Homesick and Sick Chimchim

.

Cast : BTS (Bangtan Boys); Jimin Centric

Genre : Friendship and Family

Length : 4/? (Multichapter)

Rating : T (Teen)

Pairing : None

Disclaimer : Cerita ini murni dari saya. Saya hanya meminjam tokoh beserta namanya dari Tuhan Yang Maha Esa; Big Hit Entertainment; dan tentu saja para orang tua member tercinta.

.

Don't like, go away.

Like, RnR please ^^

.

.

.

#Chapter 4 –Jung Hoseok's Part-

.

.

.

.

.

Pukul 10 pagi.

Suasana dorm BTS kali itu sepi, tidak seperti biasanya yang seakan tidak bisa sunyi senyap kalau tidak tengah malam. Pintu dan jendela ditutup. Hening, tidak ada suara yang terdengar jika diperhatikan dari luar. Seolah di dalamnya memang sedang tidak ada siapa-siapa. Walau sebenarnya tidak begitu sih.

Omong-omong, kemana perginya para penghuni yang tidak bisa diam itu?

Tepat dua jam yang lalu, member Bangtan pergi untuk latihan rutin seperti biasa. Meninggalkan uri Jiminie yang sedang sakit di dorm sendirian. Hmm, apa terdengar jahat?

Tidak juga sih.

Soalnya ini pun memang kemauannya si namja bantet itu sendiri kok.

Tadi pagi Seokjin dan yang lain sudah menawari Jimin apakah perlu ditemani atau tidak selama mereka latihan, yang jelas saja langsung ditolak oleh Jimin. Seperti tidak tau Jimin saja, anak itu kan memang anti sekali merepoti orang lain, kalau tidak benar-benar butuh ia tidak akan minta tolong pada siapapun. Jimin sudah mengatakan bahwa ia baik-baik saja ditinggal sendiri, tapi Seokjin menentang ucapan Jimin.

Siapa yang tidak khawatir pada bocah itu coba. Baru kemarin, kemarin malam, kondisi Jimin menurun drastis hanya setelah ditinggal Seokjin ke dapur selama lima menit. Yang sukses membuat Seokjin jadi kelabakan sendiri. Dan pagi ini, dengan tidak etisnya anak itu terpeleset kulit pisang nya Namjoon yang dibuang sembarangan di lantai dapur. Sukses pula membuat dahinya membiru dan pantat yang nyeri.

Gara-gara itu, Seokjin jadi takut kalau meninggalkan Jimin sendirian.

Siapa tau kan, waktu mereka pulang nanti mereka menjumpai Jimin yang patah tulang gara-gara jatuh dari tangga.

Bisa jadi kan?

Makanya Seokjin jadi bingung sendiri.

Tapi akhirnya, Jimin berhasil meyakinkan hyungdeul lain kalau dia akan baik-baik saja. Dengan berjanji tidak akan keluar kamar sampai mereka pulang –kecuali jika keadaan mendesak, seperti harus ke kamar mandi, atau ada tamu— dan harus terus beristirahat.

Setelah itu, akhirnya dengan berat hati, member lain pergi meninggalkan Mochi itu sendirian. Meski begitu mereka berjanji akan membelikan Jimin kimchi jjigae sepulang dari latihan nanti siang.

Dan..begitulah ceritanya kenapa dorm BTS itu kini jadi sepi.

Sekarang, Jimin sendiri bagaimana?

Bukannya menepati janji dengan tidak keluar kamar, anak itu malah berbaring di ruang tengah sambil menonton TV dengan volume rendah.

Lihat saja apa dilakukan namja bantet itu sekarang.

Jimin membungkus dirinya dengan selimut, hanya menyisakan kepalanya yang terlihat menyembul keluar. Ia juga mengambil bantal dari kamarnya sendiri dan memutuskan untuk berbaring di atas sofa di ruang tengah.

Jimin menghela nafas lelah, sedikit menggerutu juga sih.

Kalau ada yang bilang terpeleset kulit pisang sampai membuat dahimu lebam dan pantatmu nyeri akan membuat tubuhmu lemas tak karuan, maka itu benar.

Juga kalau ada yang bilang muntah pagi-pagi setelah sarapan bubur menjijikkan akan membuat tubuhmu kembali lemas tak karuan, maka sekali lagi, itu benar.

Sebab itu lah yang dirasakan Jimin sekarang.

Setelah yang lain pergi, Jimin terpaksa harus menghabiskan bubur yang telah disiapkan Seokjin sebelumnya. Gara-gara terlalu memaksakan untuk menghabiskan bubur itu, perutnya jadi bermasalah.

Ia mual berat, dan langsung pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan seluruh isi perutnya dari kemarin. Alhasil sekarang tubuhnya jadi lemas. Untuk berdiri saja ia butuh waktu sekitar dua menit agar tubuhnya bisa seimbang, dan berjalan pun harus pelan-pelan. Uh, intinya semua jadi lebih buruk.

Sedikit menyesal juga sih, tidak menerima tawaran teman-temannya tadi. Setidaknya kan kalau ada satu saja yang menemaninya di sini, ia tidak perlu harus membuat teh hangat sendiri, tidak harus berjalan tertatih-tatih sendiri, dan setidaknya akan ada yang menjaganya selama tidur.

Tapi pikiran itu segera ia buang jauh-jauh. Jimin hanya tidak mau terus-terusan merepoti orang lain. Walau harus pelan-pelan, tapi Jimin yakin masih bisa mengatasinya sendiri.

"Ugh," Jimin memejamkan matanya yang terasa panas itu sebentar. Berusaha menghilangkan sensasi pusing berat dan kepala yang seolah berputar-putar itu. Setelah rasa nyeri di kepalanya hilang, ia kembali membuka matanya.

Menatap TV didepannya yang menyala sia-sia, sebab Jimin juga tidak bisa terlalu fokus. Hanya butuh suara lain yang bisa menemaninya di sini.

Jimin menghela nafas.

Ia tidak berniat untuk tidur, sungguh.

Tapi matanya terasa berat sekali untuk terus terbuka.

Jadi Jimin terpaksa harus menutup matanya, sekedar untuk mengistirahatkannya karena terasa panas.

Hanya sebentar.

Sebentar saja kok.

Tapi kemudian Jimin tidak bisa menemukan cara untuk membuka kedua matanya kembali.

