Perlahan Johnny membuka kedua matanya. Pandangannya masih setengah kabur akibat rasa kantuk yang luar biasa. Ia juga merasa lelaki yang tengah tidur menindihnya memiliki berat badan yang lebih ringan dibanding semalam.

"Hoahm..morning, sweetheart" Johnny mengerjapkan matanya berkali kali membiasakan intensitas cahaya pagi yang masuk. Seketika ia terkejut kala mengetahui bukan sosok Jaehyun lah yang tengah tidur menindihnya, melainkan sebuah guling.

Johnny beranjak bangkit dari ranjang, ia menyeringai ketika mendapati sprei ranjang itu kotor akan berbagai cairan sperma yang mengering akibat seks semalam. Ia juga tersenyum bangga mendapati dirinya telah mengutarakan perasaannya pada Jaehyun pada malam itu dan kini mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

Johnny memejamkan matanya menikmati aroma sedap yang menggelitik indra penciumannya. Ia membiarkan dada bidangnya terekspos dengan sekedar mengenakan celana jersey, setelahnya ia beranjak untuk menggosok gigi dan berlalu mengikuti sumber aroma tersebut yang ternyata berasal dari dapur.

Rupanya Jaehyun tengah mempersiapkan sarapan untuk mereka berdua. Johnny menyandarkan kepalanya pada dinding dapur mengamati tiap pergerakan lelaki berparas malaikat tersebut. Johnny merasa iba melihat lelaki itu berjalan sedikit tertatih diiringi dengan rintihan kecil yang sesekali keluar dari mulutnya.

Johnny berjalan mendekati Jaehyun yang sama sekali belum menyadari keberadaannya. Perlahan Johnny melingkarkan kedua lengannya pada pinggang ramping lelaki berlesung pipi itu dari belakang.

Jaehyun sedikit terlonjak kala mendapati dua lengan kekar yang tiba tiba mendekapnya erat. Johnny mengecup pipi dan leher pemuda manis itu singkat. Lelaki yang lebih tua itu tersenyum malu. Ia lepas dari aktivitasnya memotong berbagai sayuran mentah, beralih dengan genggaman lembut pada kedua tangan besar Johnny yang tengah memeluknya.

"Morning, baby" Sapa Jaehyun seraya menyampingkan pandangannya dan mengecup sekilas pahatan pipi tegas kekasihnya. Johnny hanya membalasnya dengan gumaman seraya menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher lelaki yang lebih tua untuk menghirup aroma manis tubuh itu dalam dalam.

"Katakan siapa peraih orgasme terbanyak semalam?"

"Johnny!" Jaehyun menyikut abs telanjang lelakinya. Sementara Johnny hanya terkekeh penuh kemenangan.

"Did it hurt? I can carry you wherever you want"

"Aku berat, sayang"

"Kau meremehkan kekuatanku hyung? Lihat ini."

"J-John!" Jaehyun memekik tertahan ketika Johnny menggendong tubuh rampingnya seperti gaya bridal carry. Lelaki 18 tahun itu hanya terkekeh kala merasakan dua lengan Jaehyun yang reflek melingkar di kedua bahu lebarnya.

"How? Still doubt my muscles? Menggagahimu 10 ronde pun akan kulakukan jika kau masih meragukan kekuatanku."

"Baby..!" Jaehyun memukul cukup keras dada bidang telanjang lelakinya yang bagi Johnny tidak sakit sama sekali.

Tap tap tap

"Sayang, aku belum selesai membuat sarapan.." Ujar Jaehyun yang terdengar seperti rengekan kala Johnny menggendong tubuhnya menuju ruang tengah. Johnny tak mengindahkan rengekan kekasihnya yang kian lama terlampau manja.

Johnny mendudukkan Jaehyun di sofa dengan hati hati lalu berlutut di hadapan lelaki 24 tahun tersebut. Johnny meraih punggung tangan lembut kekasihnya.

Cup

Cukup lama Johnny menempelkan bibirnya pada punggung tangan kanan kekasihnya hingga membuat sang empunya merona karena malu. Hanya saja, Jaehyun belum terbiasa dengan Johnny yang selalu memperlakukannya bak seorang putri. Ditambah lagi dengan pahatan sempurna tubuh bagian atas Johnny yang terekspos membuat jantung Jaehyun terus berdegup begitu menyenangkan.

Kini Johnny melepas kecupannya beralih dengan menatap sepasang manik mata menggemaskan di hadapannya.

"Hyung, kau tetap bekerja hari ini?"

