[SEBELUMNYA]

"Akan kubuat kau cum hanya dengan jariku, sayang. Atau mungkin, kau ingin squirt?" Kata Om Sehun membuatku semakin gila.

Cum? Tentu saja aku ingin sekali cum, jarinya sudah membuatku nikmat sampai begininya. Squirt? Ini lebih gila, aku sudah lama tidak squirt. Aku ingin , ah sialan! Aku benar-benar ingin.

"Biar aku tunjukkan padamu, kenikmatan seperti apa yang bisa kau dapat dariku." Kata Om Sehun padaku.


[[PERINGATAN! DI CHAPTER INI TERDAPAT SCENE DEWASA 18+. BAGI KALIAN YANG MASIH DIBAWAH UMUR TIDAK DIANJURKAN MEMBACANYA. KALAU MASIH MEMAKSAKAN DIRI, KESALAHAN BUKAN DARI AUTHORNYA (soalnya Authornya udah cukup umur buat nulis ginian). YANG TERPENTING, JANGAN DICOBA-COBA SEENAKNYA SCENE YANG ADA DI CHAPTER INI. KECUALI KALIAN ITU JONGIN! *oke peringatan unfaedah*]]


"Jongin… Kim Jongin…" Tiba-tiba aku mendengar suara perempuan memanggilku.

"Jongin… Kim Jongin…" Siapa yang memanggilku sebenarnya? Aku sudah tidak tahan ingin bercinta dengan Om Sehun, dan kini ada yang mencoba menggangguku.

"Kim Jongin!" Suara itu semakin keras terdengar tapi aku tak tahu dari mana asalnya suara perempuan itu.

Sampai pada akhirnya aku merasa lenganku sakit seperti dicubit, padahal jelas-jelas Om Sehun yang ada dihadapanku ini tidak mencubitku. Sakit, semakin sakit… Ughhh… Tiba-tiba pandanganku buram tak jelas, wajah Om Sehun yang begitu tampan itu jadi sulit kulihat. Ugh… Om Sehun…

"Yaaakk! Kim Jongin! Bangun!" Berengsek, itu suara Kyungsoo.

Aku, bermimpi?

"Soo….?" Aku mengerjapkan mata, benar itu Kyungsoo dan aku hanya bermimpi soal Om Sehun yang sangat tampan juga seksi itu.

"Chanyeol baru pulang tadi, ayo pindah ke kamarku sebelum Om Sehun bangun. Dia akan curiga jika melihatmu tidur diruang tamu, bukan dikamarku." Ucap Kyungsoo tanpa rasa bersalah padahal baru saja mencubitku.

"Kau tidur susah sekali dibangunkan, pakai mendesah-desah pula. Kau sedang bermimpi ngeseks dengan om-om ya?" Tambah Kyungsoo.

"Iya Soo, aku mimpi ngeseks dengan Om mu, Om Sehun." Jawabku dalam hati.

"Astaga Soo, harusnya kau tidak membangunkanku." Ucapku pada Kyungsoo.

"Nah benar, kan? Tadi pasti sedang mimpi ena-ena sama om-om makanya jadi enggan kubangunkan."

"Cih, kau tahu tapi malah mengganggu mimpi indahku."

"Ayolah Jongin, pindah ke kamarku saja!" Ajak Kyungsoo.

Akupun menurut padanya dan mulai bangkit kemudian berjalan menuju kamar Kyungsoo. Sial, ternyata Cuma mimpi? Ah mimpi yang sangat menyenangkan, aku berharap jadi kenyataan. Kurasakan celana dalamku basah, sial benar-benar sial, aku horny karena Om Sehun. Bukankah aku sangat kurang ajar? Memikirkan Om Sehun, memimpikannya, dan berharap yang tidak-tidak tentang Om Sehun. Tapi sungguh, aku berharap benar-benar bisa melakukan "itu" dengan Om Sehun.


