Unusual Love Story

( Hades!Yoongi x Persephone!Jimin )

III : Mantan?


Saat itu siang, cerah dan gembira. Keluarga neraka ini memutuskan untuk refreshing sebentar di dunia mortal. Yah, dan sebab sebentar lagi hari raya, tentu pusat-pusat perbelanjaan menyediakan diskon tipu-tipu yang sebenarnya adalah harga normal.

Tapi ibu mana yang tahan kalau lihat diskon?

Ibu jejadian seperti Jimin tak luput pula tergoda melihat angka-angka besar yang dipajang cuma-cuma itu.

Jimin turut pula ikut berperang di dalam mall, mencari baju-baju trendy yang bisa dikenakan anak tirinya. Karena dia sayang anak dan Yoongi punya black card. Terus kenapa mencari diskonan? Karena hemat pangkal kaya.

Sudah sejam berlalu dan tak ada tanda bahwa Jimin akan siap dengan segera. Anak dan bapak ini memutuskan untuk duduk di tempat makan terdekat (dengan Yoongi yang terlebih dahulu harus diseret Yoonji agar mau pergi). Sang anak memainkan ponsel pintarnya sembari menyesap secangkir Americano.

AGUST D FANCLUB

Begitu nama grup yang tertera di aplikasi dalam ponselnya.

Hamster13

Ada yang bakal nonton Agust-oppa malam ini? OMG GAK SABAAARR!

DTSugaluvluv

AGUST-OPPA CAT RAMBUT! RAMBUTNYA SEKARANG SILVER DAN DIA MAKIN GANTENG DAN AKU MAU MATI SAJA BYE ASDFGHJKL

(foto)

Dua mata Yoonji yang hitam kelam sejenak berbinar-binar dengan sedikit sound effect 'cling cling'. Ia mengetuk perintah unduh gambar secara otomatis. Kemudian tanpa babibu menjadikannya layar utama.

Tapi sejenak ia berpikir kembali, dan mengganti wallpaper utamanya menjadi foto sang ibu tiri lagi; alias foto Jimin sedang tidur dalam balutan onesie dinosaurus biru. Foto Agust-oppa tadi ia jadikan sebagai layar kunci saja. Hitung-hitung kamuflase.

Dasar inses.

"Papa, nanti malem temenin aku nonton." Yoonji tetap terfokus pada layar ponselnya. "Agust D mau konser."

"Kenapa nggak ajak Jimin juga?"

"Nanti banyak yang naksir, atau parahnya, mama naksir Agust-oppa."

Yoongi mengangguk khidmat. Jimin itu mutlak miliknya dan semua orang tahu (kecuali Yoonji).

Ia menatap jam tangan Role—disensor karena ini bukan sponsor di pergelangan tangannya. Entah kenapa ia mulai khawatir sebab sudah lewat setengah jam dari waktu mereka berpisah. Yoongi memutuskan untuk menjemput Jimin setelahnya. "Jaga meja ini, aku mau jemput ibumu." Yoongi berkata datar. "Dan jangan gombalin cewek lagi."

Yoonji mencibir. Ia hanya mengiyakan dengan malas. Kembali sibuk dengan ponselnya. Sejenak ia merasakan aura-aura yang tidak enak dari luar tempat makan. Ia segara menoleh pada dinding-dinding kaca di sana.

"Mungkin cuma perasaanku ..."


"Ah, lumayan ..." Jimin menghela napas senang. Kedua tangannya membawa lima belas setel baju untuk dibayar. Lima baju bermerek, dan sisanya ya, baju diskonan.

Jimin mengeluarkan dompet dan membayar lunas semua yang ia beli dengan kartu kredit milik Yoongi. Ia tersenyum, kemudian berlalu dengan beberapa tas belanja dari kasir. Ia mengecek ponselnya sebentar, satu pesan belum terbaca.

Yoonji

Mama, aku dan papa di tempat makan dekat sana. Meja nomor tiga.