"Tentu saja"

"Tapi, dilihat dari cara berjalanmu aku meragukan hal itu"

"I'm okay, baby.." Ujar Jaehyun lembut seraya memainkan surai halus kekasihnya. Johnny menggeleng lalu bangkit dari posisi berlututnya dan duduk disamping lelaki yang lebih tua.

"Kuantar ke kantor"

"T-tapi hmph.." Belum selesai Jaehyun melanjutkan kalimatnya Johnny terlebih dahulu melumat lembut bibirnya tanpa aba aba.

Johnny terus menyecap tiap sudut benda kenyal berwarna pink itu sesekali menggigitnya gemas. Tangan kirinya ia gunakan untuk menekan tengkuk Jaehyun agar tautan mereka tidak terlepas.

"Ngh.." Jaehyun meremat kedua bicep Johnny yang tidak berbalut kain apapun.

Sementara sebelah tangan Johnny meraih pinggang ramping kekasihnya dan mengangkat tubuh kecil itu ke atas pangkuannya tanpa melepas ciuman mereka. Sesekali lidah mereka bertemu dengan gerakan Jaehyun yang malu malu, membuat Johnny terus menjamah bibir itu lebih beringas dari sebelumnya.

Rematan lembut jari jari lentik Jaehyun pada bicep sesekali berpindah pada bahu lebar Johnny membuat lelaki yang lebih muda itu semakin memanas. Jaehyun merasa pikirannya kosong seketika, yang bisa ia lakukan hanya melengguh dan meremat kedua bahu lebar kekasihnya.

Johnny merasakan air liur menetes dari sudut bibirnya sama halnya dengan Jaehyun. Johnny memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan diselingi dengan suara kecipak yang sesekali terdengar lirih. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mendekap pinggang ramping kekasihnya.

Johnny sedikit menggeram rendah saat dirasa jari jari lentik Jaehyun meremat bicep telanjangnya lebih keras dan terus memukul bahu lebarnya berulang kali. Sepertinya Jaehyun benar benar membutuhkan pasokan oksigen.

Dengan terpaksa Johnny melepas tautannya, seketika Jaehyun menundukkan wajahnya yang memerah padam seraya mengambil pasokan oksigen dengan serakah.

"Kondisimu benar benar membuatku khawatir hyung. Biarkan aku mengantar dan menemanimu bekerja hari ini" Ujar Johnny protektif. Tanpa mengangkat pandangannya Jaehyun mengangguk perlahan.

"Great. Mmm..hyung, aku ingin melakukan morning hobby bersamamu."

"Astaga, aku tidak bisa bermain hobby. Bagaimana jika kita cardio pagi saja?"

"Tidak mau." Johnny menggeleng dengan rengekan yang terdengar layaknya anak kecil. Jaehyun nampak berpikir.

"B-baiklah. Tapi, aku tidak ingin mengangkat barbell yang terlalu berat."

Mendengar itu Johnny hanya terkekeh geli.

"Aku ingin melakukan morning hobby bersamamu. Maksudku, bersamamu. Kau hanya menemaniku. Lebih tepatnya, kau yang akan menjadi barbell ku."

"What the heck is this? Tidak lucu John."

"Oh c'mon..aku hanya ingin menguji seberapa jauh workout yang telah kucapai. Lagipula kau tidak cukup berat bagiku." Johnny mendudukkan tubuh kecil Jaehyun yang sebelumnya berada di pangkuannya kini duduk bersebelahan dengannya.

"Ayo,hyung" Johnny berdiri dari duduknya seraya menarik pergelangan tangan Jaehyun untuk berdiri.

"Ssh..a-awh" Jaehyun merintih lemah kala ia diseret untuk berjalan dengan lelaki yang lebih muda. Mendadak lubang analnya terasa perih. Mendengar itu, Johnny menoleh ke belakang dan mendapati paras malaikat kekasihnya yang tengah menahan sakit. Seketika Johnny terkejut seraya menepuk jidatnya.

"Oh! Maafkan aku. Sungguh aku lupa jika kau kesusahan dalam berjalan. Kemarilah."

Johnny merengkuh punggung Jaehyun dengan lengan kirinya, sementara lengan kanannya ia gunakan untuk menekuk kedua lutut kekasihnya yang pada akhirnya Jaehyun kembali lagi dalam gendongan lelakinya.

Lelaki berkulit pucat itu hanya bisa menyandarkan kepalanya pada bahu lebar kekasihnya. Menghirup aroma maskulin itu bersamaan dengan rona merah pada pipinya mengingat jantungnya yang terus berdegup kecanduan.

Tap tap tap

Sesampainya di ruang hobby Johnny menurunkan tubuh kekasihnya penuh perhatian. Lelaki berparas malaikat itu mengerutkan keningnya kala mendapati kekasihnya berjongkok membelakanginya.