Ini sudah seminggu setelah kejadian menginap dirumah Kyungsoo. Aku jadi jarang mampir kerumahnya mengingat Om Sehun yang katanya masih akan tinggal dirumah Kyungsoo sampai minggu depan. Malu? Tentu saja. Canggung? Pasti. Walau Om Sehun tidak tahu tentang apa yang kupikirkan, tapi aku sendiri yang merasa tidak enak. Terlebih lagi aku sudah berjanji dengan Kyungsoo untuk tidak naksir dengan Om Sehun. Awalnya ingin sekali melanggar janjiku itu karena melihat betapa menggodanya Om Sehun. Tapi jika dipikir-pikir, Om Sehun masih sopan dan berlaku baik padaku. Tentunya aku tidak bisa langsung menariknya dan memintanya untuk melakukan yang aneh-aneh denganku. Tidak, tidak boleh, nanti harga diriku bisa hancur. Padahal dalam hati aku sangat penasaran pada Om Sehun, ingin mengenalnya, dan ingin melakukan banyak hal dengannya.

Kali ini aku hanya menunggu Kyungsoo diperpustakaan. Ia bilang ada urusan dengan dosen gara-gara tugasnya masih kurang. Selagi Kyungsoo sibuk dengan itu, aku berinisiatif mengumpulkan buku yang akan dijadikan bahan belajarku untuk ujian semester ini. Aku terus berpikir agar mendapat poin yang bagus disemester ini. Kepalaku pusing jika mengingat tentang kejadian semester lalu dimana ibu dan ayah memarahiku tanpa ampun gara-gara aku mendapat poin jelek. Mereka terus menanyakan apa yang kurang dari diri mereka. Mereka telah memberikan uang, fasilitas rumah seperti komputer, internet, buku, dll tapi ternyata itu tidak berefek baik pada hasil belajarku. Dan itu membuat dompet dan mobilku disita selama sebulan oleh mereka. Aku hanya mengandalkan Kyungsoo seorang. Masih untung aku boleh pergi jalan-jalan dengan Kyungsoo jadi tidak begitu stress karena mendapatkan hukuman dari ayah juga ibuku. Sebulan itu aku hampir gila tanpa uang dan mobil ayah. Aku tentunya tak bisa menggunakan uang Kyungsoo saja tiap kami pergi jalan. Jadi saat itu aku banyak diam dirumah, merasakan bosan yang luar biasa. Maka dari itu aku tidak mau gagal di semester ini. Jika gagal, kurasa ayah dan ibu akan mengunciku dikamar. Hahaha… Itu sangat gila, mimpi buruk namanya. Aku jadi tak bisa jalan-jalan dan bersenang-senang.

Omong-omong, aku masih penasaran dengan Om Sehun. Dia ternyata lumayan lama dirumah Kyungsoo. Aku jadi ingin tahu apa istrinya tidak merindukannya? Atau jangan-jangan istri Om Sehun akan menyusul ke rumah Kyungsoo juga? Ah iya, seperti apa ya istri Om Sehun? Apa dia cantik? Apa dia seksi? Cih, tidak penting sekali aku memikirkan tentang Om Sehun. Tapi ya bagaimana lagi? Aku benar-benar terlalu penasaran.

DRRRTTT… DRRRTT…

Ponselku bergetar, ada panggilan.

"Siapa sih?" Ucapku.

Dan ternyata, nama yang tertera di ponselku adalah… …

DADDY

Oh shit! Demi dewa Eros, bukankah ini kontak yang kucuri dari Kyungsoo? Om Sehun, iya ini Om Sehun. Aku tidak boleh canggung, pikirku. Harus berpura-pura tidak tahu ini siapa.

"Nee… Yeoboseyo…" Aku menjawab teleponnya.

"Apa ini Kim Jongin?" Suara Om Sehun terdengar sangat seksi.

"Iya benar, maaf saya berbicara dengan siapa ya?" Aku pura-pura tidak tahu.

