Lost and Found

Chapter 1

.

.

Produce 101/Wanna One Fanfiction

Romance, Humor, Fantasy, Catboy!AU, Yaoi

Main!Jinseob couple

Rating: T++ to M

.

.

Happy Reading! -Buttermints-

.

.

.

"Dua potong Red Velvet, tiga potong Tiramisu, dan dua Mocha Latte." Seorang lelaki muda terlihat sedang menghitung pesanan pelanggan di meja kasir. "Semuanya 8500 won." Lanjutnya seraya memberikan paperbag berisi pesanan pelanggan tersebut kemudian menerima uang yang diberikan pelanggan.

"Terimakasih, jangan lupa datang lagi." Lelaki itu mengembangkan senyum manis andalannya hingga membuat dua orang pelanggang wanitanya memekik gemas sebelum akhirnya beranjak keluar dari cafe itu.

Desahan lega keluar dari bibirnya. "Akhirnya selesai juga. Waktunya menutup toko!" Ia kemudian beranjak dari meja kasir untuk memasang tanda 'Close' yang ada di pintu masuk dan menurunkan tirai kayu di setiap jendela. Setelah itu, ia kembali ke meja kasir untuk membereskan sisa-sisa pekerjaannya.

Ia bergegas menghitung hasil penjualan hari ini kemudian memasukkannya kedalam amplop setelah sekali lagi mengecek ulang hitungannya agar tidak salah. Matanya menangkap angka yang ditunjukkan oleh jarum jam di atas pintu masuk cafe.

"Jam sepuluh? Pantas saja aku mulai mengantuk." Ucapnya seraya merenggangkan kedua tangannya. "Ternyata seperti ini rasanya shift malam– WAAA!"

Seketika tubuh penjaga kasir itu terlonjak ketika sepasang tangan menepuk pundaknya dari belakang. Ia membalikkan badannya dan menemukan rekan kerja yang juga pemilik cafe ini tengah tertawa melihat ekspresi kaget yang ditampakkannya.

"Dongho hyung! Ya tuhan... aku tidak mau mati sia-sia hanya karena kau kageti!"

Dongho kembali tertawa mendengar gerutuan Hyungseob, ditambah gerakan mengusap dada yang disertai dengan ekspresi shocknya.

"Maaf, aku tidak bermaksud begitu Seob-ah." Ucapnya seraya menstabilkan nafas. "Kau sudah selesai menghitung uangnya?"

Hyungseob segera menyerahkan amplop coklat dan diterima oleh Dongho. "Sudah selesai, jumlahnya kutulis di bagian depan amplop."

"Oke. Kau boleh pulang sekarang, yang lainnya biar aku yang bereskan." Tangannya menepuk-nepuk pelan kepala Hyungseob.

"Jangan! Biarkan aku membantumu."

"Tak apa, lagipula kau hari ini sudah mau mengisi shift malam Jinyoung yang sedang sakit. Sekarang sudah jam setengah sebelas malam, kau harus istirahat."

Helaan napas kembali terdengar dari bibir Hyungseob. Ia merasa tidak enak jika harus meninggalkan hyungnya untuk membereskan cafe sendirian. Tapi perkataan Dongho ada benarnya juga, sekarang sudah sangat larut, dia butuh tidur yang cukup karena besok pagi dia harus kembali bekerja di shift normalnya.

"Baiklah, aku akan pulang." Ujarnya seraya menguap. "Aku ambil tasku dulu hyung jangan kunci pintu depan."

Lelaki yang lebih tinggi menganggukkan kepalanya. Lagi-lagi ia dibuat tertawa melihat Hyungseob hampir jatuh karena terpeleset selembar tissue yang entah sejak kapan ada di lantai sebelum akhirnya hilang ketika memasuki locker room. Sembari menunggu Hyungseob, Dongho membersihkan meja-meja sekaligus bersiap untuk mengepel lantai cafe.

Beberapa menit kemudian, Hyungseob kembali muncul dengan pakaian yang berbeda. Hoodie abu-abu membungkus bagian atas tubuhnya, kemudian celana panjang berwarna senada, tak lupa sebuah beanie hat yang bertengger manis di atas kepalanya.

"Sampai jumpa besok hyung!" Hyungseob melambaikan sebelah tangannya ketika melewati Dongho.

"Ne! Ah, Hyungseob-ah!"

