MARKHYUCK

MARK x DONGHYUCK

Happy Reading!

.

.

"Haechan!"

Haechan membalikan badannya saat dirasa seseorang memanggil namanya. Gadis dengan perawakan bak model papan atas tersebut melambai singkat kearah Haechan yang dibalas lambaian lagi oleh lelaki dengan surai kecokelatan tersebut.

"Ada apa?"tanyanya saat dirasa gadis tersebut sudah berdiri tepat dihadapannya. Gadis dengan nama Herin tersebut tersenyum malu, lalu mengusap tengkuknya yang tertutup oleh beberapa helai rambut yang jatuh.

"Haechan, kau kenal dengan Mark sunbae kan?"

Haechan mengangguk singkat. Mark, ya?

"Iya, aku kenal. Ada apa? Jangan bilang kau juga ingin menitip salam untuknya?"tanya Haechan dengan pandangan selidik. Herin mengangguk, lalu menatap Haechan dengan pandangan memohon. Ia menggenggam jemari Haechan, lalu semakin mengeratkannya.

"Please. Aku tahu kau dekat dengan Mark sunbae."ucapnya dengan nada memohon yang amat kentara. Haechan menghela nafas panjang, lalu mengangguk singkat.

"Baiklah, nanti ku sampaikan."

.

.

.

Mark Lee, siswa kelas sebelas jurusan Dance di Seoul Performing Art. Lelaki dingin yang tak tersentuh oleh siapapun. Temannya hanya segelintir dan semuanya adalah siswa dengan otak cemerlang. Haechan menyebutnya dengan si dingin dengan hati yang lembut.

Mark Lee termasuk siswa populer. Tidak banyak ekstrakulikuler yang diambilnya. Ia hanya meminati bagian design dan selebihnya adalah bola orange yang memantul. Hidupnya adalah tentang bagaimana ia meraih apa yang ia impikan, tak peduli dengan tanggapan orang.

Dalam ekstrakulikuler basket, ia hanya sebagai penyerang. Lalu untuk masalah ekstrakulikuler Design Grafis yang kebetulan juga Haechan ikuti, ia menjabat sebagai ketua. Perannya begitu penting, dan ia begitu dipercaya sebagai peserta lomba design selama beberapa tahun kebelakang. Jiwanya terhadap Design dan kecintaannya terhadap menggambar berhasil membuatnya dikenal diseluruh penjuru sekolah.

Dan diam-diam Haechan juga kagum terhadap hal itu. Sama halnya dengan satu sekolah yang selalu berdecak kagum atas apa yang Mark perbuat.

Tapi satu hal yang membuat Haechan berbeda dengan para penggemar seorang Mark Lee. Entah keberuntungan atau malah kebalikannya, Haechan mendapat kesempatan untuk mengenal baik bagaimana kepribadian Mark sebenarnya.

"Sunbae, aku malas mendapat banyak sekali salam untukmu."ucap Haechan ditengah rapat anggota Design Grafis. Mark tersenyum singkat, lalu menjawab,

"Yasudah, jangan kau hiraukan."

Diam-diam Haechan mengamati bagaimana cara Mark tersenyum. Ia terkagum karena bagaimana mungkin, disaat panas terik seperti ini, Mark dapat tampil dengan begitu tampannya. Haechan bahkan yakin jika wajahnya sudah tidak berbentuk karena keringat dan debu yang menempel menjadi satu.

"Mereka menerorku."bisik Haechan. Mark hanya terdiam tak menghiraukan ucapan Haechan. Fokusnya menuju bagaimana kinerja para seksi humas yang tak berjalan dengan lancar. Lomba Design Grafis untuk pertama kali dinyatakan tidak sah dalam Pekan Seni Siswa yang akan berjalan beberapa minggu lagi. Proposal bahkan ditolak sebelum sampai dimeja wakil kesiswaan.

