Ia tidak terlalu memperhatikan sekitarnya. Sampai ketika ia kembali menegakkan tubuhnya, sepasang iris merah delima nya menatap wajah pria arogan bermahkota pirang pucat yang tidak ikut membungkuk hormat. Melainkan hanya duduk dengan gestur bossy dan menampilkan seringaian liciknya.


"Baiklah semuanya. Bisa kita mulai rapat kali ini?"

Akashi berujar pelan sembari melemparkan senyum menawannya. Mencoba mengabaikan tatapan pria pirang disebrangnya yang terus menatapnya dengan seringaian menjijikannya.

Karena menurut Akashi, seringaian pria itu sangat menyebalkan dan yang pasti menjijikan.

.

.

Skip Time

Meeting kali ini berjalan dengan baik. Sebagai mana yang telah Akashi prediksikan. Memangnya siapa dia? Tentu saja Akashi Seijuurou. Ia absolut.

Kekhawatiran mu tidak berdasar Tetsuya.

Menghela nafas karena sekretaris pribadi yang merangkap sebagai teman setim nya itu terlalu khawatir.

Tiba-tiba..

"Kau. Monyet tidak berguna! Kembali ke Osaka terlebih dahulu. Aku ingin menyelesaikan sesuatu dulu disini."

Pria pirang pewaris Gold Corp. itu menunjuk sekretaris pribadinya dengan angkuh serta bermacam makian meluncur dengan mulus.

"Ta-tapi.. Nash-sama

"Tidak ada tapi-tapian, Allen. Kau mau kupecat hm?"

Akashi hanya terdiam melihatnya. Ternyata dia tidak berubah. Masih seperti dulu.

"Ba-baik. Nash-sama."

Sekretaris pribadi dari Nash Gold jr. resmi keluar dari pintu ruang rapat itu dengan terbirit-birit. Kini Nash menaikkan satu alisnya.

"Akashi Seijuurou. Aku ingin berbicara 'berdua' dengan mu di ruangan ini." Iris tosca milik Nash melirik Kuroko yang ada di samping Akashi.

"Tetsuya, kau keluarlah. Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat."

"Ta-tapi—

"Pergilah Tetsuya."

—baiklah."

Kuharap kau tidak jatuh dalam kelicikan pria itu, Akashi-kun.

Kini hanya tinggal mereka berdua berada di ruangan itu. Akashi dan Nash. Masing-masing dari pemimpin perusahaan Akashi Corp dan Gold Corp.

"Heh. Kau tak berubah Akashi."

Nash mendadak berdiri dari kursinya. Mendekat ke arah Akashi. Akashi hanya bergeming. Mencoba untuk tenang. Nash mencondongkan tubuhnya. Menatap sepasang kelereng sewarna delima itu dalam-dalam.

"Bukan kah kau yang tidak berubah heh? Nash Gold jr?" Akashi mendongakkan wajahnya. Wajah mereka hanya terpisah sejauh dua jengkal saja.

"Tentu tidak. Aku sudah berubah—

Tiba-tiba Nash bergerak mendekat. Berbisik di telinga Akashi.

—sejak saat itu."

Akashi menegang dan refleks menjauh dari Nash.

"Wah.. reaksi mu imut sekali. A-ka-shi."

"Apa yang akan kau lakukan?! Nash sialan?!" Akashi berjalan mundur dan Nash berjalan maju. Menuju ke arahnya.

"Begitukah kau memperlakukan setiap klien perusahaan mu? Tidak sopan sekali." Nash menyeringai.

"Tidak. Hanya kau!" Akashi mendelik.

"Ara. Aku tersanjung." Akashi terus berjalan mundur, hingga punggungnya menabrak dinding dibelakangnya. Ia tidak bisa kemana-kemana lagi. Nash menyeringai. Kucing kecilnya memang sangat manis sekali.

"Na.. Akashi. Aku datang untuk menepati janji waktu itu."

"Janji?"

"Ya. Janji."

Sekelebat ingatan Akashi tentang mimpinya tadi malam berputar-putar di pikirannya.

—sampai saat itu tiba. Aku akan mengalahkan kalian dan juga menghancurkanmu. Akashi Seijuurou

Akashi menegang. Firasat buruknya memang selalu benar.

Jadi itu bukan mimpi?!

"Heh. Kelihatannya kau melupakannya eh? Akashi."

Nash menggamit dagu Akashi dan mengangkatnya agar menatap mata nya. Tak butuh waktu lama, Akashi menampik tangan Nash yang telah lancang menyentuh tangannya.

"Jangan sentuh." Akashi berujar dingin. Ia tidak suka disentuh.

Namun, Nash tidak berhenti sampai disitu. Dengan lancang ia merangkul pinggang Akashi dan mengunci kedua tangannya agar ia tidak bisa memberontak.

Iris merah delima nya melebar.

Dada mereka saling melekat dan hanya dipisahkan oleh fabrik yang menempel di masing-masing tubuh mereka. Nash mendekatkan bibirnya di telinga Akashi. Napas hangat nya menerpa telinga kanannya dan membuat dahi nya mengerenyit tak nyaman.

Berbisik pelan.

"Aku akan membuat mu takluk dan mendesah dibawah kungkungan ku. Akashi Seijuurou."

dé javu

Baru kali ini Akashi mengalaminya. Ternyata yang waktu itu benar-benar bukan mimpi. Itu adalah salah satu dari potongan ingatan nya yang sudah ia lupakan.

Plak!

Tamparan panas dari telapak tangan tuan muda Akashi Seijuurou bersarang dengan indah di pipi pria bersurai pirang pucat itu.