"Naiklah ke punggungku."

Terdengar tawa ringan berasal dari mulut lelaki yang lebih tua sebelum ia menuruti perintah yang lebih muda.

"J-John astaga!" Terlampau kaget dengan apa yang dilakukan oleh lelaki dominannya.

Johnny benar benar melakukannya. Ia membentuk sudut 45 derajat antara kepala dengan lantai ruang hobby. Sementara kedua kaki jenjangnya ia sandarkan pada kepala bench. Tak lupa dengan tubuh Jaehyun di atas punggungnya. Benar sekali. Johnny hendak melakukan wide grip push up dengan beban tubuh lelaki berlesung pipi itu menindihnya. Jaehyun nampak ketakutan dengan posisi kepalanya yang lebih rendah dibanding kedua kakinya. Dengan reflek ia mengeratkan pelukannya pada dada bidang lelakinya dari belakang. Membentuk tanda silang pada dada telanjang Johnny yang kian lama makin mengerat.

"1..2..3..4..5.."

Johnny mulai mengangkat dan menahan tubuhnya seiring dengan angka yang ia hitung. Jaehyun hanya bisa memejamkan matanya seraya terus mengikat dada bidang lelakinya dengan kedua lengan putihnya. Johnny terus saja melakukan push up hingga pada hitungan ke 70 ia mulai berkeringat. Wide grip push up dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala jauh lebih melelahkan dibanding push up biasa. Namun dengan tambahan beban tubuh Jaehyun di punggungnya tak membuat lelaki yang lebih muda itu merasa cepat lelah.

"99..100..101..102.." Gerakan Johnny mulai melambat. Tubuh atasnya yang telanjang itu mengkilap karena keringatnya. Begitupun dengan kedua lengan Jaehyun yang bersinggungan langsung dengan dada bidang itu kini basah akan keringat lelakinya.

Jaehyun membuka matanya kala dirasa gerakan Johnny sedikit bergetar, seketika ia terpana menatap otot punggung kekasihnya yang mengeras, lekukan itu menghasilkan lipatan maskulin pada tulang rusuknya kala Johnny sedang pada posisi plank press.

"Enough baby." Perintah Jaehyun dengan lembut.

Johnny tersenyum tipis mendengar suara berat yang terasa halus memasuki kedua indra pendengarannya. Lelaki yang lebih muda itu terus bergerak dengan gerakan yang lambat. Ingin sedikit bermain main dengan kekasihnya.

"Baby, stop" Kini salah satu tangan Jaehyun ia gunakan untuk memainkan surai lelakinya yang terasa basah akan keringat.

Pada akhirnya Johnny berhenti melakukan wide grip push up. Sementara Jaehyun turun dari tubuh kekasihnya.

"Hhhh.." Johnny bernafas panjang melepas lelah dalam posisinya kini telentang menampakkan dada bidang telanjangnya yang naik turun dengan berantakan.

Jaehyun hanya bisa tersenyum lembut menampakkan dua lesung pipi manisnya. Jemari lentiknya ia gunakan untuk mengusap keringat yang menempel pada lekuk otot perut juga dada bidang lelakinya.

"Come here, love" Ujar Johnny seraya merentangkan salah satu bicep nya. Memberikan kode pada lelaki yang lebih tua untuk tidur disampingnya dengan bantal lengannya.

Jaehyun menuruti apa yang diperintahkan oleh lelakinya. Tanpa merasa jijik, ia tidak menghiraukan keringat Johnny yang menempel pada pipinya. Sejenak Jaehyun lupa akan kewajiban yang harus ia lakukan di pagi hari kala Johnny memeluk bahu sempitnya begitu mesra. Sebelum ketukan jarum jam dinding membangunkan kesadarannya.

"John! Bangun sekarang juga." Jaehyun beranjak untuk berdiri dan menarik pergelangan tangan besar kekasihnya.

"Hmmh..kenapa kau tiba tiba seperti ini hyung?"

"Johnny astaga, aku belum selesai memasak semua karenamu. Aku tidak ingin kau melewatkan sarapan. Ayo bangun."

"Gosh..hyung hari ini hari libur, aku bisa menunda sarapanku"

"Hari liburmu bukanlah hari liburku John, aku masih ada jadwal kerja hari ini. Bukankah sebelumnya kau berjanji akan mengantarku ke kantor? Cepatlah mandi dan bersiap." Jaehyun mulai mengoceh seraya terus berusaha menarik pergelangan tangan kekasihnya.

"Ssh..diamlah sebentar."

