Summary: Jimin tidak tau ini kesialan atau keberuntungan memiliki teman sejenis Taehyung.

.

.

Kim Taehyung.

Nah nah, apa yang perlu Jimin jelaskan dari si brengsek satu ini?

Kelakuan bejatnya yang hobi mengoleksi video anime? Yah tidak ada yang salah memang, kecuali anime yang memenuhi penyimpanan laptopnya adalah hentai yang penuh dengan adegan merusak otak.

Atau kelakuan abstraknya yang sama abstark dengan hasil lukisannya? Tidak perlu, Kim Taehyung memang di lahirkan untuk menjadi abstrak kan?

Atau mungkin kelakuan brengseknya yang suka sekali mengganggu Jimin dan segala bayangan menyenangkannya dengan Yoongi sunbae?

Nah ini, ini hal yang paling menyebalkan dari semua hal menyebalkan yang Taehyung miliki yang jika Jimin rangkum dapat memenuhi dua lembar kertas polio bolak balik.

Seperti kejadian dua hari yang lalu, Jimin harus rela mengacak-acak isi tempat sampah ketika dengan nyamannya Taehyung membuang memory card miliknya yang berisi ratusan foto dan video Yoongi sunbae yang ia ambil diam-diam.

Stalker gila.

Sudah susah-susah ia memotret Yoongi sunbae dengan segala kemungkinan buruk jika ketahuan, dan sahabat tercintanya ini malah membuang tanpa rasa bersalah? Manusia satu itu punya dendam kesumat padanya ya?

Yah, sebenarnya salah Jimin juga sih, menyimpan memory card sepenting hidupnya dalam sebuah bola kertas layaknya sampah. Taehyung kan jadi salah sangka.

Tapi reaksi Taehyung itu loh, santai sekali menanggapi. Rasanya sepasang tanduk bisa keluar kapan saja dari kepala Jimin.

Terkadang Jimin merenung sendiri di kamarnya, merenungi bagaimana bisa ia menjadi 'teman bagai kepompong' seorang Kim Taehyung dan segala keabstarkannya.

Yah, jangan salahkan Jimin juga sih. Salahkan si brengsek satu itu yang langsung menempel padanya seperti parasit sejak pertama kali mereka bertemu.

Banyak teman sekelas mereka dulu yang berpikir bahwa mereka cocok. Yang satu dengan aksen Busan dan yang satu dengan aksen Daegu. Yang satu dengan kelakuan abstark, yang satu, ah sama saja sih.

Perpaduan mereka berdua dapat membuat orang-orang di sekitar mereka berdecak 'ah ini dia Park Jimin dan Kim Taehyung, acuhkan saja.'

Apalagi dulu Kim sialan Taehyung sedang on firenya dengan hal-hal berbau Jepang. Cukup, jangan ingatkan Jimin dengan masa lalunya yang kelam.

Berbicara tentang masa sekarang dan masa depannya yang sepertinya sama saja kelamnya dengan masa lalu -karena kehadiran Kim Taehyung-, Jimin rasa ia akan mendapat masalah sebentar lagi.

"Kau meninggalkannya di mana bodoh?"

"Kalau aku tau aku akan berlari ke tempat itu tanpa harus mengadu padamu sialan-"

"Kau tau kan benda itu lebih penting dari pada hidupmu?" Jimin mengacak rambutnya frustasi, jangan sekarang kau mengacau Kim Taehyung-ssi.

"Apanya yang penting? Benda itu hanya pihak ketiga antara kau dan Yoongi sunbae kan?"

"Jungkook! Yakinkan aku kau tidak menyimpannya." Jungkook yang tengah merengut bete di mejanya melempar tatapan malas.

"Jangan ganggu aku, aku sedang on period."

He? Bocah itu tidak tau apa yang dimaksud jenis kelamin ya? Ah sudahlah.

Jimin memutari kelas untuk ketiga kalinya, mungkin saja benda itu terselip di sudut-sudut. Ia, entah dimana ponsel kesayangannya.

"Kim jangan bercanda denganku."

"Aku punya lawakan yang lebih baik untuk guyonan sebenarnya."

Tolong seseorang tenggelamkan Taehyung.

.

.

