"Kim Doyeon? Sedang apa disini?"

"Aku? Menikmati festival musim semi. Apa lagi?"

Bibir pemuda itu mendadak kaku. Ia berkedip bingung dengan kemunculan gadis yang dulu ditaksirnya itu secara tiba-tiba, "K-Kau? Bukannya kau pindah ke Daegu terakhir kali?"

"Iya, tapi aku sudah pindah lagi ke Seoul."

Seongwoo mengangguk mengerti dan berdehem pelan. Berusaha terlihat normal kembali di depan orang yang Ia sukai dulu itu

"Aku hanya pergi selama 3 bulan dan kau terlihat lebih kurus. Terlalu sering memikirkanku, ya?"

Gundulmu. Aku memikirkan ujian akhir, bodoh.

Seongwoo tertawa tanpa niat, masih ingat bagaimana Doyeon dengan tega memutuskan hubungan disaat seminggu mereka berpacaran hanya karena pindah ke Daegu. Seongwoo bukan pendendam. Tapi Ia masih sakit hati dengan alasan Doyeon waktu meninggalkannya.

"Banyak pria Daegu yang sepertinya lebih menarik. Aku akan memilih untuk mencari pria lain saja."

SEONGWOO KURANG MENARIK SEBELAH MANANYA SAUDARA-SAUDARA?

"Tidak. Aku memikirkan ujian akhirku."

Doyeon tersenyum kecut, "Oh, tidak memikirkanku?"

"Tidak. Tidak sama sekali."

Seongwoo sama sekali tak berniat untuk menjawab, sebenarnya. Ia menghela nafasnya berat sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi jauh-jauh dari gadis yang pernah menjadi pacarnya tersebut tanpa sepatah kata-pun.

Ia berjalan cepat menuju kedai es krim, mencari Kang Daniel di tengah segerombolan yang memenuhi jalan. kim Doyeon masih mengekor di belakangnya tanpa alasan yang jelas. Gadis itu lantas memeluk Seongwoo dari belakang.

"Hei, sabar. Aku merindukanmu."

"YA- LEPASKAN."

Seongwoo terperanjat. Buru-buru Ia mendorong tubuh gadis itu menjauh dengan pelan—tak ingin membuat orang di sana berpikir Ia adalah pemuda jahat. Tak lupa tangannya yang tetap menggenggam kuat takoyaki. Beda tipis sih, antara meluapkan amarah dengan menyelamatkan makanan itu agar tidak jatuh.

"Kau bilang merindukanku setelah meninggalkanku untuk si pria Daegu itu?"

"Aku minta maaf. Sebenarnya aku tidak bisa melupakanmu."

"Alasan klasik." Seongwoo nyaris muntah mendengar celotehan gadis di depannya. Kalau saja Ia bisa dan tega, Ia ingin sekali melemparkan takoyaki penuh sausnya ke wajah Doyeon. Tapi sayang, Seongwoo tentunya lebih sayang dengan takoyakinya.

Matanya menerawang mencari keberadaan Daniel di antara gerumulan orang di jalanan. Ingin sekali rasanya Ia pergi dari hadapan Doyeon. Menggunakan Daniel sebagai alasan tentunya akan membuat Doyeon berhenti membuntutinya.

"KANG DANIEL!" Teriak Seongwoo kencang saat melihat Daniel sudah berjalan duluan menuju stasiun. Ia bersiap untuk lari namun Doyeon menjegatnya.

"Se-Sebentar! Aku ingin memulainya lagi denganmu. Kumohon!"

Seongwoo mendelik malas, menunjuk wajah gadis itu, "Kau dengar ya. Aku sudah punya pacar. Dia tidak sepertimu. Dia manis, baik hati, pintar, menggemaskan, dan—"

"—Tampan."

Bingo. Doyeon akhirnya berhenti mengikuti Seongwoo yang sudah berlari menerobos orang-orang di jalanan saat Ia meneriakkan kata 'Tampan'. Membuat gadis itu diam sejenak untuk berpikir maksud tampan yang dimaksud pacarnya tersebut.

'….maksudnya? jadi Seongwoo Oppa berpacaran dengan sesama?'

——

"Hei, Daniel."

Kang Daniel masih terus berjalan tanpa menghiraukan Seongwoo yang berusaha menggapainya. Tangan kanannya memegang es krim erat tanpa berniat memakannya sedangkan tangan kirinya yang terkulai lemas menjadi incaran Seongwoo untuk digapai.

GREP.

Akhirnya Ia berhasil menggapai tangan kiri Daniel. Pemuda itu lantas menggandeng tangan Daniel yang sedari tadi terlihat menunduk.

