DISCLAIMER: I DON'T OWN THE STORY. FIC INI ADALAH TERJEMAHAN DARI FIC BERJUDUL SAMA (HUNGRY) YANG DITULIS OLEH TAMAGOS DI ARCHIVEOFOUROWN. ALL CREDIT GOES TO THE ORIGINAL AUTHOR.

Halohalohalo saya kembali lagi bersama GuanHo, cuma kali ini sebagai penerjemah bukan penulis wkwkwk. Balik ke profesi asal ceritanya ^^ (ditimpuk SungLe shipper yang part terakhir fic-nya masih belom di translate :/ maaf ya saya lagi khilaf guanho kawan") Begitu baca fic ini rasanya jadi semangat banget pengen bagi" ke kalian juga, soalnya ini lucu banget seleraku deh pokoknya hehe. Selamat menikmati ya ^^

.

.

.

Di kehidupan lain Yoo Seonho ingin menjadi panda. Segala yang mereka lakukan hanya bermalas-malasan dan orang-orang membawakan berton-ton bamboo kepadanya, cukup untuk makan lima hari sekali. Panda di kebun binatang Taipei terlihat lebih terpuaskan daripada dirinya, kangen rumah dan kelaparan.

Jikalau syarat untuk menjadi panda melibatkan penampilan lemot dan imut, Seonho rasa ia sudah memenuhi lebih dari separuhnya. Dan dibanding memusingkan pr, tidur-tiduran sambil menyumpal wajahnya dengan makanan terdengar seperti pilihan hidup yang lebih baik.

Mungkin tidak seharusnya dia mengikuti program pertukaran murid. Sungguh, apa yang ia pikirkan? Akan menyenangkan? Ya, mungkin untuk satu atau dua minggu pertama dimana ia hanya bermain-main dan kuliner berbagai macam makanan asing, tetapi sekarang itu tidak lagi terasa spesial dan porsi makanannya terlalu sedikit untuk perutnya yang masih bertumbuh.

Dan itu adalah masalah yang tidak bisa dipecahkan, melihat kebanyakan waktu ia habiskan menunjuk sesuatu di menu dan berharap rasanya enak (sungguh enak). Ia tak bisa meminta orang yang menyajikan makanan untuk "tolong ambilin yang banyak buat aku ya please~" dalam bahasa Mandarin seperti dalam bahasa Korea. Atau bisa saja, tapi akan dipandangi seolah-olah ia tumbuh satu kepala lagi.

Jadi dia bisa bermimpi untuk dilahirkan kembali sebagai seekor panda. Atau dia bisa berpura-pura menjadi Orang Dewasa dan mendapatkan dirinya makanan. Hanya saja kulkas kecilnya kosong dengan tragis dan Seonho sedikit takut keluar rumah saat sudah jam 11 malam di negara asing. Tak peduli apa yang dikatakannya kepada sang ibu, ia yakin orangtuanya tahu ia masih takut akan kegelapan.

Menghela napas, ia membuka laptop dan mencari jasa antar makanan di sekitarnya. Hanya ada sangat sedikit, dan sedihnya tidak ada satupun masakan Korea. Kebanyakan meruap biaya tambahan untuk delivery di jam terkutuk seperti ini, dan Seonho tidak menyalahkan mereka. Setelah mencari-cari, ia memutuskan untuk memesan ayam goreng. Semoga yang ala Korea dan memiliki rasa rumah.

Terima kasih telah memesan BuCe's Fried Chicken. Pesanan anda diperkirakan sampai dalam waktu 5 menit.

Tukang pesan antar sudah berada di luar gedung anda, dimohon turun untuk mengambil makanan anda.

Dimohon turun dengan cepat.

BURUAN TURUN

Dikejutkan oleh getaran ponsel, Seonho berpaling dari prnya. Ohiya. Mampus, ia betul-betul lupa tentang makanannya! Bergesa menuruni tangga, ia terluntang-lantung ke udara dingin malam, hanya untuk melihat tukang delivery mengenakan helmnya dan bersiap pergi.

"Ya! Maaf! Stop! Ayam gorengku!"

Bayangan kehilangan ayam gorenglah yang membuatnya panik dan berteriak dalam bahasa Korea. Ia sedang bersusah payah dengan bahasa Mandarin ketika tukang delivery berputar balik.

"Akhirnya turun juga," gerutunya dalam bahasa Korea sambil mengeluarkan sepaket ayam gorang dari dalam kotak makanan.