Sontak lelaki berhoodie abu-abu itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Dongho.

"Ne hyung?"

Dongho memelankan suaranya. "Jika nanti kau merasa diikuti, jangan menoleh ke belakang."

Hening sejenak.

"Sekarang sudah hampir jam sebelas malam. Bisa saja itu orang usil, atau–"

Hyungseob mengeratkan genggamannya pada tali ransel yang kini tengah dipakainya.

"–bisa jadi itu hantu." Lanjut Dongho.

"Aish... aku tidak takut dengan hal-hal seperti itu hyung. Jadi percuma saja menakutiku. Sudahlah selamat malam!"

Setelah mengucapkan pernyataan penuh percaya diri yang sayangnya bohong itu, Hyungseob bergegas keluar dari cafe meninggalkan Dongho yang sedang tertawa. Ia tahu jika pernyataan Hyungseob tadi itu hanya sekedar pencitraan saja.

Hyungseob tidak takut pada hantu?

Siapa yang akan percaya.

.

.

~Buttermints~

.

.

Ahn Hyungseob, lelaki berusia 21 tahun yang masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di salah satu universitas di Seoul dengan mengambil jurusan Seni dan Desain. Ia memutuskan untuk mengambil kerja part time dengan tujuan mencari pengalaman di dunia kerja dan memanfaatkan waktu liburnya yang berjumlah tiga hari dalam seminggu.

Sebenarnya Hyungseob tidak perlu repot-repot bekerja karena pada dasarnya ia berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan. Hanya saja ia ingin tahu bagaimana rasanya mencari uang sendiri dan hasil dari kerja part time itu ia simpan di rekening banknya.

Hyungseob terkenal sebagai anak yang pandai di kampusnya. Selain itu, wajahnya yang tampan juga menjadi nilai tambah di mata orang-orang sekitarnya. Dia termasuk salah satu mahasiswa yang banyak diincar oleh senior dan juniornya karena wajah tampan dan senyuman manis yang ia miliki.

Namun, dibalik itu semua, Hyungseob adalah orang yang masuk ke dalam kategori penakut. Terutama pada sesuatu yang ada hubungannya dengan hantu.

Seperti saat ini, Hyungseob berjalan melewati trotoar dengan tangan yang memegang erat tali ransel yang tersampir di pundaknya. Jalanan sudah mulai sepi, hanya beberapa mobil yang sejak tadi terlihat melintas di sekitar wilayah itu.

Sejak tadi lelaki itu menggumamkan beberapa lagu yang dia hapal untuk sekedar menghilangkan rasa takutnya yang menjadi-jadi. Tidak pernah tersirat sedikitpun di kepala Hyungseob untuk berjalan kaki pada jam sebelas lewat seperti sekarang. Ia sudah mencoba memberhentikan beberapa taksi yang lewat, namun nihil, tak ada satu taksipun yang berhenti.

Harusnya ia sudah bermimpi indah sembari bergulung dengan selimut di atas ranjang empuknya. Tapi ia merelakan waktu tidurnya yang berharga itu untuk menggantikan temannya Jinyoung yang sedang sakit. Lagipula ia juga merasa kasihan pada Dongho jika membiarkannya hanya bekerja berdua dengan Hyunbin.

"Haaah... sudahlah, ayo cepat sampai rumah dan tidurr." Ucapnya seraya mempercepat langkah kakinya.

Tiba-tiba ia mendengar suara kaleng bergerak di belakangnya. Seketika tubuh Hyungseob mematung di tempat, wajahnya mulai memucat. Kemudian ucapan Dongho ketika di cafe tadi terngiang-ngiang di kepalanya.

'Jika nanti kau merasa diikuti, jangan menoleh ke belakang.'

Hyungseob kembali melangkahkan kakinya dengan berusaha untuk tidak menoleh ke belakang.

'Tenang Hyungseob, lanjutkan langkahmu, tidak perlu menoleh ke belakang. sedikit lagi kau akan sampai di rumah.'

Suara daun yang terinjak berhasil membuyarkan monolog Hyungseob. Wajahnya semakin memucat dan tangannya mulai bergetar. Tanpa menunggu lagi akhirnya ia memutuskan untuk berlari sekencang-kencangnya menuju kompleks rumah yang ditinggalinya.

Hatinya bersorak ketika pagar rumah miliknya sudah terlihat. 'Itu dia rumahku! Sedikit lagi sampai!'

