Youngest Brother?

.

.

"Kalau masih saling cinta kenapa musti merasa takut?" Kim Kyungsoo, menatap sahabatnya dengan tatapan lembut.

Mantan penyandang marga Do itu memang terkenal dengan sifatnya yang tenang dan tidak mudah panik saat menghadapi suatu masalah. Jadi, Jongin tidak pernah merasa sungkan saat meminta namja bermata bulat itu untuk memberikannya sebuah saran.

"Entahlah, hyung" Jongin berkata. Seraya mengusap perutnya yang masih datar. Mungkin dalam hitungan Bulan, perutnya akan membesar. Ia tahu apa yang terjadi.

3 Minggu setelah kejadian itu. Jongin menemukan dirinya dalam keadaan lemas dan mual setiap pagi. Awalnya dia mengira dia hanya lelah. Mengingat jam kerjanya yang akhir-akhir ini memasuki deadline.

Tapi suatu hari dia pingsan. Dan Choi Minho, yang kebetulan menolongnya pun segera membawanya ke dokter.

Demi Tuhan! Bahkan Jongin tidak pernah berharap dokter akan mengucapkan selamat padanya. Karena kenyataannya kini Jongin sedang mengandung buah hatinya yang kedua dengan Oh Sehun.

mengapa Jongin bisa begitu yakin Sehun lah ayahnya? Karena saat melahirkan Luhan, dokter bilang dirinya termasuk ke dalam ibu yang subur. Maka tidak heran sekali sembur saja langsung jadi. Dan Oh Sehun yang kelewat mesum benar-benar mendukung.

"Kalian kan masih sah, mengapa tidak balikan lagi saja? Apa kalian tidak kasihan dengan Lulu?" tanya Kyungsoo. dengan senyum simpul di wajahnya. "Lagian kalian juga mau nambah satu. Kenapa musti ragu sih? "

Benar juga, pikir Jongin. Setidaknya dirinya harus melihat Luhan dan calon buah hati mereka. Jangan lagi ada ego atau gengsi untuk balikan lagi.

"Mungkin tidak akan sama seperti dulu. Tapi kenapa tidak mencoba untuk memperbaiki ikatan kalian lagi? gelas yang sudah pecah memang tidak bisa diperbaiki lagi. tapi bukan berarti tidak bisa didaur ulang kan?" Kyungsoo berkata perlahan. "Jangan mencoba memperbaikinya, tapi cobalah untuk mengubahnya. kalian musti memikirkan masa depan kalian, dan anak-anak kalian nanti"

Jongin menggigit bibir bawahnya seraya memilin bagian bawah sweater yang sedang ia gunakan saat ini. "Apa aku harus menceritakan hal ini padanya, hyung?"

"Ya haruslah!" kyungsoo berseru. Mengangguk pelan. Ia sedang membuat skotel kentang favorit keluarganya siang ini. "Dia musti bertanggung jawab, Jong"

"Tapi-"

Kyungsoo berbalik. Di meja makan Jongin sedang duduk seraya menundukan kepalanya. Bahkan hidangan yang Kyungsoo sajikan saja belum disentuh sama sekali.

"Dulu dan sekarang itu beda, Jongin" ujar Kyungsoo. "Kalian masih sangat muda waktu itu"

Oh Sehun yang sekarang memang bukan lagi si egois yang mementingkan dirinya sendiri. Tetapi bukan itu yang membuat Jongin ragu. Ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya.

"Aku hanya takut Sehun tidak percaya, hiks"

Kyungsoo menggeleng pelan. Setelah meletakan skotelnya ke dalam oven. Ia berjalan mendekati namja manis itu. Dia musti menghibur Jongin, karena namja itu sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.

"Hey" Kyungsoo mengusap punggung Jongin. "Kau hanya perlu meyakinkan dirimu sendiri sebelum meyakinkan Sehun. Jika kau tidak yakin pada dirimu, bagaimana Sehun bisa yakin padamu?"

Jongin mengangkat wajahnya yang sembab. "Hyung"

Kyungsoo berseru pelan, "Semangat!"

.

.

.

Ini sudah satu Bulan Jongdae mengacuhkannya. Awalnya, Luhan tidak terlalu peduli. Apalagi saat bocah manis itu bilang kalau dia benar-benar membenci Luhan dan tidak mau main lagi dengannya.

Mereka memang selalu bertengkar. tapi tidak akan pernah berlangsung lama. Jongdae kecil akan pergi menemui Luhan dan meminta maaf. Tapi kali ini berbeda. Jongdae tidak pernah datang menemuinya hanya untuk sekedar menanyakan keadaannya.