Ia tertidur.

ooooOOOOoooo

Jimin mengerjapkan matanya pelan ketika merasa ada sesuatu yang basah sedang ditaruh di atas dahinya. Ia mengerang sedikit karena merasa risih dengan basah-basahan itu. Di tambah juga dahinya masih sedikit nyeri gara-gara insiden kulit pisang pagi ini. Beberapa saat kemudian ia mulai bisa memfokuskan pandangan dan menemukan seesorang di atasnya.

Hm? Di atas?

Oh, Jimin baru sadar bahwa ia sedang tidur dengan kepala yang dipangku di paha orang itu. Yang Jimin tidak tau, siapa dia?

"Chim, sudah bangun?"

Tidak butuh waktu lagi untuk mencari tau siapa itu, Jimin tersenyum padanya.

"Hobi-hyung.."

Suaranya yang serak menyadarkan Hoseok untuk segera mengambil segelas air putih yang sudah ia siapkan di meja. Ia memberikan gelas itu pada Jimin sehingga Jimin bisa meminumnya. Dengan bantuan Hoseok akhirnya Jimin bisa minum dan kembali berbaring di pangkuan Jung Leader Bangtan itu.

"Kenapa hyung sudah pulang?"

"Tadi ponsel ku ketinggalan, jadi aku kembali.", ucap Hoseok sambil mengusap rambut Jimin pelan.

"Lalu?"

"Apanya yang lalu?", tanya Hoseok bingung.

"Hyung sudah mengambil ponselmu kan? Kenapa tidak kembali latihan?"

"Aa itu..", Hoseok mencubit hidung Jimin gemas, yang akhirnya membuat Jimin jadi meringis kesakitan sambil mengusapi hidungnya sendiri.

"Bagaimana bisa aku kembali pergi kalau aku menemukanmu sedang demam tinggi di sini?"

Jimin terdiam sebentar. Sedikit heran dengan ucapan Hoseok barusan. Demam? Memangnya ia demam lagi?

"Aku sudah baik-baik saja kok hyung. Hobi-hyung kembali saja sana latihan, yang lain pasti mencarimu sekarang."

"Baik-baik saja apa? Demammu kambuh lagi, Jim. Kau tidak sadar suhu tubuhmu jadi panas sekali begini?"

Jimin mengerjapkan mata bingung, "Benarkah? Tapi..aku malah merasa dingin sekarang." ujarnya pelan.

Giliran Hoseok yang diam. Ia menatap Jimin dan wajah pucatnya itu beberapa saat, kemudian menghela nafas lelah.

"Sudahlah, orang sakit memang begini. Kau istirahat saja, ya."

Jimin merengut sebentar, kemudian menggeleng. "Hobi-hyung jangan menemaniku. Kalau kau di sini yang lain akan mencarimu dan kau juga jadi tidak bisa latihan. Lebih baik sekarang hyung kembali saja."

Hoseok menatap Jimin dalam, berbisik pelan "Kau mengusirku?"

"Tidak!", bantah Jimin cepat. Ia bahkan sampai berteriak dan menyilangkan kedua tangan di depan dada, tanda ia tidak setuju dengan ucapan Hoseok.

Pemilik nama lengkap Jung Hoseok itu malah tertawa. Gemas melihat tingkah adiknya itu.

"Ya sudah, kalau begitu aku di sini saja."

"Tapi hyung—"

"Chim..bandel sekali sih diberitahu."

Jimin mengerucutkan bibirnya sebal, tapi lama-lama ia jadi tersenyum. Senang juga akhirnya ada yang menemani. Apalagi itu Hoseok. Asal kalian tau, selain Taehyung dan Jungkook sebenarnya Jimin itu juga dekat sekali dengan Hoseok. Mereka sering latihan dance bersama, sering pergi makan bersama, nonton film bersama –yang jelas bukan film horror, karena yah..dua orang ini adalah yang paling penakut di antara member lainnya—, bahkan sampai curhat-curhat juga sering bersama. Jimin seolah menemukan sosok kakak pada diri Hoseok. Memang sih Jimin sendiri tidak punya seorang kakak laki-laki, tapi ketika bersama Hoseok dia jadi bisa berfikir 'ah, jadi begini ya rasanya punya seorang hyung itu?'

Sebab Hoseok itu baik sekali.

Selalu menghibur orang lain, selalu ada untuk orang lain, selalu mau menemani Jimin kalau sedang sedih, dan juga menjaga Jimin kalau sakit. Seperti sekarang.

Makanya walau sebenarnya Jimin agak merasa bersalah karena sudah merepoti Hoseok, tapi diam-diam ia senang juga.

Hobi-hyungnya ada di sini.

Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

"Kenapa melamun?"

Pertanyaan Hoseok itu sukses membuat Jimin tersadar dari lamunannya barusan.

"Masih mengantuk Chim? Tidur saja lagi. Atau tidak nyaman kalau berbaring di sini? Ayo pindah ke kamar, mau kugendong atau ku—"

Jimin langsung menghamburkan pelukan ke pinggang Hoseok. Menenggelamkan wajahnya di perut hyungnya itu. Terkikik senang, kemudian berbicara dengan tidak jelas. "Di sini saja."

Tapi itu sudah cukup membuat Hoseok ikut tertawa kecil.

"Aigoo~ Jiminie yang manja kembali lagi.."

Jimin sedikit sebal dikatai begitu, tapi yah mau bagaimana lagi? Jimin sendiri senang kok kalau bermanja-manjaan dengan Hoseok.

"Hobi-hyung keberatan kalau aku begini?"

"Tidak tuh, sini-sini biar kupeluk lebih erat kau." Jadinya Hoseok dan Jimin berpelukan semakin erat sambil sesekali Hoseok yang menggelitiki perut Jimin. Namja mochi itu sendiri hanya bisa tertawa menerima perlakuan hyungnya.

Mereka masih asik bermain dan tertawa keras selama beberapa saat, sampai kemudian bunyi ponsel Hoseok yang berdering itu menghentikan semuanya.

Drrtt drrrt drrrt

"Eh?", Hoseok melepaskan Jimin dari cengkeramannya dan mengambil ponsel nya itu di atas meja. Sementara Jimin sendiri kemudian menghela nafas, lelah terus-terusan tertawa.