"Kim Jongin, saya Sehun." Ucapnya.

"Maaf, maksudnya Om Sehun? Om nya Kyungsoo ya?" Aku bertanya pura-pura polos.

"Eum, benar sekali Jongin…"

"Oh maaf Om, Kyungsoo sedang menemui dosennya. Dia belum kembali." Ucapku basa-basi busuk padanya.

"Ah tidak Jong, ini bukan tentang Kyungsoo." Kata Om Sehun.

Fuck! Aku jadi gemetar sendiri.

"Lalu ada apa ya Om? Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.

"Ini tentang kita berdua saja, bukan tentang Kyungsoo atau hubungan saya sebagai Om dari teman kamu."

"Kamu mengerti maksud saya, kan?"

Sial, lelaki ini bicara apa? Memberiku kode bahwa dia ingin PDKT?

"Maaf Om, maksudnya?" Sekali lagi, aku pura-pura polos.

"Saya tertarik dengan kamu, Kim Jongin. Bahkan saya mendapat kontak ponsel kamu tanpa sepengetahuan Kyungsoo." Begitu kata Om Sehun, sukses membuat jantungku mencelos.

"Om… Kurasa ini… Ini tidak benar…" Hebat Kim Jongin! Harus begini untuk mendapatkan Om Sehun. Jangan jadi gampangan, walau aku biasa bermain gampang. Tapi kali ini tidak karena Om Sehun adalah tipe yang special.

"Saya tahu ini, Jongin. Maafkan saya, tapi bisakah kita bertemu hanya berdua saja? Saya benar-benar ingin bicara dengan kamu." Yeah hebat, sekarang om-om tipe special ini mengajakku bertemu.

"Tapi bagaimana ya Om, Kyungsoo nanti mencariku." Alasan yang keren, jika Om Sehun masih bersikeras mau bertemu denganku, kupastikan dia juga sangat tertarik denganku. Ah gila, benar-benar gila, Om Sehun yang membuatku penasaran itu ternyata menyukaiku.

"Saya minta kali ini saja, Jongin. Saya benar-benar harus bicara dengan kamu. Kamu mau saya jemput dikampus atau kita bertemu ditempat lain?" Tanya Om Sehun, masih ingin sekali bertemu denganku.

"Baiklah jika Om memaksa, lebih baik bertemu ditempat lain agar Kyungsoo tidak mengganggu pembicaraan kita nanti. Om nanti atur saja tempatnya, saya akan kesana sendirian." Jawabku, jelas.

"Terimakasih Jongin, saya akan kirim alamatnya lewat pesan singkat. Kamu mau saya pesankan taksi juga, atau bagaimana?" Tanya Om Sehun, ugh perhatian juga.

"Tidak perlu Om, saya bawa mobil sendiri."

"Ok kalau begitu, sampai ketemu nanti Kim Jongin. Tolong jangan katakan apapun pada Kyungsoo, kau bisa?"

"Tentu saja Om, saya bisa. Sampai ketemu nanti." Jawabku.

"Yak, kalau begitu saya tutup teleponnya ya. Kamu hati-hati dijalan, saya khawatir dengan kamu." Begitu kata Om Sehun sampai terdengar panggilan terputus.

Apa ini rencana Tuhan? Aku terus penasaran dan memikirkan Om Sehun lalu ternyata dia tiba-tiba meneleponku. Ah jangan lupakan tadi dia bilang kalau ia menyukaiku. Ugh, tubuhku jadi gemetar tak karuan karenanya. Om Sehun, I'll catch you under my skin!


Ini sudah lima belas menit aku menunggu Om Sehun, namun belum ada tanda-tanda laki-laki itu muncul dihadapanku. Om Sehun mengajakku bertemu di sebuah restoran yang jaraknya lumayan jauh dari kampus, rupanya dia ingin tak ada yang tahu tentang pertemuan ini.

"Menunggu lama, nona?" Suara itu tiba-tiba mengagetkanku.