Mendengar itu, Jaehyun melepas cengkramannya pada tangan lelakinya dan beranjak untuk mengambil barbell seberat 5 kg.

"Segera mandi atau barbell ini mendarat bebas di kepalamu."

Seketika Johnny membulatkan matanya terkejut walau ia tahu benar bahwa Jaehyun tidak mungkin melakukannya.

Benar juga. Johnny lupa jika lelaki berlesung pipi itu memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Jaehyun akan bersikap tegas dan berwibawa jika sudah menyangkut tentang pentingnya kesehatan. Astaga, mengapa Johnny benar benar lupa akan hal itu. Sifatnya berbanding terbalik dengan Jung Jaehyun yang selalu menyembunyikan wajah merahnya karena Johnny yang terus menggodanya. Jung Jaehyun yang merengek manja karena sifat protektif Johnny padanya.

"Baiklah hyung, aku akan bersiap. Tapi dengan syarat."

Kini Johnny berdiri dan berjalan perlahan mendekati lelaki berlesung pipi tersebut. Sementara Jaehyun memundurkan langkahnya hingga punggung itu bertatapan dengan dinding ruang hobby. Berakhir dengan Johnny yang mengurung tubuh Jaehyun dengan kedua lengan maskulinnya.

"J-Johnny." Jaehyun hanya bisa meremat barbell 5 kg itu dengan kedua tangan halusnya dikala dada bidang lelakinya mulai menghimpit tubuh kecilnya. Lelaki yang lebih tinggi itu berbisik seductive.

"Mandilah bersamaku. Dan kau harus memandikanku."

~o0o~

Ting tong..

Suara bel memecah keheningan rumah bernuansa vintage seorang pemuda berusia 17 tahun. Pemuda itu beranjak membuka pintu dan sontak saja ia terkejut.

Cklek

"Hai Mark."

"T-Taeyongie hyung!?" Dengan cepat Mark kembali menutup pintunya, namun Taeyong tak kalah cepat darinya untuk menahan.

"Wait, Mark! Markie please, let me come in.." Pada akhirnya Taeyong berhasil memasuki rumah itu dengan paksa yang menimbulkan debaman keras pintu sang tuan rumah.

Lelaki yang lebih muda itu merebahkan dirinya di sofa. Sama sekali tidak ada keinginan untuk bertemu mata dengan yang lebih tua. Taeyong menarik nafasnya panjang seraya ikut mendudukkan dirinya bersebelahan dengan Mark.

"I am sorry." Hanya itulah kalimat yang dapat Taeyong ucapkan.

"For what?"

"Anything, ah. I mean, everything."

Mark hanya diam. Ia terus memalingkan wajahnya dari lelaki bersurai pegasus tersebut.

"Mark, look at me."

Tetap sama. Lelaki yang lebih muda itu hanya bisa memalingkan wajahnya malas.

"Hyung. Jika kau datang kesini bermaksud untuk meminta maaf, maka sama halnya denganku."

"Huh?"

"Aku juga meminta maaf."

"Atas?"

"Atas telah memilihmu. Can we just break up?"

Kedua mata sang dominan pun membola.

"NO! We can't, please..oh my.." Taeyong merasa disinilah sisi terlemahnya mulai muncul.

"So far, it seems you don't need my presence anymore."

"N-no, I need you.." Terdengar nada bergetar dari lelaki yang lebih tua. Tanpa Taeyong sadari, Mark tengah menyunggingkan sedikit senyuman dibalik wajahnya yang tengah berpaling.

"Markie, I need you because I do love you. I, I just-" Lolos sudah satu bulir air mata dari lelaki yang lebih tua.

Memang Mark akui, Taeyong adalah lelaki cengeng yang hanya bisa menampakkan sebuah tindakan bila menyangkut tentang percintaan. Jika mereka berdua tengah berkencan, sikap romantisnya pada Mark menjurus pada perlakuan manis dibanding perkataan. Taeyong sangat lemah dalam berkata kata indah pada kekasihnya.

Sama halnya dengan sekarang, tumpahan air matanya mewakili semua yang ia ucapkan dalam hatinya. Taeyong juga sering merasa tidak peka dengan perasaan kekasihnya. Hal itu adalah kelemahannya. Namun dengan senang hati Mark menerima semua kelemahan kekasihnya. Mark akui, ia lebih suka tipe lelaki seperti Taeyong yang selalu bermodalkan tindakan dibanding perkataan.

"Hiks." Taeyong hanya bisa menundukkan paras tampannya dikala lelaki yang lebih muda kini tengah menatapnya.

