinya

.

.

.

.

"Bukankah kau sangat beruntung, huh?" Kyungsoo menggoda Jongin dengan wajah minim ekspresinya yang seperti biasa.

Jongin menelan ludahnya sambil bermain dengan kesepuluh jarinya, tidak menjawab Kyungsoo.

"Tapi kenapa Oh Sehun malah langsung pulang setelah menyatakan perasaannya padamu?"

"Temannya bilang… Ibu nya membutuhkan bantuannya di rumah jadi Sehun-ssi harus segera mengantarnya pulang" Jongin membalas seadanya, sedikit tidak yakin dengan alasan biasa seperti itu.

"Well, bukankah itu tidak sopan?" Kyungsoo mendengus kesal "Dia tidak seharusnya melakukan itu. Oh Sehun baru saja memiliki kekasih, masa iya hanya karena seorang teman bisa kacau seperti itu?"

Jongin tidak menjawab. Yah hatinya merasakan sedikit keanehan akan hal itu, tapi ia tidak bisa terus berpikir macam-macam.

Ia dan Oh Sehun, penyelamatnya yang tampan kini sudah menjadi sepasang kekasih.

Hanya dengan memikirkan itu saja sudah membuat rasa panas seolah menjalari tubuhnya. Jantung nya berdetak semakin kencang dan wajahnya dengan perlahan terlihat memerah selagi ia mengingat kejadian pernyataan cinta yang romantis itu.

Dan Jongin tidak bisa lebih bersyukur lagi dari ini.

+++HUNKAI+++

.

.

.

.

Hari berikutnya telah tiba. Sehun terlihat sedang menunggu kemunculan Jongin di luar kelas.

Well, ia tidak punya pilihan lagi selain memaksakan hubungan ini dengan Jongin sebelum ia menendang lelaki itu dari kehidupannya begitu saja. Dengan alasan 'ku rasa kita tidak cocok bersama' terdengar lebih baik dari pada 'aku tidak sengaja menyatakan cinta padamu padahal yang aku suka adalah kaka kembarmu' , benarkan?

Jongin berjalan keluar kelas dan terkejut saat melihat Sehun. Wajahnya terasa memanas dan ia dengan cepat menundukan kepalanya untuk menyembunyikan itu.

"Yo!" Sehun menyapa dengan senyuman kecil "Kau sudah selesai?"

"Uhm… Y-ya" Jongin terdengar berbisik, suaranya bahkan hampir tak terdengar "Ba-bagaimana kau tahu?"

"Kelasmu? Mahasiswa Management Bisnis selalu ada di kelas ini, benarkan? Tidak heran jika kau juga disini. Jadi, apa kau punya mata kuliah lain? Atau kegiatan klub?"

Jongin menggelengkan kepalanya…

"Ow" Sehun berkedip cepat "Bahkan tidak ada pertemuan organisasi?"

Jongin menggelengkan kepalanya lagi. Yah, bagi dia itu semua memusingkan. Kenapa orang lain senang sekali memiliki tugas dan bergabung dalam sebuah organisasi di kampus mereka? Dan kenapa mereka juga suka mengikuti kegiatan klub? Jongin tidak menyukai hal-hal seperti itu karena pasti ia akan bertemu banyak orang di sana. Orang-orang yang akan selalu membandingkan dirinya dan Taemin.

Sehun berkedip "Jadi, sekarang kau mau kemana?"

"…rumah?…"

Sehun memandang bagaimana cara Jongin sedikit menelengkan kepalanya sebelum ia kembali memandang lantai.

Wow. Ke rumah?

"Oke, tapi gimana kalo kita pergi ke café dulu? Aku masih punya waktu 2 jam sebelum memulai kegiatan dance klub"

Jongin mengedipkan matanya. Ia sedikit tidak yakin dengan usulan itu.

"Ayolah, apa kau tidak mau mengobrol lebih banyak dengan pacarmu ini?" Sehun bertanya, sebisa mungkin menahan kekesalannya. Apa lelaki di depannya ini tidak pernah memiliki kekasih sebelumnya? Tidak kah dia tahu jika ketika dua orang terjalin dalam sebuah hubungan, mereka akan menghabiskan banyak waktu bersama untuk saling berbagi? Saling berbicara tentunya. Bukan terus saling mendiamkan.