Om Sehun muncul dari belakangku, membuatku kaget dengan kedatangannya.

"Eum, lumayan Om." Jawabku.

"Maaf, tadi saya ada urusan sebentar. Saya tidak suka terlambat sebenarnya." Jelasnya.

Aku hanya tersenyum mendengar alasannya tadi.

"Kau mau pesan apa, Jongin?" tanya Om Sehun padaku.

"Apa saja, terserah Om." Jawabku seadanya.

"Setelah ini tidak ada jadwal kuliah lagi, kan?"

"Tidak ada, Om sudah selesai. Kyungsoo juga tidak ada jadwal setelah ini." Kataku.

"Ya, saya tahu itu."

"Saya mencari tahu tentang kamu lewat Kyungsoo diam-diam." Ungkap Om Sehun membuatku kaget. Aku diam.

Selang beberapa menit ada pelayan yang menghampiri kami, Om Sehun kemudian langsung memesan apa yang dia inginkan. Aku tidak ikut memilih menu, membiarkan Om Sehun memilihkannya untukku. Dan tak lama pelayan pergi dari hadapan kami berdua. Sempat heran karena Om Sehun begitu cepatnya memesan menu tanpa melihat-lihat terlebih dahulu. Entah karena dia memang memilih acak atau dia sudah sering ke restoran ini dan tahu menu apa yang cocok untuk kami berdua.

"Kenapa diam aja?" Tanya Om Sehun.

"Eum…" Aku bingung harus bicara apa.

"Saya benar-benar minta maaf atas ini semua, Jongin."

"Entah kenapa setelah bertemu kamu waktu itu, saya terus memikirkan kamu." Om Sehun terdengar serius sekali.

"Maksud Om memikirkan saya terus, itu bagaimana ya?" Aku pura-pura tidak peka terhadapnya.

Om Sehun tersenyum kecut sambil terus menatapku.

"Saya suka sama kamu." BOOOMM! Orang ini gila. Langsung ke point nya.

"Apa?" Aku kaget.

"Saya benar-benar terpesona dengan kamu, Jongin. Kamu sangat cantik, menarik dan juga seksi." Dia sangat jujur.

"Tapi Om, ini tidak benar." Ucapku.

Om Sehun tiba-tiba meraih tanganku, menggenggamnya erat. Tatap matanya juga tak mau lepas dariku. Apakah benar ia menggilaiku?

"Saya tahu ini tidak benar, tapi saya benar-benar menyukai kamu, Jongin."

"Apa kamu merasa risih atau jijik dengan saya karena saya lebih tua dari kamu?" Tanya Om Sehun.

"Tidak Om, bukan karena Om lebih tua dari saya. Tapi, Om ini Om nya Kyungsoo sahabat saya. Saya merasa tidak sopan jika menyukai Om. Terlebih lagi saya dengar dari Kyungsoo kalau Om ini sudah memiliki istri." Jawabku.

"Kyungsoo cerita tentang istri saya?"

"Ya, ini memang terdengar gila dan tidak pantas. Tapi bagaimana menurutmu jika perasaan luar biasa ini dibiarkan begitu saja? Bagaimana jika saya terus memikirkan kamu?" Om Sehun terdengar kalangkabut karena takut mendapat penolakan dariku lagi.

Aku bahkan bingung sendiri harus bagaimana, secepat dan semudah ini menerima lelaki yang lebih tua itu masuk kedalam kehidupanku?

"Kamu tidak menyukai saya?" Om Sehun tiba-tiba bertanya begitu, membuatku bingung harus menjawab apa.

"Saya… … Saya…" Lidahku kelu rasanya.

"Apa hanya perasaan saya saja saat terus merasa kamu memperhatikan saya ketika dirumah Kyungsoo? Kamu tidak benar-benar menyukai saya?" Tanyanya lagi.

"Saya tidak tahu harus menjawab apa, Om." Ungkapku.

"Jika kamu mau, mari kita rahasiakan ini semua." Kata Om Sehun.