"Aaww..my little pony don't cry.." Mark membawa lelaki tampan itu dalam dekapannya. Mengelus punggung lebar itu menenangkannya. Selang beberapa saat, tangisan lelaki bersurai kelabu bernuansa sea foam itu pun mereda.

"Disaat seperti ini, kau lucu sekali hyung. Matamu sembab dan hidungmu memerah." Mark mencolek hidung kekasihnya genit.

"Puas telah membuatku menangis seperti ini?"

"Apa kau merasa kehadiranku ini melecehkan harga dirimu? Karena jika dilihat lihat, sisi lemahmu hanya terlihat di hadapan mataku saja. Di sekolah maupun di kalangan teman teman, kau terlihat keren dan tidak sedikitpun pernah meneteskan satu bulir air mata di hadapan mereka."

Mendengar itu, Taeyong tidak membalas ucapan Mark. Ia lebih memilih untuk kembali memeluk tubuh hangat kekasihnya.

Taeyong akui, setangguh apapun dirinya diluar sana, ia juga akan jatuh. Hanya sosok kekasihnya yang mengerti dan menerima semua keadaannya. Biarlah ia terlihat lemah di depan Mark. Taeyong rasa hal itu tidak perlu dipedulikan.

~o0o~

Waktu tak berhenti, kedekatan Johnny dan Jaehyun jauh dari kata meluntur. Saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Adakalanya mereka saling berbeda pendapat, tidak jarang Johnny yang selalu membentak Jaehyun dan lelaki berlesung pipi itu pun menangis di hadapan kekasihnya. Begitu pun sebaliknya, Jaehyun yang meninggikan suara beratnya bersamaan dengan air mata yang tiada henti mengalir di kedua pipi manisnya, sementara Johnny hanya menunduk sarat akan penyesalan sesekali ia menerima berbagai pukulan ringan pada dada bidangnya yang memang pantas ia dapatkan hasil dari semua kebodohannya. Namun, hal tersebut tidak pernah berlangsung lama. Berakhir dengan pelukan hangat dan ucapan 'I am sorry', 'I do love you', dan sebagainya teralun indah sejauh dua pasang indra itu mendengar.

~o0o~

"Johnny? Ah disini kau rupanya."

"Kemarilah hyung" Kedua mata Johnny nampak berbinar kala mendapati sosok lelaki yang lebih tua telah berpulang dari kerja.

"Uh..I'm not really good at swimming. Dan satu lagi, berenang pada malam hari sangatlah tidak baik untuk kesehatan tulangmu."

Mendengar itu, yang lebih muda hanya mencebik kekanakan.

"Kalau begitu, tolonglah aku."

Jaehyun memutar bola matanya kesal, namun setelahnya ia menyambutnya dengan meraih pergelangan tangan lelakinya. Bermaksud untuk menariknya naik dari kolam renang.

Lagi lagi Jaehyun tidak dapat memegang kendali akan detak jantungnya kala mendapati dirinya kini berdiri berhadapan dengan yang lebih muda. Tidak berhenti Jaehyun terpana akan lekuk otot torso kekasihnya yang basah terbiaskan oleh sinar lampu malam.

"A-akan kuambilkan handuk." Lelaki berlesung pipi itu hendak berbalik sebelum dua lengan kekar menarik tubuh kecilnya kedalam dekapan yang lebih muda.

"Aaahhhhh!!!"

Byuuurr

"John kau gila! Lihat seragam kerjaku basah karenamu!"

Sebelumnya, Johnny memang sengaja untuk mendekap tubuh kecil itu dan menjatuhkan dirinya kembali kedalam kolam renang yang terletak pada halaman belakang rumah bak istananya.

Johnny tersenyum geli merasakan dua lengan Jaehyun yang seketika mengalung pada lehernya. Lelaki yang lebih muda itu pun melingkarkan dua lengan atletisnya pada pinggang ramping kekasihnya.

"Maafkan aku hyung, aku melakukannya dengan sengaja."

"Issh.." Jaehyun mencubit cukup keras salah satu bicep lelakinya dengan ringisan kecil sebagai responnya.

"Hyung, tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah berapa lama kau meninggalkan apartemenmu dan menetap disini?"

"Mmm..entahlah, bahkan aku tak mengingatnya. Jika saja ayahmu telah kembali dari undangan event itu, aku juga harus kembali bekerja seperti biasanya."

"Itu berarti akan ada sedikit peluang kau bisa menemuiku."

Entah itu terdengar seperti pertanyaan ataupun pernyataan. Mendengarnya, Jaehyun mengambil nafas berat.

"Johnny, bisakah kita tidak membahasnya?"