"Yeoboseo.. ne Jin-hyung?", suara Hoseok itu kemudian membuat Jimin memperhatikannya seketika. "Ne? Tidak, Jiminie baik-baik saja kok. Iya sih. Ooh tenang."

Jimin semakin memperhatikan Hoseok yang sedang menelefon itu karena mendengar namanya disebut. Pasti Jin-hyung sedang bertanya bagaimana aku sekarang, apa aku istirahat, apa aku nakal, apa aku memakan bubur buatannya, apa aku—huh dasar! Overprotektif sekali, batin Jimin menggerutu.

"Iya, tadi Jimin demam lagi, tapi sudah baikan kok. Ne, aku di sini saja menemani Jimin."

Sedikit banyak Jimin jadi tidak enak lagi pada Hoseok, gara-gara ia hyungnya itu jadi melewatkan latihan hari ini.

"Oh Jin-hyung mau bicara dengan Jimin?"

Sontak saja Jimin langsung menatapnya dengan tatapan bertanya. Ia menunjuk dirinya sambil mengeja 'aku?' Hoseok mengangguk. Ia memberikan ponselnya pada Jimin, kemudian Jimin bangun dari posisinya berbaringnya dengan dibantu Hoseok, karena tiba-tiba ia sedikit terhuyung ketika bangun tadi.

Jimin berdehem sekilas, "Yoboseo, Jin-hyung?"

"JIMIIIIIIINNNNNNN!"

Bukannya suara Seokjin yang ia dengar, justru teriakan Taehyung dan Jungkook yang masuk ke telinganya dengan tidak etis. Hoseok sendiri sampai tergelak mendengarnya.

"Kookie, panggil aku hyung!", ujar Jimin sebal.

"Hehehehe, Jiminie-hyung. Kau baik-baik saja kan? Bagaimana pantatmu? Apa pantatmu membi—"

"Berhenti membicarakan pantatku, kook."

"Loh, aku kan hanya khawatir padamu, hyung. Pantatmu sungguh baik-baik saja kan? Aku tidak ma—Kook, aku juga mau bicara dengan Jimin— yah, aku belum selesai hyung—sudah sana pergi. CHIMCHIIIIMMMMMM! Apa kau rindu padakuuuuu?"

Jimin menghela nafas, tidak habis pikir kenapa ia bisa memiliki teman-teman absurd seperti ini.

"CHIIIIIMMM? Apa kau—"

"Aku baik-baik saja, Tae. Tidak perlu berteriak-teriak, telingaku sakit.", Jimin menggerutu.

"Aku kan rindu padamu, Chim. Kau tidak rindu pada sahabatmu ini?"

Jimin memutar bola matanya bosan, "Kita baru saja berpisah dua jam, kelakuanmu sudah berlebihan begini."

"Hehehehehe, tidak peduli. Aku rindu padamu Chim! Di sini suasananya sepi, tidak ada suara cemprengmu yang— Tae, kemarikan ponselku, aku mau bicara dengan Jimin— aa Jin-hyung aku masih mau ngobrol dengan Jim— Jimin-ah? Kau masih di sana?"

Jimin menghela nafas lega. Sepertinya Seokjin sudah merampas ponselnya dari Taehyung, ia tidak perlu lagi mendengarkan suara teriakannya yang menggema itu. Heran, padahal kalau menyanyi suaranya terlampau rendah seolah hanya kelelawar saja yang bisa mendengar, tapi kalau sudah sifat aliennya kambuh seperti ini suaranya bisa jadi sangat tinggi.

"Ne, hyung. Ini masih aku."

"Kau sudah makan tadi? Obatnya sudah diminum? Kau tidak sedang bermain kan? Apa Hobi mengganggumu? Apa aku harus—"

"Hyung berhenti bicara. Aku baik-baik saja, hyungie tidak perlu cemas. Hobi-hyung sudah mau menemaniku sekarang, jadi Jin-hyung dan yang lain tidak perlu khawatir."

"Benar, sudah baikan?"

"Sudah hyung.."

"Baiklah, kalau begitu kembali istirahat ya. Aku tidak mau kau—Iya Chim cepat sembuh! Jangan sampai minggu depan kau masih sakit saat kita liburan! Kau— Tae, berisik! Aku masih berbicara dengan Jimin, duh."

Jimin memiringkan kepala, bingung mendengar teriakan Taehyung dari ujung sana. Liburan? Sejak kapan mereka punya jadwal liburan?

"Jimin, intinya jangan lupa istirahat. Kami pulang nanti siang, maksimal jam tiga sore. Kalau butuh apa-apa minta bantuan Hobi, dan jangan berulah aneh-aneh. Tetap di kamar. Paham? Ah, dan kau mau kimchi jjigae nya berapa porsi?"

"Iya hyungie, tidak akan berbuat macam-macam. Satu porsi saja hyung tidak usah banyak-banyak. Uangmu bisa-bisa habis untukku."

"Kubelikan tiga porsi."

Jimin tergelak senang, "Wah…yang benar? Terima kasih!"

"Ne, sekarang berikan ponselnya pada Hobi."

"Siap." Jimin memberikan ponsel itu pada Hoseok, memberikan tanda bahwa Seokjin masih ingin berbicara padanya. Sementara Hoseok kembali berbicara dengan Seokjin, Jimin kembali merebahkan tubuhnya di pangkuan hyungnya itu, menonton TV sambil menunggu mereka selesai berbicara di telefon.

Beberapa saat kemudian namja yang juga akrab disapa Hosiki itu mengakhiri panggilan telefonnya. Ia menaruh ponselnya di atas meja, membuat perhatian Jimin yang semula mengarah ke TV langsung beralih padanya.

"Hobi-hyung, memangnya kita ada rencana liburan ya?"

Hoseok menatap Jimin bingung untuk beberapa detik, kemudian ia langsung memekik pelan begitu ingat. "Ah!"

Jimin menatapnya heran.

"Aku lupa kau pingsan kemarin. Jadi..iya, kita ada rencana liburan minggu depan. Hanya bertujuh, tidak ada manajer, tidak ada staff, tidak ada kameramen. Khusus Bangtan Sonyeondan."

Ucapan Hoseok itu sukses membuat Jimin tersenyum lebar. Ia kembali mendudukkan diri dan berhadapan dengan Hoseok.