Ya ampun. Ia sudah cukup malu karena keterlambatannya, tapi melihat sang tukang delivery membuatnya semakin segan. Jangan salah dulu, Seonho sudah biasa memanjakan matanya dengan lelaki tinggi tampan dan menarik (biasanya kakak kelas) dari bermain basket terlampau sering, namun delivery boy ini (atau delivery man) adalah makhluk paling mempesona di gabungan Korea dan Taiwan. Suara berat, tatapan tegas dan secara keseluruhan rupawan. Ganteng banget. Seonho yakin dia duabelas tahun lebih tua dan sudah menikah dengan dua anak, seperti semua taksiran lainnya yang selalu tak mungkin tergapai.

"Orang Korea?" tanyanya, rahang melorot. Seberapa kecil kebetulannya?

"Bukan. Cuma tau dikit bahasa Korea. Harganya 350TWD." Sang lelaki melirik galak ke arahnya dan tiba-tiba Seonho merasa super minder. Seonho gak banyak (sebenarnya sama sekali nggak) tahu soal cara memikat, tapi ia yakin kaos gombrong sekolahan dan celana basket yang dipakainya bukanlah jawaban yang benar. Bahkan gak bisa digunakan untuk menyimpan dompetnya, yang sekarang ia baru ingat sedang bertengger di atas meja.

Wow. Yoo Seonho, hebat sekali. Pertama kamu telat ngambil makanan orderan, Hot Delivery Guy pedasnya setara Hot Wings dan juga marah karena waktunya terbuang, dan sekarang kamu bakalan ngebuang lebih banyak waktunya.

"Dompet… Diatas…" ucapnya dengan bahasa Mandarin yang amburadul, menunjuk ke arah asramanya.

"Cepetan. Dan pake bahasa Korea."

Seonho buru-buru berlari. Seingin-inginnya mengambil kesempatan langka melongok bahan cuci mata kelas atas, dia dididik sebagai anak yang sopan dan tidak baik mengganggu orang yang hanya ingin mencari nafkah. Ia bergegas mengambil dompetnya, memastikan punya cukup uang untuk tidak mempermalukan dirinya (lagi) di depan tukang delivery dan kembali turun ke lantai dasar untuk membayar ongkos makanannya.

"Maaf! Maaf banget udah buang-buang waktumu! Aku bakal lebih bertanggung jawab lain kali!"

"Gapapa. Jadi orang asing tuh susah."

Seonho Lemah. Lelaki yang nampak tangguh namun sebenarnya baik berdampak besar kepada hatinya yang lemah dan hormonal. Terutama lelaki tangguh yang masih nampak apik dengan fanny pack dan kaos simple. Dan the Best Eye Candy Ever akan beranjak pergi, dan Seonho bukanlah Seonho jika ia tidak gegabah berusaha mendapatkan namanya.

"Boleh aku tau namamu? Aku mau nulis review buat layanan yang memuaskan banget, mungkin nanti gajimu bakal dinaikin atau apa gitu…" Ia ngelantur sekarang.

"Guanlin. Dan gak perlu. Orangtuaku gak bakal naikin gajiku."

Hot Delivery Guy, bukan, Guanlin pergi berkendara bersama Hatinya, karena Seonho remaja dramatis dengan sejumlah gundukan cinta monyet. Walaupun kali ini cinta monyetnya sedikit lebih besar karena orangtua Guanlin memiliki toko ayam goreng, yang merupakan salah satu ambisi masa kecil Seonho. Tapi tak apa-apa, karena ayam goreng akan membuat perutnya yang bunyi tak karuan merasa terhibur secara instan.

TBC

.

.

.

Yak segitu dulu ya? Sebenernya ini one-shot tapi karena belakangan saya sibuk dan udah kebelet pengen share sama kalian, lanjutannya besok ato lusa baru saya post ya ^^; Dari semua fic berpairing Guanho yang ada di ao3, sejauh ini saya paling sreg sama yang ini hehehe... sebenernya ada satu lagi yang saya incer, cuma masih ongoing dan panjang ceritanya, jadi ini dulu yg aku terjemahin. Kalo banyak peminatnya ntar mungkin bakal kutranslate juga kalo udah selesai :) ada juga fic minhyun/seonho yg lucu banget tapi untuk sekarang saya fokus ke guanho dulu aja deh (ampun jangan ditombak)

CERITA ASLINYA (BAHASA INGGRIS) BISA DITEMUKAN DI:

archiveofourown. o*r*g /works/11367891 (delete tanda * dan spasinya)

KALAU PADA SUKA, BOLEHLAH KASI AUTHORNYA KUDOS DAN COMMENT UNTUK MENUNJUKKAN APRESIASI ^^

SEE YOU NEXT PART!