"Tapi hyung, aku-"

Cup

Cukup lama lelaki berparas malaikat itu menempelkan bibirnya pada bibir tipis Johnny yang kini mulai terasa dingin. Ciuman itu berlangsung singkat dikala Jaehyun melepasnya.

"Biarkan semuanya berjalan perlahan John. Aku tidak tahu kedepannya akan seperti apa. Lebih jelasnya, aku tidak ingin kau membahasnya."

Tentu saja Jaehyun tidak ingin membahas sesuatu yang berkaitan dengan Sehun. Ia paham betul jika perbuatannya ini benar benar menjadi permasalahan besar. Menjadi kekasih anak atasannya sendiri. Jaehyun rela harga dirinya jatuh di depan Sehun akan hal ini. Tapi nanti, biarlah ia menikmati kasih sayang yang Johnny berikan padanya saat ini.

"Hmmph.." Kembali seperti ini. Dimana Jaehyun hanya bisa mengeluarkan lenguhan halus kala Johnny mulai menguasainya. Ciuman itu semakin lama semakin panas dan liar.

Sret

"John mmh!" Jaehyun tersentak dalam ciumannya kala mendapati pakaian atasnya terlepas begitu saja. Lelaki berlesung pipi itu kian mengeratkan pelukannya pada yang lebih muda. Berusaha untuk menangkal dinginnya air kolam renang yang seketika menggigit kulit putihnya.

Ciuman Johnny turun pada ulu nadi kekasihnya. Menghisap kuat titik sensitif tersebut hingga timbulah desahan erotis yang begitu menguji birahinya.

"Nghh, J-Johnh.."

"Yes baby say my name."

Johnny menggeram rendah saat dirasa rematan lembut jari jari lentik kekasihnya pada bahu kokohnya sekali kali berpindah pada kedua biceps maskulinnya. Dua lengan kekar itu bekerja sebagaimana mestinya, menelanjangi tubuh Jaehyun bersamaan dengan libido nya yang tidak berhenti merengek untuk dilayani.

Sret

"John ngh, astaga!" Seketika Jaehyun membulatkan kedua mata sayunya kala dirinya kini benar benar telanjang dalam dekapan lelakinya.

Johnny membuang pakaian itu ke sembarang tempat. Dimana terdapat beberapa lembar pakaian atas yang dibiarkan mengambang di sisi lain kolam renang, maupun pakaian bawah yang ia biarkan tergeletak di bibir kolam renang.

"Aku rasa, kau sudah tidak membutuhkannya hyung. Biarkan aku yang menjadi pakaianmu malam ini."

Jaehyun yang mengerti maksud dari Johnny hanya bisa menyembunyikan rona wajahnya pada bahu lebar lelakinya. Sementara Johhny mulai melepas celana renangnya sebagai pertahanan pertama dan terakhirnya.

"Engh.." Jaehyun menyamankan sandaran kepalanya saat dirasa kemaluannya bergesekan dengan milik Johnny yang kian mengeras di bawah sana.

Lidah Johnny kembali memberikan gigitan pada ceruk leher lelaki yang lebih tua. Menjilat dan menghisapnya kuat hingga menimbulkan beberapa jejak merah keunguan disana.

"Look at me." Johnny menggeram seraya menarik helaian rambut kekasihnya yang sebelumnya bersandar mesra pada bahunya kini dipaksa untuk menatap manik mata elangnya. Sementara Jaehyun hanya merintih pelan sebagai responnya.

"Tidak baik bercinta di kolam renang bukan begitu?"

Bahkan Johnny berhasil menirukan nada dan gaya bicara Jaehyun ketika sedang menegur lelaki 18 tahun tersebut. Jaehyun hanya diam, ia merasakan tarikan buku buku jari Johnny terlampau kuat pada surai lembutnya.

"S-sakit John."

"Bercinta di kolam renang akan mengganggu kesehatanmu. Apalagi jika cairan spermaku bercampur dengan air klorin untuk menghamilimu."

Jaehyun menggeleng pelan. Ia paham betul bahwa Johnny tengah meracau. Jaehyun berpikir mungkin sebelum ia berpulang dari kerja, kekasihnya itu tengah mendapati sebuah masalah. Memang seperti itulah ketika Johnny sedang dilanda oleh masalah, berakhir dengan perlakuan seks hebat yang diberikan padanya. Selalu haus akan darah tubuh ranumnya. Setelahnya Jaehyun sudah tidak dapat mengingat apa saja memori yang berada dalam otaknya. Lelaki berlesung pipi itu hanya berharap ia selamat setelah ini. Setelah Johnny berhasil membawa tubuhnya naik meninggalkan area kolam renang.

