Koala Chimchim

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Rating : T

Genre : General

Cast : Park Jimin and All members of Bangtan

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 6 : Jeon Jungkook

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

Monday Kid present

.

.

.

.

.

.

.

Jeon Jungkook

Jungkook tahu segala hal mengenai member Bangtan.

Mulai dari yang paling kecil seperti Hoseok hyung yang memiliki kebiasaan menciumi bau kakinya sehabis menari sampai hal besar seperti siapa cinta pertama para member.

Jungkook tahu.

Seperti halnya ia tahu bagaimana Jimin hyung sayang padanya.

Well, semua orang sebenarnya tahu hal itu mengingat Jimin selalu mengumbar rasa sayangnya terhadap Jungkook. Tanpa ragu. Tanpa malu. Atau mungkin urat malunya memang sudah putus.

"Aku sayang Jungkook sekali."

Nah, seperti sekarang.

Rasa-rasanya Jungkook mulai jengah. Katakanlah ia tidak bersyukur karna disayang oleh makhluk terimut dan termanis yang Tuhan ciptakan. Tapi, hell, ia lelah. Bukan lelah dengan pernyataan manis Jimin. Tapi lelah karna setelah bicara seperti itu Jimin pasti manjadi begitu clingy terhadapnya.

Jimin itu manja sekali jika dibelakang layar. Hanya member yang tahu bagaimana sifat hyungnya yang satu ini. Ia mungkin terlihat dewasa di depan fans walaupun kadang menjadi sedikit manja dan kekanakan, tapi, bruh, Jimin akan menjadi manja beribu kali lipat di kehidupan sehari-hari mereka.

Seperti sekarang, hyungnya itu terus saja mengusel-usel kepala bulatnya pada dada Jungkook seperti kucing. Bibir gemuk itu terus saja berkata 'aku sayang Jungkook sekali' atau 'Aku suka Jungkook' berkali-kali.

"Hyung, hentikan. Kita harus latihan untuk comeback kita nanti."

Jungkook berusaha menjauhkan tubuh Jimin dari tubuhnya. Mereka harus latihan, sungguh. Comeback mereka terhitung sebulan lagi. Makanya mereka harus beratih dengan keras. Karena kemarin-kemarin mereka disibukkan dengan Wings Tour mereka sehingga tidak ada waktu yang cukup untuk berlatih. Tapi lihat Jimin, ia bahkan bersikap acuh dan terus menempel pada Jungkook.

"Kau menolakku lagi! Ternyata benar cintaku bertepuk sebelah tangan." Tangan mungil Jimin menampar wajahnya dramatis. Tidak kencang. Tidak sakit. Tapi Jungkook justru semakin merasa jengah. Astaga untung Jimin itu hyungnya. Kalau tidak, sudah ia buang ke laut agar dicabik hiu sekalian.

"Drama apa lagi ini, hyung? Astaga."

Jimin cemberut, "Fans bilang cintaku bertepuk sebelah tangan karena kau selalu menolakku." Tangannya terangkat untuk memegang dadanya, matanya terpejam dengan penuh drama, "Ah sakit sekali hati ini."

Astaga.

Jungkook lelah. Jadi ia tinggalkan saja Jimin sendirian disana. Mengabaikan teriakan protes Jimin, Jungkook kembali pada latihan menarinya.

Padahal Jimin hanya ingin menghibur Jungkook yang terlihat kelelahan karna berlatih terlalu keras.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jungkookie~"

Uhuk

Jungkook berusaha mengambil nafas dalam-dalam akibat tersedak oleh coklat panas yang ia minum.

"Omo! Kookie hati-hati dong kalau minum ck."

Sontak Jungkook mendelik sinis, "Memangnya aku tersedak karena siapa huh?"

Yang disindir justru tertawa renyah, "Hehe maaf ya jika mengagetkanmu."

"Aku tidak kaget, hyung. Aku tersedak karena, demi tuhan, kau memeluk leherku dari belakang seperti ingin mencekikku ketika aku sedang menelan coklat panasku!"

Jimin cemberut, "Iya-iya maaf deh."

Lalu kaki pendek itu membawa tubuhnya untuk duduk berhadapan dengan Jungkook.

"Kau ngapain sih malam-malam di meja makan sendirian?"