Ia menambah kecepatan larinya kemudian bergegas membuka pagar, lalu menguncinya kembali setelah ia berhasil masuk ke dalam halaman rumahnya yang tidak terlalu luas itu. Dengan napas tersengal-sengal, ia berjalan menuju pintu rumahnya yang tinggal beberapa meter lagi dan berhenti tepat di depan pintu untuk mengambil kunci rumah di dalam tasnya.

Ketika tangannya merogoh isi tas untuk mengambil kunci rumah, ia merasakan sesuatu menggesek-gesek kaki kanannya. Sontak saja ia berteriak tanpa peduli bahwa mungkin suara teriakannya itu mengganggu tetangganya.

"WAAAAAA! JAUHI AKU! JAUHI AKUU!"

Tubuhya ia rapatkan ke pintu rumah yang belum sempat ia buka. Tas ranselnya ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

"Miaw~"

'He? S– Suara Kucing?' Ia mengintip dari sela-sela ransel yang saat ini menutupi wajahnya, wajahnya ia tundukkan ketika merasa sesuatu kembali menggesek kakinya.

"Miaww~!"

Seketika tubuhnya merosot hingga terduduk lemas di lantai ketika ia tahu bahwa itu hanyalah seekor kucing yang entah milik siapa sedang menggesek-gesekkan kepalanya ke kaki Hyungseob.

"Ya tuhan, ternyata hanya kucing." Helaan napas lega terdengar di tengah keheningan itu.

Kucing berbulu coklat kemerahan itu dengan tidak sopannya naik ke atas pangkuan Hyungseob yang sedang terduduk lemas dengan bersandar pada pintu. Suara dengkuran halus keluar dari kucing itu seraya menyamankan tubuhnya di pangkuan Hyungseob.

"Ya! Ya! Kau ini kucing siapa he? Dasar tidak sopan! Aku ini bukan tuanmu."

Hyungseob kembali menggerutu melihat kucing yang sekarang sedang mendengkur di pangkuannya. Ia mencoba menurunkan kucing itu dengan cara mengangkatnya, tapi hewan berkumis itu malah menanamkan kukunya pada sweater milik Hyungseob. Akhirnya Hyungseob mengurungkan niatnya untuk memaksanya turun karena takut sweater kesayangannya sobek terkena cakaran si kucing.

"Baiklah baiklah, kau boleh menginap di rumahku malam ini. Tapi kau harus kembali pada pemilikmu besok. Mengerti?"

Tentu saja Hyungseob tidak mendapatkan jawaban apapun dari si Kucing.

"Untuk apa kau bicara padanya bodoh, memangnya dia manusia? Aish, kurasa aku memang butuh istirahat." Ucapnya seraya memukul pelan kepalanya sendiri.

Setelah berhasil mengambil kunci yang terselip di dalam tasnya, ia lalu menggendong Kucing itu dan berusaha membuka pintu dengan sebelah tangan menggendong binatang berbulu itu.

Ia segera masuk dan kembali mengunci pintu setelah sebelumnya menyalakan lampu lewat tombol yang berada di sebelah pintu. Kemudian ia menurunkan kucing dalam gendongannya yang langsung saja berlari begitu keempat kakinya menginjak lantai.

"Hey! Kucing tidak sopan, dia pikir ini rumahnya!?" Hyungseob segera menyusul kucing itu setelah melepaskan sepatunya dan membawanya.

"Miaww! Miaw miaw!"

Hyungseob bergegas menuju dapur setelah mendengar suara meongan keras milik Kucing tidak tahu diri itu. Tampak si kucing yang kini sudah berada di atas meja makan miliknya dan mengendusi kotak susu yang sudah Hyungseob minum tadi pagi.

"Baiklah, aku akan memberimu susu. Tapi berjanjilah untuk tidak berisik."

Dengan sigap, ia mengambil sebuah mangkuk kecil dan sekotak susu yang masih baru, kemudian menuangkan isinya kedalam mangkuk. Setelah mangkuk itu terisi penuh, Hyungseob meletakkan mangkuk itu di lantai yang langsung saja dihampiri oleh si Kucing.

"Kau boleh tidur di mana saja, asal tidak di dalam kamarku, paham? Ya sudah, aku akan istirahat. Jangan buat kekacauan saat aku tidur." Hyungseob mengusap pelan kepala Kucing yang sedang meminum susunya itu, lalu segera beranjak ke kamarnya untuk tidur.

