Secret Love

Cast : Oh Sehun & Lu Han(GS)

M (Mature).

.

.

.

.

TwinkleDEER present

Don't like? Just go away.

Not recommend for under 17th.

Chap. 1

Malam yang dingin karena badai salju yang saat ini sedang melanda Seoul malam itu. Namun hal itu sama sekali tak dirasakan oleh pasangan ini. Tak lain adalah Luhan dan Oh Sehun yang malah asik memuaskan hasrat dan nafsu mereka.

"ssshhh Hun hhh" suara desahan sensual menggema di tiap sudut apartemen Luhan.

"mmhh sayang hhh " desah Luhan nikmat saat milik Sehun menusuk intim nya. Menggenjotnya dengan ritme yang bertambah cepat.

Sehun menggeram saat sesuatu panjang miliknya terasa dijepit dan dimanjakan oleh lubang surga kenikmatan Luhan. Merasa miliknya diremas membuat Sehun menikmati detik-detik kenikmatannya sebelum menumpahkan kenikmatannya dalam rahim Luhan.

"Ngghh aku mau ahhh" desah Luhan puas seiring dengan orgasme yang entah sudah kesekian kalinya.

"nggh ohh" susul Sehun setelah Luhan mendapatkan orgasmenya.

.

.

.

.

Tubuh Sehun terbaring lemas disamping Luhan. memeluk Luhan erat dan mencium pucuk kepala Luhan lembut dan penuh kasih sayang. Selimut berwarna pastel membungkus tubuh telanjang mereka. Melindungi kedua insan ini dari dingin nya malam yang sampai menusuk ke tulang.

"Kau tak pulang sayang?" Tanya Luhan lembut sambil meraba dada bidang Sehun.

Sehun tersenyum, "Kau mengusirku emm..? Tak suka aku disini.?"

Luhan segera menggeleng, semakin merapatkan tubuhnya dalam tubuh hangat pria yang selalu menggagahinya itu. "Kau tau bukan itu maksudku. Ini tentang wanita itu. Apa dia tak mencarimu.?" Kini Luhan menatap kedalam mata Sehun. Mencoba mencari jawaban dari pria tersebut.

"Tak perlu kau perdulikan wanita itu. Aku tak perduli padanya. Aku hanya mencintaimu dear. Kau percaya padaku kan'?"

Luhan mengangguk pasti. "Tentu aku percaya padamu sayang. Kau juga satu-satunya orang yang kucintai." Luhan mengecup dagu Sehun.

Sehun tersenyum lembut. Menatap Luhan dengan tatapan teduhnya. "Mau tidur atau lanjut ronde selanjutnya?" Sehun menyeringai nakal. Dengan cepat Luhan mencubit perut Sehun. "Lupakan pikiran mesummu Tuan Oh. Bawahku masih terasa sakit jika kau ingin tau,"

"Salahmu menggodaku terus." Sehun meraih pinggang S line Luhan. Merengkuh dalam pelukan erat.

"Aku tidak,"

"Kau iya."

Hidung Sehun menempel dengan pipi Luhan. Menghembuskan nafas hangatnya disana. "Salahkan desahanmu yang terlampau menggairahkan itu sayang."Bisik Sehun seduktif. Diiringi kecupan lembut pada cuping telinga Luhan.

.

.

.

.

Paginya, mereka berdua terbangun terlambat. Ini sudah pukul 09.05 a.m. Seharusnya Sehun sudah berada di kantor sekarang. Tapi karena ia telat bangun, terpaksa paginya terlewati dengan kacau.

Mandi dengan terburu-buru yang mungkin hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit. Berpakaian dengan terburu-buru. Bahkan sarapan pun seperti di kejar-kejar anjing gila dan beberapa kali tersedak.

"Dear, aku berangkat." Pamit Sehun terburu-buru.

"Sayang tunggu.!" Cegah Luhan saat Sehun sudah di ambang pintu.

"Kenapa?"

"Ada yang lupa." Luhan menunjuk bibirnya sambil tesenyum manja. Sehun menepuk keningnya. "Hampir saja lupa.! kemari."

