Kuroko ingin sekali membanting ponsel di genggamannya, tapi ponsel itu milik Kagami. Uangnya belum cukup banyak untuk mengganti iponsel keluaran terbaru milik si alis cabang.

"Iya kan?" Kagami menaik turunkan alis, yang Kuroko anggap sebagai ledekan. "Kubilang juga apa! Hari ini ada latihan untuk lapis pertama , tadi pagi universitas sebelah menantang kita bertanding dan Akashi menyetujuinya. Pertandingannya besok."

Kuroko terduduk lesu. Dia kecewa, tapi menurut Kagami wajahnya tetap sedatar biasa. "Aku tidak jadi dapat promo itu dong. Tidak jadi beli novel juga. Padahal promonya jam 3 nanti dan cuma 10 menit. Aku juga sudah menunggu novel itu terbit sejak dua minggu yang lalu."

"Sabar ya, Kuroko!" Kagami menepuk-nepuk pundak Kuroko. "Lusa kan masih bisa."

Mendengus pelan, Kuroko tidak berniat membalas ucapan Kagami dengan kata-kata.

"Ayo kita ke kan-

🎶Going back to the corner where I first saw you🎶

Kagami mendecak. Perkataannya dipotong oleh suara ponsel Kuroko, menandakan seseorang tengah menelepon teman yang lebih pendek darinya itu.

Kagami heran, Kuroko sudah dapat pacar tapi masih pasang lagu the man who can't be moved sebagai nada dering, kan kasihan pacarnya kalau tahu Kuroko belum bisa move on. Meskipun pacarnya Kuroko adalah Akashi yang sering menyiksanya, Kagami tetap saja kasihan.

Merogoh saku, Kuroko mengambil ponsel dengan layar yang memampang nama 'Akashi-kun'.

"Hallo?" Kuroko menjawab teleponnya dengan kesal, masih teringat latihan dadakan yang diusung sang kapten.

Di seberang sana, Akashi mengernyit mendengar nada suara Kuroko. Meski seluruh dunia berkata bahwa nada itu sama saja, -tetap datar seperti biasanya, Akashi tahu ada yang berbeda. Dia Akashi, dia absolut, tidak pernah salah, hanya pernah sekali kalah. "Kau kenapa, Tetsuya?"

"Kau mengadakan latihan dadakan," ujar Kuroko, tidak berusaha menutupi kekesalannya. "Padahal hari ini ada promo vanilla milkshake."

Akashi ingin sekali melipat gandakan latihan untuk Kuroko hari ini, tapi bocah itu dengan latihan yang biasa saja sudah sering muntah, kadang sampai pingsan.

"Besok kan masih bisa."

"Kenapa tidak besok saja latihannya?"

Kuroko dapat mendengar bahwa di seberang sana, Akashi mendengus. "Besok kan pertandingannya. Kau ini bagaimana sih?"

"Kau menyebalkan! Dasar perusak suasana hati!" Dan dengan itu, Kuroko memutus sepihak sambungan teleponnya.

"Hebat juga kau, Kuroko, berani bicara seperti itu pada Akashi. Apa karena kalian pacaran?"

"Tidak," Kuroko menatap nyalang pada Kagami. "Dia sudah terlalu merusak suasana hatiku. Aku tidak jadi dapat promo vanilla milkshake-chan, tidak jadi membeli novel yang sudah kutunggu sejak 2 minggu yang lalu, dan malah latihan neraka selama 5 jam. Aku suka basket, tapi promo itu kan hanya hari ini."

Kagami menganga. "Sasugamemang minuman itu. Bisa membuatmu seperti ini."

Masih menatap tajam pada Kagami, Kuroko berkata, "kau ingin kulempar dari lantai 5 ini, Kagami-kun? Biar sekalian tulangmu patah."

"Aku kan cuma bercanda, Kuroko!" Kagami menatap ngeri pada Kuroko. "Sudahlah, ayo ke kantin!" Dia lantas menarik lengan Kuroko yang masih mendumel dalam hati.


Kuroko tiba di gymnasium universitasnya dengan perasaan kelewat kesal. Di sebelahnya, Kagami melirik-lirik ngeri pada sahabatnya yang tiba-tiba seperti perempuan PMS.

"Kurokocchi!" Kise, yang tidak menyadari Kuroko sedang kesal, menyapanya kelewat semangat. Bersiap untuk memeluk teman mungilnya seerat biasa, namun Kagami langsung menahannya, tidak ingin mood Kuroko semakin parah, mengakibatkan pria berrambut kuning yang ditahannya protes dengan suara yang memekakkan telinga.

