Takdir adalah sebuah hal yang membuat seluruh makhluk terikat pada hal yang telah ditentukan. Sekeras apa pun makhluk berusaha pada akhirnya mereka akan terus mengikuti alur takdir yang sudah ditakdirkan oleh sang maha kuasa. Seluruh makhluk di alam semesta hanyalah karakter yang berperan dalam sebuah drama di dunia dengan judul kehidupan. Meskipun demikian, kita dapat memilih menjadi seseorang tokoh apa pun yang kita inginkan, asalkan ada kemauan dan usaha untuk memperjuangkan hal tersebut. Salah satu contohnya adalah aku yang memilih menjadi tokoh sampingan dalam dunia yang fana ini. Aku tak memilih menjadi pahlawan yang berniat membawa kedamaian dalam dunia. Dan aku juga bukan seseorang yang menginginkan peperangan dan pertumpahan darah. Aku hanyalah aku, manusia dengan berkah tanpa punya keinginan ikut campur dalam nasib dunia. Inilah aku...!

NARUTO X HIGHSCHOOL DXD DISCLAIMER: MASASHI KISHIMOTO DAN ICHIE ISHIBUMI WARNING: OOC, NetralNaru, GodlikeNaru, Typo, Jelek, Abal, Gaje, etc.

HAPPY READING!