Tidak ada yang spesial dengan ponsel Jimin sebenarnya. Ponsel bermerek buah tergigit itu keluaran lama, sudah retak disana sini, sering error, tak layak pakai kalau boleh jujur.

Lalu untuk apa Jimin bertingkah layaknya kebakaran jenggot untuk ponsel yang sekali lempar mati selamanya itu?

Ibunya bisa membelikan sepuluh versi ter-upgrade dari ponsel itu kalau Jimin meminta. Yah walau harus mengomel dulu, biasa ibu-ibu.

Tapi serius, Jimin tak akan melepaskan ponsel itu bahkan untuk sepuluh ponsel baru. Atau tepatnya, memory card yang sengaja ia selipkan di balik casing ponsel tersebut. Benda yang sama yang Taehyung buang dua hari lalu.

Dan terima kasih banyak teruntuk Taehyung, sahabat terbaiknya selamanya karena menghilangkan benda itu lagi. Tekankan kata 'terbaik'.

Jimin itu punya prinsip, selagi ada kesempatan mari kita menyimpan kenangan Yoongi sunbae sebelum snow white itu meninggalkan menengah atas. Semacam itulah.

Jadi Jimin akan sangat menyesal jika benda itu benar-benar lenyap.

Disinilah Jimin dan Taehyung sekarang, menyusuri satu sekolah untuk mencari ponsel berharga itu. Jungkook menolak untuk membantu, bocah itu memang tidak bisa di andalkan.

"Sekali lagi dimana kau tinggalkan benda itu Taehyung?" Taehyung tertawa, melipat tangannya di dada lalu menatap Jimin jengkel.

"Untuk apa aku repot-repot mengelilingi sekolah kalau aku tau dimana aku meninggalkannya?" Pemuda itu sama sekali tidak menunjukkan tanda penyesalan.

"Cari saja, jangan banyak mengeluh. Ponsel butut begitu digunakan untuk apa sih? Untuk melempar tikus saja tidak layak."

Si brengsek ini.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Jimin dan Taehyung sama-sama menoleh saat sebuah suara menyapa. Seokjin sunbae.

"Ah ini, ponsel Jimin hilang dan ia meminta bantuanku untuk mencarinya." Jelas Taehyung. Bukan meminta bantuan, tapi meminta pertanggung jawaban yang lebih tepat.

"Ah, begitu. Aku sedang jam kosong. Aku bisa membantu." Seokjin merapikan kaos olahraganya dan berdiri. Ngomong-ngomong, Jimin tidak sadar mereka berada di tribun lapangan indoor akibat terlalu sibuk mengumpat untuk Taehyung.

Padahal hari ini mereka tidak mengunjungi lapangan indoor sebelum ponsel Jimin hilang. Sungguh pencarian yang sia-sia.

"Ya! Min Yoongi kemari, ada yang memerlukan bantuan." Jimin salah tingkah ketika Yoongi menoleh.

"Ada apa?"

"Ponselnya hilang, bantu mereka mencarinya."

Yoongi mengalihkan pandangan pada Jimin yang tersenyum canggung. Membuat Taehyung mendengus, tergila-gila tapi begitu berhadapan mati kutu begini apa sesuatu yang bisa di banggakan?

"Baiklah."

"Eh?"

"Baiklah, kau dan aku kesana. Kau dan Yoongi kesana. Sampai bertemu di jam istirahat nanti."

"EH?"

.

.

"Sebenarnya dimana temanmu itu menghilangkannya?" Jimin menoleh pada Yoongi yang terduduk meluruskan kakinya.

"Aku lelah." Keluhnya kemudian. Jimin jadi merasa tidak enak.

"Maaf sunba-"

"Kau memang sekaku itu ya?" potong Yoongi sebelum Jimin menyelesaikan kalimatnya.

"Dari tadi kau tidak mau menatapku." Oh apa itu berarti dari tadi Yoongi memperhatikannya?

Jimin tertawa atas rasa percaya dirinya yang tiba-tiba meningkat. Yoongi tidak tahu saja seperti apa Jimin yang sebenarnya.

Jimin ikut duduk di sebelah Yoongi, lalu menatap Yoongi. Gantian Yoongi yang salah tingkah. Baru kali ini junior yang di gosipkan menyukainya ini berani menatap langsung matanya.

