Baekhyun membereskan peralatan tulisnya, bel sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Ada satu hal yang dari tadi terus mengganjal pikirannya. Hari ini Baekhyun sama sekali tidak bertemu Chanyeol, jam istirahapun seperti biasa Baekhyun pergi ke kelas Chanyeol tetapi yang ia temukan hanya kelas kosong.

Saat ia bertanya pada salah satu teman sekelas Chanyeol ia hanya berkata jika Chanyeol sudah keluar dari tadi. Aneh, Baekhyun sudah berlari secepat mungkin menuju kelas Chanyeol seperti biasa.

Apa dia terlambat? Baekhyun berjalan kembali ke kelasnya dengan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi, apa dia akan dipukuli nanti? Baekhyun hanya bisa menghela napasnya kasar.

"Baek, ada apa? Kau murung hanya karena tidak bertemu Chanyeol seharian ini?" Wendy menepuk bahu Baekhyun.

"Apa-apaan itu?" Baekhyun menepis tangan Wendy yang ada di bahunya.

"Tunggu dulu, kau tidak sedang memerah kan?" Wendy menangkup pipi Baekhyun, betapa manisnya Baekhyun sekarang.

"Tidak!" sekali lagi Baekhyun menepis tangan Wendy, tangannya bergantian menangkup pipinya yang dirasa menghangat.

"Aih, kau ini." Wendy terkikik geli melihat tingkah Baekhyun.

"Ayo pulang, Jongin?" Baekhyun melihat Jongin yang masih setia duduk di bangkunya, pandangannya terlihat sangat serius menatap layar handphone di genggamannya.

"Ah, itu..." Jongin menggaruk tengkuknya dengan senyuman canggungnya ia melanjutkan "Maaf, aku tidak bisa pulang bersama kalian. Aku dijemput kakak."

"Hm? Kakak perempuanmu? Bukannya ia sedang pergi ke Thailand bersama kedua orang tua mu?" Wendy bertanya, ada nada curiga di setiap kata-kata yang ia keluarkan.

Ia hanya ingin bermain-main dengan Jongin, melihat wajah gugupnya sekarang seperti sebuah hiburan baginya. Dasar wanita pwnggoda, penggoda dalam artian berbeda ya.

"eh, itu aku dititipkan pada Sehun hyung. Kakakku sudah berteman lama dengannya, jadi kedua orang tuaku mempercayakan dia untuk menjagaku." Ada jeda di beberapa bagian kalimat yang ia keluarkan dan jangan lupakan rona tipis yang tetap saja tertangkapoleh Baekhyun dan Wendy.

"Sehun hyung? Yang tampan? Waktu itu?" Baekhyun mengeluarkan seringaian tipisnya.

"Benarkah? Tampan? Aku belum pernah melihatnya!" Wendy berujar heboh.

"Ah, aku sudah ditunggu. Maaf ya, aku duluan!" Dengan gerakan terburu-buru, Jongin berjalan meninggalkan teman-temannya.

"Baek, mau melakukan hal menyenangkan?" Wendy tersenyum lebar, oh ini tidak baik.

"Kau serius?!"

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Kenapa kau lama sekali?" Seorang pria tinggi dengan kaus hitam yang dibalut dengan jaket abu-abu, celana hitam dan sepatu putihnya menatap kedatangan seseorang yang ia tunggu.

"Maaf hyung." Wajah Jongin memerah akibat berlari dari kelasnya sampai di sebuah mini market di samping gedung utama sekolahnya, yah jika ia berada di gedung utama peluh tak akan menghiasi wajahnya saat ini. Bonus 70 m saat berlari, cukup membuat napasmu memberat.

"Kau tak perlu berlari seperti itu, aku tidak akan meninggalkanmu. Ini, minumlah dulu." Sehun memberikan sebotol minuman isotonik rasa lemon dengan kemasan lucu, tutupnya berbentuk kepala beruang yang mengenakan bandana lemon.