"Kalau kau butuh sesuatu bilang saja, saya akan berusama memenuhi apa yang kamu mau. Asal kamu mau bersama saya."

Om Sehun berengsek, apa dia sedang menawarkan dirinya menjadi Sugar Daddy ku? Sialan, aku mau! Aku mau! Sangat mau astaga apalagi jika Sugar Daddy nya seperti ini. Dewasa, berwibawa, tampan dan seksi, aku tak bisa menolaknya.

"Saya punya apartemen dekat sini." Ujarnya.

"Sehabis makan, saya mau kamu ikut saya kesana."

Mataku membulat, kaget pastinya. Om Sehun mengajakku ke apartemen miliknya.

"Tapi, Om… Saya kan belum mengatakan saya setuju atau tidak untuk bersama Om." Kataku.

"Kediaman mu tadi saya anggap dengan jawaban YA." Kata Om Sehun.

"Lho, kenapa begitu?"

"Karena bagi perempuan, diam itu artinya jawaban YA. Namun dia enggan mengatakannya karena biasanya punya alasan gengsi atau malu." Jelas Om Sehun.

Hebat, dia bahkan tahu tentang itu. Ah pastinya dia tahu semua itu, laki-laki ini pasti telah menghadapi banyak wanita dikehidupannya jadi tahu tentang kebiasaan-kebiasaan wanita.

"Jangan mengelak lagi, saya rasa kamu paham dengan maksud saya tadi. Tolong, jangan keluarkan kata-kata lain seolah kamu tidak menyukai saya atau menyangkal perasaan kamu sendiri terhadap saya." Ungkap Om Sehun, membuatku tertegun.

Jadi dia tahu kalau aku juga tertarik padanya? Tanganku yang sedari tadi digenggam olehnya, kini mulai dikecup lembut. Merasakan kulit tanganku menyentuh bibir seksinya, membuatku merinding. Memang seharusnya aku tak boleh menolaknya, lupakan soal Kyungsoo, lupakan soal istrinya, lupakan soal perbedaan usia kami yang terpaut lumayan jauh. Aku menginginkannya, lebih dari yang orang lain tahu. Aku gila, aku jatuh, aku remuk karena dirinya. Aku, aku akan menyerahkan diriku asal dapat puas karena mampu memilikinya. Dia, Om Sehun.


Tubuhku gemetar, tangan dan kakiku tiba-tiba menjadi dingin. Seperti wanita bodoh nan polos yang tak pernah melihat laki-laki tampan nan seksi, itu diriku. Saat ini aku duduk dipinggir tempat tidur apartemen Om Sehun. Kamar yang lumayan luas dengan dekorasi yang sangat sederhana namun terkesan begitu maskulin. Cat temboknya didominasi warna abu-abu, seperti menggambarkan Om Sehun itu sendiri. Ia abu-abu, tidak hitam ataupun putih. Sedangkan pemilik apartemen ini sendiri baru selesai mandi dan kini hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya saja. Aku gila, memandangnya dari jauh saja mampu membuat vaginaku mulai basah. Aku terus membayangkan bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan dengannya malam ini. Ugh, aku horny.

"Kamu mau mandi juga, Jong?" tanya Om Sehun yang kini berjalan mendekatiku.

"Ti…Tii,,,tidak Om." Jawabku.

"Baiklah, tidak apa-apa, saya suka bau kamu sebenarnya." Ungkapnya sambil tersenyum menatapku.

"Saya akan lebih lama di Korea, saya belum berpikir kembali ke China." Katanya.

"Lalu, istri Om bagaimana?" Tanyaku.

"Bisakah tidak membicarakan dia? Saya ini sedang bersama kamu. Saya hanya mau memikirkan tentang kamu." Jawab Om Sehun pipiku jadi merah.

"Saya suka sekali dengan kamu, Jongin." Om Sehun menyentuh tanganku.