[Skip]

"Ahh.."

"Moan louder!" Tidak berhenti Johnny menusukkan kejantanannya pada lubang ketat kekasihnya yang mana semakin lama kian brutal sarat akan kenikmatan.

Johnny mengecilkan aliran shower yang membasahi kedua tubuh telanjang mereka. Sementara tubuh sintal Jaehyun hanya tersentak pasrah pada tumpuan dinding kamar mandi. Sesekali rintihan kecil terdengar dari mulutnya yang tidak lagi suci hanya untuk kekasih mudanya.

"A-ahh..engh.." Jaehyun merasakan kedua kakinya melemas seketika terlepas dari klimaksnya yang ketiga. Tubuhnya merosot jika saja lelaki di belakangnya tidak menahan pinggang rampingnya.

"J-John, ngh..please.." Tubuh Jaehyun terasa lebih sensitif dua kali lipat dibanding sebelumnya.

Yang mana Johnny terus bersikukuh menghujam daerah privasinya kian kepayahan. Lelaki yang lebih muda itu sama sekali tak menunjukkan tanda tanda dirinya akan tumbang dalam pencapaian. Johnny mengalihkan pandangan Jaehyun agar menoleh ke belakang. Melumat bibir itu bersamaan dengan nafsu di dalamnya. Tampaklah paras cantik kekasihnya itu memerah padam berselimut kabut kenikmatan yang melandanya. Membuat tubuh yang lebih muda itu kian memanas dari sebelumnya.

Untuk sementara Johnny menghentikan genjotannya setelah mematikan guyuran shower. Tanpa melepas penisnya pada Jaehyun, Johnny mengangkat salah satu kaki jenjang kekasihnya. Membalik tubuh Jaehyun agar berhadapan dengannya. Lalu membopong tubuh kecil itu dan menidurkannya pada bangku mandi. Setelahnya, Johnny mengangkat kaki kanan Jaehyun agar menekuk pada bahu lebarnya, sehingga posisi Jaehyun kali ini tidur dalam posisi miring. Tanpa aba aba, Johnny kembali menumbuk lubang ketat itu sekali dalam hentakan kasar.

"Aaahh..engh..ngh.." Jaehyun kembali mendesah cukup keras karena tusukan Johnny pada lubangnya yang seakan akan dapat menembus organ dalamnya saat itu juga.

Tubuh Jaehyun mengejang kecil bersamaan dengan Johnny yang sesekali menghujam titik prostatnya. Sayup sayup pandangan Jaehyun mengabur, bahkan lelaki yang tengah menggagahinya kali ini masih begitu kuat untuk menghancurkannya sekali lagi, Jaehyun menyerah pada Johnny. Ia tidak tahu akan sampai kapan lelaki yang lebih muda itu akan terus menggagahinya seperti ini, Jaehyun benar benar lelah. Sementara Johnny masih belum mendapatkan klimaksnya yang akan datang entah kapan.

"Nngh..Johnny..ahh..lelah.."

"Wait for me, sweetheart" Kini Johnny menaiki bangku mandi tersebut. Ia memutuskan untuk mengangkat tubuh Jaehyun ke atas pangkuannya. Memeluk tubuh ringkih itu seraya terus mendapatkan pelayanan di bawah sana.

"Ahh..hh.."

"Aargh..I am close, baby"

Tanpa Johnny sadari, Jaehyun terlebih dahulu menyandarkan paras cantiknya pada bahu kokoh lelakinya. Benar sekali, Jaehyun pingsan dalam kuasa lelaki yang lebih muda. Hingga tiga tusukan terakhir, Johnny berhasil mendapatkan satu puncak kenikmatannya.

"Ahh..Jaehyun.." Bahkan Johnny lupa bagaimana cara ia menyebut embel embel 'hyung' pada lelaki yang kini tak sadarkan diri dalam pelukannya.

"That was great. Thanks for tonight, princess" Dikala Johnny ingin mencium kening kekasihnya, sontak ia terkejut karena Jaehyun telah tak sadarkan diri dalam pelukannya.

"Astaga, h-hyung!"

Sesegera mungkin Johnny melepaskan penisnya secara perlahan pada lubang kekasihnya. Membersihkan cairan spermanya yang melekat pada bibir lubang anal kekasihnya. Membungkus tubuh telanjang itu dengan handuk dan menggendongnya menuju kamar. Berakhir dengan Johnny yang menidurkan tubuh Jaehyun yang tanpa busana itu dan menutupinya dengan selimut tebal.