Anak itu bahkan mengacuhkan Luhan. menganggap bocah tampan itu tidak ada meski Luhan pernah menggodannya-memanggilnya dengan sebutan Kurus dan pendek. Alih-alih menoleh, Jongdae malah pergi tanpa bilang apa-apa lagi.

Luhan menarik napas pelan. Ada banyak kenangan dimana dia benar-benar merindukan sahabat manisnya itu. Biasanya Jongdae akan menemuinya dan mengajaknya main PS. Tapi selama satu Bulan ini Jongdae tidak lagi mau bermain dengannya.

anak itu malah lebih sering main dengan Zhang Yixing dan Park Bogum, teman sekelas mereka yang menjabat sebagai ketua kelas.

"Kamu pulang sama aku"

Jongdae kecil yang hendak naik ke atas sepeda milik Bogum pun menoleh. wajahnya terlihat kaget saat mendapati Luhan menahan tangannya tanpa ekpresi.

"Ih..lepas!" serunya. Dia dan Bogum akan mengerjakan tugas mereka bersama hari ini. Rumah Bogum yang tidak terlalu jauh dari sekolah pun memungkinkan bocah itu selalu datang dan pulang dengan naik sepeda kesayangannya.

"Gak" Luhan mulai nyolot. pokoknya Jongdae harus pulang bersamanya.

"Kamu gak boleh gitu, Lu!" Bogum turun dari sepedanya setelah lebih dulu menyetandarkan sepeda kesayangannya itu. "Kami akan mengerjakan tugas dari bu guru siang ini"

"Eh, kamu jangan ikut campur! Daepoh harus pulang bersamaku hari ini" Luhan tidak terima.

apa-apaan Bogum ini. Gayanya sok keren banget!

"Dae gak mau!" Jongdae berseru. dia tidak mau pulang bareng Luhan! dia lagi kesal sama Luhan soalnya.

"Kamu ini kenapa sih?" tanya Luhan. wajahnya memerah kesal.

"Lho.. Lulu yang kenapa" Daepoh berkata. "Dae gak mau jadi teman Lulu lagi. Lulu jahat.. lulu sering buat Dae sedih"

Dae, kamu curhat? haha..

Bogum menyentuh bahu Jongdae yang bergetar. "Jangan sedih, ne? Bogum gak akan buat Dae menangis"

"Lulu jahat, hiks"

Luhan ingin menarik tubuh mungil itu dan memeluknya. tapi Bogum sudah lebih dulu. dan itu membuat Luhan mendengus kesal.

"Kamu pulang aja duluan!" Bogum berkata. Seraya mengusap punggung mungil Jongdae. "Aku udah janji sama aunty Soo bakalan jagain Daepoh kok.. kamu tenang aja"

"Aku juga udah janji sama mami Soo buat jagain Daepoh" Luhan berusaha untuk tidak lebih kesal dari ini. "Aku bakalan jagain Daepoh.. bahkan kita akan menikah kalau dewasa nanti"

Park Bogum terkejut. serius.. dewasa amat nih bocah. Sementara Jongdae? Bocah itu tertegun dan menghentikan tangisnya. Kapan Luhan janji sama maminya?

"Kamu kan cuma suka Minseok hyung" Bogum berkata lagi.

"Tapi aku juga suka Daepoh" Blushing..

"Kamu jangan maruk dong!"

Lulu kesal di bilang maruk. Makanya dia langsung narik kerah baju Bogum sehingga anak itu melepaskan dekapannya dari tubuh Jongdae.

"Aku gak takut sama kamu"-Bogum

"Aku juga.."

Jongdae berusaha untuk menengahi. Bogum ini kan anak Taekwondo sementara Lulu? Anak itu punya keberanian yabg luar biasa kalau berkelahi. Dia takut Luhan terluka kalau Bogum memukulnya. maka dari itu Jongdae menarik tangan Luhan dan bersedia pulang bersama anak tampan itu.

"Bogum, maaf" ucapnya.

Bogum menarik napas pelan. melihat tatapan puppy di wajah Jongdae membuat dirinya tidak bisa untuk mengabaikan bocah manis itu.

"Besok aku ke rumah kamu ya, Dae" kata Bogum

jongdae mengangguk pelan. Bogum segera menaiki sepedanya dan mengayuhnya secepat mungkin.

"Ekhem" Luhan berdehem. berusaha semaksimal mungkin supaya kelihatan keren. Diajarin Kris hyung, btw..

Jongdae menoleh. tiba-tiba saja wajahnya memanas. Mmengingat pernyataan Cinta dari sahabatnya ini membuat dirinya malu rupanya.

