Keseluruhan FF ini ditulis menggunakan Luhan's point of view

YAOI

A filthly word and implied bad attitude inside. Please be a smart reader.

Crossover alert!

.

.

.


Entanglement

by oh rewind


.

.

.

Aku punya rahasia.

Aku berselingkuh.

Masalah serupa; perselingkuhan, nyatanya tidak begitu mengherankan. Sudah menjadi tradisi. Khas era Milenium. Tetapi untuk perkaraku, jelas sekali tidak seperti biasanya. Yang kumaksud adalah karena suamiku tahu bahwa aku sedang berselingkuh.

Tidak hanya satu kali Sehun menangkap basah perselingkuhanku. Bahkan lebih, atau mungkin ketika aku sedang lengah. Kendati demikian, apakah dia pergi untuk melancarkan pembunuhan berencana terhadapku?

Tidak.

Sehun memang tidak menarik tanganku agar menjauh dari selingkuhanku. Yang dia lakukan hanya memandangku dalam diam, membalik badan, dan pergi. Tidak menoleh lagi ke belakang. Aku tahu hal itu lantaran aku penasaran akan reaksinya.

Sehun adalah pria paling toleran yang pernah kutemui. Tak salah aku menerima lamarannya.

Sampai saat ini, Sehun tidak meninggalkanku, omong-omong. Kami telah mengadopsi dua orang anak, berusia sangat belia, dan juga masih memprioritaskan mereka dalam romansa kami.

Sebenarnya, aku nyaris melupakan nama selingkuhanku. Nyaris. Dia mempunyai struktur wajah yang hampir mirip seperti suamiku. Rahang panjang, fondasi hidung tinggi, dan suntikan mata yang tajam.

Surainya bernuansa kelabu. Menyerupai perak. Aku suka senyumannya.

Dia dingin. Dan aku lebih jeli untuk menyamakan perangai dinginnya layaknya Sehun yang sedang merajuk.

Aku jatuh cinta padanya saat aku dan Sehun, bersama kedua buah hati sedang mengambil waktu vakansi di Beijing. Kami—aku dan selingkuhanku—melewati masa yang menyenangkan. Aku tidak pernah menampik bahwa dirinya sangat atraktif. Gaya-gayanya kerap memicu pekikan gemas para wanita.

Tetapi setelah kami kembali ke negeri kelahiran Sehun, aku meninggalkannya, kemudian move on darinya.

Barangkali aku terlalu simpel untuk jatuh cinta pada yang lain lalu meninggalkannya begitu saja? Bisa jadi. Karena sesudahnya, aku kembali jatuh pada kesalahan yang sama.

Kali ini aku mengingat namanya dengan baik. Dia satu-satunya yang selalu kupikirkan, yang tak pernah absen mengisi memoriku. Saat aku mencuci piring, menangani Ziyu untuk membaca, ia yang mendampingiku. Memandang gerak-gerikku dengan sabar. Bahkan ketika aku melewati malam hangat bersama Sehun, dia yang kupikirkan.

Dia pria yang kuat, yang memiliki cahaya di dalam matanya, menyimpan banyak hal tak terlisankan. Warna rambut daffodil pucatnya, terkesan eksentrik, namun tidak pernah gagal membuaiku untuk bermain di atasnya. Dia punya wujud fisik yang sempurna.

Aku mendambanya seperti tak ada lagi pria yang pernah menyentuh hatiku sedalam ini.

Terus terang, aku takjub dengan keinginannya yang mau menerimaku dengan segala kekuranganku. Dan kurasa, kami juga saling memperhatikan. Tak terhitung sudah berapa kali aku bermimpi tidur satu ranjang bersamanya. Tetapi selama itu, aku berharap kami akan berjumpa lagi, dan tidak hanya sekadar seks. Kami saling mencintai. Tidak ada salahnya kami menjadi satu. Well, entahlah. Aku merasa diriku sudah menjadi Luhan yang lain.

Pujaan hatiku yang ini, berbeda dari siapa pun. Berbeda dari Sehun, suamiku. Selalu ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutku ketika berbincang dengannya. Diriku tenteram ketika ia berbicara, bahkan seolah terhipnotis mendengarnya bertutur kata.

Ia manis dan hangat. Sungguhan telah mencuri hatiku dan rasanya Sehun sedikit cemburu karena hal itu.

Kesabaran Sehun sudah berada pada puncak limit. Pandangannya berubah menggelap, Sehun menuntut rasa tanggung jawabku. Dan aku? Kurasa aku bisa marah padanya.

Ini salah Sehun. Dia yang telah menutup matanya, buta terhadap kecanduanku sejak lama. Bahkan Sehun memaksaku untuk memperkenalkan selingkuhanku di hadapannya!

Sebenarnya apa yang ia harapkan bakal terjadi?

Situasi ini merupakan tragedi bagiku sebagai seorang pecandu. Aku diburu realita dan presensi cerita roman impian.

Pada akhirnya aku mengalah, bertindak layaknya suami yang baik terhadap Sehun. Tetapi tetap saja, ini bukan perselingkuhanku yang pertama.

Bukan juga berarti yang terakhir.

Siapa yang tahu tentang seseorang lain yang tengah menantiku di bawah langit ini?

Jangan bertingkah begitu naif. Apakah kau lebih baik dariku?

Lagi pula, aktivitasku dan Sehun kembali berjalan normal walaupun ia sempat berang atas pernyataan yang kuberikan.

Sebagai penutup, akan kuungkapkan nama di balik perselingkuhanku. Untuk semua yang telah kami lewati bersama, untuk hal-hal yang telah kami bagi satu sama lain. Mereka masih menggenggam belahan hatiku. Rufus Shinra yang kutemui dalam Final Fantasy VII: Advent Children, dan yang belakangan membuatku jatuh hati padanya, Cloud Strife.

.

.

.


The End


.

.

.

Semua terkait hal fanboying, miniatur, dan poster. Sebagai fangirl (atau fanboy) yang baik, setidaknya kalian tau rasanya berada di posisi Luhan. Hehehe.

Terpikirkan untuk membuat Sehun's POV, tetapi masih sekadar wacana saja.

Untuk nama tokoh fiktif di atas, bisa menggunakan search engine alias mbah Google (atau apa pun) supaya tau yang dimaksud.

Terima kasih sudah membaca!