"Gimana, sih. Sudah minta dijajani, tapi aku malah ditinggal. Aku menunggu di kedai takoyaki tahu. Ckckck, dasar adik tidak tahu— E-Eh, Dan? Kau menangis?"

"Hiks…"

Seongwoo mengatupkan bibirnya rapat-rapat menyingkap sedikit poni Daniel menggunakan tangan yang sedang memegang takoyaki untuk memastikan apakah pemuda itu benar menangis.

Iya.

Daniel menangis.

"Hiks.. Ma-Maaf.."

Ringseknya jalanan malam disertai Daniel yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan malah menangis membuat tubuh mereka tertabrak-tabrak oleh orang yang bergerombolan di festival. Tak ingin Daniel tertabrak orang banyak, Seongwoo menarik tangan lemas itu ke pelukannya, menjadikan dirinya tameng agar Daniel tidak tertabrak orang banyak dan pelan menuju taman yang sepi di belakang festival tersebut.

Seongwoo tidak tahu harus memulai dari mana. Ia mengerti, saat ini pertanyaan 'kamu kenapa' bisa jadi sangat sensitif dan malah memperparah kondisi hati Daniel. Jadilah pemuda itu mengajak Daniel untuk duduk di bawah pohon rindang yang gelap dan tidak mungkin dilewati orang banyak.

"Menangislah disini. Kalau menangis di pasar festival semua orang pasti akan melihatmu aneh."

"Aku bukan pria cengeng. Jangan suruh aku menangis."

Senyum tipis terukir di bibir Seongwoo. Pemuda itu menggerakkan tangannya mengusap surai cokelat Daniel dengan sayang dan membawa kepala Daniel untuk bersandar di bahunya, "Aku tidak menyuruhmu. Kan kalau kau mau saja."

Daniel masih menunduk dan berusaha untuk tidak terisak. Tangannya sedari tadi menyeka air matanya yang terus keluar sambil berusaha mencari posisi nyaman di bahu lebar Seongwoo.

"Aku mau menangis dulu."

"Bodoh, buat apa bilang-bilang."

Seongwoo terkekeh pelan sambil merangkul tubuh Daniel erat. Tangan yang menganggur Ia manfaatkan untuk membuka kemasan takoyaki dan menyantapnya dengan lahap.

——

Kang Daniel menceritakan semua pada Ong Seongwoo tentang apa yang membuatnya menangis.

Kang Dongho itu kekasihnya, dulu.

Sekitar dua tahun yang lalu.

Banyak orang sudah tahu tentang orientasi seksualnya yang menyimpang. Namun tidak ada yang tahu siapa pacar Daniel. Hanya teman-temannya—Jisung, Taedong, Taehyun, dan Minki—yang tahu.

Pacaran secara tertutup tentunya agak susah. Daniel bilang ke semua orang bahwa Dongho adalah seniornya di sekolah setiap pemuda bernama Dongho itu mengunjungi rumahnya. Orang tua Daniel tak pernah curiga akan hal itu, malah menerima Dongho dengan senang hati.

Sampai mereka berdua tertangkap tengah berciuman di kamar Daniel.

Orang tua Daniel murka. Lantas mereka mengusir Daniel dari rumah mereka dan meminta Daniel untuk mengganti namanya karena mereka tak mau menanggung malu. Maka, Daniel mengubah namanya dari Kang Euigeon menjadi Kang Daniel dan pergi dari rumahnya. Tak masalah bagi Daniel, karena orang tuanya masih berbaik hati mengirim Daniel uang bulanan.

——

"Mau sampai kapan menangis begitu, bodoh. Bahkan orang-orang di subway sudah menatapku curiga."

Daniel menyeka air matanya dan menatap Seongwoo dengan tatapan kau-yang-memintaku-untuk-cerita-sampai-menangis-begini-bodoh sembari meninju pelan lengan Seongwoo. Ia menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk berhenti menangis.

"Aku- hiks- tidak- hiks- menangis- hiks- hiks."

Kekehan pelan keluar dari bibir Seongwoo. Ia gemas segemas-gemasnya orang gemas. Bagaimana bisa setelah menangis pipi chubbynya jadi makin memerah dan membengkak. Ditambah suaranya yang parau karena menangis. Seongwoo suka akan hal itu.

"Sssst.." Ujar Seongwoo menenangkan Daniel, mengusap pipi chubby itu dengan lembut dan menghapus air matanya dengan jempol, "Sudah, jangan menangis. Kau punya hidup yang lebih baik saat ini, untuk apa menangisi yang lalu?"