"Tatap saya! Lihat, kamu begitu cantik dan.. …"

"Menggairahkan." Sambungnya, membuat jantungku seakan mau copot.

"Jongin, saya mau kamu." Om Sehun berbisik padaku.

Wangi tubuhnya bisa kucium dari sini, sangat memabukkan bagiku. Kulitnya yang dingin kini mulai ditemukan dengan kulitku, membuat tubuhku jadi gemetar namun ingin lebih dari ini semua.

"Om… Ngghhh…" Aku melenguh ketika Om Sehun mengecup telingaku.

"Saya suka dengan kamu, Kim Jongin. Kamu harus jadi milik saya." Ia berbisik lagi, membuat tubuhku semakin bergetar.

"Apa ini tidak terlalu cepat, Om?" Tanyaku, lirih.

"Apa kamu menyuruh saya untuk menunggu kamu lebih lama lagi?"

"Sedangkan kamu saja sudah terlihat sangat menginginkan saya?" Pertanyaan Om Sehun begitu menohok. Ia benar-benar tahu tentang diriku. Aku menginginkannya, dan kini sepertinya lebih menginginkanku.

"Om… …" Lenguhku.

Kemudian Om Sehun menempelkan bibirkan pada bibirku, mengecup pelan, menggodaku. Disusul dengan hisapan yang lama kelamaan membuatku mabuk dengan ciumannya. Ah, ini nikmat. Apakah ini mimpi juga? Tuhan tolong jangan biarkan ini mimpi, aku sangat menyukai ini semua. Aku menginginkan lebih, aku mau bibirnya, aku mau tubuhnya, aku mau segala yang ada pada dirinya menyatu denganku, jadi milikku. Aku, gila.

Tangan nakalnya meremas payudaraku, bibirnya kini mengesap leherku. Nikmat, ini terlalu nikmat, aku ingin lebih.

"Om… Nghhh… Om… Ahhh…" Aku mendesah lemah.

Om Sehun kemudian menarik kaosku, mencoba melepasnya, aku tahu apa yang harus kulakukan, naked, naked didepan Om Sehun.

"Lihat tubuh kamu, Jongin… Benar-benar seksi." Puji Om Sehun sambil terus menggerayangi tubuhku.

Tangannya berhenti diarea pahaku, merentangkannya, membuatku mengangkanginya saat ini. Jari-jari Om Sehun kini membelai vaginaku yang basah. Membuatku menggelinjang nikmat karenanya.

"Ngghhh… Shhh Om…."

"Kau basah sekali, sayang. Sudah terangsang, padahal kita belum pemanasan yang sebenarnya." Ucap Om Sehun.

"Aaaahh…." Aku mendesah keras saat jari Om Sehun memasuki vaginaku, jarinya keluar masuk, mengorek dan menggoda didalam sana.

"Ughh… Om…. Lagi…." Ucapku.

"Jongin sayang, panggil saya Daddy!" Titah Om Sehun padaku. Seperti mimpi, gila, apa ini akan jadi kenyataan? Ini kenyataan? Ah memanggilnya dengan sebutan itu rasanya bisa membuatku semakin terangsang. Ughhh, Daddy… Sehun Daddy…

"Ngghhh…. Daddy…." Aku memanggil Om Sehun.

"Iya sayang… Kau pintar, saat kita sedang berdua saja, panggil aku Daddy. Mulai sekarang, aku Daddy kesayanganmu." Ujar Om Sehun sambil terus memainkan vaginaku dengan jarinya.

"Daddy… Agghhh…. Sudahh Dadd… Ughh…. Jongin sudah basah sekali." Ucapku tak tahan dengan permainan jarinya yang luar biasa.

"Lalu kau ingin apa, Baby?" Tanya Om Sehun. Ia menggodaku.

"Aku ingin Daddy saja. Aku mau Daddy… Ngghhhh…. Ahhh…"

"Kau ingin Daddy apa, sayang? Katakan yang jelas."