"Wah…..Yang benar? Kemana hyung? Pasti seru! Sudah lama tidak liburan bertujuh..", Jimin tertawa kecil kesenangan.

Hoseok ikut-ikut tertawa melihatnya. Seperti sedang melihat anak kecil yang diiming-iming permen saja, begitu pikirnya melihat Jimin sekarang.

"Hm..untuk tempatnya masih belum tau sih. Kemarin itu kita masih membicarakan enaknya kemana, tapi Taehyung keburu memberitahu kalau kau pingsan, kita jadi langsung heboh dan melupakan diskusi masalah liburan itu."

"Ah..", Jimin mengangguk pelan.

"Tapi kalau kau sendiri maunya kemana?"

Jimin memasang pose berfikir, sukses membuat Hoseok tertawa gemas sambil mencubit pipinya.

"Aku tidak tau enaknya kemana hyung. Yang jelas jangan ke rumah hantu."

"Setuju! Tidak boleh ke rumah hantu! !"

"Kalau yang lain ingin ke rumah hantu lebih baik kita tidak ikut saja hyung, terus kita pergi ke rumah es krim. Hyung tau yang di ujung jalan sana kan, kalau mau ke arah Gwangnam sekitar tiga kilo meter kan ada rumah es krim. Sepertinya baru dibuka."

"Wah, iya! Aku lupa kalau ada tempat baru. Bagus Chim! Kita ke sana saja. Kau tau tidak, kemarin itu Namjoon malah mengusulkan kita untuk ke rumah hantu, dasar sialan."

"Eh? Namjoon-hyung usul begitu? Kok tega sih, kan aku dan Hobi-hyung takut pergi kesana.." gerutu Jimin.

"Makanya aku juga heran dia sampai hati begitu. Katanya untuk melatih mental." Hoseok menggeleng-gelengkan kepala.

"Huh, melatih mental apanya? Begitu itu tidak bisa dilatih kan ya hyung, kalau sudah takut ya takut. Kenapa memaksa kita sih."

"Iya, aku juga heran dengan yang lain. Selalu saja tidak peduli dengan kita. Mereka itu menganggap ketakutan kita ini sebagai hiburan bagi mereka. Menyebalkan." Hoseok berdecak pelan.

Jimin mengangguk setuju. "Iya hyung, Taetae saja kan kadang-kadang menakuti kita pas tengah malam, tiba-tiba bersuara 'hihihihihihi' begitu, terus karena aku takut aku jadi teriak dan akhirnya kami berdua malah dimarahi Jin-hyung. Taehyung bilang dia suka kalau membuat temannya takut. Huh!"

"Loh, yang benar Taehyung biasanya begitu ? Kok aku tidak tau sih?" Hoseok memiringkan kepalanya heran.

"Hyung kan kalau sudah tidur memang susah bangun."

"Eeeh?"

Jimin tergelak melihat reaksi hyung yang sekamar dengannya itu.

"Berarti, yang malam-malam suka mengerjai ku saat aku sedang mandi, kan tiba-tiba ada suara kursi ditarik, meja diketuk-ketuk, itu juga Taehyung?"

Jimin mengangkat bahu sekilas. "Mungkin saja, entah. Memang hyung pernah dibegitukan? Kok tidak pernah bilang padaku?"

"Yah, soalnya kupikir itu bukan kalian. Maksudku, kupikir..memang benar-benar..hantu. Jadi yah kalau sudah begitu aku tinggal cepat-cepat menyelesaikan mandiku dan segera tidur saja. Dan yah, untungnya sekarang aku tau kalau itu ulahnya Taehyung. Alien sialan, berani dia pada hyungnya!"

Hoseok meremas selimut Jimin dan mengepalkan tangannya erat. Membuat Jimin jadi terkikik geli melihatnya.

"Kenapa aku tidak pernah dijahili begitu ya hyung?"

"Beruntung kau. Kalian kan memang pasangan serasi. Mana tega Taehyung menjahili sahabatnya sendiri."

"Siapa bilang? Tadi kan hyung sudah kuberitau kalau Taetae sering menggangguku malam-malam."

"Huh hanya begitu saja kan, tidak begitu menakutkan. Tidak seperti kalau sedang menjahiliku." Hoseok berdecak sebentar.

"Bayangkan Jim, malam-malam, kau sendirian di kamar mandi, enak-enak sedang mandi, tiba-tiba ada suara 'Krieet.. tuk tuk tuk' begitu dari arah dapur. Kau sendiri harus bagaimana jika berada dalam posisiku? Kalau itu benar-benar hantu apa yang harus kulakukan? Segera keluar dari kamar mandi dan membiarkan aku melihat sosok hantu itu di dapur? Atau memilih tetap berdiam diri di kamar mandi sampai pagi sementara jari-jariku sudah keriput kedinginan?", gerutu Hoseok. Jimin yang melihat hyungnya mulai cerewet itu hanya bisa tertawa.

"Kapan sih hyung kau dikerjai begitu?"

"Hm lusa kemarin, sehabis kita pulang latihan bersama tengah malam itu. Kan kau yang mandi duluan, setelah itu baru aku. Dan saat aku mandi, ya itu tadi, ada suara kursi ditarik, meja diketuk-ketuk. Huh, benar-benar menakutkan. Itu sudah beberapa kalinya aku dibegitukan. Memang dasar sialan kan ya Taehyung itu. Awas saja nanti."

Jimin memiringkan kepala, heran mendengar ucapan Hoseok barusan.

"Uh, padahal kalau ku tanyai begitu tidak ada yang mengaku. Taehyung juga dengan hebatnya menampilkan ekspresi polos, aku jadi tidak bisa mencurigainya kan. Dasar alien tukang akting!"

"Umm, hyung.."

"Kalau saja aku tau dari dulu itu Taehyung yang mengerjaiku, wah sudah jadi abu anak itu. Beraninya berbuat begini padaku, dia tidak tau apa aku ini siapa?"

"Tapi hyung.."

"Sia-sia kan aku beli gantungan penangkal mimpi buruk itu? Yang kugantung di tembok atas kasurku itu loh Chim. Kau tau tidak kenapa aku membeli itu? Karena setiap kali aku dikerjai Taehyung seperti lusa kemarin itu, tidurku jadi tidak tenang. Aku juga jadi sering mimpi buruk. Wah, benar-benar bocah alien itu."

"Hobi-hyung, kurasa yang itu bukan ulah Taehyung."