"Kuroko, Kagami, untung saja kalian tidak telat. Kalian bisa dihukum Akashi loh!" Takao berkata ketika Kagami dan Kuroko sudah berada di dekatnya, membuat sebuah lingkaran yang terdiri dari dirinya, Kuroko, Kagami, Kise, Aomine dan Midorima.

Aomine mengibaskan lengan. "Mana mungkin dia menghukum Tetsu," ujar Aomine. "Tetsu kan pacarnya."

"Oh, mereka pacaran?" Takao, yang belum sadar sepenuhnya akan perkataan Aomine, bertanya dengan santai. Di sebelahnya, Midorima dengan sedikit terbelalak langsung menatap Kuroko.

Enam detik kemudian, Takao baru menyadari siapa yang sedang 'pacaran' di sana. Ia kemudian berteriak, "EEEHHH?! KUROKO DAN AKASHI?! SERIUS?!"

"Bukan berarti aku penasaran atau bagaimana-nanodayo. Tapi, bagaimana kalian bisa pacaran?"

"Ceritanya panjang," Kuroko menggedikkan bahu. "Aku malas menceritakannya."

"Tetsuya."

Dingin menyapa kulit pipi Kuroko. Akashi menempelkan segelas vanilla milkshake di sana. Masih mempertahankan ekspresi kesalnya yang hanya bisa diketahui Akashi, Kuroko melirik-lirik gelas di pipinya dengan tatapan ingin, tapi gengsi.

"Maaf."

Seluruh orang di sana, -termasuk Himuro dan Murasakibara yang sedang makan di bench, menatap Akashi dengan heran. Seorang Akashi Seojurou, meminta maaf?

"Tapi aku tidak akan menarik perkataanku. Latihan tetap latihan. Dan besok tetap ada pertandingan."

Kuroko sudah ingin kembali mengutarakan protesnya, mulutnya sudah terbuka sedikit, namun Akashi menyelanya.

"Sebagai gantinya, bagaimana kalau kita kencan lusa? Aku akan membelikanmu 'vanilla milkshake-chan' sebanyak apapun, kita bisa ke toko buku. Mungkin ke taman bermain atau bioskop setelahnya? Bagaimana?"

Perkataan Akashi tersebut semakin membuat teman-temannya melongo.

Kuroko membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Mendadak, dia kehilangan kata-kata.

"Omong-omong, kalau kau tidak mau ini," Akashi menggoyang-goyangkan gelas plastik di tangannya tepat di depan wajah Kuroko, "aku bisa membuangnya."

"Jangan!" Tanpa bisa otaknya proses lebih dulu, Kuroko langsung merebut minuman kesayangannya dari tangan Akashi.

"Jadi?" Akashi mengangkat sebelah alisnya. Melihat itu, Kuroko mendengus. "Yasudah," ujar Kuroko, "Vanilla milkshake seminggu penuh!"

"Tidak masalah." Akashi mengangguk. Ia lalu mengalihkan pandangan pada teman-temannya yang sendari tadi hanya menatapnya dan Kuroko dengan tidak percaya.

"Apa sebegitu menariknya hubungan kami di mata kalian? Cepat ganti baju dan latihan! 5 menit, dan aku akan menghukum siapa saja yang terlambat!"

"Siap, kapten!"


Lusanya, Akashi benar-benar menepati perkataan bahwa ia dan Kuroko akan pergi kencan. Pukul delapan tepat, mobil sport harga selangitnya sudah tiba di depan rumah Kuroko.

"Tetsuya, ayo cepat!"

Melihat Akashi berdiri di depan gerbang rumahnya sambil bersidekap, Kuroko mendengus.

"Kau lama sekali. Tunggu di sini, aku mau pamitan. Orang tuamu ada tidak? Ayahmu pergi kerja ya? Ibumu ada kan?" Akashi sudah berjalan pergi meninggalkannya ketika Kuroko baru mau membuka mulut. Menghela napas kesal, Kuroko kemudian berjalan mengikuti pria itu.

"Bukankah kubilang tunggu saja di mobil?" Tanya Akashi ketika Kuroko sudah berhasil menyusulnya.

"Ini kan rumahku. Lagipula, kenapa tidak dari tadi saja pamitannya? Malah menunggu di luar."

"Kalau tadi pasti ditanya-tanya dulu. Tetsuya kan lama sekali mandinya. Sudah seperti dewi air saja. Kau keturunan Poseidon?"

"Aku manly begini dibilang dewi. Mata Akashi-kun mulai tidak berfungsi dengan benar ya? Atau otakmu bergeser?"