Om Sehun mau aku memohon sepertinya.

"Aku mau langsung saja, Dadd… Ahhh… Aku mau penis Daddy, kumohon Dadd… Ssshhh Ngghhh…." Jawabku.

Om Sehun langsung menatapku tajam, jarinya yang tadi sibuk mengorek vaginaku malah berhenti dan keluar dari lubang nya.

"Anak baik, jujur sekali, huh." Ia menyeringai padaku.

"Tidak mau melihat dan memanjakan penis Daddy dulu, huh?"

Tanganku dituntun menuju bagian bawahnya yang menggembung dibalik handuk yang Om Sehun kenakan. Membiarkan aku membuka handuk yang melilit tubuhnya itu dan membiarkan aku melihat penis besarnya yang kini tak terhalang apapun.

"Hisap sayang! Buat Daddy senang!" titahnya padaku.

Akupun menurut, kini aku membelai penis besarnya mengocoknya pelan dan kemudian memasukkan penis besar itu kemulutku.

"Ahhhh… Good job, baby girl!" Om Sehun membelai rambutku.

MMMPPHH… NGGGHHH… MMMMPPPHHH..

Mulutku terus menghisap penis besar milik Om Sehun itu, sesekali aku melihat ekspresi Om Sehun yang merasakan nikmat dibagian penisnya.

"Ahhhh… Yes baby… Ahhh…. Berikan Daddy deep throat! Nggghhh…." Desah Om Sehun.

Akupun membuka mulutku lebih lebar dan memasukkan penisnya lebih dalam sampai menyentuh tenggorokanku.

"Ahhhh…. Yess baby… Ahhh… Luar biasa." Om Sehun menjambak rambutku sambil menekan kepalaku agar penisnya masuk lebih dalam ketenggorokanku.

Shit! Aku sangat terangsang sekarang.

(ini yang nulis juga bayanginnya gak karuan, anjir enak banget jadi Jongin.)

Setelah Om Sehun puas dengan blow job ku, ia kini kembali memposisikan tubuhku untuk mengangkang lagi. Ini bukan mimpi, ini bukan mimpi, tolong, aku ingin ini benar-benar nyata, bercinta dengan om-om seksi macam Om Sehun.

"Pakai kondom, Dadd…" Aku mengingatkannya.

"Tentu saja, sayang. Kita akan selalu bermain aman." Om Sehun tersenyum padaku.

Setelah mengenakan kondom, Om Sehun memposisikan penisnya didepan vaginaku. Ditekannya pelan-pelan agar masuk kedalamku. Aku merasakan tiap inchi miliknya mulai mengisi didalamku. Besar, panjang, berurat, dan sangat keras, ah penis kesukaanku.

"Enggghhh… Daddy…." Aku mendesah ketika semua penisnya tenggelam dilubangku. Penuh, dan, nikmat.

Om Sehun hanya menyeringai sambil menatapku lekat. Pinggulnya mulai bergerak pelan, menciptakan kenikmatan yang luar biasa didiriku. Ya, ini nikmat.

"Ughhhh… Dadd…" Penisnya keluar masuk lubangku.

"Kau menyukainya, baby?" Tanya Om Sehun.

"Eum… Ughhh… Ahhhh… Ya,.. yaaa Dadd… Ahhhh…" Aku tak dapat membendung rasa nikmat ini. Hanya bisa pasrah dan menyerah pada laki-laki perkasa yang kini sedang menggenjot tubuhku.

"Dadd… Daddy… Nikmat Dadd…"

"Daddy tahu, sayang. Daddy akan memberikan yang terbaik padamu malam ini." Ucapnya sambil mempercepat kerja penisnya didalam lubangku.

"Sssshhh… Daddy… Jongin suka, Dadd… Jongin suka, lagi Dadd… Lagi… Jongin mau lagi.." Desahku.

"Jongin baby mau apa, sayang? Katakan pada Daddy!"

