.

I Know You Know

Cast : Bae Jinyoung, Park Jihoon,

Lee Daehwi, Lai Guanlin, and others.

YAOI, Typo(s).

.

Prolog

.

"Hoaamm.."

Lelaki berambut hitam legam itu menguap untuk yang kesekian kalinya di tengah ramainya suasana yang diciptakan oleh mahasiswa baru Universitas nomor satu di Korea, Universitas Seoul.

"Kapan selesai ini, Woojin-ah?!" Gemas, ia bertanya dengan berteriak pada lelaki berambut merah yang berdiri di sampingnya.

Park Woojin melirik sebentar, lalu menjawab pertanyaan teman sejak SMP-nya dengan pandangan tetap tertuju ke arah panggung di tengah lapangan, "Entahlah, Bae. Kenapa kau tak menikmati ini saja huh?! Lihatlah yang sedang bernyanyi itu! Manis sekali kan?!"

Bae Jinyoung –lelaki berambut hitam- memutar bola matanya. Harusnya ia tau, sahabatnya itu akan betah di manapun ia berada asalkan di sana ada yang manis-manis atau sejenisnya.

"WOAAAA!"

"Aduhh!" Jinyoung merasa kakinya baru saja terinjak beberapa kali disusul dengan tubuhnya yang terdorong ke depan akibat mahasiswa-mahasiswa di belakang merangsek ke depan. Ia segera mendekap pundak Woojin yang berada di depannya, mencari aman.

"Ada apa ini, Woojin?!"

"Woahh.. Dia baru masuk saja sudah sepopuler ini ya!" Woojin menjawab dengan badan terhuyung kesana-kemari. Mungkin saja dia yang akan jatuh jika Jinyoung tidak memegangi pundaknya. Santai saja bisa tidak?! Omelnya dalam hati. Kepala berambut merahnya menoleh ke arah samping, berhadapan langsung dengan wajah Jinyoung yang berada persis di samping kepalanya. "Apa kau merasa bangga?! Teman SMA kita jadi bintang kampus lho!"

Jinyoung menyernyit tak mengerti, perasaan siswa dari SMA-nya yang bisa masuk di Universitas populer ini hanya dia, Woojin, dan...

"Annyeong haseyo! Lee Daehwi imnida~!"

.

.

"Yak! Park Jihoon! Sampai kapan kau duduk di situ?! Dibuat jalan tau!"

"Ah, hyung! Jangan memukul kepalaku dong! Sakit tau!" Park Jihoon mengerang, mengusap belakang kepalanya yang rasanya sebentar lagi akan muncul benjolan di sana.

"Makanya menyingkir dari situ!"

"Ah.. Jisung hyung mengganggu kesenanganku saja."

Jisung menghela napas. Duh. Kalahlah dirinya kalau Jihoon sudah ber-aegyo seperti ini. Menutup matanya sejenak, lalu berucap dengan kesal, "Apa?! Apa?! Memang kau sedang apa duduk mengintip di belakang sound sejak tadi?! Memang telingamu tidak sakit apa?! Kalau mau tampil di panggung sekalian di tengah sana, jangan menyudut begitu."

Kini gantian Jihoon yang menghela napas. Kakak senior-nya yang satu ini sekali mengeluarkan satu kalimat tak pernah berhenti deh kalimat berikutnya. Cerewetnya minta ampun.

"Hyung, ingat junior-ku di SMA yang pernah kuceritakan tidak?"

Jisung memasang tampang berpikir, menggeser tubuhnya untuk berdiri di samping kiri Jihoon ketika beberapa mahasiswa naik ke panggung, maklum, mereka berdua berbincang di tangga panggung.

"Ah! Si pendiam tampan yang kau sukai itu?"

Wajah Jihoon memerah samar ketika Jisung berucap yang kau sukai itu. Duh, seniornya itu benar-benar..

"I-iya." Menjawab pelan dengan wajah yang menunduk membuat Jisung gemas sendiri melihatnya.

"Dia masuk di Universitas ini?"

"eoh!" Jihoon mengangkat kembali wajahnya dan menjawab antusias, "Kutunjukkan padamu!"

Jisung pasrah ketika Jihoon menariknya ke atas panggung, berdiri mengintip mahasiswa-mahasiswa baru di bawah sana dari belakang sound yang berada di pojok panggung.

"Kau bisa melihatnya dari sini?! Lihatlah, mereka seperti kawanan semut!" Jisung melongokkan kepalanya di atas kepala Jihoon yang sedikit membungkuk. Tidakkah mereka sadar jika wajah mereka berdua terlihat jelas dilihat para mahasiswa baru?!

"Aku masih muda, hyung. Jadi mataku masih sehat."

"Jadi aku sudah tua dan mataku sudah tidak sehat begitu?!"

Baru saja Jisung hendak menjitak kepala Jihoon, lelaki itu sudah berteriak heboh sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah kerumpulan mahasiswa di bawah sana, "itu di sana, hyung!"

"Duh.. Jihoon-ah, jangan menunjuk-nunjuk seperti itu! Terlalu jelas tau! Yang mana? Bajunya apa? Rambutnya hitam? Pakai topi tidak? Cela.."