Hoseok terdiam seketika.

"Kemarin lusa itu, bukan Taehyung yang mengerjaimu."

Hoseok berdehem beberapa kali, "Y-yang benar kau?", keringat dingin mulai menghiasi wajahnya.

"Sehabis aku mandi aku melihat Taehyung baru keluar dari kamar Jungkook, mereka habis main game. Setelah itu aku dan Taehyung sama-sama masuk kamar dan ngobrol sebentar sampai akhirnya dia tidur duluan. Jungkookie sendiri memilih tidur bersama Jin-hyung, katanya dia sedang tidak ingin tidur sendiri. Namjoon-hyung dan Yoongi-hyung kan pergi ke studio dan baru pulang kemarin pagi."

Penjelasan Jimin barusan sukses membisukan Hoseok dan segala macam analisisnya. Wah, lihat siapa yang lebih pucat sekarang. Jimin yang sedang sakit, atau Hobi yang sedang merinding?

"K-kalau yang saat perayaan ulang tahun Sejin-hyung itu, sepulang kita berpesta, malamnya, itu..Taehyung kan yang mengerjaiku?"

"Sepulang dari pesta ulang tahun itu aku, Taehyung dan Kookie main ular tangga sampai tengah malam. Kan kau sendiri yang malah menegur kami karena tidak segera tidur. Setelah kau marahi aku dan Taehyung mengikutimu kembali ke kamar dan kita tidur bersama. Iya kan?"

"..…"

Jimin menatap Hoseok yang kembali memandang kosong ke arah TV dengan bingung,

"Hyung?"

"B-berarti, saat kita baru saja selesai fanmeet yang terakhir kemarin, setelah kita makan-makan di restoran dan akhirnya pulang ke dorm tengah malam, nah..itu, itu pasti ulah Taehyung kan?"

Jimin menghela nafas lelah,

"Hyungie~, kau ini lupa ingatan atau bagaimana sih? Jelas-jelas malam itu Taehyung mabuk berat dan langsung ambruk begitu kita tiba di dorm. Sampai harus aku dan Namjoon-hyung ikut menggotong si alien itu untuk dipindah ke kamar. Kan kau sendiri yang menggerutu karena secara tidak sadar Taehyung muntah di kasurmu, akhirnya kau memilih untuk tidur di kamarnya Jin-hyung tapi Yoongi-hyungnya marah-marah, dan akhirnya kau tidur di kamarnya Kookie. Taehyung sendiri bahkan baru bisa bangun besok siangnya. Begitu kan? Ingat tidak?"

"…."

Rasanya Hoseok ingin menangis saja sekarang.

Tiba-tiba suasana nya jadi hening. Jimin sendiri masih menatap bingung Hoseok yang kelihatan melamun sambil sesekali meneguk ludahnya sendiri.

"Hyung?"

"…"

Hoseok hanya melamun dan memikirkan kejadian-kejadian tempo hari. Jika itu bukan Taehyung, lalu siapa yang tengah malam iseng mengerjainya? Ini bukan hanya sekali dua kali loh, tapi yang kemarin lusa itu kalau tidak salah sudah yang ketujuh kalinya. Tidak mungkin kan kalau hanya suara yang tidak sengaja atau bagaimana. Berarti pasti…ada apa-apanya.

Tapi, apa?

Satu detik

Masih hening.

Hoseok masih melamun dengan mata berkaca-kaca.

Dua detik.

Jimin menatap hyungnya bingung.

Tiga detik.

Tidak ada perubahan.

Empat.

Lima.

Enam.

Tidak ada yang sesuatu yang terjadi sejauh ini, bahkan sampai hampir sepuluh detik selanjutnya suasana juga tetap hening tanpa suara.

Serius, tidak ada apa-apa kok.

Kenapa mereka jadi—

*wuussshhh*

Semeriwing angin tidak nyaman langsung menerpa tubuh mereka, sukses membuat Hosoek dan Jimin langsung berpandang-pandangan dan meneguk ludah bersamaan.

"H-hyung," Jimin berdehem sekilas, menghilangkan suaranya yang gemetar. "Perasaan dari tadi semua pintu tertutup kan? Ke-kenapa ada angin yang—"

KRIIIIEEETT JDUGG

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaa!"

Teriakan Hoseok itu membuat Jimin ikut berteriak dan melompat turun dari sofa. Hoseok langsung menghamburkan diri dan memeluk Jimin yang sebenarnya tidak tau menahu apa yang terjadi. Ia hanya ikut-ikutan berteriak saja karena kaget.

"Jim-jim-ji-jim-jimiiin!"

"K-kenapa hyung?! Ada apa?!"

"Su-suaranya itu—"

"Suara apa?"

"I-itu, s-suara kursi bergerak …dari arah dapur..", cicit Hoseok pelan karena ketakutan.

Jimin merinding seketika. Ia memang tidak mendengar suara barusan dengan jelas, tapi melihat Hoseok yang sudah seperti terkena serangan jantung ini membuatnya ikut histeris. Ia langsung memeluk Hoseok erat dan menyembunyikan wajahnya di leher hyungnya itu. Hoseok ikutan membenamkan wajah ke leher Jimin.

"J-jim, bagaimana ini? Ada hantu di dorm kita."

Jimin mengangkat wajahnya pelan-pelan, mengintip dari balik bahu Hoseok, melihat ke arah dapur yang memang bisa terlihat dari ruang tengah dorm mereka itu.

Kosong.

Tidak ada siapa-siapa.

GULP

Jimin meneguk ludahnya susah payah, kembali membenamkan wajah di leher Hoseok.

"Hyung, di dapur tidak ada siapa-siapa.", bisik Jimin. Sukses membuat Hoseok menjadi lebih merinding.

"B-bagaimana ini? Aku merasa tubuhku jadi kaku, Jim."

Jimin berusaha mengatur nafasnya. Ia kembali melirik ke arah dapur, memastikan apa benar tidak ada orang atau bagaimana, tapi ia memang tidak menemukan siapapun di sana.

Jimin menghela nafas lagi, heran kenapa malah jadi begini suasananya.

Ayolah, kalau begini mana berani dia ditinggal sendiri di dorm? Lebih baik ikut ke gedung agensi bersama member lain, tidak apa kalau harus berdiam saja melihat yang lain latihan, yang jelas Jimin tidak ditinggal sendirian di dorm.