"Permisi, Kuroko-san." Akashi membungkukkan badan ketika mereka sampai ke ruangan tempat di mana Ibu dari kekasihnya berada, menganggap omongan Kuroko barusan sebagai angin lalu.

"Eh, Akashi-kun?" Nyonya Kuroko berbalik, mengalihkan perhatiannya dari anime favorit yang setiap hari ia tonton.

"Iya, Kuroko-san. Saya ke sini mau izin mengajak jalan anak anda."

"Oh," Tetsuna tersenyum lebar, kelihatan bahagia sekali. "Jadi teman yang Tet-chan maksud itu Akashi-kun? Kalian seperti pasangan kekasih saja ya. Ya sudah, ya sudah, okaa-san izinkan."

"Terima kasih. Kami memang pasangan kekasih, Kuroko-san."

Perkataan Akashi membuat Kuroko merasakan hangat menjalar di pipinya. Dia mengalihkan pandangan, takut ketahuan oleh ibunya.

"Benarkah?" Nyonya Kuroko menatap dua orang yang ada di hadapannya dengan pandangan berbinar. "Kok Tet-chan tidak cerita? Sejak kapan? Semoga langgeng ya! Kalian cocok sekali! Aku lebih setuju Tet-chan sama Akashi-kun daripada Aomine-kun. Kalian mirip OTP favorit okaa-sandi assassination classroom! Namanya Akabane Karma sama Shiota Nagisa!"

Akashi tersenyum tipis. "Sejak beberapa hari yang lalu. Terima kasih, Kuroko-san."

"Panggil okaa-sanjuga boleh, Akashi-kun!"

"Baik, okaa-san."

"Kalau begitu kami pamit dulu ya, kaa-san!" Kuroko yang sendari tadi merasa diabaikan pun menarik lengan Akashi, mengajaknya cepat-cepat ke luar rumah. Padahal tadi dia yang lama dan Akashi yang ingin cepat-cepat.

"Itterashai!"

"Ittekimasu."


"Pokoknya kita ke histeria!" Kuroko berkata dengan semangat sesaat setelah ia dan Akashi menaiki kora-kora. Mereka sudah membeli novel yang diinginkan Kuroko, menghabiskan waktu sekitar dua jam di toko buku, membeli 3 vanilla milkshake untuk Kuroko dan berada di taman bermain selama lebih dari 4 jam. Kini taman bermain itu hampir tutup, mereka hanya dapat memainkan 2 wahana lagi sebelum taman bermain itu benar-benar tutup. Wahana terakhir sudah mereka putuskan, bianglala. Namun keduanya belum memutuskan wahana yang satu lagi.

"Rumah hantu lebih seru." Akashi tiba-tiba berkata saat mereka melewati rumah hantu. Kuroko yang berjalan sedikit di depannya berhenti untuk berbalik menatap Akashi, lalu rumah hantu, lalu kembali menatap Akashi.

"Histeria seru, menantang."

"Tapi kau bisa bertemu teman-temanmu di rumah hantu, Tetsuya."

"Bukannya mereka teman Akashi-kun? Dan histeria itu manly! Jadi hisetria lebih seru!"

"Rumah hantu lebih seru. Menegangkan."

Kesal, Kuroko menatap nyalang pada Akashi.

"HUAAA SHIN-CHAN! AKU TIDAK MAU MASUK RUMAH HANTU LAGI! ASTAGAAAAAAA!"

Teriakan seseorang yang mereka kenal mengalihkan atensi keduanya. Kompak, mereka menatap sang sumber suara. Takao Kazunari. Dengan Midorima Shintarou di sebelahnya.

"Kazunari? Shintarou?"

"Takao-kun? Midorima-kun?"

Takao dan Midorima terkejut, tidak menyangka akan bertemu Kuroko dan Akashi saat kencan mereka yang entah ke berapa.

"Shintarou!" Melihat peluang yang ada, Akashi langsung menyeret Kuroko mendekati Takao dan Midorima. Ia kemudian mendorong si pria berkacamata, membuat pasangan berisik dari pria itu mau tidak mau mengikuti Akashi menuju rumah hantu.

Tepat di depan pintu masuk, Akashi kemudian berhenti untuk menatap ketiganya lebih jelas. "Kalian bertiga, harus masuk rumah hantu!"

Takao menelan ludah. Wajahnya tersirat rasa takut. Dia menengok ke kanan dan kiri, kemudian mendapati teman dan kekasihnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Datar. Namun dapat ia dengar Kuroko bergumam "dasar seenaknya" pelan.