.

.

~Buttermints~

.

.

Hyungseob merebahkan tubuhnya yang terasa pegal ke atas ranjang empuk favoritnya setelah sebelumnya mandi terlebih dulu. Tubuhnya terasa benar-benar lelah karena seharian bekerja, ditambah lagi kegiatan olahraga malamnya yang ia lakukan tadi. Ia merasa kakinya berubah menjadi jelly ketika berjalan.

"Ah kurasa aku akan tidur sekarang." Ia menyalakan lampu tidur yang ada di nightstand sebelah tempat tidurnya, kemudian mematikan lampu utama kamar tidurnya. Tidak sampai 15 menit, suara napas yang teratur terdengar di kamar itu.

Ketika Hyungseob sudah masuk ke alam mimpinya, tiba-tiba sesuatu berwarna coklat kemerahan yang tidak lain adalah Kucing yang menghampiri Hyungseob tadi naik ke atas tempat tidur Hyungseob. Kucing itu tampak mengendusi rambut Hyungseob sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya tepat di dekat dada Hyungseob. Kemudian kucing itu ikut tertidur di samping tuan barunya.

Rupanya Hyungseob lupa tidak menutup pintunya dengan rapat hingga akhirnya makhluk berkumis itu bisa masuk ke dalam kamarnya tanpa si pemilik kamar ketahui.

.

.

~Buttermints~

.

.

Bias-bias keemasan mulai menerobos masuk ke kamar berukuran sedang itu. Meskipun dihalangi oleh tirai, namun cahaya matahari itu mampu membuat lelaki bersurai hitam menggeliat dalam tidurnya. Kedua tangannya kembali memeluk sesuatu yang terasa hangat di tangannya, sedangkan kepalanya ia sandarkan ke benda yang sedang ia peluk saat itu.

'Rasanya boneka ini memiliki hangat seperti milik manusia. Mungkin aku masih bermimpi memeluk seseorang.'

Hyungseob berujar dalam hati seraya menenggelamkan kepalanya lebih dalam dan mengetatkan pelukannya.

"Nngg"

Suara lenguhan halus terdengar di kamar itu. Seketika Hyungseob memaksa membuka matanya yang masih setengah mengantuk.

' Suara siapa itu? Ah, aniya. Mungkin hanya perasaanku saja.'

Lelaki bersurai hitam itu kembali memejamkan matanya, sebelum akhirnya kembali membuka kelopak matanya lebar-lebar ketika ia merasakan sesuatu melingkar di pinggangnya.

Sedetik kemudian matanya membola ketika ia mendongakkan kepalanya. Tampak lelaki bersurai coklat kemerahan sedang memejamkan matanya, pertanda dia sedang tidur. Hyungseob mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi, kemudian arah pandangannya turun ke bawah.

'D– Dia telanjang?'

"HWAAAAAA!"

BUGH–!

Seketika teriakan terdengar menggema di kamar itu disertai dengan suara benda jatuh. Lelaki yang mulanya tertidur pulas seketika terbangun ketika ia merasa tubuhnya terhempas disusul dengan rasa sakit pada pantatnya.

Lelaki bersurai coklat kemerahan itu mendudukkan dirinya seraya mengaduh kesakitan. Sementara Hyungseob yang belum pulih dari shocknya kembali mengalami heart attack untuk kedua kalinya setelah melihat sepasang telinga yang berwarna hampir senada dengan rambut lelaki itu mencuat di sela-sela helai rambutnya. Disusul dengan benda panjang mirip ekor yang bergerak-gerak di belakang tubuh lelaki itu.

'T– Telinga?'

Pupil matanya kembali melebar.

'E– Ekor?!'

"S– SIAPA KAU SEBENARNYA?! D– DAN A– APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMARKU?!"

.

.

TBC

.

.

Kembali lagi dengan Buttermints ehehe~. Kali ini aku bawain ff couple Jinseob, masih dari Wanna One. Lagi kepingin bikin ff tentang Catboy dan jadilah Woojin sebagai kucing jadi-jadiannya. XD
Terimakasih banyak bagi yang udah sempetin baca!
Masukan dari readernim sekalian sangat berharga bagi author.
Jangan lupa review, fav, dan follow yaa...
Thankyou~

Love

~Buttermints~