"Maafkan aku hyung" Cukup lama Johnny mengecup kening kekasihnya sarat akan kasih sayang di dalamnya. Johnny pun melepas ciumannya, ia beranjak untuk meninggikan suhu AC agar Jaehyun tidak terlalu kedinginan karena hanya berbekal selimut sebagai pakaiannya. Setelahnya tidak ada benang satupun yang menutupi tubuhnya.

Johnny mengambil beberapa lembar pakaian di lemari, mengenakannya asal dan beranjak menuju keluar kamar.

Cklek

Setelah menutup pintu kamar kekasihnya, Johnny berhasil dibuat tertegun dengan pintu ruang depannya yang terbuka. Ia memutuskan untuk menuju ke ruang depan dan mendapati mobil mewah ayahnya terparkir rapi di halaman depan rumahnya.

"Daddy..?" Johnny berusaha mengecek keadaan dalam mobil melalui jendela. Namun nihil, ia tidak menemukan sosok ayahnya di dalam sana. Lelaki jangkung itu pun beranjak kembali menuju ke dalam rumah bak istananya.

Drap drap drap

"D-dad?!"

Plakk

Sontak saja pandangan Johnny terlempar ke samping. Satu tamparan yang tidak main main berhasil mendarat panas pada pipi kirinya.

"Aku melihat semuanya, sayang. Rupanya jagoanku ini telah beranjak dewasa" Terdengar dari nada Sehun yang tengah menekankan pada kata 'sayang' untuk lelaki di hadapannya. Sementara Johnny hanya menatap ayahnya itu penuh dengan keterkejutan dan kebingungan di waktu yang bersamaan.

"Follow me. Bed time for me" Sehun mencekal pergelangan tangan anaknya itu terlampau erat dan menyakitkan, lalu menyeret tubuh jangkung itu menuju suatu kamar asalkan bukan kamar dimana Jaehyun berada dalam tidurnya.

"N-noo, dad please.." Kini Johnny kembali pada kesan remajanya, ia yang selalu merengek dikala mendapatkan hukuman dari orang tuanya.

Blam

Brukk

"Aaw..it hurts" Johnny merasakan sakit pada punggung lebarnya akibat bantingan sang ayah yang melemparnya ke atas ranjang.

Sehun tak mengindahkan rintihan kesakitan anaknya itu, ia melanjutkan aktivitasnya dengan mengikat kedua tangan Johnny pada masing masing bed post menggunakan dasi kerjanya dan juga beberapa dasi yang tersimpan pada almari kamar. Sehun tersenyum miring pada anaknya itu sebelum

Sraakk

"D-daddy!!"

"Yes baby, you deserve it" Sehun melonggarkan ikatan sabuknya dikala celana panjang anaknya itu telah terlepas sepenuhnya, menampakkan kulit oriental kaki jenjang lelaki yang lebih muda. Kini tampaklah Johnny yang hanya bersisakan raglan t-shirt dan celana dalamnya.

"Aarrgh.." Johnny menggeram mendapati pergelangan tangannya yang memerah karena tarikan tenaganya yang memaksa ikatan itu agar terlepas, namun semua tenaganya hanya berbuah sia-sia.

Sontak saja Johnny menenggak ludahnya, untuk kali ini ia takut. Dapat ia lihat dengan jelas ayahnya itu berdiri di hadapannya yang kini terbaring lemah di atas ranjang, dapat ia lihat dengan jelas ayahnya itu terbebas dari sabuk celana kerjanya.

Plash plash plash

Sehun menatap anaknya itu dipenuhi dengan guratan emosi seraya tidak berhenti mencambukkan sabuknya pada tepi ranjang. Sementara Johnny sedikit menjauhkan kakinya karena takut akan cambukan itu yang seakan akan dapat merobek kulitnya kapan saja. Lelaki 18 tahun itu hanya bisa memejamkan matanya pasrah, memanjatkan doa agar beberapa detik dan menit kedepannya akan berjalan baik baik saja.

TBC

Halo, kembali lagi bersama Clove. Jadi ini ceritanya gua lagi dapet booster dari Kak 100BrightStars buat update ini ff heheh. Mau kasih scene naenanya yang lengkap banget mulai dari foreplay sampai anu tapi kayanya gua ga bisa ya, males juga/tabok aja Clove

Gua tuh ga pekaan, jadi kalo pingin ini lanjut itu lanjut, gapapa grebek aja gua. Clove seneng si seenggaknya ada yang nungguin ff gua wkwk/gua mah gitu orangnya.

Just because someone stumbles and loses their way doesn't mean that they're lost forever - Charles Xavier, X-Men : Days of Future Past.

Ok ditunggu support kalian, love u guys