"Kita mau pulang naik apa? " tanya Jongdae. malu-malu meow..

"Kita akan menunggu pak Han" kata Luhan. "Dia bakalan mengantar kita pulang ke rumah kamu"

"Rumah aku?"

Luhan mengangguk pelan.

"Ibu ada di sana..aku kan juga harus mengantar Daepoh pulang juga seperti Bogum"

Daepoh terdiam. terlalu malu rupanya.

"Kenapa diam? Gak suka ya? "

Jongdae menggeleng pelan. "Bukan begitu.. tapi"

"Tapi apa? " tanya Luhan.

"Yang tadi itu serius? " Jongdae balik bertanya. "waktu kamu bilang kita akan menikah kalau dewasa nanti.. apa itu beneran? "

Blushing.. Lulu menunduk malu-malu. Nah loh.. rasain loh, Lu!

"Memangnya Daepoh gak mau nikah sama Lulu?"

Jongdae menggeleng cepat. dia harus mengklarifikasi secepat mungkin! kalau luhan marah, terus Luhan malah menikah dengan Minseok hyung kan bahaya!

"Tentu saja Daepoh mau" katanya.

Lulu terkekeh. ia merangkum wajah Jongdae dan mengecup pipi anak manis itu. "Kalo gitu sekarang Daepoh istrinya Lulu. jadi gak boleh deket deket sama Bogum"

"Kalau deket deket sama Yixing hyung? "

"Gak boleh! "

Jongdae mengerucut imut. "Tapi Yixing hyung kan baik"

"Pokoknya tetap gak boleh!"

"Yaudah deh.." sahutnya.

.

.

Nyonya Kim Hyejin datang berkunjung ke Seoul setelah mengetahui kondisi Putra manisnya yang tengah sakit. Naluri seorang ibu dalam dirinya begitu panik, hingga lupa akan kenyataan dimana Jonginnya sudah bukan lagi seorang balita kecil yang butuh akan buaian saat sedang sakit.

Hal itu tentu saja membuat Jongin sedikit risih. Dia tidak bisa menolak permintaan ibunya untuk tidak bekerja selama dirinya sakit. Bagaimana dia harus menjelaskan? jika dirinya bukan sedang sakit, melainkan mengandung benih dari pria mesum sayangnya punya wajah tampan bagaikan malaikat.

"Sayang, Jongin sudah besar. dia bisa meminum obatnya sendiri" Hyuk mencoba mengingatkan istri cantiknya itu.

Hyejin menggeleng. "Tidak.. tidak.. tidak" katanya. "Jongin musti meminum obatnya sekarang"

Jongin menarik napas pelan. Ibunya tidak akan berhenti sebelum dirinya membuka mulut dan meminum obat yang ada di tangan sang ibu.

"Ibu itu obat demam" ujar Jongin. Obat yang diberikan ibunya itu obat sirup penurun demam rasa strawberry untuk anak-anak.

Sementara dirinya?Hello, usianya sudah memasuki kepala tiga kalau ibunya tidak lupa.

"Kau harus minum obatnya, Jongin" kata ibu. "Ibu tidak ingin kau sakit"

Apa dia musti jujur sekarang?

"Ibu aku sedang tidak demam" Jongin mencoba memberitahu sang ibu.

"Ibu tidak mau tahu.. pokoknya kamu harus minum obat ini!"

"Ibu obat penurun demam itu bukan untuk orang yang sedang hamil!"

Upss..

Jongin keceplosan. Ayah dan ibu saling berpandangan. Tampaknya mereka sangat terkejut dengan apa yang Jongin katakan barusan.

"Apa?" Ayah menatap Jongin penuh tanya. mencoba untuk meminta Putra semata wayangnya itu menjelaskan.

Jongin salah tingkah. ia memainkan jari-jarinya kikuk.

"Hamil?" Ibu menatap Jongin. "Ibu tidak salah dengarkan?"

Jongin menarik napas pelan. Sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk bercerita mengenai kejadian beberapa minggu yang lalu. Kejadian yang tengah menimpanya dan juga Oh Sehun saat dirinya mabuk.

.

.

.

.

Kim Jongin mungkin seperti calon ibu yang sedang mengandung. Atau mungkin juga tidak? kebanyakan ibu-ibu muda yang sedang dalam masa trimester pertama akan mengalami yang namanya mood swing. Tetapi Jongin begitu benci kenyataan dirinya harus menjadi cengeng selama masa kehamilannya.