"Penis Daddy! Jongin mau penis Daddy menggenjot lubang Jongin lebih keras, lebih kasar! Jongin suka.. Ngghhh.. Dadd… Nghhh…" Aku tergila-gila dengan permainannya.

"Ughh… Baby jalang sekali, huh? Menyukainya? Ughh… Rasakan ini sayang, rasakan penis Daddy!" Om Sehun menghentakkan pinggulnya lebih dalam, cepat dan kasar. Membuat penisnya menyentuh titik yang sangat tepat dilubangku.

"Ahhhh…. Daddy… Fuck me, Dadd! Fuck me! More…. More…." Aku merasakan nikmat yang luar biasa, lebih dan lebih dari sebelumnya. Yeah, aku akan mencapai puncakku mungkin.

"Dadd… Daddy… Jongin mau cum… Jongin mau cum… Ngghhh.." Tubuhku mengejang, kenikmatan menyebar keseluruh tubuhku, memberiku kepuasan tiada tara.

Sedang Om Sehun masih terus menggenjot lubangku dengan brutal, terasa penisnya semakin membesar dan tusukannya semakin luar biasa. Ia juga akan klimaks.

"Jongin sayang…. Daddy akan cum, sayang… Arrghh… Kau sangat nikmat…. Aghh… Daddy akan cum… Ughh… Daddy cum!" Desah Om Sehun yang mendapati klimaks luar biasanya itu.

Terlihat kondom yang dipakainya penuh dengan sperma. Kami berdua tersengal setelah pergumulan hebat ini. Peluh dan lelah hadir ditubuh kami berdua. Om Sehun pun kini membelai rambutku lembut. Menyeka keringat yang ada didahiku. Perlahan, ia kemudian mencium keningku. Romantis, membuatku terbuai oleh pesona dirinya yang luar biasa.

"Tidurlah, Jong." Kata Om Sehun.

Aku hanya mengangguk.

"Selamat malam sayang." Om Sehun tersenyum padaku.

Gila, setelah sama-sama memberi kenikmatan, kini aku malah diberikan sentuhan romantis dari Om Sehun. Hatiku meleleh, aku makin gila akan dirinya. Aku akhirnya tidur didalam dekapan Om Sehun, merasakan tubuh kekarnya memelukku erat, hangat. Mata Om Sehun terpejam lebih dahulu, ia sepertinya sangat lelah hari ini. Ya, kurasa satu ronde kali ini sudah cukup bagiku. Yang terpenting sudah merasakan permainannya yang sangat hebat itu. Sungguh ia terlihat sangat tampan saat tidur, sampai aku membelai pipinya dan kemudian mengecup bibirnya singkat. Ia tersenyum dalam tidurnya.

"Segeralah tidur, Yixingku sayang. Aku mencintai mu." Ucap Om Sehun dalam tidur.

"Apa? Yixing? Siapa Yixing?" Tanyaku dalam hati.

Baru saja aku menggilainya, kini dia sudah menyebut nama orang lain ditidurnya. Ah, aku mungkin lupa. Lelaki yang kugilai saat ini juga sudah memiliki wanita lain jauh sebelum jatuh dalam pesonaku. Sehun Daddy, lelaki spesial yang rasanya membuatku merasakan hal yang tak pernah kurasa sebelumnya. Sialnya, ia punya wanita lain, yang lebih berhak atas dirinya.


Yakkkkk update-an ngawur -_- maafkan saya semuuaaa... Jika ada kritik dan saran tolong kasih tahu ke saya. Masih perlu banyak belajar, maka dari itu mohon dukungan teman-teman semua. Oh ya, jangan lupa type riview kalian tentang chapter ini ya. Kasih tahu kesan-kesan kalian setelah baca chapter ini. Besok-besok masih nyicil ngetik lagi. Doa dan dukungan kalian membuat saya cepet mengkhayal dan ngetik fiction ini.

Terimakasih sudah membaca dan review, salam Hunkai shiper ^_^