Jongin mengedipkan matanya gugup sebelum akhirnya menganggukan kepalanya.

"Bagus bagus" Sehun tersenyum "Jadi, kemana kita akan pergi?"

"Itu…" Jongin memainkan jemari tangannya "Te-terserah kau saja"

"Aku yang menentukan?" Sehun bertanya dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Well… bagaimana dengan Banana Tree?"

Jongin hanya menganggukan kepalanya tanpa menatap kearah Sehun.

"Baiklah. Ayo." Sehun tersenyum sambil menggenggam tangan Jongin.

Wow. Sehun diam-diam berpikir. Tangan Jongin sangat kecil. Sangat cocok dengan tangan Sehun yang besar.

Tubuh Sehun jauh lebih tinggi dari Jongin jadi tidak heran jika tangan Sehun juga lebih besar dan lebih panjang dari Jongin. Sehun jadi penasaran bagaimana rasanya menggenggam tangan Taemin.

Sehun menghela nafas dan Jongin mendongak untuk melihatnya sebelum kembali menatap jalanan.

Setelah berganti bus sebanyak dua kali dan berjalan beberapa saat, keduanya sampai di Banana Tree.

Mereka berjalan kearah meja yang masih kosong dan Sehun mendudukan dirinya di tempat itu. Ia menyukai café ini. Sebenarnya dia ingin sekali mengajak Taemin kesini jika saja mereka berpacaran. Tapi apa boleh buat? Dia memilki Jongin dan dia tidak punya pilihan yang lain.

Untuk beberapa waktu saja.

"Kau mau pesan apa?" Sehun bertanya santai

"Aku- ahhh…" Jongin mengerjapkan matanya cepat karena dia merasa perasaan gugup menggerogoti seluruh tubuhnya "…Stawberry parfait"

"Aku mau blackforest" Sehun berkata sambil menelusuri buku menu. "Blackforest di sini adalah blacforest terbaik yang pernah ada. Aku selalu menginkannya setiap hari. Sayangnya, itu mahal sekali. Hahaha"

Jongin menatap Sehun sebentar sebelum mengalihkan pandangannya kembali pada buku menu.

Setelah memesan, keduanya jatuh dalam keheningan.

Sehun mendengus kecil. Jongin sangat membosankan. Dia tidak ceria seperti Taemin. Dia juga tidak bisa membuat jantung Sehun berdetak kencang seperti Taemin.

"Apa Taemin punya pacar?" Sehun bertanya dengan rasa penasaran

Jongin mendongak terkejut ketika nama kembarannya itu di sebut. Jongin sangat sensitive akan segala hal menyangkut Taemin.

"…Tidak"

"Benarkah? Bagaimana bisa?" Sehun mengerutkan dahinya walaupun hatinya bersorak senang saat tahu Taemin masih belum jadi milik orang lain.

"… Aku tidak tahu"

"Apa dia dekat dengan seorang laki-laki?" Sehun bertanya lagi, masih penasaran.

"Dia dekat dengan banyak lelaki"

Sehun ingin bertanya lebih banyak lagi namun ia menyadari sedikit perubahan pada raut wajah Jongin.

Hmm? Apa ada yang salah?

Pada akhirnya Sehun memilih untuk menelan pertanyaanya saja dan keduanya kembali terdiam.

Sehun menyempatkan kesempatan untuk menelusuri Jongin lebih jauh lagi.

Well, Luhan benar. Taemin jauh lebih cantik dari Jongin. Mata Jongin terlihat sayu, dan Sehun tidak menyukainya. Kulit Jongin terlihat gelap, tidak seperti Taemin yang terlihat bersinar. Hidungnya juga sedikit pesek dan bibirnya terlalu tebal bagi Sehun untuk menyukainya. Dan rambut itu. Ah, rambut yang berwarna terang. Tidak cocok sama sekali dengan kulit tan Jongin, dan Sehun merasa semakin iritasi melihat kepribadian Jongin yang sangat pendiam. Heck. Dia sangat kacau.