"Baiklah, sebelumnya kita memang berencana membuat beberapa kategori. Pertama menggambar secara manual, lalu divisualisasikan dan dibuat secara nyata melalui grafis. Aku pikir kita perlu merevisi beberapa bagian pada proposal, kita juga harus meyakinkan wakil kesiswaan untuk menerima proposal yang kita ajukan. Haechan, segera rekap semua keperluan untuk lomba lalu laporkan padaku malam ini juga. Koeun, segera hitung berapa uang yang perlu kita keluarkan. Dan Renjun, sebarkan poster keseluruh penjuru sekolah."perintah Mark dengan nada mutlak dan tak dapat diganggu gugat. Haechan menghela nafas lelah. Baru saja ia bebas dari segala tugas sekolah yang seolah memburunya, dan ia kembali disiksa dengan tugas baru dari Mark Lee.

Oh ya, omong omong soal Koeun, Haechan jadi ingat sesuatu. Mark dulu adalah relawan kesehatan, dan Koeun adalah salah satu anggotanya. Saat disuruh untuk memberikan surat cinta untuk seseorang, Koeun malah memilih Mark sebagai targetnya. Tapi Mark dengan acuhnya malah menggeletakan surat berwarna merah jambu itu dimeja, bahkan tanpa membuka dan membacanya. Tapi untuk saat ini, mereka sudah menjadi teman yang saling membantu. Haechan terkikik saat mengingatnya.

"Haechan, kau dengar ucapanku?"

Mark menatap Haechan dengan pandangan menelisik. Haechan mengangguk kaku, lalu meruntuki kebodohannya karena asik sendiri dengan pikirannya.

"I–iya sunbae."

.

.

.

Malamnya, Haechan berkutat dengan berbagai macam daftar keperluan yang klub butuhkan untuk lomba, sampai satu notifikasi menghentikan pergerakannya.

Jaem : Kudengar Mark sunbae itu penggemar hentai..

Omong kosong macam apa ini.. Haechan diam tak berniat membalas. Sampai Jaemin kembali mengiriminya pesan.

Jaem : Mintakan aku anime hentai padanya

Haechan tak habis pikir dengan otak Jaemin yang kadang kelewat kotor. Tapi ia tak kuasa menolak. Lagipula hitung hitung chattan dan memodusi Mark. Tapi tunggu–

"Memangnya yang seperti ini dapat dikategorikan sebagai modus?"

Tapi Haechan tak terlalu peduli.

HC : Mark sunbae

HC : Temanku bertanya

HC : Apa sunbae punya anime Hentai? Hehhe

Sent at 10.20 PM

Haechan membaca serentetan pesan yang baru saja dikirimnya pada Mark secara berulang. Sedetik kemudian ia meruntuk lalu berteriak tanpa suara.

"YATUHAN APA YANG SUDAH KULAKUKAN?"

Ia mungkin sudah gila, mengirimi seseorang yang ia sukai dan bertanya apa ia penggemar animasi porno atau tidak? Tapi Haechan setelahnya menghela nafas panjang, lalu tersenyum gila.

"Ya sudah, mau bagaimana lagi."

Padahal dalam hatinya, ia tengah meraung dan menangis karena merasa harga dirinya jatuh begitu saja. Selanjutnya nama Jaemin muncul untuk segera ia habisi segera.

"Awas kau Jaemin!"

Haechan mengambil ponselnya dan berniat menuntut pertanggung jawaban pada Jaemin sebelum satu pesan membuatnya membatu seketika.

Mark : Selesaikan tugasmu dulu, Haechan!

Mark : Lagipula, apa itu hentai? Kau gila apa!

Mark : Kau pasti salah orang!

Apa-apaan dengan tanda seru itu? Haechan meruntuk dalam hati betapa soknya seorang Mark Lee. Kalau memang tidak tahu Hentai, tidak usah pakai tanda seru seperti itu. Dan selanjutnya geraman Haechan terdengar disetiap sudut kamar berwarna abu milik Haechan.

.

.

.

"Gila! Gila! Aku tak tahu kalau Mark sunbae penggemar hentai!"

Haechan menutup mulut Jaemin yang berteriak didepan koridor. Ia meringis karena suara Jaemin begitu menggelegar dan membuat setiap siswa dan siswi menoleh kearahnya dan Jaemin. Haechan membungkuk, lalu segera menggeret Jaemin untuk memasuki kelas. Memang dasarnya, setiap nama Mark digumamkan oleh seseorang, maka hal itu akan menjadi pusat perhatian dalam waktu sekejap.