Sebuah ciuman mesra Luhan dapatkan dari Sehun. Pria yang sangat ia cintai. "Hati-hati sayang. Nanti malam kau ke apartemenku lagi kan?" Luhan bertanya penuh harap. Dari sorot matanya, Luhan berharap menjawab 'iya' atas pertanyaan yang ia ajukan.

Sehun menggeleng lemah. "Maaf dear, sepertinya nanti malam aku harus pulang kerumah. Kau tak apa-apa kan.?"

Luhan mengecrutkan bibirnya. Kecewa tentu saja ada di hati wanita yang berprofesi sebagai model itu. Tapi ia sadar jika ia bukan siapa-siapa bagi Sehun, selain hanya sebagai wanita simpanan. Tentu Luhan sadar, ia tak bisa meminta lebih dari namja yang sudah mempunyai istri seperti Sehun.

"Aku mengerti."

"aku akan kesini lusa." Sehun mengacak rambut Luhan pelan lalu beranjak pergi ke kantor. Mengingat waktu yang mulai siang.

.

.

.

.

.

Sehun bekerja di kantor ayahnya, yaitu O.H Group, yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran. O.H Group merupakan salah satu perusahaan terkaya nomor 3 di Seoul yang menguasai hampir 1/8 saham di Seoul. Bahkan, kini O.H Group membuka cabang di Kanada. Sehun disini yang tak lain adalah cucu dari pendiri O.H Group di posisikan sebagai wakil direktur yang kelak akan menggantikan ayahnya jika sudah pensiun menjadi seorang Presiden Direktur.

Sehun mengendorkan dasi yang melingkar di lehernya dengan kesal. Ia merasa pusing memikirkan pekerjaan nya yang semakin lama makin menumpuk dan bertambah banyak. Sehun mengeluh kesal melihat beberapa tumpukan file yang menggunung di meja kerjanya.

Karena merasa bosan dengan file-file laknat itu, Sehun merogoh saku jasnya dan mengambil posel dari sakunya. Jari-jarinya menari diatas ponsel touchscreen miliknya. Menuliskan beberapa nomor disana.

"Sayang" Sapa suara dari balik ponselnya.

"Dear."

"Ada apa hm? Jarang-jarang menghubungiku di waktumu yang super sibuk itu." Luhan setengah menyindir. Sedikit terkekeh.

"Hey! Kau tetap prioritasku dear. Lagipula apa salah jika aku merindukan kekasihku"

"Tchh! Pembual. Kan baru tadi pagi Sayang melihatku, mana mungkin sudah rindu lagi." Ejek suara dari balik sana.

"Kau tak percaya padaku?"

"Sesukamu saja Tuan Oh." Luhan terkekeh kecil. "Sedang apa.?"

"Seperti biasa, melihat dan mencermati tumpukan file-file yang membuatku hampir gila." Bual Sehun pada Luhan, wanitanya.

"Tuan Oh apa kau sedang merengek?." Luhan terkekeh dari balik sana.

"tapi, dari pada melihat tumpukan file tak berguna itu, aku lebih suka melihat tubuh sexymu sayang.."

"YAA! mesum."

"Tapi kau suka kan?" goda Sehun.

"Suka sekali." Luhan ikut terkekeh.

"Sudahlah, sana kembali kerja. Aku juga mau permotretan lagi." Suruh Luhan.

"Baiklah tuan putri. Jangan terlalu genit dengan potographernya ingat."

"aku tidak." Sangkal Luhan. Hey! Memang sejak kapan ia bertingkah genit. Dasar Oh Sehun.

.

.

.

.

.

Sehun mengetuk pintu rumahnya. Dan muncul wanita cantik dari baik pintu. Wanita itu memasang senyum manis. Menyambut Sehun dengan sumringah dan senyum yang tak henti ia pancarkan. Wanita itu bernama Bae Joo Hyun, yang tak lain istri sah dari Sehun. Wanita berparas elok, kulit putih susu, dan senyum manis yang memuakkan bagi Sehun.

"Suamiku pulang!" pekik Bae Joo Hyun senang.

Sehun hanya membalasnya dengan deheman malas. Tak ingin terlalu peduli pada Joo Hyun.

