MARKHYUCK

MARK x DONGHYUCK / HAECHAN

Happy reading!

.

.

.

"Bisa pinjam ponselmu sebentar?"

Haechan menoleh dan mendapati Mark yang tengah menatapnya. Ransel tersampir dikedua bahunya dan topi kemerahan melekat erat menutupi setiap helai rambutnya. Haechan mengangguk kecil, lalu menyodorkan ponselnya yang langsung diterima oleh Mark. Ia tersenyum kecil ketika melihat penampilan Mark yang jauh rapih dari biasanya. Jaket baseball kebesaran miliknya dan sepatu adidas favoritnya selalu menjadi objek perhatian Haechan. Ia merasa jika Mark begitu perhatian pada setiap inchi hal yang melekat pada tubuhnya.

"Ini, sudah. Terimakasih, ya."

Haechan terkesiap ketika suara Mark mengalun dengan perlahan dan memasuki indera pendengarannya dengan begitu halus dan menyejukan. Ia menatap ponsel yang Mark taruh dihadapannya, lalu tersenyum kecil.

"Ponselmu rusak, sunbae?"Tanya Haechan pada akhirnya ketika hening menguasai. Mark yang duduk bersebrangan dengan Haechan hanya mampu menghela nafas lelah.

"Jeno memakainya, dia membalas semua pesan dari penggemarku. Ia benar-benar menyita ponselku."ucap Mark sambil fokus pada buku yang tengah berada digenggamannya.

Ruang klub Design Grafis tampak begitu lenggang. Beberapa anggota memang sudah berniat melarikan diri dari jadwal kumpul harian, dan sebagian lainnya lebih memilih berpura-pura sakit lalu meminta ijin untuk tidak hadir. Dan disinilah Haechan bersama Mark. Berdua, tanpa tahu harus melakukan apa. Listrik baru saja padam dan artinya tak ada satupun komputer yang dapat dinyalakan.

"Benarkah? Penggemarmu pasti sedih jika tahu bukan kau yang membalas pesan mereka."ucap Haechan yang dibalas tawa dari Mark. Matanya memang pada buku yang tengah dibacanya, tapi mendengar Haechan berbicara seolah meruntuhkan segala fokus yang ia bangun selama beberapa menit terakhir.

"Aku tak suka menjadi populer."ujar Mark, lalu menutup buku digenggamannya. Matanya menatap kerarah Haechan yang tengah memainkan bolpoin ditangannya.

"Bukankah menyenangkan, sunbae? Setiap hari kau selalu dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu. Mereka mendukungmu dalam hal apapun, mereka melakukan apapun yang kau sukai dan berusaha menjauhkanmu dari hal yang tak kau sukai."

Mark bersedekap lalu menyandar pada kursi yang tengah didudukinya. Ia menaruh buku yang sedari tadi digenggamnya dimeja, lalu menggeleng singkat.

"Mereka menjauhkanku dari hal yang ku sukai."

"Benarkah? Apa itu?"

Haechan bertanya dengan nada memburu, ia begitu antusias karena Mark seolah tengah membuka dirinya lebih dalam, dan ini kesempatan Haechan untuk memodusi Mark dengan alibi mengobrol. Padahal ia tengah mencuri informasi guna mendekati Mark.

"Kau. Mereka berusaha menjauhkanmu dariku. Aku tak suka itu."

.

.

.

Haechan berguling tak menentu dikasur hangat miliknya. Malam masih begitu panjang, dan Haechan sudah tak sabar guna terlelap di alam mimpinya. Namun kantuk tak juga kunjung menjemput. Puluhan kali ia menghitung domba guna membantunya terlelap, atau membayangkan banyak hal, dan berulang kali ia gagal.

"Apa Mark sunbae menyukaiku, ya? Hehe."

Haechan terkekeh ketika pemikiran gila memenuhi otaknya. Namun wajah bahagia Jaemin seketika melintas dan membuatnya tercenung seketika.

"Dasar gila! Tidak mungkin."monolognya lalu menepuk keningnya dengan cepat. Ia meraba kasurnya guna mengambil ponsel yang sedari tadi ia geletakan disampingnya.

Belasan notifikasi muncul dilayar utama ketika Haechan membuka ponselnya. Kebanyakan notifikasi grup, dan sisanya hanya pesan Chat dari teman-emannya yang menanyakan soal tugas kimia padanya. Ia mendengus sebal, sebelum senyum miring muncul dikedua belah bibirnya. Dengan gerakan terburu ia mencari satu nama kontak dan mengiriminya pesan.