Seorang pelayan datang memecah suasana hening yang canggung itu dengan menaruh piring berisi kue dan minuman di depan mereka.

Karena Jongin tidak mau mengatakan apapun tentangnya, Sehun memutuskan untuk bercerita tentang dirinya sendiri.

"Aku suka kue, tapi sepertinya aku tidak pernah berhasil kapanpun aku membuat kue dengan tanganku sendiri"

Jongin mendongak dari kue yang ia tatap dengan rasa penasaran.

"Satu hari, saat aku ingin membuat sebuah roti rasa green tea, saat itu di rumahku tidak ada tepung. Dan hari itu sangat panas, aku terlalu malas untuk keluar dan membeli tepung" Sehun bercerita dan menusuk blacforest nya. "Lalu aku melihat tepung. Lebih tepatnya tepung kanji"

Jongin melebarkan matanya pada kata 'tepung' yang Sehun sebut.

"Lalu aku menaburkannya pada adonan dan mulai mengovennya" Sehun menghela nafas. "Kau tahu apa yang terjadi?"

"Keras seperti batu" Jongin menjawab kemudian tertawa kecil.

Sehun tertegun saat melihat Jongin tertawa.

Mata Jongin berganti dengan eye-smile dan itu sangat indah. Bibirnya terbuka lebar memamerkan gigi seputih mutiara, dan suara merdu nya memenuhi telinga Sehun. Sehun membeku beberapa saat dan Jongin dengan segera menghentikan tawanya.

"A-ada yang salah?" Jongin bertanya dengan wajah panik membuat Sehun di tarik kembali pada kenyataan.

"Ti-tidak. It-itu tadi…" Sehun menelan ludahnya saat merasakan rasa berdebar di hatinya "Ti-tidak apa-apa ko"

Jongin memperhatikan bagaimana Sehun memakan blackforest miliknya dengan cepat. Sehun pasti sangat menyukai kue itu.

Jongin mengerjapkan matanya "Apa itu… enak?"

"Kau mau coba?" Sehun bertanya sambil memotong kue nya dan menyodorkannya ke depan bibir Jongin.

Jongin merasa terkejut. Dia hanya ingin bertanya, bukannya di suapi. Jongin dapat merasakan wajahnya memanas lagi.

"Ayolah, segigit saja!" Sehun berkata penuh semangat akan kue nya "Rasanya sangat enak. Percaya padaku!"

Jongin dengan ragu membuka mulutnya dan meraup kue tersebut.

Cokelat…

Oh My God…

Ini pasti terbuat dari swiss manier cooking chocolate. Rasanya sangat menakjubkan. Di oven dalam 350 derajat celcius. Semuanya sempurna.

Jongin bergumam dan tanpa sadar tersenyum. Kue ini jelas sangat enak.

"Kenapa?" Sehun bertanya penasaran

Jongin menatap Sehun beberapa saat sebelum menggelengkan kepalanya dan menunduk lagi dengan senyuman kecil masih tersemat di wajahnya "Tidak apa-apa…"

Dan Jongin meyakinkan dirinya jika ia akan membuatkan Sehun kue blacforest terbaik yang rasanya sama dengan blackforest ini.

.

.

.

.

Sehun melemparkan tubuhnya pada lantai klub dance dengan lemah.

"Disana kau, Oh Sehun" temannya, Yixing tersenyum lebar dari telinga ke telinga saat ia melihat Sehun "Aku sudah mendengar tentang kejadian semalam. Kau tahu?"

"Apa?" Sehun duduk dengan cepat, terkejut "A-apa maksudmu?"

"Duh. Kau dan kembaran Kim Taemin itu. Pernyataan cinta yang super romantis. Well, berita itu tersebar pada seluruh junior di kampus kita. Aku tidak sengaja mendengarnya di kamar mandi hari ini" Yixing tertawa genit "Jadi? Sejak kapan kau mulai menyukai kembaran Taemin itu?"

Sehun menghembuskan nafasnya "Rahasia… cukup begitu…"

"Kau ini sesuatu sekali, iya kan? Baru saja satu minggu para junior masuk universitas tapi kau sudah bergerak dengan cepat"

Sehun menghela nafas lagi dan memilih untuk mengabaikan celotehan Yixing.