"Ssst.. kau ini bisa santai tidak, sih? Kenapa harus berteriak seperti orang kesetanan?"

Jaemin segera duduk dibangkunya yang tepat berada didepan Haechan saat mereka sudah memasuki kelas, lalu berbalik dan menghadap kearah Haechan yang tengah menaruh tasnya.

"Hehe, tadi itu refleks. Lagipula kau juga gemar berteriak."ucap Jaemin, lalu ia tersenyum tanpa dosa.

"Tapi tadi itu beda. Kau bawa-bawa nama Mark, lalu apa maksudnya dengan Mark sunbae penggemar hentai? Kau tahu darimana?"tanya Haechan tak sabaran. Jaemin terkekeh lucu, lalu menggeleng.

"Aku hanya menebak."

"Hah, omong kosong macam apa itu. Gara-gara kau, harga diriku jatuh!"

Haechan menuding Jaemin menggunakan jari telunjuknya yang panjang, ia berseru tak terima saat mendengar jawaban konyol milik Jaemin.

"Lagipula, kau tidak lihat apa wajahnya Mark sunbae? Wajahnya mesum dan penuh dengan aura hentai."

"Okay, terserahmu. Kita tidak bisa berbicara soal ini disini."

Jaemin mengedarkan pandangannya saat menemukan satu kelas tengah memandangnya dan Haechan dengan pandangan heran. Ia tersenyum kaku, lalu mengajak Haechan keluar kelas.

"Antar aku ke kamar mandi, sekarang."

.

.

.

Haechan menghela nafas karena tingkah hyper Jaemin yang begitu mencolok dan membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Ia menarik tangan Jaemin, lalu menyuruhnya untuk tetap diam.

"Kau ini, bisa diam tidak sih?"

Jaemin menggeleng.

"Hari ini aku senang sekali."

Lalu dari kejauhan terdengar pekikan siswa dan siswi. Samar siluet lelaki dengan perawakan tegap tengah berjalan berlawanan arah. Haechan menghela nafas saat dirasa ia mengenali sosok tersebut. Lalu selanjutnya yang ia lakukan hanya menunduk dalam sembari berjalan cepat.

"Hei, hei, kenapa berjalan cepat sekali, sih?"protes Jaemin ketika Haechan menariknya dengan kasar.

"Kau lam–"

"Hei, Haechan–ah."

Dan Haechan membeku, Jaemin mematung ditempat, tiba-tiba koridor terasa begitu sunyi dan hening. Mark tidak pernah berniat menyapa orang dan berada dikoridor anak kelas sepuluh. Sontak hal itu menarik perhatian setiap siswa dan siswi yang merasa heran akan kehadiran Mark.

Tapi mendengar Mark menyapa adik kelasnya, segala asumsi muncul dipemikiran mereka. Ada hubungan apa diantara mereka berdua?

Haechan sendiri masih terdiam sembari mentralkan detak jantungnya. Diam-diam ia menyumpahi Mark dengan sikapnya yang begitu mengejutkan.

"Semoga kau tak lupa dengan apa yang kau ucapkan semalam."

Dan Mark berlalu begitu saja, disusul dengan teriakan nyaring khas wanita dan tatapan membunuh yang dilayangkan untuk Lee Haechan yang masih membatu.

TBC!

Aku malah ga ngelanjutin one love, dan malah bikin yang baru T.T mianek.

Bdw, terimakasih buat temanku yang nyuruh aku nanya apa gebetanku punya film hentai apa enggak? Dan bodohnya aku malah nanya T.T Makasih banget, semoga doi gabaca wkwk

Dan buat gebetanku, yang malah "Hei..hei..hei.." pas ketemu dikoridor, tanpa nyebut nama, makasih. Kamu galakik sangat Q.Q

Chap depan ini uda end, asalnya cuman dibuat oneshoot. Tapi aku kelupaan sama kejadian plus alur ceritanya, jadi yasuda.

Ppai~