Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto


.

.


-Bullshit-

(Omong Kosong)


.

.


1


11 Agustus 2013

Sakura POV

"Sasuke?" tanpa sadar mulutku berucap pelan, kesadaranku seketika seakan direbut.

"Sakura?" ohh ya tuhan, apa yang sedang terjadi disini. Apakah ini salah satu skenario hidupku yang telah kau rencanakan. Entahlah, aku selalu membenci pertemuan ini. Ini adalah yang ke 8 kalinya kami bertemu entah disengaja atau tidak dalam 6 tahun terakhir. Aku menghitungnya.

Aku menatap nya heran, suasananya sungguh canggung. Sebelum tiba-tiba tawa hambar Sasuke memecahkan keheningan, apakah ada yang lucu disini? Ku rasa tidak. Ah bukan, tidak salah lagi.

Pertemuan yang konyol.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya, aku tak tahu apakah ia sungguh perduli atau memang hanya penasaran saja. Tapi ia selalu mengulang pertanyaan yang sama sebagai topik awal pembicaraan.

Dan selalu berakhir dengan aku yang- "Apa yang aku lakukan disini?" aku mengulang pertanyaan nya, aku memiringkan kepalaku, mengejek, "ini tempat umum Tuan, tak ada alasan khusus."

Aku harus segera pergi dari sini. "Baiklah, senang bertemu denganmu lagi," ia tersenyum lembut, mengulurkan tangan kanannya bersiap untuk menyalamiku. Ini hal yang biasa, yang selalu ia lakukan kepada kebanyakkan orang dan aku salah satunya sekarang. Tak ada yang istimewa, hanya salaman biasa.

"Ku rasa tidak perlu," tepis ku, jangan terlalu banyak berharap tuan. Kau benar-benar membuat ini semakin telihat konyol.

Senyumnya luntur seketika. Ia menarik tangannya cepat, mungkin ia juga malu. Ia menggaruk belakang kepalanya sedikit menundukkan kepalanya, aku tahu, ia sangat bingung sekarang. "Ini terlalu berlebihan," ucapku. Ia mengandahkan kepalanya lalu menatapku. Tatapan nya masih memikat seperti dulu, tapi aku takkan terjebak lagi.

"Kita, bukan dua orang yang saling kenal yang berakhir dengan baik. Jadi berhentilah bersikap seakan kita tak pernah mempunyai masalah," lanjutku, aku sama sekali tak bisa mengontrol mulutku untuk berhenti berbicara, mulut sialan. Melihatnya sungguh membuat ku tak bisa mengendalikan diri. Ia berhasil merubahku, ia patut mendapatkan penghargaan bergilir.

"Apa yang kau katakan?" aku menatapnya tak percaya, ia berpura-pura bodoh atau apa itu, aku mencoba untuk tidak terlalu perduli dengan reaksi nya.

"Huhh ini sungguh menyebalkan, selamat tinggal." aku berjalan cepat melewatinya, aku tak tahu lagi harus bagaimana yang aku inginkan adalah segera pergi dan menghindari psikopat gila ini, ia akan membuatku gila sebentar lagi, jika aku tak segera pergi dari tempat ini.

"Tunggu," ia berlari mengejarku, aku mencoba untuk melarikan diri dari kejarannya, terlambat ia sudah menangkapku, menarik lenganku lalu memelukku dari belakang. Sial ia benar-benar bergerak dengan cepat, "dengar-" ucapnya sambil terengah-engah, "jika kau masih memikirkan hal itu. Aku benar-benar minta maaf, sungguh aku tahu itu semua memang salahku. Tak bisakah kita memulai nya dari awal?"

Aku mencoba memberontak dan berhasil, aku terlepas.

"Maaf?" ulangku, sekarang aku menemukan hobby baru, "semudah itukah?" aku sangat lelah sekarang, "dengar baik-baik, simpan saja kata maaf mu, itu sama sekali tidak berguna lagi sekarang. Dan kita tak perlu memulai apa-apa lagi, semua sudah berakhir."

"Kau!" Tunjukku, tepat didepan wajahnya, ia lumayan tinggi. Orang-orang mulai mengamati interaksi kami, Tuhan cabut nyawa ku sekarang.

Aku tersenyum sinis, menatap mata kelamnya tajam, "sudah menghancurkan segalanya," dan sekali lagi aku pergi meninggalkannya yang hanya diam membisu tanpa berusaha mengejar ku lagi. Aku tersenyum puas. Jujur saja, aku bangga dengan diriku yang sekarang.

Tanpa ku sadari pipi ku terasa menghangat. Sial, aku tak mengerti. Tapi ini kembali menyakitiku. Ini sudah yang keberapa kalinya aku menangis bulan ini.

Walaupun kasus ini berbeda.

Uchiha Sasuke, ia telah menorehkan luka dihatiku, menghancurkan harapanku dan kini berulang kali hadir dihadapanku tanpa alasan yang jelas, mungkin kebetulan. Tapi nyatanya tak ada kata kebetulan didunia ini, semua nya telah diatur, semua kata-katanya hanya penuh dengan omong kosong.

Langkah ku mulai melambat, oh tuhan aku sudah tidak mampu menahannya lagi. Salah satu pengkhianat di hidupku semakin membasahi kedua sisi pipiku. Memutar kembali kenangan yang sudah lama ku kubur dalam-dalam.