"Untuk sekarang ponsel itu sangat berharga sunbae."

"Memang apa isinya? Porno?"

Jimin tidak tau bagaimana reaksi pemuda di hadapannya jika Jimin menjawab 'kau' sekarang.

"Kenapa aku selalu identik dengan porno?"

"Itulah yang aku pikirkan jika melihat wajahmu."

Terima kasih sunbae, akan aku catat itu sebagai pujian.

"Ini." Jimin menatap ponsel hitam yang terulur ke arahnya. Ponsel yang terlihat terurus dan bersih dari retakan, berbanding terbalik dengan miliknya.

"Coba hubungi, akan ku hajar kau jika ponselmu dalam mode silent." Yoongi membuang pandangannya ke arah lain. Malu mungkin.

Benar juga, kenapa tidak terpikir untuk menghubungi dari tadi?

Jimin buru-buru menyambut ponsel Yoongi. Terdiam sejenak begitu mengaktifkan ponsel tersebut, kemudian menghubungi nomornya dan ternyata nada sambung terdengar dari ponsel Yoongi. Oh artinya nomor ponsel Yoongi sudah tercatat di ponselnya.

Tentu saja, Jimin semakin yakin untuk menonjok Taehyung jika ponselnya benar-benar tidak ketemu.

"Aku tidak mendengar apapun. Ponselmu tidak ada disini." Jimin mendesah kecewa, berat hati mengembalikan ponsel Yoongi.

"Maaf Jimin, aku ada kelas habis ini. Aku harus kembali." Yoongi bangkit ketika mendengar bel istirahat berbunyi. Dari kejauhan dia melihat Seokjin berjalan ke arah mereka.

"Sampai bertemu lagi." Yoongi tersenyum kemudian berlalu pergi. Jimin mengikuti pergerakan Yoongi hingga menghilang dari pandangan. Ia heran kenapa Yoongi terlihat sangat manis di saat seperti ini? Sedangkan biasanya Yoongi akan berkeliaran dengan status mengerikan mengekor di belakangnya.

Oh tsundere.

Jimin kan jadi tambah suka.

"Oi Jimin." Dari arah berlawanan Taehyung muncul dengan cengiran aneh. Cengiran pertanda sesuatu yang menyebalkan.

"Bagaimana jalan-jalan dengan Yoongi sunbae?" Jimin mendengus. Teringat kembali dengan ponselnya begitu melihat wajah si brengsek ini.

"Temukan saja ponselku."

"Ini." Taehyung menyerahkan ponsel hitam milik Jimin yang nampak mulus tanpa retak tambahan di layarnya.

Jimin melongo.

"Aku menyimpannya di tasku."

Brengsek kan?

.

.

END (untuk chapter ini)

.

.

Ah Min Yoongi why you look so nomu jinjja wanja jeongmal cute? Kuterjerat pesona Min Yoongi lagi uwoh~

Maaf untuk keterlambatan.

Jm sama Yg udah mulai deket disini, siapa yg gembira angkat dompetnya.

Sebenarnya aku berniat bikin ff ini hingga 7/8 chapter tapi tidak bersambung/?. Maksudnya tiap chp ff ini tidak berhubungan. Hanya sepenggal perjuangan Jimin mendapatkan hati sunbae kesayangan dengan banyak orang sebagai orang ketiga(?).

Tapi mau liat peminatnya dulu deh.

Follow ig delu yok : morethanless_

.

.

(+)

"Halo?"

"Sunbae?"

"Ya?"

"Ini aku Jimin."

"Ah ponselmu sudah ketemu?"

"Ya si brengsek- maksudku Taehyung yang menemukannya."

"Ah,"

"..."

"..."

"..."

"Boleh ku tutup?"

"Sunbae?"

"Apa?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa?"

"Aku suka melihatmu dengan bando kucing itu."

"Ha?"

"Kau terlihat menggemaskan."

"Kau ini bicara apa?"

"Wallpapermu."

"..."

"..."

"Ahhhhhhh kau melihatnya! Jangan katakan pada siapapun! Memalukan!"

"Hehehehe..."

.