"Tidak bisa tidur."

Jimin ber'ohh' ria. Kemudian senyumnya mengembang.

"Aku temani ya? ya? ya? Aku juga tidak bisa tidur."

Yang ditanya buru-buru menggeleng, "Tidak, terima kasih, sepertinya aku sudah mengatuk." lalu berpura-pura menguap, "Hoaam, lihat aku sudah menguap, daah, selamat tidur hyung."

Lalu sosok maknae Bangtan itu berlalu meninggalkan Jimin sendirian di dapur.

Tanpa tahu bahwa Jimin rela menahan kantuknya demi menghampiri Jungkook yang sendirian di meja makan tadi.

.

.

.

.

.

.

.

Hari ini panas sekali. AC di ruang latihan mati sehingga member Bangtan yang sehabis latihan samakin merasa kepanasan. Begitu pula dengan Jungkook. Anak itu terus saja mengipasi dirinya dengan kertas lusuh. Tapi itu tidak cukup. Ia butuh sesuatu yang dingin.

"Kookie kepanasan ya? Duh kasihaan."

Jungkook membuka matanya yang terpejam dan melihat si kecil berada di depannya. Kemudian memejamkan matanya lagi sambil bergumam meng'iya'kan perkataan hyungnya itu.

"Mau kubelikan es krim?"

Sontak matanya terbuka lebar. Senyumnya mengembang dan memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu. Aih gemasnya.

"Mau! mau!" pekik sang maknae dengan riang. Membuat Jimin ikut tersenyum gemas.

"Kau mau rasa apa? Biar kubelikan, tapi sstt, jangan sampai member lain tahu ya."

Jungkook mengangguk patuh, "Hmm aku ingin es krim coklat dengan kacang diatasnya."

"Siap deh. Tunggu ya."

Jimin melesat keluar menuju ke kedai es krim terdekat. Tanpa peduli kakinya yang sakit akibat terkilir saat latihan. Bodo amat. Yang penting adiknya senang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau kenapa sih kalau sama aku jahat sekali?"

Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari bibir gemuk Jimin. Membuat yang diajak bicara menolehkan kepalanya bingung.

"Maksud hyung apa?"

Jimin mendesah panjang, "Kalau member lain melakukan skinship denganmu selalu kau terima atau kau balas, giliran aku yang melakukan skinship denganmu kau selalu menolakku."

"Habis hyung terang-terangan bilang sayang padaku didepan kamera, aku malu tahu."

Jimin terperangah sebentar, lalu tersenyum menggoda, "Uuu jadi Jungkookie malu yaa?" alisnya naik turun bermaksud menggoda adiknya itu.

Wajah Jungkook memerah, "A-apa sih!"

Jimin menoel dagu Jungkook main-main, "Uuu gemas deh kalo Kookie malu-malu begini."

"Ish hyung hentikan! Sudah ah!"

Dan Jimin terbahak keras. Merasa puas berhasil menggoda maknae Bangtan itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mereka baru saja tiba di dorm. Seharian berada di studio rekaman membuat tubuh mereka penat. Rasanya mereka butuh air hangat untuk melemaskan otot-otot yang kaku karena lelah.

"Jungkook!"

"Aww hyung! Astaga."

Jungkook kaget. Serius. Bagaimana tidak, Jimin dengan tiba-tiba lompat ke gendongannya seperti koala dan berteriak tepat di telinganya.

"Hehe."

"Jangan tertawa doang dong, ayo turun, berat tahu."

Jimin cemberut, "Memangnya aku masih berat? Padahal aku sudah diet lho."

Yang muda ikut cemberut lucu, "Memangnya kau pikir kenapa aku dan member lain tidak mau menggendongmu? Itu karena kau berat, hyung. Bisa keropos sebelum waktunya aku kalau begini caranya."

Jimin terdiam. Lalu menurunkan badannya dengan perlahan.

"Ugh masa sih aku berat?"

Jungkook hanya mengangguk, "Iya berat sekali. Sudah ah aku mau mandi dulu." Lalu pergi meninggalkan Jimin yang masih terdiam.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hari ini aneh. Bukan, bukan aneh karena Taehyung yang sedang jejeritan disudut ruangan seorang diri. Itu sih sudah biasa. Yang aneh menurut Jungkook adalah Jimin hyungnya yang diam sejak tadi. Well sebenarnya ini sudah berlangsung 1 minggu Jimin terdiam seperti itu tapi Jungkook baru sadar ada yang aneh dari hyungnya itu hari ini.