Manjur. Daniel langsung terdiam. Ia menghela nafasnya lagi dan mengangguk sembaru tersenyum, "Kau benar, Hyung."

Baik Seongwoo dan Daniel, keduanya pecah dalam tawa. Seongwoo masih saja menggoda Daniel yang tadi menangis dan menyebabkan Daniel meraung-raung malu dan memukuli habis pundak Seongwoo.

"Kau lucu saat menangis. Seperti anak bayi."

"BERHENTI MENGGODAKU, BODOH!"

Mereka berdua sampai di persimpangan jalan. Seongwoo dan Daniel mengatur nafas mereka yang berat setelah tertawa sepanjang jalan karena Seongwoo bercerita tentang cerita hidupnya yang lucu. Perut Daniel sakit karena tertawa terlalu kencang. Bahkan Ia lupa fakta bahwa Ia habis menangis tadi.

"Hei, kau sudah kuat berjalan belum?"

"Tentu sudah, bodoh."

Seongwoo mengangguk lega. Mengusap rambut Daniel lembut dan mendorongnya ke jalan yang berbeda dengan jalannya, "Kita berpisah disini. Besok berangkat bersama, ya?"

"Baiklah."

"Selamat malam, Daniel."

"Selamat malam juga, Seongwoo Hyung."

——

Daniel membalik badannya setelah Seongwoo is menghilang di ujung gang, berjalan santai menyusuri jalan menuju flatnya sambil menunduk, menatap sepatunya yang melangkah di atas aspal sambil tersenyum miring. Ia memikirkan Dongho yang tadi ditemuinya. Ia menghindari pemuda itu selama dua tahun ini, tapi malah bertemu di hari ini.

Daniel yakin. Dongho pasti tak akan tinggal diam dan mencarinya.

DRAP-

Sepasang sepatu pantofel menghadang langkahnya. Daniel mengerjapkan matanya berkali-kali, menerka siapa orang yang berani menghalangi langkahnya menuju flat. Pemuda itu perlahan mengangkat wajahnya dan menatap orang itu.

"K-KANG DONGHO!?"

"Lama tak berjumpa, Kang Euigeon."

Daniel membelalakkan matanya saat Dongho menyebut nama lamanya, mencoba mundur beberapa langkah namun tangannya sudah di genggam kuat oleh Dongho. Tenaga Dongho yang tentunya jauh lebih besar dari Daniel tentunya membuat tangan Daniel terkunci.

"Le-Lepas!"

Senyum terlukis di bibir Dongho. Pemuda itu menggeleng pelan melihat ekspresi ketakutan Daniel dan menarik Daniel untuk mendekat, "Oh, ayolah. Kita sudah dua tahun tak bertemu."

"Malam sudah larut. Besok aku sekolah."

Tubuh Daniel seluruhnya membeku. Angin musim semi yang mengganas saat malam hari, ditambah ekspresi Dongho yang menurut Daniel menakutkan. Padahal sebenarnya, Dongho biasa saja.

"Kumohon, Geon."

"Da-Daniel. Aku Kang Daniel!"

Dongho menghela nafasnya berat, menatap Daniel yang ketakutan dan berusaha selembut mungkin dengan Daniel.

"Baiklah, Kang Daniel. Bisa kita bicara sebentar? Sepuluh menit, aku janji."

Daniel terlihat menimang-nimang tawaran Dongho sebelum akhirnya Ia mengangguk mengiyakan dan menarik tangannya dari genggaman Dongho.

"Baiklah, di flatku saja."

Daniel berbalik dan berjalan di depan, diikuti Dongho dari belakang...

... Dan diikuti Seongwoo yang sengaja menguping dan mengekor diam-diam di belakang mereka.

——

Tbc.

——

Well... Akhirnya aku nulis lagi setelah aku dibebaskan dari praktikum-penelitian-penyuluhan di kampusku yang bener-bener nyita waktu buat nulis. Setiap aku nulis, pasti aku capek duluan. So, I'm sooooo sorry for everyone who's waiting for this story to be uploaded. Aku udah nyelesain part 4 juga, mumpung liburan tiba dan aku bisa nulis lagi:') maaf udah gantungin kalian, para penumpang kapal Bot!Daniel. I'm so sorry!

Dan maaf juga, kalau tiba-tiba cerita ini jadi monoton. Aku bingung mau nulis apa setelah sekian lama gak menyentuh notepad buat menulis. Kritik dan saran serta review buat kedepannya sangat diperlukan ya, readers! Terimakasih sudah membaca!

With love,

Chocobananu