Jongin menerima minuman itu dengan wajah yang bersemu. Mendengar kalimat 'aku tidak akan meninggalkanmu' membuat pikirannya ambyar seketika.

"Kau membeli ini? Lucu sekali." Jongin terkikik geli membayangkan wajah kasir yang melihat jika pembeli dari minuman ini adalah pria tinggi dan tampan seperti Sehun. Mungkin sang kasir akan berpikir yang aneh-aneh.

"Aku membelinya untukmu, bisa kita mulai kencan kita?" Sehun mengedipkan sebelah matanya ke arah Jongin membuat Jongin tersedak.

"Bodoh!" Jongin memukuli Sehun yang tengah tertawa. Percayalah jika pukulan jongin tidak akan berefek apapun pada sehun, seperti yang dipercayai dua orang yang tengah mengintip dari gerbang sekolah.

Penguntit? Bukan, mereka Baekhyun dan Wendy dan yah, sebentar lagi status mereka akan berubah menjadi penguntit atau mereka sudah menjadi penguntit sejak mereka melihat Jongin yang tersedak secara diam-diam tadi?

Berawal dari rasa penasaran Wendy yang selalu muncul dan Baekhyun yang tidak bisa menolak tarikan gadis itu sebelum ia sempat berkata-kata. Semangat Baekhyun!

"Oh asataga! Lihat, apa benar mereka hanya adik kakak?" Wendy mencoba menahan pekikkannya, baru saja Sehun mengelus rambut Jongin.

"Sudah kuduga! Aku sudah berpikir jika hubungan mereka bukan sebatas adik kakak." Baekhyun mengelus dagunya, berpose bagaikan detektif yang menemukan petunjuk dalam kasus yang dihadapinya.

"Hey mereka bergerak! Kita harus membuktikan jika Sehun adalah kekasih Jongin!" Wendy melompat-lompat kecil dan sudah bersiap berjalan mengikuti Jongin dan Sehun kalau saja tangannya tidak ditahan Baekhyun.

"Apa tidak apa-apa? Ini sudah sore, apa kau tidak ditunggu orang tuamu?"

"Tidak, aku akan bilang jika aku ada kerja kelompok. Ayo-ayo ikuti mereka!"

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Di sebuah cafe yang terdapat di salah satu mall, Sehun dan Jongin memilih untuk mengisi perut mereka sebelum menghabiskan waktu bersama nanti.

"Hyung, mau ke game center?" Jongin sedikit mendongak untung menatap Sehun.

"Kau mau ke sana? Habiskan pancakemu terlebih dahulu." Sehun menatap Jongin yang mengangguk antusias.

"Baiklah."

Setelah membayar pesanan mereka, Sehun menggenggam tangan Jongin dan menuntunnya menuju pintu keluar.

Perhatian Jongin sedikit teralihkan kepada dua orang yang duduk di dekat pintu cafe, apa mereka memiliki penyakit rabun kronis? Mengapa melihat buku menu sedekat itu? Sampai menutupi wajah mereka? Dan apa lagi satu orang diantaranya memegangnya secara terbalik?

Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

"Kau lihat? Mereka bergandengan tangan!" Seseorang dengan buku menu terbalik menampilkan wajahnya.

"Mereka ke game center?" Baekhyun menurunkan buku menu yang menutupi wajahnya.

"Let's go!" Wendy berdiri dari duduknya dan berjalan cepat, mencoba untuk tidak kehilangan jejak pasangan Sehun x Jongin yang diikuti Baekhyun.

Setelah kepergian mereka, seorang pelayang mendatangi meja yang tadi mereka tempati.

"Apa-apaan pelanggan tadi? Hanya menumpang untuk duduk di sini tanpa memesan apapun?"

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sudah sekitar dua jam Baekhyun dan Wendy mengikuti pergerakan Sehun dan Jongin. Kaki mereka pegal, dua jam berjalan dan hanya sesekali mengistirahatkan kaki dengan duduk di bangku sebuah mesin game. Jam sudah menunjukan pukul enam lewat lima menit.