Haechan : Sunbae

Haechan : Kau sudah tidur?

Selang beberapa menit balasan diterima Haechan. Ia tersenyum senang, lalu segera membukanya.

Mark : Belum

Mark : Kenapa?

Haechan mengetuk-ngetuk dagunya dengan gerakan imut, bingung bagaiamana membalas pesan yang baru saja Mark kirimkan. Otaknya berputar random guna menemukan kata yang pas dan terkesan jauh dari kata modus. Ia kembali membaca pesan yang Mark kirimkan, lalu mendesah pelan. Mark selalu saja begitu, balasannya memang seperti orang yang keyboardnya baru saja dicuri. Dan hal tersebutlah yang membuat Haechan harus memutar otaknya dan terus mencari bahasan agar pesan yang ia kirimkan tidak berakhir seperti Koran bekas–dibaca lalu digeletakan begitu saja.

Haechan : Aku pikir sunbae sudah tidur

Haechan : Sunbae

Haechan : Boleh aku cerita sesuatu?

Disebrang sana, Mark menggaruk rambutnya yang tak gatal. Lalu segera mengetikan balasan agar Haechan tak menunggu lama.

Mark : ceritalah

Mark : aku akan mendengarkan

Haechan bersorak dalam hati. Ia berseleberasi karena Mark merespon dengan positif segala pesan yang ia kirimkan. Dengan cepat ia mengetik lalu mengirimkannya pada Mark.

Haechan : Aku menyukai seseorang

Haechan : tapi temanku juga menyukainya

Haechan : sunbae, menurutmu aku harus apa?

Haechan menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Dengan gerakan pelan ia memencet tombol kirim. Walau sedetik kemudian ia menyesali perbuatannya.

"YATUHAN, BAGAIMANA JIKA MARK SUNBAE SALAH PAHAM?"

Dan Haechan mengubur dirinya dalam gulungan selimut tebal yang mengukungnya erat. Ia tak bisa menunggu lagi apa balasan Mark. Tapi ia takut. Bagaimana jika Mark malah merespon dengan baik segala pertanyaannya? Atau bagaimana jika Mark malah bertanya siapa yang ia sukai?

Segala pertanyaan tiba-tiba memenuhi pemikirannya. Haechan meruntuk dalam hati, kenapa ia bisa seceroboh ini. Walau sedetik kemudian ia tertawa lebar sekali.

"Tak apa. Calm down, jangan panik."

Ia lalu menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Dilakukannya secara berulang meski sama sekali tak mengurangi setiap gelisah yang melingkupi perasaannya.

Sedetik, dua detik, satu menit, tiga puluh menit, satu jam, dua jam, dan tak ada tanda jika Mark akan membalas pesannya. Haechan benar-benar ingin menangis, tamat sudah riwayatnya dimata Mark. Ia lelah menunggu pesan, dan ia sudah tak sanggup menunggu. Baru saja kantuk menjemput dan ia bersiap untuk memasuki alam mimpi, dering ponsel membuatnya terlonjak kaget.

"Ting!"

Haechan dengan gerakan cepat segera membuka pesan yang Mark kirimkan untuknya. Ia tersenyum masam, lalu melempar ponselnya. Dan seketika ribuan umpatan ia layangkan pada lelaki bermarga Lee tersebut. Ia menggeram, lalu berusaha untuk tetap sabar. Meski satu umpatan lolos begitu saja dari kedua bibirnya.

"Dasar berengsek, sialan!"

Mark : pesanmu tenggelam

Mark : tadi kau bertanya apa?

Jadi untuk apa ia menunggu, jika ternyata pesannya tenggelam di Chatroom milik Mark?

TBC

Ini pendek skl :") maafkan aku

Tbh, aku kehilangan mood. Notebookku rusak, hddnya rusak dan harus diganti :") kebanyakan aku sleep dalam waktu yang lama. Semua datanya hilang, termasuk lanjutan FF ini. Sosadd

But, semoga kalian suka. Aku ngerasa kalo ini uda gada nyambung nyambungnya. Tapi yasudala, hidup aja kadang ngga nyambung, tapi tetep harus dijalanin. Kaya FF ini *ngelantur

Thx buat yg review, ILYSM.