Entah sejak kapan kedua tangannya yang terkunci oleh lengan milik Nash bisa terbebas dan menyarangkan tamparan eksklusif dari seorang Akashi Seijuurou.

"Hoo.. kucing kecilku masih terlalu liar rupanya."

"Mendesah? Takluk? Heh. Tak akan semudah itu, Nash sialan." Akashi tertawa meremehkan.

"Apa yang tidak bisa kulakukan heh? Semua akan ku lakukan demi mendapatkan dirimu. Akashi Seijuurou." Nash tertawa pelan. Matanya memicing.

"Bahkan aku akan membunuh semua teman-teman mu demi mendapatkan dirimu." Tubuh Akashi menegang.

Teman-temannya?!

"Kau tau siapa aku kan? Akashi Seijuurou?" Nash menyeringai menang. Akashi Seijuurou kini ada di tangannya.

Tentu saja aku tau siapa kau. Mafia tidak tahu diri.

"Jangan berani-berani kau menyentuh teman-temanku."

"Kau tau apa yang ku inginkan kan?"

"Aku menginginkan mu. Akashi Seijuurou."

"Baiklah. Lakukan sesukamu. Asal, jangan berani-berani kau menyentuh teman-temanku."

"Wakatta."

Nash melepaskan pelukannya. Secara tiba-tiba, ia membuka kerah kemeja dalam balutan jas milik Akashi dengan kasar.

Bite!

"Agh! Teme

"Milikku."

Nash bergumam di perpotongan leher Akashi yang ia gigit. Sesekali menjilat lehernya yang mengeluarkan darah akibat gigitannya.

Plak!

"Apa yang kau lakukan Nash sialan?!"

Akashi beringsut mundur, namun tidak bisa. Karena pinggangnya di rangkul oleh lengan kokoh milik Nash-Sialan-Gold-jr. itu.

"Apa? Tentu saja menandaimu bukan?"

"Ta-tanda?!" Akashi memerah. Entah kenapa detak jantungnya berdetak tidak normal mendengar Nash mengucapkan hal itu.

"Kau memerah, Sei. Manis sekali."

Kiss!

Nash mencium pipi kanan Akashi.

Buagh!

"Aku memperbolehkan mu melakukan sesuatu sesukamu. Tetapi bukan berarti hal seperti ini. Nash sialan!" Nash memegang perutnya yang dipukul oleh Akashi.

"Pukulanmu seperti wanita saja. Tidak terasa apapun untukku." Nash terkekeh dan Akashi mendelik galak ke arahnya.

"Terserahmu, dasar gila."

"Aku gila karena mu. Sei."

"Berhenti memanggilku dengan nama depanku!"

"Bukankah kau yang bilang 'Lakukan sesukamu' seperti itu? Aku hanya melakukan apa yang sudah kau bilang."

"Terserah."

"Ne. Akashi."

"Apa?"

"Ayo kita menikah."

"HAH?!"

"Tentu saja, kau sudah kumiliki. Jadi, tunggu apalagi?"

"TEME! BENAHI DULU ISI OTAKMU ITU. NASH SIALAN!"

Akashi pun berteriak dengan tidak elit. Sangat tidak Akashi sekali. Bersyukurlah karena ruangan itu kedap suara.

Kedap suara? Bukankah malah akan berbahaya eh?

End


Omake

Setelah meeting dengan Gold Corp. yang berujung dengan ancaman dari Nash dan juga ajakan menikah darinya benar benar membuat kepala Akashi pusing.

"Akashi-kun. Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, Tetsuya."

Menghela nafas pelan. Akashi kembali mengerjakan laporannya.

"Ano.. Akashi-kun. Apa yang dilakukan pemimpin Gold Corp. Nash Gold jr. disini? diruangan mu?" Mata Kuroko memicing menatap Nash yang berada di ruangan kerja Akashi, tengah duduk santai di sofa merah berbalut kain bludru mahal.

"Apa yang kau lihat monyet biru? Keluar dari sini, aku ingin berduaan dengan Sei."

Sei? Monyet biru? Monyet biru dia bilang?!

Walaupun wajah Kuroko masih terlihat flat. Namun perempatan-perempatan kekesalan berjamur di dahi dan pipinya.

"Nash. Berhenti memanggil orang lain dengan sebutan monyet—

Akashi mendelik galak.

—atau aku akan memanggilmu dengan sebutan monyet juga."

"Wakatta, Sei."

Dengan ajaib Nash langsung menurut. Kuroko hanya menatap keduanya bergantian dengan ekspresi bingung. Walaupun wajahnya tetap datar.

"Ano.. Akashi-kun?"

"Nani? Tetsuya?"

"Kenapa dia memanggilmu dengan nama depanmu?"

"Entahlah. Mungkin dia mulai gila."

Akashi. Nak, kau ooc sekali..

Bukankah yang mulai gila itu kalian berdua? Ada apa dengan kalian setelah habis rapat kemarin? Kuroko membatin sangsi.

"Tetsuya? Apa kau barusan berpikir aku mulai gila?"

Deg!

"Ti-tidak. Akashi-kun

"Sou?" Akashi menaikkan sebelah alisnya.

—kalau begitu aku permisi."

Kuroko pun meninggalkan ruang kerja Akashi. Ternyata Emperor Eye nya masih berguna disaat saat seperti ini.

End


Yaaayy~ akhirnya end beneran~ ngahaha

Ini fic NashAka pertama ku~ Banzaaai~

Akashi emang imut kalo diliat liat ih /diinjek.

Okke~ Terima Kasih kepada readers yang sudah menyempatkan waktu nya untuk membaca fic ini

.

Review, Onegaishimasu^^