Ah, ketikan anaknya persis sekali dengan Yoongi. Singkat, jelas, padat.

Jimin kembali mengantongi ponsel. Ia berjalan sambil melihat-lihat barang di kiri dan kanan. Mungkin saja ada yang bagus kan? Hitung-hitung menghabiskan rekening Yoongi—siapa tadi yang bilang hemat pangkal kaya?

Ia melangkah santai ke daerah tempat makan dan nongkrong anak muda. Tidak apa-apa, dengan wajahnya yang tidak kalah menggoda dari Afrodit, tak akan ada yang sadar bahwa umurnya sudah beribu tahun; bahkan abad. Jimin nyaris saja sampai, sebelum,

"Permisi."

Jari-jari lentik menepuk pundaknya dengan halus. Jimin tersentak kaget, untungnya tidak latah. Ia menoleh takut-takut. Seorang perempuan cantik dengan rambut hitam panjang berdiri tepat di belakangnya. Dengan suara bergetar yang amat lirih, Jimin meneguk ludahnya, "I-iya, siapa ya?"

"Oh, ternyata benar! Aura dan aroma milikmu sangat cerah dan harum seperti musim semi!"

Oh—OOHH—lihat, aura wanita cantik ini benar-benar tidak biasa! Warnanya hitam dan kuat seperti abu gosok. Pakaiannya pun, berwarna gelap-gelap seperti khas, khas ...

Dewa-dewi dunia bawah?

Apa ini, Jimin mau diculik untuk ketiga kalinya oleh makhluk dunia bawah?

"S-siapa ya ...?"

"Eh, aku emang nggak terkenal sih ..." Wanita itu tersenyum miris. Hawa-hawa di sekitar sana ikut menghitam dan yang melewati mereka berdua mendadak bergidik ngeri dan merasa sedih. Jimin meneguk ludahnya untuk kesekian kali. Sumpah, aura wanita ini hampir menyamai Yoongi dan Yoonji yang notabene punya kekuasaan terkuat di neraka. Kemudian wajahnya kembali gembira saat melihat Jimin berkedip. "Wah! Lakukan lagi!"

"Apa?" Jimin berkedip-kedip—sok—polos. Wanita itu tersenyum lebar. "Hebat, ternyata Persefon beneran membuat bunga kecil-kecil saat berkedip! Lihat, bahkan nggak sampai sebesar ujung kelingkingku!"

Wanita ini aneh, batin Jimin berkata, sedikit tidak sadar diri dengan perilakunya selama ini yang lebih abnormal.

"Siapa ya ...?" Jimin bertanya lagi. "Apa kita pernah kenal?"

"Oh iya, kita belum kenalan sih."

Wanita itu mengembangkan senyumnya. Ia mengulurkan tangan kepada Jimin untuk berjabat. Setelahnya, Jimin nyaris tersedak ludahnya sendiri dan juga nyaris memaki.

Kenapa munculnya sekarang sih?!

"Salam kenal," Hawa di sana benar-benar hitam sekarang.

"Aku ibu kandung dari Yoonji."


Canggung.

Tidak ada kata lain yang pas untuk keadaannya sekarang ini, kecuali menegangkan, itu sedikit boleh. Bayangkan saja, ibu kandung dan ibu tiri duduk berhadap-hadapan di sebuah resto di dalam mall, dan ada gelas-gelas minum di atas meja. Bukannya ini benaran mirip skenario drama? Jimin hanya berdoa untuk yang terbaik. Menjerit dalam hati mana tau ibunya bakal datang. Dan ia siap-siap menghindar kalau saja wanita itu menyiram wajahnya dengan segelas jus jeruk.

Kemudian mereka jambak-jambakan, sip. Jimin kebanyakan menonton drama.

"Uh ... jadi ... Mbak Seungwan ...?" Nada Jimin terdengar bergetar. Ini lebih parah daripada saat pertama ia menghadapi Yoongi. "Ada apa ya?"