"Shuri-san, Baraqiel-san..." Merasa nama mereka dipanggil, keduanya mencari asal suara tadi. Saat mata mereka menemukan seseorang yang familiar, mereka pun mendekatinya dengan senyum melekat di wajah mereka. Para siswa melihat keduanya berjalan mengalihkan pandangan matanya pada seseorang yang keduanya tuju. Tak ayal yang mereka dapati adalah Naruto yang memasang wajah datar khas miliknya, namun jika dilihat lebih detail maka bibirnya menyunggingkan sebuah senyum yang begitu tipis.
"Naruto-kun lama tak bertemu. Aku tak menyangka bertemu denganmu dulu dari pada bertemu Akeno..." kata sang wanita dengan mata sayu khas miliknya yang begitu menggoda dan menawan. Melihatnya banyak siswa yang tengah berfantasi liar menggunakan wanita itu sebagai objek fantasi mereka. Naruto yang melihatnya hanya dapat sweatdrop menanggapi kejadian absurb di depan matanya. Pasalnya tak hanya laki-laki yang berfantasi tapi banyak perempuan yang ikut-ikutan berfantasi ria. 'Apakah kecantikan dapat mengalahkan kodrat gender' begitulah pikir Naruto yang masih keluar dari image biasanya.
"Ayah, ibu kalian sudah datang..." sebuah suara yang mirip dengan suara wanita tadi terdengar. Seluruh pasang mata disana mengalihkan pandanganya mencari asal suara tadi. Seluruh murid disana terkaget mendapati seorang perempuan cantik dengan seragam Kuoh academy tengah berdiri membawa sebuah tas hitam. Berung kali beberapa orang mengerjapkan kedua matanya bahkan ada yang melihat bergantian antara dua orang yang mirip itu. Mereka seolah menatap seseorang yang tengah bercermin.
"Oh... Akeno, ibu dan ayah mencarimu kemana-mana. Tak tahunya malah bertemu disini." kata Shuri dengan lembut. Akeno hanya dapat menggembungkan kedua pipinya dengan imut menanggapi kata-kata ibunya yang menganggap bahwa dirinya masih belia. Naruto hanya tersenyum maklum melihat interaksi ibu dan anak yang memiliki ciri fisik yang identik. Naruto pun mengalihkan pandangannya dari satu keluarga itu, dan yang ia dapati hanyalah siswa-siswi yang mulai berbisik-bisik.
"Jadi dia ibunya Akeno-sama." "Iya aku tak menyangka, ibunya begitu muda beruntung jadi suaminya."
Begitulah beberapa bisikan yang tertangkap oleh telinga Naruto. Sedangkan untuk keluarga yang tengah dibicarakan itu tengah memasuki zona mereka sendiri. Mereka sama sekali tak terganggu dengan apa yang diucapkan para siswa, bahkan mereka menganggap tak ada siapa pun disana. Naruto yang masih melihat keluarga itu harus terkejut saat merasakan sebuah tepukan di bahunya. Ia pun menolehkan kepalanya menghadap yang menepuk bahunya. Sebuah senyum khas milik seseorang yang membuat ia hidup sampai sekarang yang ia dapati. Ia pun turut tersenyum walaupun senyum tipis.
"Yo Naruto ayahmu yang tampan ini sudah datang sesuai janji.." kata pria itu yang ternyata adalah ayah Naruto. Tanpa menjawab Naruto pun mulai berjalan menjauh dari kerumunan tadi dan diikuti sang ayah. Di belakang Naruto ayahnya terus saja menggoda setiap gadis yang berpapasan dengan mereka. Naruto yang telah terbiasa akan sikap ayahnya hanya dapat menghela nafas lelah. Berapa kali pun Naruto ingatkan, ayahnya selalu saja tak akan pernah mendengarkannya. Kadang Naruto pun berfikir terbuat dari apakah ayahnya itu. Yang ia pikir hanya wanita. Tak berselang lama, mereka pun mendapati sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang tengah memancing keributan dengan kehadirannya. Bukannya apa tapi pakaian yang orang itu kenakan cukup unik. Ia ber-cosplay seorang penyihir dengan pakaian berwarna pink dan rok pendek dengan warna yang senada serta rambut hitam panjangnya di-twintail. Jiwa Naruto yang tersembunyi mulai bangkit. Mata birunya menyala dengan terang. Sekejap ia pun telah memakai pakaian cosplay miliknya. Dengan memakai baju zirah berwarna perak ditambah jubah berwarna hitam menghiasi dirinya. Sebuah pedang palsu dengan satu mata pedang.
"Hahaha... penyihir disana aku Naruto menantangmu!" teriak Naruto dengan pose mengacungkan pedang miliknya. Seketika kerumunan disana langsung menatap Naruto. Semua mata disana terkejut melihat bahwa salah satu pangeran sekolah mereka yang terkenal begitu datar ternyata ia memiliki sisi sebagai chuniibyou. Azazel yang ada disamping Naruto hanya tersenyum mesum seperti biasa. Mata violet miliknya menatap tertarik kepada sosok penyihir yang ditantang Naruto.
"Siapa kau berani menantang sang penyihir Levia-tan..." balas sang penyihir dengan pose imut. Menanggapinya Naruto hanya menutup wajahnya menggunakan tangan kirinya. Mata birunya nampak begitu bercahaya dari sela-sela jarinya.
"Jadi kau Levia-tan. Bertekuk lututlah dihadapanku, sebelum kau merasakan pengadilan Surgawi.." kata Naruto dengan angkuh. Seluruh siswa yang tadi berkumpul sekarang tengah duduk dengan rapi melihat tontonan drama gratis.