Tidak clingy seperti biasa.

Bukan berarti Jungkook ingin Jimin menjadi clingy loh ya. Sebenarnya ia bersyukur karena harinya menjadi tenang karena Jimin tidak lagi menempel padanya. Tapi entahlah, rasanya aneh. Seperti rindu.

Mereka tengah berada di ruang latihan saat ini. Berlatih menari untuk persiapan comeback seperti biasanya. Semua berjalan dengan lancar, tapi sekali lagi, Jimin terus terdiam walaupun tubuhnya aktif bergerak mengikuti koreo. Tapi Jungkook berusaha mengeyahkan pikiran aneh-aneh mengenai Jimin dan kembali fokus pada kegiatannya.

Semuanya berjalan lancar. Namun Jungkook tidak bisa menarik pandangannya jadi Jimin. Jimin aneh sekali, sungguh. Membuat Jungkook khawatir jangan-jangan hyungnya itu kerasukan.

BRUK

"Astaga Jimin!"

Teriakan nyaring Seokjin menyadarkan Jungkook dari lamunannya. Lalu tubuhnya membeku kala netranya menangkap tubuh lemah Jimin tergeletak pada lantai yang dingin

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Malam itu Jimin dibawa ke rumah sakit. Jungkook tidak tahu bahwa keadaannya akan separah itu. Maksudnya, ia dan member lain tahu bahwa Jimin sering pingsan karena diet yang dilakukannya membuat Jimin kekurangan energi. Tapi biasanya hanya dalam 1 atau 2 jam ia akan siuman setelah diolesi minyak aroma terapi oleh Namjoon. Tapi sekarang bahkan setelah 4 jam ia tidak juga kunjung bangun. Makanya disinilah mereka sekarang.

Tadi setelah di periksa, dokter bilang Jimin mengalami masalah pencernaan yang serius karena pola makannya yang tidak benar. Sepertinya karena diet yang ia lakukan terlalu ekstrim. Ditambah lagi tekanan darahnya rendah sehingga membuat tubuhnya semakin lemah. Dokter bilang Jimin sepertinya lebih banyak mengonsumsi pil penambah energi dibanding mengisi perutnya yang kosong ketika kelaparan atau kelelahan. Hal ini cukup berbahaya.

Penjelasan dokter barusan membuat hati Jungkook serasa diremas. Apa yang sudah ia lewatkan? Kenapa ia tidak tahu apa-apa tentang Jimin? dan yang lebih parah, mengapa Jimin melakukan diet se-ekstrim itu?

Dan disinilah Jungkook.

Menatap tubuh Jimin yang tertidur diatas ranjang rumah sakit. Member lain sudah pulang lebih dulu karena mereka sepakat untuk menjaga Jimin perorangan dan bergantian sampai si kecil keluar rumah sakit nanti. Dan Jungkook yang mendapat giliran pertama untuk menginap di rumah sakit untuk menjaga Jimin.

Tangan Jungkook terangkat untuk menggenggam tangan Jimin yang kecil. Mengelusnya perlahan dengan ibu jarinya. Ia baru sadar, Jimin semakin kecil saja.

Jimin menggeliat ketika tangannya serasa diusap-usap.

"Kookie?"

"Oh hyung, syukurlah kau sudah bangun. Ada yang kau butuhkan?"

"Haus."

Jungkook segera mengambil air di meja nakas dan membantu Jimin untuk meminumnya menggunakan sedotan.

"Mana member lain?"

"Sudah pulang, kami akan menginap disini untuk menjaga hyung secara bergantian."

Jimin mengangguk, "Lalu apa malam ini adalah giliranmu untuk menginap?"

"Ya."

"Ugh maaf merepotkan."

Jungkook menghela napas lelah, "Kalau merasa bersalah ya makanya hyung harus jaga kesehatan! Kerjaanmu itu pingsan terus."

Jimin menundukan pandangannya. Ah Jungkook jadi merasa bersalah.

Yang lebih muda meraih tangan Jimin lagi, "Maaf sudah membentak hyung, aku khawatir tahu. Coba katakan, kenapa kau melakukan diet se-ekstrim itu?"