Seungwan menoleh kiri dan kanan, seolah mencari suatu barang. Kemudian ia bertanya tanpa canggung, "Kamu nggak bawa suami dan anak?"

"Bawa kok."

Demi sempaknya Ares yang belum dicuci seratus tahun, latah Jimin dalam hati. Ia menoleh ke belakang. Ada Yoongi dan Yoonji menatapnya garang. Lagi-lagi ia menelan ludah. Rasanya akan ada konflik seru yang mengerikan. Mungkin saja Seungwan bakal melabraknya di sini dan—

"Sayang!"

Seungwan berdiri dan memeluk tubuh Yoonji. Anak itu tersentak kaget, nyaris oleng. Yoongi meliriknya dengan sedikit tak senang. Ia menarik kursi di sebelah Jimin dan duduk dengan kasar. Wajahnya muram, auranya hitam pekat. Jimin bergidik ngeri. Apa kini ia jadi protagonis utama? (ia memang protagonisnya sejak kisah ini pertama kali diketik).

"Ih! Lepas, Ma!" Yoonji mendorong tubuh wanita itu dengan risih. "Mama kenapa ke sini? Mama mau melabrak pacarku?!"

Krik.

"WOI!" Murka Yoongi. Ia menggebrak meja. Jimin mulai kesulitan mengalihkan pandang orang-orang di sekitar mereka.

"Eh? Bukannya dia istri baru papamu?"

"Memang! Anak itu memang tidak tahu sopan santun!"

Ralat, sepertinya kita salah skrip. Tapi sepertinya kalimat itu memang pantas diucapkan Yoonji, ayo lanjut.

"Mau apa kau ke sini, Wendy?" Yoongi menatapnya tajam. Seungwan hanya tersenyum tanpa gentar. Yoonji menenangkan Jimin yang kelihatan sangat ingin menangis sambil menepuk pantat—tidak, pundaknya. "Aku? Ngapain aku ke sini? Mencari kalian lah!"

Wanita itu merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sebuah amplop surat yang sangat berkilauan sampai mungkin bisa membuat orang menjadi buta. "Dari Zeus dan Hera." Kemudian ia menyerahkannya kepada Yoongi.

"Hah?"

"Apa? Kenapa seperti orang bodoh begitu?"

Yoongi membuka surat itu, tak lupa ia pakai kacamata hitam dahulu. Bibirnya bergerak-gerak tanpa suara mengikuti kalimat surat. Lalu wajahnya menjadi tidak terdefinisikan. Jimin merebut surat itu dan terpaku—

"A-apa ..."

"Yap!" Seungwan tersenyum lebar. "Kami dari Organisasi Pendukung YoonMin menyatakan,"

"Akan menggelar pesta pernikahan kalian minggu depan!"

Bersambung.


[ a/n : maafkan keterlambatan yang amat sangat ini T_T review sangat ditunggu!

p.s ada tambahan di bawah. ]


Musik berdentum keras-keras dari segala arah. Yoonji mengangkat lightsticknya tinggi-tinggi dan ikut heboh di tengah-tengah konser yang meriah itu. Tetapi sejenak kemudian ada yang mengganjal pikirannya.

"Pa."

Yoonji berkata di sela-sela konser, membuyarkan konsentrasi sang bapak yang sedang heboh melambaikan lightstick. Yoonji menyipitkan mata dan melihat orang yang ada di atas panggung dengan teliti.

"Apa?" Yoongi menolehkan kepalanya. "Pengen ke toilet?"

"Bukan, itu ..."

Yoongi menatap anaknya dengan wajah datar semacam jalan tol. Ada jeda cukup lama sampai lagu di sana berganti menjadi 'Give It To Me'.

"Kenapa ..."

"Kenapa Agust-oppa mukanya mirip banget dengan papa?"

"..."

Kemudian hening.