"Aku lelah."

"Bukan kau saja, aku juga. Kau kan yang merencanakan ini?" Baekhyun memijat-mijat lututnya.

"Maaf-maaf. Ah, mereka berjalan keluar." Wendy melihat Sehun dan Jongin yang berjalan keluar game center.

"Ayo pulang, kita lelah dan besok sekolah."

Wendy dan Baekhyun berjalan berdampingan keluar dari mall. Baekhyun menyusun rencana untuk kegiatannya sesampai di rumah nanti, berendam di air hangat terdengar sangat menggiurkan.

"Baekhyun, kau pernah melihat Sehun dari dekat?"

"Ya, dia tampan dan tinggi. Jongin juga bilang jika mereka adalah adik kakak tapi yang aku lihat interaksi di antara mereka terlihat yah, manis?"

"Jika saja aku masih ada di sana waktu itu, bisa saja ku bongkar mereka." Wendy mengepalkan tangannya, matanya berkilat semangat, jika saja mereka ada di dunia anime, latar dengan api merah yang membara terlihat di belakang Wendy saat ini.

Saat ini mereka hanya terus berbicara tenang kemungkinan hubungan yang dijalani Sehun dan Jongin. Sebegitu penasarannya kah mereka itu?

Di dalam batin mereka menggebu-gebu pertanyaan seperti 'Jongin memiliki kekasih?' atau 'Mengapa tak pernah cerita padaku?'. Yah mereka memang kedua teman yang memiliki keingintahuan yang tinggi? Bukannya ingin tahu itu peduli ya? Benar, tetapi tipe-tipe Baekhyun dan Wendy lebih menjurus ke 'KEPO', keingintahuan yang membuat seseorang resah.

Tidak-tidak, aku hanya bercanda. Mereka tipe-tipe orang yang peduli kok.

Wendy tersentak ketika merasakan getaran di roknya, dengan cepat ia mengankat panggilan masuk setelah melihat jika itupanggilan dari sang ibu.

"Ya, aku akan ke sana."

"Tidak usah, aku akan jalan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatku sekarang."

"Ya." Wendy mematikan panggilannya dan menatap Baekhyun yang tengah menatapnya sambil tersenyum.

"Cepat, ibumu pasti menunggu."

"Maaf Baek." Wendy memasang wajah sedihnya, ia merasa tak enak pada Baekhyun. Padahal tadi dirinya yang mengajak Baekhyun.

"Tidak apa-apa, hati-hati."

"Aku duluan." Wendy tersenyum sebulum berjalan ke sebrang jalan dan menghilang di belokan antar toko Kue dan sebuah cafe.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Baekhyun berjalan melalui jalan yang cukup sepi, maklum saja jika sekarang adalah waktunya makan malam. Dari kejauhan Baekhyun dapat melihat sebuah mini market, memorinya memutar kejadian ketika dirinya meninju pipi Chanyeol, yah walaupun tidak sengaja tinju yang cukup keras itu meninggalkan lebam. Saat itu Baekhyun yang panik hanya berpikir untuk memberikan pertolongan pertama, sebuah kompres dingin. Tidak menemukan apa yang ia cari di mini market itu ia membeli sekaleng minuman bersoda. Baekhyun tersenyum mengingat kejadian itu.

PUK

Baekhyun menepuk kedua pipinya dengan keras. Tidak seharusnya ia mengingat si Chanyeol itu bukan? Apa ini efek karena dirinya tidak melihat Chanyeol seharian ini?

"Jangan berpikiran bodoh!" Baekhyun bergumam.

'Jangan memikirkan si bodoh tiang itu! Kau hanya merdeka hari ini, bebas dari jeratan penuh siksanya dan mengapa kau malah memikirkannya? Sesuatu membentur kepalamu?' Baekhyun terus memarahi pikirannya yang terasa sedikit kacau, apa ini efek kelelahan akibat menguntit Jongin tadi?