"Ah, anak-anak sudah datang" Yixing menggerutu sambil menegakan tubuhnya berdiri dan menghampiri target yang pasti, No Minwoo.

Sehun melirik kecil pada anak baru yang sekarang tengah mengobrol dengan Yixing. Taemin ada disana, bersama dengan teman-temannya No Minwoo dan Kim Hanbin.

Taemin memakai kaos putih longgar yang terlihat kebesaran dan jeans yang sangat ketat yang membungkus kaki jenjang nya. Rambut panjangnya di ikat dan membuat terlihat wajahnya sempurna tanpa cacat. Topi yang di pakai terbalik menutupi kepalanya dengan sempurna.

"Sial. Dia cantik sekali" Sehun mengerang dengan helaan nafas.

Bagaimana bisa dia tidak mampu membedakan Jongin dan Taemin saat itu? Wajah mereka saja berbeda!

Baiklah, mereka memang terlihat mirip tapi sungguh Taemin masih jauh lebih cantik dari pada Jongin.

Mungkin Sehun butuh kaca mata. Benar, ia tidak pernah memakai benda itu selama ini. Mungkin saja ada masalah dengan penglihatannya yang entah kapan.

Sehun berdiri ketika Hyukjae memasuki ruangan. Diikuti oleh seorang lelaki tinggi dengan rambut agak kriting di belakangnya.

Siapa dia? Yang pasti bukan Donghae, kekasih Hyukjae.

"Atur posisi kalian!" Hyukjae menepukan kedua tangannya. "Cepat, cepat guys!"

Sehun dan anak-anak yang lainnya buru-buru berjajar untuk membuat barisan yang rapih, dengan kedua pasangan yang sama dengan posisi yang telah di tentukan dulu. Sehun menghampiri Taemin yang tengah tersenyum entah karena apa.

"Sunbaenim" Taemin tersenyum lebar ketika Sehun berdiri di sebelahnya.

"Ha-hai" Sehun tersenyum "Jangan panggil aku sunbaenim. H-hyung terdengar lebih baik"

"Hyung" Taemin mencoba dengan wajah yang sangat menggemaskan "Hehe"

Sehun mencoba keras untuk menahan keinginannya yang ingin memeluk lelaki itu sampai puas. Taemin sangat menggemaskan, cantik dan begitu indah di waktu yang sama.

Sehun membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu lagi namun tiba-tiba saja musik mulai di mainkan, memaksanya untuk mengalihkan pandangannya dari Taemin. Sehun menolehkan kepalanya dan bersiap untuk mengikuti alunan musik dan ritme. Matanya lalu terfokus pada seorang lelaki tinggi yang mengikuti Hyukjae ke dalam studio dance. Lelaki itu tersenyum ke arah Sehun.

Bukan, bukan.

Melainkan ke arah Taemin.

Sehun dengan refleks menolehkan kepalanya pada Taemin yang mana mendapati Taemin tengah balas tersenyum pada lelaki itu.

What the f-

"Stop, stop, stop!" Hyukjae berseru dari depan dan mematikan musiknya. "Hei Oh Sehun, apa yang kau pikirkan? Ini waktunya untuk berlatih dance!"

Sehun terkejut akan suara menyebalkan Hyukjae, ia baru sadar jika dirinya telah salah dalam ritme dan gerakan.

"Ma-maaf" Sehun berucap gugup. Ia kemudian menolehkan kepalanya lagi ke depan.

Sial!

.

.

.

.

TBC!

Fast update? Jarang yakan? Aku cuman translate satu chapter tapi Lmoga chap depan bisa 2 chapter lagi seperti biasanya. Wkwkwk, karena aku belum dpt ide buat 141 jadi aku next translate ff ini dulu. Si Sehun makin nyebelin aja XD pas translate aku rasanya pengen mukul kepala ganteng(?) nya itu pake sendok eh tapi tar ada beruang ngamuk wkwk.

Thanks for review and follow, maaf jika ada salah mengartikan kata Jsee you next chapter!