Minhyun menatap adik laki-lakinya yang baru berusia lima tahun dengan heran. Sejak mereka sampai di rumah baru ini, adiknya jadi sering berkedip dan mengucek kedua matanya ketika berbicara dengannya. Mereka baru sampai kemarin sore dan sekarang adiknya sudah bertingkah aneh. Minhyun menjadi bingung dibuatnya. Makan malam yang biasanya ramai kini menjadi hening tanpa suara.

"Kau baik-baik saja, Jinyoung?" Minhyun bertanya saat makanan di mangkuknya sudah habis. Ia meletakkan sumpit di atas mangkuknya lalu menatap Jinyoung lekat.

Kedua orang tua mereka sedang pergi keluar jadi mereka hanya makan malam berdua.

"Ya," jawab Jinyoung singkat. Ia kemudian melanjutkan makannya. Makanan di mangkuknya masih tersisa lebih setengah.

Helaan napas keluar dari bibir Jinyoung ketika mulutnya selesai mengunyah. Ia meletakkan sumpit di meja lalu meminum air di gelasnya hingga habis. Minhyun tahu, adiknya itu sudah selesai makan. Baru kali ini Jinyoung tidak menghabiskan makanannya.

"Maaf, Kak. Aku sudah kenyang."

Kali ini Jinyoung menatap Minhyun tanpa berkedip. Minhyun berinisiatif memegang dahi adiknya, memeriksa apakah adiknya sedang sakit atau tidak. Jinyoung bukan orang yang terbuka, jadi Minhyun harus mencari tahu kondisi adiknya sendiri. Setelah merasa tidak ada yang salah dari suhu tubuh Jinyoung, Minhyun kembali menatap Jinyoung yang lagi-lagi sedang mengucek kedua matanya. Baru saja Minhyun ingin bernapas lega, tapi adiknya kembali melakukannya.

"Matamu sakit? Dari kemarin kau selalu mengucek matamu," ujar Minhyun. Ia berharap Jinyoung mengatakan yang sebenarnya karena ia tidak mau kondisi Jinyoung lebih buruk dari ini.

Jinyoung menggeleng sambil tersenyum tipis. Minhyun membalas senyuman itu lalu mengacak rambut Jinyoung sayang. Usia mereka terpaut sepuluh tahun dan itu membuat Minhyun begitu menyayangi Jinyoung.

Baru Saja Minhyun ingin bangkit untuk menaruh mangkuk dan piring kotor ke dapur, Jinyoung tiba-tiba bicara dengan suara yang amat pelan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kak, apa kau tidak keberatan selalu menggendong kakak berambut panjang itu? Dia menyeramkan."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Minhyun merinding seketika.