'Haruskah kusalahkan Wendy?'

Baekhyun terus saja larut dalam pikirannya, tidak menyadari jika seorang anak kecil tengan berlari dari arah mini market ke arah Baekhyun. Pandangan anak kecil itupun tidak mengarah kedepan, ia terus melihat ke belakangnya seolah tengah menunggu siapa yang akan keluar berikutnya dari pintu mini market sambil terus berlari.

Tabrakan tak dapat di hindari. Reflek Baekhyun sangat lambat, ia hanya menoleh ke arah anak tersebut sepersekian detik sebelum anak itu menabraknya. Ia terjatuh kebelakang, membuat dirinya jatuh terlentang dengan anak itu berbaring di atasnya.

"Park Woojin!" Seseorang dengan suara keras berjalan menghampiri dua manusia yang tengah tergeletak di jalan.

Baekhyun dan anak itu mengerang kesakitan, anak itu dengan cepat berdiri dan berjalan ke arah punggung Baekhyun. Baekhyun terduduk, ia mengelus punggungnya yang terasa berdenyut.

'Ini sungguh menyakitkan!' Batin Baekhyun meringis.

"Sudah ku katakan jangan berlari keluar, untung kau menbrak orang. Jika kau yang ditabrak mobil bagaimana?" Orang tadi kembali berbicara, suaranya terasa dekat di telinga Baekhyun.

Apa katanya tadi? Masih untung jika anak ini menabraknya?

Tidak tahu saja jika punggungnya terasa sangat sakit. Ia dapat melihat kaki orang di hadapannya, ia mendongak untuk menyuarakan protesnya yang sudah ada di ujung lidahnya.

Tidak jadi, Baekhyun telan kembali protesnya. Di hadapannya saat ini berdiri seseorang yang dari tadi mengganggu pikirannya.

"C-Chanyeol."

"Hn?" Pandangan Chanyeol yang tadinya terfokus pada anak kecil yang tengah bersembunyi di belakang pria yang tengah terduduk di jalan (seolah mencari perlindungan dari seekor singa yang akan mencabik-cabik tubuhnya) beralih ke orang yang tengah menatapnya dari bawah tersebut.

"Byun? Sedang apa kau di sana, menjadi gelandangan?"

Baekhyun memutar matanya malas. Tidak seharusnya dirinya memikirkan setan ini tadi.

Bukannya tadi Chanyeol melihatnya terjatuh akibat anak yang berdiri di belakangnya sekarang?

"Sialan!" Baekhyun berusaha berdiri, ia menepuk-nepuk celana di bagian bokongnya yang memutih akibat debu. Aduh, susah sekali hilangnya.

"Perlu ku bantu?"

Baekhyun menghentikan kegiatannya dan menatap Chanyeol. Apa Chanyeol bodoh? Dirinya sudah berdiri, jika mau membantu seharusnya tadi saat Baekhyun masih terduduk.

"Menepuk bokongmu?" Chanyeol menampilkan seringai menyebalkan andalannya.

"Mati saja kau!" Baekhyun mencoba memasang wajah galaknya, dengan wajah memerahnya? Chanyeol tergelak melihat ekspresi yang menurutnya imut.

'Imut?!' Chanyeol sadar apa yang baru saja ia pikirkan, ia masih menatap Baekhyun yang masih berusaha membersihkan celananya dari debu.

"Woojin!"

Anak kecil tadi terperanjat kaget mendengar suara Chanyeol yang terdengar berat, refleks ia menggenggam kemeja belakang Baekhyun.

Baekhyun menatap anak kecil itu, wajahnya seperti ingin menangis.

"Park Chanyeol apa yang kau lakukan pada anak ini?!" Baekhyun menatap tajam Chanyeol yang membulatkan matanya kaget. Memangnya Chanyeol salah apa?