Yang benar saja, Jimin juga takut!

Tubuh Hoseok yang gemetaran bisa ia rasakan dengan jelas. Sedikit banyak jadi kasihan juga sih, tapi masalahnya ia sendiri juga takut. Mau bagaimana dong sekarang?

"A-aigo~ bagaimana ini?", Hoseok masih menggumam takut.

"Hyung, pelan-pelan, ayo kita keluar. Lebih baik kita segera meninggalkan dorm. Kemanapun boleh, yang jelas kita pergi dulu."

Hoseok menatap Jimin, kemudian mengangguk yakin. Dengan suara yang dibuat sepelan mungkin, sambil berjinjit mereka mulai melangkah pelan menuju pintu.

Aman, batin mereka bersama. Setidaknya, yang mereka anggap 'hantu' itu hanya mengganggu mereka sekali. Tidak terus-terusan seperti yang dialami Hoseok malam-malam, suara kursi ditarik, meja diketuk-ketuk, wah..kalau sampai diganggu beruntun begitu kan bisa serangan jantung mereka.

Yah, walaupun sebenarnya Jimin sendiri tidak yakin. Dia tidak mendengar suara yang barusan membuat Hoseok takut itu dengan jelas, hanya saja karena Hoseok sudah pucat begini ia jadi ikutan merinding. Tidak mungkin kan Hoseok mengerjainya?

Tidak masalah, yang perlu kau lakukan hanya berjalan pelan-pelan, membuka pintu dan keluar. Batin Jimin dan Hoseok bersama.

Tap. Tap. Tap.

Pelan..pelan..

Tap. Tap. Tap.

Sejauh ini baik, tidak ada apa-apa.

Tap. Tap. Tap.

Kami pasti bisa melewati ini. Pasti. Pasti.

Tap. Tap. Tap.

Tidak ada, hantu itu sudah tidak ada. Benar, sudah tidak ada, hahahahah—

PRAAAAANNGGGG BUG BUG KLONTANG BOOOM!

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Tanpa pikir panjang lagi, Jimin dan Hoseok langsung berlari begitu mendengar suara barang-barang jatuh itu. Mereka langsung melesat ke arah pintu dan keluar dari sana.

Meninggalkan sesosok makhluk yang sedang menatap mereka dengan kedua mata tajamnya dari dalam dapur.

Dia lah biang kerok pembuat kerusuhan dan ketakutan barusan.

Dia juga lah tersangka atas segala kejadian ganjil –karena jumlahnya ada tujuh kali- yang menimpa Hoseok beberapa tempo hari.

Dengan wajah polos, sosok itu meninggalkan dapur dengan santai dan sama sekali tidak merasa bersalah karena sudah memecahkan beberapa peralatan dapur.

.

.

.

"Meong~"

oooooOOOOOOooooo

"Kalian itu kenapa sih? Benar-benar aneh.", Seokjin masih menggerutu sambil mengompres Jimin yang sudah pingsan dan berbaring di kamarnya sendiri.

Pingsan?

Iya. Pingsan. Tau bagaimana ceritanya?

Setelah Hoseok dan Jimin keluar dari dorm tadi, hujan tiba-tiba turun. Awalnya mereka mau nekat saja pergi, tapi hujannya lama-lama jadi lebih deras. Mau tidak mau akhirnya Hoseok dan Jimin menetap di depan teras.

Mereka tidak mau lagi masuk ke dorm, takut kalau-kalau hantu nya akan mengganggu mereka lagi.

Tapi mau pergi pun pergi kemana? Hujan turun deras dan mereka tidak mau keluar hujan-hujan tanpa tujuan dan arah hidup begitu.

Sehingga, selama tiga jam mereka hanya duduk diam sambil sesekali berbicara.

Dan, tolong ingat-ingat kondisi Jimin tadi ya.

Dia bahkan hanya memakai celana pendek selutut, demamnya kambuh, dia juga baru saja muntah pagi tadi dan dipastikan perutnya kosong, oh jangan lupakan pula sakit kepala yang membuat Jimin menggerutu terus sedari tadi itu, sementara sekarang, dia harus duduk di atas teras dorm mereka yang dingin, berhadapan langsung dengan hujan deras yang sesekali cipratan airnya mengenai tubuhnya sendiri, tanpa menggunakan jaket, tanpa ada selimut, dengan wajah yang sudah kembali memucat dan memerah.

Benar, begitu.

Ia juga duduk bersampingan dengan Hoseok yang masih merapal doa dengan tidak jelas dan mata yang sudah sembab karena tidak sadar habis menangis.

Jimin bingung mau apa,

Dan tiba-tiba perutnya sakit, sakit sekali, rasa sakitnya melilit-liilit, sampai rasanya Jimin tidak bisa bernafas.

-baca: lapar-

Jimin tidak tau harus apa, jadi yang dia lakukan hanya memeluk kedua lututnya, diam, menutup matanya dan menunggu Hoseok selesai dengan doanya sendiri.

Tidak terasa sudah tiga jam mereka duduk di sana tanpa pembicaraan yang berarti, dan ketika akhirnya, akhirnya teman-teman mereka pulang..Jimin tidak bisa lagi menyembunyikan rasa bahagianya.

Dia langsung berdiri, berniat menghamburkan diri ke arah Taehyung atau siapapun di sana yang sudah menghampiri mereka dengan ekspresi bingung, tapi ternyata kedua kakinya sudah lemas. Dan tiba-tiba semua menggelap.

Jimin pingsan.

Sontak membuat semua langsung heboh.

"JIMIN!"

ooooOOOOoooo

"Sekarang, jelaskan kenapa kalian bisa ada di depan teras berjam-jam, duduk diam seperti gelandangan yang sedang berteduh karena hujan turun tadi?"

Pertanyaan Yoongi itu membuat nyali Hoseok kembali ciut. Ia merasa bersalah karena tidak menanggapi Jimin sebelumnya, memang bodoh sekali ia karena terlalu sibuk dengan doanya sendiri. Sampai lupa kalau Jiminnya, Jiminnya itu sedang sakit! Dasar.

Dan kini, rapat hyung line sedang berlangsung.

Keempat member tertua Bangtan itu sedang duduk melingkar di ruang depan, membiarkan maknae line berada di kamar menjaga salah satunya yang sedang sakit itu.