Dan, DIA! Pria itu adalah pengkhianat terbesar dalam hidupku, ia menghancurkan kepercayaanku. Kepercayaanku akan komitmen yang pernah ia buat bersamaku.

Aku berhenti didepan halte menunggu bus datang, tak selang berapa lama aku sudah berada didalamnya. Sesekali menyeka air mata ku dengan sapu tangan. Beruntung, sapu tangan selalu ada didalam tas ku. Wanita memang selalu siap sedia.

Seseorang duduk disamping ku, aku mencoba untuk tak menghiraukannya saja.

Tapi aku punya firasat buruk tentang orang ini, sepertinya ia akan mengusikku. Ini bukan tuduhan, aku merasakan gerak geriknya disampingku.

"Hey," aku memang benar.

Aku menoleh saat suara feminimnya menegurku. Ia langsung menatapku bingung begitu melihat mataku yang memerah. Ini sungguh memalukan.

"Maaf, mengganggumu." Ia menunjukkan rasa bersalah, aku menggeleng.

"Tak apa, bukan masalah," balasku ramah. Senyum nya melebar. Ekspresinya berubah dalam sekejab.

Ia mendekatkan wajahnya kearahku, aku memundurkan wajahku darinya. Ini terlalu dekat. Ia menyipitkan mata seperti mencari sesuatu disana.

Aku menaikkan alisku bingung atas reaksinya tiba-tiba, "sepertinya aku mengenalimu, apa kau Candice? Dari pertama kau naik aku sudah mengamatimu. Apa kau sungguh Candice? Aku tak pernah melihat orang yang punya popularitas tinggi naik angkutan umum. Boleh aku minta fotomu?" kesan pertamaku, Gadis ini terlalu banyak bicara, ia tak memberiku kesempatan untuk meyelanya

"Tu-tunggu dulu, aku tak mengerti," aku ku. "Siapa Candice?" tanya ku bingung, Candice? Kenapa aku selalu mendapat pertanyaan yang sama. Beberapa orang memang sering menganggap ku Candice,bahkan Sasuke pernah mengatakan hal yang sama. Oh tuhan, aku teringat pria brengsek itu lagi.

Aku tak pernah ambil pusing dan mencoba ingin tahu. Tapi kali ini aku benar-benar bosan mendengarnya.

Ia terkejut sambil menutup mulutnya, menatapku tak percaya dengan melototkan. "Kau? Bukan Candice?" aku mengangguk cepat, maaf mengecewakan mu nak, kau benar-benar berhasil merubah mood ku, "akan sangat baik jika aku bertemu Candice yang asli, tapi tetap saja aku beruntung bertemu kembarannya," ocehnya, aku bahkan nyaris sama sekali tak mengenalnya dan ia sudah terlalu banyak bicara.

"Matamu hijau jernih sangat mirip dengannya, apalagi ukiran wajahmu, tuhan memahat mu dengan sempurna, " pujinya, aku berjuang keras untuk tak memutar mataku. Walaupun tuhan memahat ku dengan sempurna, tetap saja suamiku berselingkuh.

"Benarkah?" ia mengangguk serius penuh kepastian, "jadi siapa Candice?"

Matanya melebar lagi seperti sebelumnya, ekspresinya adalah yang paling menjengkelkan dari banyak orang menyebalkan yang pernah ku temui, "kau sungguh tak mengenalnya? Ia benar-benar mirip denganmu. Oh tuhan. Aku akan sangat bersenang hati untuk menjelaskan siapa kembaran mu itu. Ia sangat terkenal-" dan sekarang, aku terjebak dalam ocehannya, dan aku hanya diam mendengarkannya. Sampai waktu menghentikan segala ocehannya, oh tuhan aku sangat bersyukur kau telah menyelamatkan ku dari pemilik mulut besar ini.

Sebelum aku benar-benar keluar dari bis sialan ini, ia menarik tangan kiriku.

"Boleh ku tahu namamu?" Tanya nya penuh harap. Aku sungguh ingin pergi dari sini. Aku harus segera menyelesaikannya, telinga ku benar-benar panas sekarang.

"Namaku Haruno Sakura." Jawab ku. Memaksakan diri untuk tersenyum.

"Namaku Tenten," ia memperkenalkan diri dengan senyum konyolnya, "senang bertemu denganmu nona," ucapnya lagi.

"Aku juga," aku berbohong, ia hanya senang bertemu dengan ku hanya karena rupa ku yang mungkin mirip dengan Sakuya Candice, ia mengaku bahwa ia adalah penggemar Candice, seorang model cantik. Jika aku bebek buruk rupa ia tak akan mau bicara denganku apalagi melihatku seperti tadi.

"Semoga kita bisa bertemu lagi." Aku hanya mengangguk lalu keluar, inilah hal terakhir yang sangat aku ingin kan. Semoga saja aku tak bertemu lagi dengan gadis bermulut besar ini lagi.

Apartement ku tak terlalu jauh dari halte hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Hari ini aku terlalu lelah, bahkan untuk mengganti baju pun rasanya kaki ku sudah tak mampu digerakkan. Aku langsung merebahkan tubuhku di atas ranjang. Sungguh hari yang sangat melelahkan.

Sial.


Tbc


Hai! Ini fict pertama ku di wattpad. ^^

Jika berkenan, maukah kalian memberikan review.. Aku harap kalian memberikan masukan yang membangun dan membantu saya memperbaiki kesalahan yang ada.

Salam hangat, Lolipop Cherry