"Apa maksudmu Byun?" Chanyeol menatap sengit mata Baekhyun, ugh! Ditatap seperti itu memangnya bisa membuat Baekhyun takut?

"Lihat anak ini!" Baekhyun menarik anak itu dan menunjukan wajah anak itu, wajah anak itu memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Siap untuk menangis.

"Kau apakan anak ini? Kau melakukan kekerasan pada anak SD juga? Kau pikir kau siapa?" Baekhyun menatap sengit Chanyeol, ia berjalan ke arah Chanyeol sambil terus mendorong bahu pria tinggi itu dan terus berkata seolah Chanyeol adalah seorang preman yang mengincar anak kecil sebagai targetnya sampai beberapa pengunjung mini market menatap Chanyeol dengan pandangan sinis.

"Berhenti! Aku tidak seperti apa yang kau bilang!"

"Apa buktinya?"

"Woojin adalah adik sepupuku, Park Woojin." Chanyeol melipat kedua tangannya di dada.

"Woojin benarkah?" Baekhyun menatap anak kecil itu yang tengah menunduk sambil bergumam pelan.

"Park Woojin!" Suara Chanyeol penuh penekanan.

"Ehm, itu..." Suara anak itu bergetar, terdengar ketakutan.

"Park, jangan memaksanya!" Baekhyun memberi tatapan tajamnya, ia berjalan ke arah anak itu dan mensejajarkan tinggi badan mereka.

"Kau Park Woojin?" Baekhyun berkata lembut, Chanyeol yang mendengarnya menganga tak percaya.

Baekhyun yang ia kenal adalah pemuda kasar dan penuh emosi jika bersamanya, jika ia lihat Baekhyun bersama teman-temannya, pria itu akan menjadi seseorang yang penuh tawa. Oh, oh (#BertepukTangan) sejauh itukah kau melihat Byun Baekhyun, tuan Park? Ngehehehe #TertawaNista

Anak kecil itu tak bersuara, ia hanya mengangguk pelan. Lucu sekali di mata Baekhyun. Baekhyun mengelus pelan rambut Woojin, membuat anak itu mendongak.

"Kau mirip dengan adik pertamaku." Baekhyun tersenyum lebar mengingat wajah lucu Minseok.

"Kau punya adik?" Chanyeol bertanya dengan nada penasaran.

"Untuk apa kau tahu." Sudut Chanyeol berkedut, menampilkan senyum jengkelnya. Bisa-bisanya nada suara Baekhyun berubah menjengkelkan jika sedang berbicara kepadanya.

"Hyung punya adik?" Suara imut Woojin terdengar.

"Iya, aku punya dua adik. Yang satu namanya Xiumin dan satu lagi Kyungsoo."

"Xiumin? Byun Xiumin?"

"Eh, kau tahu Xiumin?" Baekhyun menatap Woojin penuh harap.

"Iya, kami satu bangku." Woojin mengangguk semangat.

"Woojin jadi tidak ke taman bermainnya? Bukannya tadi kau yang merengek minta cepat berangkat?"

Baekhyun menatap Chanyeol jengkel, belum sempat ia melanjutkan obrolannya dengan Woojin sudah di serobot. Tunggu, taman bermain? Ah, seharusnya ia mengerti jika Woojin sedang terburu-buru.

"Wah Woojin mau pergi ya, yasudah hyung pulang dulu ya." Baekhyun berdiri tegak dan mengelus rambut Woojin sebelum kakinya melangkah menuju rumahnya.

"Hyung..." Ada jeda sebelum Woojin melanjutkan, "Mau ikut bersama kami tidak?"

"Apa?!" Chanyeol tak bisa menahan teriakan kagetnya.

"Eh?" Baekhyun hanya bisa bergumam, belum bisa mencerna apa yang baru dikatakan Woojin.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

HunKai Side (Ehm, mungkin ada adegan T nya, but Cuma sedikit kok.)