"Itu, hyung, tengah agak kiri. Rambutnya hitam, yang memegang pundak rambut merah itu, hyung."

Mata Jisung berputar-putar mencari objek yang dibicarakan Jihoon, dan ketika dia merasa menemukannya, matanya berbinar, "Ah.. yang itu?!" Kini ganti Jisung yang menunjuk-nunjuk ke arah para mahasiswa baru.

Jihoon mengangguk semangat, "iya-iya!"

Jisung mengangguk-angguk, bergantian menatap si mahasiswa baru dengan Jihoon, "Tampan.. wahh! Kalian akan jadi pasangan paling serasi di kampus ini, Jihoon-ah!"

Wajah Jihoon memerah parah.

"Jadi siapa namanya, huh?"

"Jinyoung.. Bae Jinyoung."

.

.

"Ya, Bi?" Lelaki tinggi itu masuk ke bilik toilet lalu duduk di atas kloset. Akhirnya ia menemukan tempat sunyi. Salahkan bibinya yang mendadak menelponnya di tengah acara.

"Guanlin-ah..bagaimana?kampusnya baguskan?Sudah dapat teman barukan?"

Lai Guanlin –lelaki itu- menghela napas sejenak, "Aduh, Bi, baru saja setengah acara Bibi sudah meneleponku begini."

"Habisnya Bibi khawatir."

Lelaki berdarah Taiwan itu tersenyum mendengar jawaban dari bibinya. Ah, bibinya itu terkadang tampak acuh tapi sebenarnya perhatian sangat padanya, "Baru juga 3 jam aku di sini, Bi.. tidak usah khawatir, aku senang kok di sini. Kampusnya bagus. Orang-orangnya ramah juga."

Guanlin mendengar bibinya tertawa di ujung sana.

"Syukurlah.."

Hening sebentar. Baik Guanlin maupun bibinya sama-sama terdiam.

"oh ya, bagaimana dengan Jihoon? Apa kau sudah bertemu dengannya?"

Guanlin mendesah. Park Jihoon lagi. Lagi-lagi Park Jihoon.

"Belum, Bi. Kemarin sampai di apartemen aku langsung tidur."

"oh.. baiklah, nanti mampir saja ke ruangannya, okay? Kaliankan sudah lama tidak bertemu."

Lama tidak bertemu rasanya seperti bertemu setiap hari. Bibi saja setiap hari menyebut namanya. Batin Guanlin.

"Iya-iya."

Klik.

Setelah bercakap-cakap sebentar, akhirnya Guanlin memutus sambungan teleponnya. Mendesah sebentar sebelum memasukkan ponselnya ke saku jaket yang dikenakannya.

"Tidak di Taiwan, tidak di Korea, Jihoon... terus."

.

.

End of Prolog~

.

.

Author's Note:

Hola hola~ Saya bawa fanfict Wanna One~ Fans Wanna One ayo angkat kakinya #ehh

Dari dulu udah gatel sih pengen buat fanfic ini, apalagi perasaan gemeeess lihat cinta persegi ini. #read:JinyoungJihoonDaehwiGuanlin kkkk

Dan saya umumin: fanfic ini couple-nya belum fix yaaa

Salahkan hati saya yang selalu ragu sama nih empat orang TT kadang pengennya si Bae sama Jihoon, kadang pengennya si Bae sama Dewi, eh kadang pengen si Dewi sama si Muel malah #duhhcurhatyee

Jadi silahkan yang mau request request cantik, saya tunggu selalu~ #WinkalaJihoon

See You in the first chapter~

.

Omake

.

Jam istirahat hari itu Jinyoung habiskan dengan duduk di bangkunya seperti biasa. Memakan roti yang tadi dibawanya dari rumah dalam diam.

"Daehwi-ya,hari ini bawa bekal apa?"

Lelaki yang duduk di pojok melirik ke arah beberapa teman sekelasnya yang duduk di barisan depan. Ah, si Youngmin dan... Daehwi.

"Tadi aku buat telur gulung. Kau mau, Youngmin-ah?"Daehwi menawarkan bekalnya ke arah Youngmin sembari tersenyum. Manis sekali.

"Wah.. kau buat sendiri?"

"eung!"

Jinyoung tak sadar kini bibirnya terangkat ke atas melihat Daehwi yang mengangguk antusias seperti anak kecil.

"oh ya, Daehwi-ya, kau sudah menentukan Universitas? Yah.. kita kan sudah jadi senior sekarang.. cepat sekali ya hehe."

Yang bersurai pirang mengangguk kecil, "Ya.. tapi kau tau ibuku bukan? Tahun depan kalau aku tidak masuk Universitas Seoul pasti aku akan dicoret dari kartu keluarga. Huh."

Youngmin menatap Daehwi prihatin, "Yah.. padahal aku ingin sekali satu sekolah denganmu lagi.. tapi Universitas Seoul ya..."

Daehwi tertawa lalu menyuapkan telur gulungnya ke Youngmin, "sudahlah, mending kita makan saja."

"Universitas Seoul..." Gumam Jinyoung.