Hobi duduk di sofa, sementara Seokjin dan Namjoon duduk di sampingnya dan Yoongi duduk di meja di hadapan mereka.

"I-itu—"

"Bicara yang jelas."

"Itu hyung, soalnya tadi..t-tadi—"

"Ada apa sih denganmu?! Tinggal menjawab saja apa susahnya."

"Yoon, kau yang membuat Hobi jadi tidak segera menjawab, duh. Kalau bertanya itu jangan ketus begitu.", Seokjin memukul kepala Yoongi pelan, tapi cukup membuat Yoongi menatapnya sengit dan dibalas dengan tatapan death glare dari Seokjin yang akhirnya bisa membuat Yoongi diam dan membuang muka.

"Jadi, ada apa tadi?" giliran Namjoon yang kini bertanya dengan lebih lembut.

Hoseok menghembuskan nafas sebentar, bersyukur karena Seokjin dan Namjoon mengerti dirinya.

"Tadi, aku dan Jimin diganggu."

"Diganggu?" Seokjin, Yoongi dan Namjoon menatap Hobi dengan heran.

"Iya, pelakunya ada di dapur, tadi aku dan Jimin duduk di sini, iya di sini, sambil menonton TV, tapi kemudian ada suara-suara aneh. Datang mengganggu kami."

"Suara apa?"

"Pelakunya siapa?"

"Apa sih?"

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Hoseok kembali menghembuskan nafasnya pelan. Diam-diam dia melirik ke arah dapur, memastikan ada atau tidak sosok itu.

Tidak ada apa-apa.

"Tiba-tiba hyung, ada suara kursi bergeser. Suara JDUGGbegitu juga terdengar, dan yang paling penting, tiba-tiba, barang-barang di dapur langsung berjatuhan dengan sendirinya!"

Seokjin mengangkat sebelah alisnya, mulutnya menganga sedikit, terbawa suasana. Sementara Namjoon dan Yoongi hanya berdecak kesal dan menatap datar teman seperjuangannya itu, sudah tau kemana arah pembicaraan ini berlangsung.

"Kenapa bisa jatuh sendiri?"

"So-soalnya—"

"Jangan bilang kalau ini ulah—"

"Kami diteror hyung! Aku bahkan sudah diteror sejak hampir dua minggu yang lalu! Sungguh, hyung. Aku tidak bohong." Hoseok mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk tanda 'peace'

"Diteror? Siapa? Haters? Kenapa mereka bisa sampai masuk ke dapur kita? Sekarang bagaimana, apa mereka masih di sana?", Seokjin sudah termakan ucapannya Hoseok. Sementara Namjoon dan Yoongi saling berpandangan, kemudian menghela nafas kasar.

"Dia sudah tidak ada di sana hyung, tapi yang jelas dia bukan haters. Aku tidak bisa memastikan ada berapa, tapi feeling ku mengatakan kalau hanya satu." Hoseok menatap Seokjin dengan bersungguh-sungguh, dan dengan bodohnya Seokjin mempercayai Hoseok begitu saja, ia mengangguk.

"Kalau begitu siapa? Katakan padaku, akan kutendang dia."

Hoseok mengangguk juga melihat tekad hyung tertua nya itu. Ia sudah mendunga, dari semua membernya pasti hanya Seokjin lah yang bisa mengerti dia dan bisa mendukungnya.

Hoseok merasa terharu.

Ia menggenggam tangan Seokjin, menatapnya sungguh-sungguh.

"Jin-hyung, yang perlu kau lakukan hanyalah membeli bawang putih sebanyak mungkin saat kau berbelanja di super market nanti malam. Kita harus menyiapkan segala macam keperluan."

Seokjin menatap Hoseok bingung, "Bawang putih?"

Hoseok mengangguk yakin.

"Sekalian belilah tali juga. Nanti kita akan membuat bawang putih itu menjadi sebuah kalung, lalu kita bertujuh akan memakainya selama satu minggu setiap berada di dorm."

Namjoon dan Yoongi bergidik membayangkannya.

"Jangan lupa kita juga harus selalu bersama, eh kecuali saat mandi. Selain itu kita harus selalu berkumpul bertujuh. Termasuk saat tidur. Jadi kita bertujuh akan berkumpul di satu kamar dan tidur bersama selama satu minggu."

Seokjin mulai merasa aneh dengan ucapan Hoseok. "Ada apa sih? Kenapa malah harus begitu? Jadi siapa penerornya?"

Hoseok tersenyum. Ia mengeratkan genggamannnya pada tangan Soekjin, kemudian menghela nafas sebentar sebelum akhirnya menjawab.

"Musuh kita kali ini bukan manusia, hyung."

"Hah?"

Hoseok mengangguk. Namjoon sendiri dan Yoongi sudah bersiap melayangkan pukulan tinju ke arah Jung Leader Bangtan itu.

Hoseok menghembuskan nafas sekilas, kemudian..

"Sebenarnya aku dan Jimin…DITEROR OLEH HANTU, HYUNG! Iya, dorm kita ini berhantu! Aku sudah menjadi korban atas keusilannya selama hampir dua minggu yang lalu. Wah, aku tidak mau mengakui ini, tapi sungguh..ini lah kenyataannya, hyung, joon. Kita sudah tidak aman. Setelah sekian lama akhirnya rahasia ini terkuak juga, bahwa sebenarnya..dorm kita ini memiliki penunggu yang tidak mau berbagi tempat dengan kita! Kita harus segera pindah ke—"

PLAKKKKK

"YAK! Kenapa kau menamparku hah? Kau pikir ini bercanda ap—"

PLAKKKK

"Suga-hyung kok kau ikut menamparku sih?!"

PLAKKKKK

"JIN-HYUNG! Jangan ikut-ikutan juga dong!"

Hoseok mengusap-usap kedua pipinya yang memerah akibat tamparan dari ketiga temannya itu. Ia mengerucutkan bibirnya sebal karena merasa tidak dihargai.

Ah, kasihan sekali kau Jung.

Tapi ya siapa yang tidak sebal juga kalau begini?

Dikira ada sesuatu yang serius atau apa, taunya hanya Hoseok dan segala macam phobia nya dengan hal-hal yang berbau hantu itu.