Setelah lelah bermain di game center, Sehun dan Jongin memutuskan untuk pulang ke rumah. Sehun tinggal di rumah Jongin untuk sementara waktu, sampai keluarga Jongin pulang dari Thailand. Saat ini Sehun dan Jongin tengah bermalas-malasan di ruang keluarga. Sehun duduk di karpet, bersandar pada sofa dengan Jongin yang bersandar pada dada Sehun. Sehun tersenyum melihat tingkah kekasih manisnya ini.

"Kau mau makan apa?" Sehun memainkan rambut Jongin.

"Ayam?" Jongin masih fokus memainkan jari-jari panjang milik Sehun.

"Baiklah, hyung pesankan. Sebaiknya kau mandi dulu, pesanan datang kau sudah mandi."

"Yap-yap." Jongin berdiri dan berjalan ke kamarnya. '

Sehun tersenyum, ia mengeluarkan handphonenya dan menelpon salah satu restoran cepat saji.

Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

Jongin mengusap rambutnya yang basah sambil berjalan keluar kamarnya. Ia bisa melihat Sehun yang masih di posisi tadi, tampak serius dengan tontonannya. Jongin tersenyum dan berjalan menghampiri Sehun.

"Hyung~" Jongin duduk di pangkuan Sehun, ia menaruh kepalanya di bahu pria pucat itu.

"Ada apa?" Sehun terkekeh geli merasakan rambut basah Jongin yang terasa menusuk-nusuk lehernya.

"Tolong keringkan rambutku." Jongin menatapnya dengan tatapan puppy yang imut.

'Astaga, haruskah aku menyerang beruangku saat ini?' Keringat dingin mulai membasahi kening Sehun. Ia tak berani menatap wajah Jongin.

'Jangan, tahanlah Oh Sehun. Buatlah mertuamu bangga padamu, jangan kecewakan orang tuamu.' Batin Sehun mengingatkan, suaranya terdengar meneduhkan. Sehun perlahan menatap wajah Jongin yang masih menatapnya dengan senyuman imutnya.

'Kapan lagi kalau bukan sekarang?' Suara yang terdengar bodoh dari otaknya terlintas seketika, membuat Sehun harus meneguk ludahnya kasar.

Dia hard. Astaga, mengapa nafsunya sangat tinggi? Dia harus sering berdoa! Sadarlah, kalian belum sah secara agama dan hukum bukan?

"Hyung, kau kenapa? Kau sakit? Apa aku berat ya?" Jongin perlahan berdiri dari pangkuan Sehun, ia pikir jika Sehun berkeringat karena menahan tubuhnya yang menurut Jongin sendiri berat.

"Tidak, kemarikan handuknya." Sehun tersenyum lembut, ia mengambil handuk yang di sodorkan jongin dan duduk di atas sofa.

Huh, sangat berbeda dengan keadaan pikirannya yang sudah misuh-misuh sendiri. Sehun harus tenang, jangan mencoba membayangkan yang tidak-tidak. Yah walaupun wajah Jongin mendukung untuk dibayangkan, tetap saja!

Sehun mengusap-usap rambut Jongin, wangi strawberi. Jongin bernyanyi pelan sambil mengganti setiap chanel yang dianggapnya kurang menarik.

"Nyahaha, hyung!" Jongin terpekik kegirangan.

"Ada apa?" Sehun masih serius mengeringkan rambut Jongin.

"Pororo~" Jongin menatap Sehun sambil telunjuknya menunjuk ke arah televisi.

"Iya." Sehun hanya tersenyum, ia sudah biasa menghadapi tingkah kekanak-kanakan kekasihnya. Menurut Sehun Jongin itu lucu dan menggemaskan.

TING TONG

Gerakan tangannya berhenti, Sehun sedikit mendorong punggung Jongin agar ia bisa berjalan ke arah pintu depan. Jongin menatap kepergian Sehun, ia dapat mendengar jika seseorang berkata 'Ini pesanan anda.' Dan tak lama setelah itu Sehun datang denga tiga buah kotak cukup besar dalam satu kantung plastik.