"Jangan remehkan aku. Kau yang seharusnya berlutut dihadapanku.." sang penyihir tadi mulai terbawa suasana. Aura dingin mulai menguar dari tubuhnya. Tak mau kalah Naruto pun dikelilingi aura abu-abu yang menari-nari. Mata keduanya saling menatap tajam. Bukannya tatapan saling membunuh tapi tatapan saling tertarik tapi bukan dalam konteks percintaan. Mereka tertarik bahwa mereka menemukan seseorang seperti mereka. Beberapa lingkaran sihir mengelilingi tubuh sang perempuan. Naruto pun tak mau kalah ia juga mengeluarkan lingkaran sihir dengan jumlah, pola, ukuran yang sama dengan perempuan di depannya. Para siswa begitu menikmati pertunjukan dadakan disana, bahkan beberapa sibuk mengabadikan momen itu. Menurut mereka efek cahaya yang mereka gunakan begitu memukau.
"Kalian semua bubar..." kata-kata yang begitu dingin membuat seluruh siswa yang melihat aksi Naruto dan penyihir tadi berlari kocar-kacir. Perempuan berkacamata itu mendekat ke arah keduanya.
"Bisakah kalian hentikan.." sekali lagi suara dengan nada datar keluar dari mulutnya. Baik Naruto maupun gadis penyihir tadi langsung menghentikan aksinya. Untuk sang gadis penyihir ia langsung berlari menerjang sang perempuan tadi. Wajah datar sang pererpuan berkacamata itu kini terbenam diantara kedua gunung kembar milik sang gadis penyihir. Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan dirinya dari pelukan maut itu, namun tak membuahkan hasil apa pun. "nee-san, Se-sak..." katanya terbata-bata. Dengan terpaksa sang gadis penyihir itu harus melepaskan pelukannya. Wajah sang gadis berkacamata kini pucat pasi karena kekurangan oksigen "mou, nee-chan kan kangen denganmu Sona-chan." Katanya dengan nada yang imut. Terlihat dari raut wajahnya yang menandakan ia tak merasa bersalah sama sekali. Melihat adegan aneh di depannya Naruto hanya dapat kebingungan sendiri. Ia pun menatap ayahnya dengan tatapan meminta jawaban, namun yang ia dapati ayahnya hanya memasang tatapan mesum kearah dada sang jengkel ia pun hendak pergi dari sana.
SWUSSHH..
Baru beberapa langkah, kakinya telah dibekukan sebatas mata kaki. Mata birunya menatap tajam sosok yang menjadi dalang dari hal tersebut. Aura biru keabu-abuan seketika meledak dari tubuh remaja tampan itu. Angin berhembus sangat kencang bahkan lantai yang kini ia pijak rusak parah sebagai bukti seberapa keuat energi miliknya.
"Jangan mencoba mengganggu seekor predator jika tak ingin merasakan taringnya." kata Naruto yang begitu menusuk. Mata violet milik sang gadis penyihir menjadi lebih waspada. Tekanan milik pemuda dihadapannya begitu menakutkan. Tak salah jika ia masuk top ten strongest being.
"Beraninya kau masuk daerah kekuasaan iblis pangeran Gregory..."
"Aku tak perlu membahsanya denganmu. Toh aku tak dapat keuntungan darimu."
"Kau sekarang tengah dalam kondisi terjepit tapi masih bisa sombong. Gelar milikmu tak akan menyelamatkan dirimu."
"Seperti ini kau bilang terjepit, menggelikan sekali kau maou cebol. Saat ini aq dengan mudah membunuhmu jika aku ingin. Sayangnya aku tak berniat membunuhmu." kata Naruto yang terkesan begitu santai. Di raut wajahnya tak ada ketakutan sama sekali. Padahal ia tengah berhadapan dengan salah satu maou.
Merasa diremehkan maou penyandang gelar leviatan itu segera membuat puluhan lingkaran sihir. Namun baru saja ingin menyerang lingkaran sihir miliknya telah pecah bagai kaca. Sona dan sang kakak begitu terkejut melihat hal itu. Tanpa sengaja mata mereka menatap ke mata Naruto yang telah berubah. Seluruh mata milik Naruto baik pupil maupun skleranya telah di dominasi warna biru dengan pola yang sangat rumit dan indah. Serafall yang mengetahui tentang mata itu hanya dapat terdiam membatu.
"T-tidak mungkin. Mata itu bukankah..." Sang maou chibi itu begitu mendapati mata yang pernah membuat dirinya bergetar ketakutan. Mata yang sama dengan mata milik-Nya namun dengan aura yang berbeda. Mata yang ia lihat dulu adalah mata dengan kehangatan tanpa batas, namun sekarang dengan mata yang sama ia merasakan kekosongan yang begitu dalam di kedua netra cantik itu. Tanpa sadar di sekelilingnya telah muncul ratusan atau ribuan lingkaran sihir kecil di sekitar tubuh adik dan dirinya. Salah bergerak sedikit saja nyawanya pasti melayang.
"Jangan fikir kau bisa mengancamku lagi Leviatan. Jika kau masih berniat menggangguku maka hanya ada kematian yang menunggumu" kata Naruto yang telah berjalan menjauh dari tempat itu.
Baik Sona maupun Serafall sudah kehabisan kata". Gelar yang disandang Naruto bukanlah isapan jempol belaka. "So-tan, aku ingatkan kamu jangan membuat masalah lagi dengannya."

#Unknown place

Disebuah tempat yang gelap gulita. Sesosok pemuda tengah duduk dengan memegang sebuah tombak kayu yang kelihatan usang. Aura mencekam menguar dari tubuh sang pemuda.
"Sebentar lagi, aku akan datang menemuimu... adikku" katanya dengan nada yang mengerikan.
JGGGLERR...!
Petir menyambar, untuk sesaat terlihatlah sosok-sosok mengerikan tepat dibelakang sang pemuda. Mata yang tadi terpejam kini terbuka memperlihatkan pada dunia sepasang iris mata yang begitu indah namun senantiasa membawa aura kehancuran.
"Bersiaplah adikku, sampai saat itu tiba."

Tbc

Maaf buat keterlambatan updatenya. Soalnya saya harus pindah tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan. Selain itu hp yang sering saya pakai rusak jadinya gak bisa nulis apa-apa. Mungkin chapter ini kurang memuaskan, bahkan mungkin terkesan merusak pemandangan. Buat yang masih mau mengikuti cerita aneh ini saya ucapkan terimakasih.

SEE YOU NEXT CHAP

akaryuzetsu99 log out