"Agar kau mau menggendongku."

Jungkook terhenyak, "Apa?"

Jimin memainkan jari mungilnya gugup, "Kau bilang aku berat makanya tidak mau menggendongku, jadi aku diet lebih keras lagi agar aku menjadi ringan dan bisa kau gendong." cicitnya pelan.

fuck what

Jadi hal ini terjadi karena omongan Jungkook yang waktu itu? hei, bahkan ia hanya bercanda!

"Hyung dengar, aku hanya bercanda saat itu oke? Kau tidak seberat itu sungguh. Aku saja bisa menggendong Jin hyung yang beratnya seperti kingkong, apalagi kau. Jadi tolong jangan dipikirkan omonganku saat itu, aku minta maaf."

"Benarkah?"

"Ya hyung. Kau ingin aku gendong kemana? Ke Eropa? Ke Afrika? Kemana? Katakan saja maka aku akan menggendongmu kemana pun yang kau mau. Asal jangan seperti ini hyung, jangan sakit lagi."

Senyum Jimin berkembang membuat matanya menghilang ditelan buntalan pipinya sendiri. Sontak saja hal itu juga mengundang senyum Jungkook merekah.

"Terimakasih Kookie~"

"Janji tidak seperti ini lagi?" Jungkook menyodorkan kelingkingnya seperti anak kecil dan jimin membalasnya dengan menautkan Kelingking kecilnya pada keingking panjang adiknya itu.

"Iya janji!"

Tangan Jungkook menepuk puncak kepala Jimin main-main, "Anak baik."

Dan dibalas Jimin dengan tonjokan di perut kerasnya. Lalu keduanya terbahak keras.

"Tidurlah hyung."

Jimin menutup matanya. Rasanya nyaman sekali tidur dengan elusan lembut di kepalanya dan lullaby dari surara merdu Jungkook. Sepertinya ia akan mimpi dengan sangat indah malam ini.

"Aku sayang Jungkookie." katanya sebelum sepenuhnya jatuh tertidur.

Jungkook tersenyum. Ia menghentikan elusannya pada kepala Jimin ketika merasakan nafas teratur hyungnya itu. Perlahan ia menaikkan tubuhnya ke ranjang dan tidur menyamping menghadap Jimin. Tangan kekarnya memeluk pinggang Jimin erat. Tubuhnya meringkuk kecil seperti bayi.

Satu kecupan ia berikan di pipi Jimin yang kenyal, "Aku lebih menyayangimu hyung. Maaf tidak pernah mengatakannya, aku terlalu malu."

Jungkook menguap lebar. Lalu menenggelamkan wajahnya pada leher Jimin yang hangat. Matanya perlahan terpejam.

"Jungkookie sayang Jimin hyung."

dan mengatakannya sekali lagi sebelum benar-benar tertidur.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

END

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Halo! Aku bawa chapter terakhir nih. Dengan publishnya chapter part Jungkookie ini maka fanfic Koala Chimchim udah tamat, guys. Awalnya sempet ragu mau buat fanfic berchapter soalnya takut nanti males update dan keburu kehilangan feelnya. Tapiiii berkat dukungan, semangat, dan respon positif dari readerdeul bikin aku semangat buat namatin fanfic ini.

Aku ucapin banyak-banyak terimakasih dengan penuh cinta untuk :

nuruko03, HanaChanOke, HyunShine, pinkeualmond, beeyoungjee9 MingyuAin, Ez, WinterMei77, TaeTaeLand, Jiminie mochi, clahassa15, marsell2418, Ahsanriri22, chaeji, Lae1802, Guest, ananda oh vernon, triaifa.azura, Jimiestry, Namjoonieee, dhankim, nueljyp, Yjsexolf, LynnGia96, Park RinHyun-Uchiha, jiminowt, dthaa949 charynlol, JiminVivi, Supreme12rm, avis alfi, Tyongie, shienya.

Aku sayang kalian guys muahh.

Oh iya aku juga ada rencana bikin fanfic lagi. Udah ada ide tapi belum ditulis hehe. Tolong antisipasi readerdeul~

Sekali lagi terimakasih banyaaaak.

Dengan cinta yang banyak,

Monday Kid.