Sampai Akashi berjalan duluan menuju rumah hantu, Takao masih bimbang. Bingung antara mau masuk ke rumah hantu lagi, teriak sepanjang perjalanan, lalu ditodong gunting Akashi karena berisik, atau tidak masuk rumah hantu, ditodong gunting Akashi, kemudian sendirian di luar seperti jomblongenes.

"Takao-kun?" Takao baru tersadar bahwa di luar tinggal dia dan Kuroko saat pria bersurai biru muda itu menepuk pundaknya.

Takao kembali menelan ludah. Ia mengangguk pada Kuroko, memutuskan untuk kembali memasuki wahana yang sukses membuatnya teriak-teriak. Menggenggam lengan Kuroko erat, Takao melangkah beriringan dengan pemuda itu.

"Hmp!" Takao menutup mata, membenamkan wajahnya pada bahu Kuroko. Tangannya menutup mulut, mencegah teriakan lolos.

Melihat itu, Kuroko tersenyum kecil. Ia menepuk-nepuk kepala Takao dengan tangannya yang bebas. "Kalau mau teriak, teriak saja, Takao-kun."

Takao menggeleng. Midorima yang mendengar perkataan Kuroko langsung melirik ke belakang. Dia ingin menarik kekasihnya agar tidak lagi memeluk Kuroko, tapi takut Takao menganggapnya peduli. Padahal seluruh dunia juga tahu bahwa dia memang peduli.

Mencoba untuk mengabaikan dua orang yang berjalan di belakangnya, Midorima menatap Akashi. Sedikit berharap agar pria itu menoleh ke belakang dan memisahkan pelukan Takao terhadap Kuroko. Namun Akashi tidak menoleh, dia terlalu sibuk memperhatikan manusia yang sedang berpura-pura menjadi hantu asal Indonesia, pocong.

Rumah hantu yang mereka masuki memang unik, ada segala macam hantu dari seluruh penjuru dunia. Midorima mendengus pelan, mungkin itulah alasan Akashi memaksa mereka masuk ke sana.

Di belakangnya, kembali terdengar suara Takao dan Kuroko. Entah mereka membicarakan apa, Midorima mencoba untuk tidak peduli dan meneruskan langkahnya menyusuri wahana yang telah ia masuki dua kali hari ini.

Berjalan paling belakang bersama Kuroko, Takao mencoba berbisik dengan suara sepelan yang ia bisa. "Aku tidak menyangka bahwa pacarmu memiliki fetish pada hantu, Kuroko."

"Aku juga tidak tahu, Takao-kun," bisik Kuroko. "Apa kau sekarang sudah tidak takut?"

Tiba-tiba, di depan mereka muncul boneka setan yang menirukan manusia sedang gantung diri, lengkap dengan mata melototnya yang putih dan lidah yang menjulur ke luar. Takao refleks mendorong Kuroko sambil berteriak, membuat Midorima dan Akashi balik badan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Kuroko terhuyung, hampir jatuh, namun Akashi cepat-cepat menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa, Tetsuya?" Akashi bertanya saat Kuroko kembali berdiri.

Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Kuroko dapat melihat wajah Akashi lebih jelas. Dan untuk pertama kali sejak mengenal kapten tim basketnya, Kuroko merasakan sesuatu yang berbeda saat menatap iris mata pria itu. Entah perasaannya dinamakan apa, Kuroko hanya tau dia menyukai mata Akashi.

"Tetsuya, kau baik-baik saja?" Akashi mengulangi pertanyaannya saat melihat Kuroko hanya diam menatap matanya. Kuroko mengerjap, kemudian mulai menjauh dari Akashi.

Kuroko menggeleng. "Tidak apa-apa. Terima kasih, Akashi-kun," ujarnya sembari tersenyum.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Kini Takao sudah tidak memeluk erat lengan Kuroko, pelukannya berpindah pada Midorima karena pemuda mungil yang ia peluk sebelumnya itu sekarang berjalan beriringan dengan Akashi sambil menundukkan kepala.

Dan pada akhirnya, baik Kuroko maupun Akashi tidak jadi menaiki bianglala.

TBC


Terima kasih banyak untuk yang sudah baca, apalagi sampai review/follow/favorite. Hehe

Maaf ya saya updatenya lama. Maaf juga kalau chapter ini jelek :')

Untuk cbx, sudah dilanjut yaaaaaaaaa ^^ Terima kasih sudah reviewwwwwwwwwwww :*

Review lain kubalas di PM yaaaaaaaa :* Terima kasih sudah review ^^