Dia terus-terusan menangis dalam kesendiriannya tanpa tahu untuk apa ia menangis. Ibu dan ayahnya menyarankan dirinya untuk segera menemui Oh Sehun dan memberitahukan pria itu mmengenai kehamilannya yang sudah berusia sekitar 4 minggu.

Dan malam ini, ia meminta Sehun untuk menjemputnya dari kantor. Jongin bahkan mengajak suaminya itu untuk makan malam romantis di sebuah restoran.

Jelas sekali Oh Sehun bertanya-tanya dalam hati. Apa gerangan Jongin mengajaknya kemari? Namja cantiknya itu sama sekali tidak mengatakan apapun selama perjalanan. Bahkan Sehun pun dipaksa untuk diam meskipun ia sangat ingin mengajak Jonginnya untuk bicara.

"Jongin/Sehun"

Keduanya berdehem pelan. Tampaknya mereka jadi salah tingkah saat tak sengaja menyebut nama masing-masing bersamaan. Jongin hanya memperhatikan seorang pelayan yang melenggang pergi setelah mengantar makanan pesanan mereka.

"Apa ada yang ingin kamu bicarakan?" Sehun bertanya. Matanya berusaha menatap maniks bulat Jongin.

Jongin menyisipkan anak rambutnya ke sela-sela telinganya. Wajahnya terlihat bingung. Ia menggigit bibir bawahnya sementara otaknya sibuk merangkai kata.

"Bagaimana keadaan Luhan? " Jongin mencoba mencairkan suasana. menanyakan keadaan Putra mereka yang sudah 2 minggu ini memutuskan untuk menginap di rumah sang nenek selama sang ibu sakit.

"Oh" Sehun menyahut. "Dia baik-baik saja. Kamu pasti kangen ya? Nanti mau mampir?"

Jongin mengulum senyum dan mengangguk pelan. "Sehun"

"Ya?"

Sehun mulai memfokuskan pendengarannya untuk mendengar apa yang hendak dikatakan Jongin.

"Ada masalah besar yang menimpaku selama 4 minggu terakhir ini" Jongin mencoba untuk memulai.

mendengar Jongin ada masalah membuat Sehun terkejut. Dia tidak bisa membiarkan Jongin dalam masalah sekecil apapun masalahnya.

"Masalah? "

Jongin mengangguk pelan. Ia menutup kedua matanya, dan kembali membuka. "I'm pregnant, and it's yours"

"Oh my" Sehun speechless bukan main.

Antara senang, kaget, dan bingung jadi satu. Dia bersorak senang dan membuat beberapa pasang mata melirik ke arahnya. Jongin malu setengah mati melihatnya. Mengapa suaminya jadi idiot begini?

Tapi...

Sehun menghentikan tarian waka-wakanya dan kembali memasang tampang serius.

Lalu bertanya, "Apa kau yakin itu anakku?"

Jongin tidak menjawab. melainkan suara tamparan yang menyebabkan pipi putih seorang Oh Sehun memerah.

.

.

Di dalam mobil Sehun terus bersenandung seperti orang bodoh. Dia benar-benar keluar dari imej cool yang sselama ini melekat dalam dirinya.

"Berhentilah bernyanyi, Sehun!" Seru Jongin. Ia menutup telinganya dengan kedua tangan. Seolah tidak tahan dengan suara besar dan sumbang Sehun saat pria itu bernyanyi.

"Oh Tuhan, aku bahagia sekali " katanya.

Siapa yang tidak bahagia? Dirinya akan kembali mendapatkan satu orang anak lagi dari sosok yang begitu ia cintai. Meski kehadiran si baby bisa dikatakan karena kecerobohan kedua orangtuanya, Sehun tidak peduli.

"Kita musti menyiapkan semuanya dari sekarang" kata Sehun. pikiran dimana ia harus membeli kereta bayi, mainan, baju, atau segala perlengkapan calon bayi mereka yang musti dipersiapkan secara matang. Hey, bahkan mereka belum tahu apa gender calon bayi mereka nanti.

"Sehun" bibir plum itu menggumamkan nama sang suami. "I don't think it will be as easy as we imagine"

Senyum di wajah tampan itu menghilang begitu saja. Melihat keraguan di mata Jongin membuat Sehun terdiam. Ia bahkan menghentikan laju mobilnya di tengah keheningan malam jalanan kota Seoul.

"Katakan!" Sehun terus menatap Jongin. melihat tepat di mata bulat itu seolah meminta Jongin untuk menjelaskan. "I see the doubt in your eyes"

Jongin menggigit bibir bawahnya. Apa Sehun kecewa?

"Sehun"

"Just tell me! Apa yang membuat kamu ragu? Tell me no Lie!" Sehun tidak mengerti. Ada apa dengan Jongin?