Sehun berhenti beberapa meter dari Jongin yang masih menatapnya penasaran. Sehun mengangkat kantung plastiknya sambil berkata "Ayam?".

Jongin berjalan ke arah Sehun mencoba meraih kantung plastik yang dipegang Sehun. Dengan jahil Sehun mengangkat tinggi kantung tersebut, Jongin berusaha melompat dan berjinjit dan sepertinya hal itu sia-sia.

Sehun tersenyum melihat wajah Jongin yang terlihat sangat dekat, ekspresi Jongin yang serius pada sekantung ayam benar-benar membuatnya gemas. Sehun tak tahan, ia meraih pinggang Jongin membuat tubuh Jongin menabrak Sehun. Dengan cepat Sehun mencium bibir Jongin, lumatan lembut membuat Jongin menutup kedua matanya. Ah, Sehun bisa saja mencari kesempatan.

"Hnnn..." Lenguhan jongin terdengar ketika Sehun mencoba membuka bibir Jongin yang terkatup.

Sehun menjilat bibir bawah dan atas Jongin secara bergantian, tak ada respon dari sang pemilik bibir. Sehun mencoba berani dengan menggigit bibit bawah Jongin pelan membuat sang empunya terpekik dan membuka bibirnya. Tak membuang kesempatan, Sehun menyelipkan lidahnya di celah yang tersedia. Lidahnya langsung bertemu lidah Jongin yang berusaha mendorongnya keluar.

"Ngh... A-ah, mnh!" Lenguhan Jongin semakin kencang ketika lidah Sehun menarik lidahnya keluar.

"Hyung!" Jongin mendorong Sehun hingga pria itu mundur beberapa langkah.

Jongin mengusap bibirnya yang membengkak dan mengkilap akibat liur. Wajahnya memerah, malu sekali rasanya. Memang benar jika ciuman seperti ini sering ia lakukan dengan Sehun, tapi tetap saja rasanya selalu luar biasa seperti pertamakali mencoba.

Sehun tertawa melihat wajah malu-malu Jongin yang menggemaskan. Dengan wajah cemberutnya, Jongin merampas dengan kasar plastik yang diperjuanginya tadi dan membawanya ke dapur. Sehun masih setia dengan tawanya.

"Hey Jong, kau kenapa?" Ia berjalan menyusul Jongin ke dapur.

Benar-benar menyenangkan bisa menggoda kekasihmu sampai wajahnya merah semerah kepiting rebus. Kalian harus mencobanya! (aku jomblo kakak T.T tabahkan hati – Wolfie jomblo STRONG 2k17)

TBC

Loha~ lama tidak berjumpa, bagaimana kabarnya? Masih pada inget ff ini? Huks, maafkan saya yang baru bisa update hari ini T.T dan mohon maaf untuk segala kekurangan dari saya maupun ffnya, beri review kalian untuk perbaikan dan semangat! Oh iya ada yang nanya ya, ini lebih ke KarmaGisa atau Gakushuu x Yuuma? saya sih tidak menyimpulkan lebih menjorok ke couple yang mana, aku cuma tertarik sama perekonomian dari karakter Gakushuu sama Yuuma aja sih. Kan otak-otak maso kaya saya mah suka tuh liat uke yang status ekonominya di bawah si seme dan BOOM! Si uke yang selalu tertindas! Nguahahaha! Emang pasaran sih, tapi ini selera saya wkwkwk. Yang baca juga maso dong? Wkwk kagak lah ya. Itu maaf ya, HunKainya selalu sedikit dan selalu aja ada adegan kiseunya /

Saya itu gatau kenapa kalau ngebayangin HunKai selalu aja yang keluar adegan rated M weh, emang lucknut otak saya, mohon maaf readers! Dan chapter ini agak panjangan, semoga kalian ga bosen ya, Luv ya~

Karawang, 21 September 2017

hbd chen ku wkwkwk, love you bebek