"Sudah kubilang kan, meninggalkan J-Hope dan Jimin berdua di dorm bukan hal bagus. Mereka ini imajinasinya sudah hampir menyamai si alien Taehyung itu. Mana ada hantu yang meneror manusia siang-siang begini, bodoh.", sungut Yoongi sebal. Sia-sia kan sedari tadi ia khawatir, ia pikir ada apa. Ternyata..

"Ini bukan siang, hyung. Ini sudah sore.", cicit Hoseok pelan.

"Tapi kan tadi yang kau bilang kalian diteror itu sudah tiga jam yang lalu, kalau bukan siang apa namanya?" Yoongi menatap Hoseok jengah. Ingin rasanya memukul anak ini lagi, tapi dilihat-lihat kasihan juga.

"Gila kau, Hope. Jadi kalian duduk di teras depan berjam-jam sambil terkena hujan itu karena kalian takut masuk dan akan diganggu hantu, begitu?", Namjoon geleng-geleng kepala memandang salah satu sahabatnya ini.

Hoseok diam, semakin menekuk muka dan mengecurutkan bibir sebal.

"Astaga….", Seokjin akhirnya bersuara. Ia mengusap-usap keningnya pelan, sesekali menatap sengit Hoseok yang sudah tertawa kecil tidak berdosa padanya.

"Maaf, hyung. Tapi aku dan Jimin benar-benar takut tadi."

"Hope, setidaknya pada beberapa kesempatan bersikap dewasalah sedikit. Aku tau kau takut, tapi kan kau tau juga Jimin sedang sakit. Apalagi kau bilang tadi demamnya sempat kambuh lagi. Dan membiarkan adikmu itu duduk di depan teras dalam keadaan hujan seperti tadi akan membuatnya drop lagi, tau. Lihat dia sekarang."

Hoseok menunduk, mulai merasa bersalah lagi. Ia mengangguk, menatap bergantian ke arah ketiga temannya itu.

"Ne, aku minta maaf. Aku terlalu sibuk dengan aku sendiri."

Seokjin tersenyum, menepuk bahu Hoseok sekilas. Namjoon dan Yoongi mengangguk.

"Hyung, ini kucingnya siapa?"

Suara Taehyung itu membuat hyung line langsung menolehkan kepala ke arahnya yang sudah menggendong makhluk kecil berbulu.

Hoseok memiringkan kepala, kucing?

"Dimana kau menemukan kucing itu, Tae?"

"Di dapur. Sedang mengorek-ngorek tempat sampah. Sepertinya sedang lapar, dia cari makan." Ucap Taehyung sambil mulai duduk di kursi di sana.

"Memangnya kemarin kita makan ikan? Kenapa ada kucing yang mencari makanan di sini?"

Taehyung mengangkat bahu, masih mengelus-elus bulu kucing berwarna coklat itu.

"Yak! Sana keluarkan kucing itu. Kenapa malah kau bawa kemari?", Yoongi menatap Taehyung jengah.

"Kasihan, hyung. Setidaknya biarkan aku memberi makan kucing ini dulu ya, tadi kan aku sempat beli ikan. Setelah kuberi makan akan kubawa keluar kok, tenang saja." Taehyung kemudian beranjak pergi ke arah dapur lagi. Belum sempat sepuluh langkah berjalan, ia berhenti dan berbalik badan menatap keempat hyungnya itu.

"Oh iya hyung, sepertinya kucing ini tadi berbuat nakal. Karena terlalu lapar ia jadi mencari makanan di sembarang tempat dan tidak berhati-hati. Barang-barang dapur banyak yang jatuh dan pecah, nanti tolong bereskan ya."

Kemudian Taehyung pergi, ke halaman belakang dengan membawa kucing itu dan ikan belanjaannya.

Meninggalkan Hoseok, Seokjin, Yoongi dan Namjoon yang langsung terdiam mematung mendengar ucapan terakhir Taehyung tadi.

Hoseok membuka mulutnya, ingin mengucapkan sesuatu tapi tenggorokannya serasa mati rasa.

"A-aku, i-itu—"

"Jung Hoseok.", suara berat Yoongi itu mengendikkan bulu kuduk Hosoek yang kemudian kembali membuatnya merinding.

"N-ne?"

Seokjin dan Namjoon sudah melancarkan tatapan membunuh padanya, sementara Yoongi sudah menggelung lengan kemejanya, siap memberikan sentuhan kasih sayang pada salah satu adiknya itu.

Hoseok meneguk ludah sekilas, dengan kecepatan super secepat si Kilat Kuning Konoha itu –lupakan— ia langsung melarikan diri masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.

"Aku sungguh minta maaaaaff!"

"JUNG HOSEOK! KEMARI KAU, BIAR KU PERTEMUKAN KAU DENGAN HANTU MU ITU! DASAR PENAKUT! ITU HANYA KUCING, BODOH!"

Yah, akhirnya terkuak sudah siapa dalang dibalik semua kejadian aneh yang menimpa Hoseok itu. Tidak disangka, ternyata hanya seonggok makhluk kecil itu saja, eh? Pantas kalau hanya diperiksa sekilas tidak akan kelihatan, dia kan terlalu kecil dan pendek. Bisa bersembunyi dengan mudah.

Huh.

Dan dengan ini, ironi Hoseok x Kucing x Jimin itu berakhir bahagia.

Selesai.

.

.

Ah, ngomong-ngomong, kucing siapa itu ya?

Barangkali itu kucing liar hasil permohonannya Namjoon pagi tadi?

Entahlah.

.

.

.

Homesick and Sick Chimchim Chapter 4

Selesai

ooooOOOOoooo

TBC

Wah, terima kasih sekali! ^^

Ternyata masih ada yang mengharapkan fic ini untuk berlanjut ^^

Oke, akan kuusahakan untuk update tidak lama-lama :D

Sekali lagi terima kasiiiihhh reader-nim tercintaaa :*

Review kalian membangkitkan semangatku untuk terus melanjutkan cerita ini ^^

Semangaaattt

Selamat Liburan juga semuanya~

Sampai jumpa lagi

Jaa ne!

Sekian dan salam.

NB: Ah, adakah yang sudah menonton BTS Run ep. 33 dan 34? Sumpah itu lucu sekali! XD :D dijamin pasti akan ketawa gak berhenti-berhenti :D

Yang belum menonton HARUS nonton ;D

Oke, terimakasih.

Bye~