"Aku-Aku hanya takut" Jongin berkata jujur.

Jongin tidak berbohong. Dia benar-benar takut, dan dia berharap Sehun mau mengerti.

"Apa yang kamu takutkan?" tanya Sehun.

Namja manis itu terdiam beberapa saat. Lalu kembali berkata, "Aku takut komentar orang lain di luar sana. tentang kebersamaan kita yang sama sekali tidak terduga. Apa kita bersama hanya karena aku hamil? mereka mungkin akan berpikir anak siapa itu. Aku takut.. takut sangat takut"

"Jangan dengarkan apa kata orang lain!" Sehun mencoba menasihati.

"Aku bukan kamu, Hun!" serunya.

Jongin terisak pelan. Hal itu membuat hati Sehun terenyuh. "Jongin" ucap Sehun. ia menyentuh bahu Jongin yang bergetar.

"Kamu tidak sendiri! Ada aku, ada Luhan, ada ibuku, ada ibu dan ayahmu juga. bahkan ada Chanyeol yang akan selalu bersama kita" ujar Sehun.

Ia angkat dagu Jongin-berusaha agar Jongin mau menatap matanya juga. "Aku tidak akan pernah membiarkan kamu dan bayi kita tersakiti"

Jongin menatap mata sempit itu. Berusaha mencari kebohongan di sana. tetapi semakin ia menatap Sehun, keraguan yang ia rasakan tergantikan akan keinginannya untuk terus bersama Sehun.

Sehun mengulum senyuman. Ia mengecup kening Jongin dan kembali melajukan mobilnya di keheningan malam. Dia harus segera pulang supaya Jongin bisa cepat beristirahat mengingat dirinya sedang berbadan dua.

.

.

Luhan terbagun saat merasakan ranjang yang ia tiduri itu bergetar di sisi kanan dan kirinya. Ia membuka matanya dimana sang ibu sedang tersenyum cantik ke arahnya.

"Ibu" katanya, agak lirih.

Lalu berbalik ke kanan, dimana ayah juga tersenyum ke arahnya begitu tampan. Lulu tak bisa untuk tidak merasa senang.

"Ayah juga" katanya.

Ayah mengangguk pelan. Ia membalas pelukan Putra sulungnya itu dengan kekehan pelan.

"Tapi.. tapi Lulu tidak sedang sakit sekarang" kata Lulu.. sedikit heran dengan kehadiran kedua orangtuanya.

"Ibu ingin di sini sama Lulu dan ayah" kata Ibu, seraya menepuk pelan punggu sempit Lulu.

Lulu melepas pelukannya dan berbalik ke arah ibu. "Kenapa tiba-tiba begitu? biasanya ibu tidak mau bobo sama ayah"

Ayah tertawa pelan mendengarnya. "Karena adik juga lagi mau bobo sama hyungnya sekarang"

"Mwo? " mata sayu Luhan melebar sempurna. "Adik?"

Ibu mengangguk pelan. Ia mmengarahkan tangan kanan Luhan ke arah perutnya. Ibu terkekeh saat melihat ekpresi wajah Luhan yang lucu.

Luhan menoleh ke arah ayah. Ayah mengangguk pelan. Dan meminta Luhan untuk menyapa calon adiknya.

"Lulu bakalan punya adik" katanya. wajahnya yang bahagia terlihat sangat menggemaskan.

"Hallo adik bayi.. Ini Lulu hyung.. Adik bayi jangan nakal ya di sana! cepat besar, hyung gak sabar ketemu adik bayi" ujarnya. seraya mengelus sayang perut sang ibu.

Jongin tersenyum haru. sepertinya tidak buruk juga untuk memulai hubungannya kembali dengan Oh Sehun. Mungkin tidak akan pernah sama lagi. Tapi bukan berarti menjadi sangat buruk. kehadiran Luhan dan calon buah hati mereka pasti akan membuat cerita baru dalam hubungan mereka berdua.

THE END

.

.

A/n

Ah.. finally selesai juga.. sorry kalo endingnya kurang memuaskan. tapi akhir-akhir ini aku memang lagi stuck. Selama nyaris satu Bulan aku kehilangan minat untuk membuat cerita hehe.. tapi aku berusaha semaksimal mungkin.. meskipun gak terlalu memuaskan..hehe..ada niat stop bikin ff di Ffn dan kembali fokus ke wattpad. tapi aku bakalan liat situasi dulu. kalo di ffn aku kehilangan peminat, aku bakalan nyoba nerusin ff ku di wattpad. Ah, doakan aku ya kawan:)