Menyalahkan perjodohan sialan yang membuat lelaki 28 tahun itu harus terikat dengan wanita bernama Bae Joo Hyun membuatnya terlalu muak.

Terlebih dengan sikap Joo Hyun menyukai bahkan terobsesi dengannya. Sungguh membuat Sehun mual.

Sehun melangkahkan kaki memasuki rumah megah itu. Kakinya melangkah masuk ke kamar mereka. Sehun tak perduli dengan Joo Hyun yang dengan setia mengekor di belakang.

"Mau aku masakkan apa?" Tanya Joo Hyun sambil bergelayut manja pada lengan Sehun.

Sehun mendengus kesal melihat ulah manja Joo Hyun. namun ia biarkan. Bagi Sehun, itu sudah hal biasa.

Lagi pula Sehun tak mau rumah tangganya yang tenang menjadi kacau. Cukup dengan Sehun menjalin hubungan gelap dengan Luhan, wanita yang ia cintai.

.

.

.

.

Walau pun Sehun tak suka denagn Joo Hyun, ia tetap tak bisa lari dari tanggung jawabnya sebagai suami. Tidur seranjang misalnya. Walau sebenarnya, Sehun sama sekali tak mau hal itu terjadi. Well…! Apa yang bisa Sehun buat.?

Sehun menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Merilekskan tubuh lelahnya.

Sekilas dalam fikirannya muncul bayangan Luhan. wanita yang sangat ia inginkan berada disampingnya saat ini. Biasanya, Luhan lah yang tidur disampingnya dan berada dipelukannya. Memberikannya night kiss yang membuat namja itu seakan ketagihan merasakan bibir manis dan kenyal Luhan.

Tapi sialnya hanya ada Joo Hyun bukan Luhan-nya.

Bae Joo Hyun masuk ke kamar dengan menggunakan gaun tidur tipis yang melekat ditubuh langsingnya. Mungkin ia melakukan itu untuk menggoda Sehun. Akan tetapi, semua tak seperti yang Joo Hyun harapkan.

Sehun hanya memandangnya sekilas lalu bergegas tidur.

Joo Hyun terlihat kesal bercampur kecewa. Ia merasa ditolak oleh suaminya, walau pun faktanya begitu.

Kemudian berjalan dengan langkah centil mendekati suaminya. Ia menghempaskan tubuhnya disamping Sehun. Tangan Joo Hyun memeluk Sehun dari belakang. "Sehunaa? semenjak kita menikah kita belum pernah melakukannya kan.?" Joo Hyun bertanya dengan nada manja.

Sehun mendengus kesal mendengar Bae Joo Hyun yang mulai menggodanya.

"Apa maksudmu.?"

"Jangan berpura-pura tak tau Sehunna.! Kita belum pernah bercinta bukan.? Kau mana mungkin tak menginginkanku." Joo Hyun berucap dengan percaya diri. Membuat Sehun mau tak mau muak.

"Aku lelah.."

'Apa? Aku ditolak lagi.?' Batin Bae Joo Hyun.

Luhan sedang melakukan pemotretan di salah satu studio foto di Seoul. Bermacam-macam pose Luhan gunakan untuk pemotretan kali ini yang bertema musim dingin.

Ckrekk

"ya..! bagus sekali Luhan. ganti gaya lain." Ucap sang photographer.

Ckrekk

"Bagus Luhan. istirahat sebentar, 30 menit lagi mulai lagi dengan kostum kedua." Ucap sang photographer itu.

Luhan beranjak keruang ganti. Ia menemui managernya Byun Baekhyun. Menanyakan apa ada yang menelfon nya waktu ia sedang pemotretan tadi.

" Baek, apa ada yang menghubungi ku,..?" Tanya Luhan sambil menyambar air mineral yang di bawa Baekhyun untuknya.

Baekhyun menatap Luhan curiga.

"Ada yang salah?" Luhan merasa tak nyaman dengan Baekhyun yang menatapnya tak biasa.

"Luhan?"

"Hemm?"

"Jujur padaku. Apa kau masih berhubungan dengan Wakil Direktur O.H Group, Oh Sehun.?" Tanya Baekhyun menyelidik. Mencari jawaban atas pertanyaan yang baru saja ia ucapkan.

Seketika wajah Luhan berubah serius. Raut mata wanita itu menampakkan wajah kekesalan dan ketidak sukaan atas pertanyaan Baekhyun tadi.

Demi tuhan..! itu masalah pribadinya. Ia tak mau dan tak akan mau jika ada seseorang yang mengungkit masalah pribadinya.

"Tak ada urusannya denganmu." Ucap Luhan dingin. Ia melengos begitu saja. Meninggalkan Baekhyun.

Namun Baekhyun dengan cepat mencekal tangan Luhan. mencegah Luhan untuk pergi.

"Luhan. Kumohon. Apa kau ada hubungan special dengan wakil direktur O.H Group.?"

Luhan menghela nafas panjang. "Baek, ini tak ada hubungannya dengan pekerjaanku."

"Kau ini bodoh atau apa hah? kau ini model terkenal. Jika hubungan gelap mu dengan direktur O.H Group tercium pubik, karirmu, nama baikmu, semuanya akan hancur. Lagi pula direktur O.H Group sudah punya istri Luhan."

"Dia mencintaiku Baek..! Aku juga mencintainya. Tolong mengertilah." Suara Luhan kian mengiba. Matanya menaruh harap pada manager nya itu.

Memang sudah dari lama Baekhyun mengetahui hubungan gelap antara Luhan dan Sehun. Pada awalnya Baekhyun diam saja. Karena ia tau itu hak dan privasi Luhan.

Akan tetapi, setelah mengtahui bahwa Sehun yang menjalin hubungan dengan Luhan ternyata sudah punya istri, Baekhyun menyuruh Luhan meninggalkan Sehun. Alasan utamanya adalah jika sampai hubungan mereka tercium publik , karir Luhan akan terancam. Tak hanya karir Luhan, karir Sehun pun pasti akan kacau.

Oh Sehun, putra dari pengusaha terkaya nomor 3 di Seoul terlibat skandal perselingkuhan dengan seorang model. Bisa kalian bayangkan sendiri ramainya surat kabar, internat, dan media masa lainnya jika benar itu terjadi.?

"Luhan, aku tau perasaanmu. Aku sangat mengenalmu Luhan. tapi kau tau kan ini tak benar.? Lagipula karirmu sebagai model bisa terancam Luhan. Kau tak ingat bagaimana susah payahnya kau membangun karir sampai terkanal seperti sekarang hem…?" jelas Baekhyun panjang lebar.

Tak ada niat lain dibalik kata-kata Baekhyun tadi. Ia hanya ingin Luhan tak salah jalan.

Luhan berusaha menahan liquid bening yang mendesak keluar dari pelupuk matanya. Seolah kata-kata Baekhyun tadi menohok dirinya. 'Benarkah jalan yang kujalani ini tuhan.?'

Luhan merasa ia wanita yang benar-benar jahat. Merusak rumah tangga orang, dan berselingkuh dengan suami orang.

Tapi ia melakukan itu atas dasar cinta. Cinta yang tak bertepuk sebelah tangan. Sehun pun mengakui ia juga mencintai Luhan. sangat mencintai Luhan.

Namun entah mendapat pikiran dari mana, Luhan menjadi mulai ragu. Apa Sehun benar-benar mencintainya seperti ia mencintai Sehun.?

Lagipula Sehun juga sudah punya istri kan.? Walaupun Sehun bilang ia tak mencintai istrinya sekarang. Tapi siapa tau.?

Itu hanya ia ucapkan dengan mulut. Dan, ya…Bukan kah mulut namja sekarang bajingan semua.?

Tess….

"Baek…." Luhan menghambur kepelukan Baekhyun. Ia mulai menagis dalam diam. Namun tak bisa menyembunyikan suara isak tangis yang mulai menjadi. Dadanya berubah sesak. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan.

Dosakah Luhan..? tapi Luhan sendiri mencintai Sehun.

Haruskah ia egois kali ini? haruskah Luhan mengabaikan perasaan orang lain demi bisa bersama Sehun.? Atau ia harus merelakan cintanya demi perasaan orang lain..?

Tapi sungguh! Luhan sadar, ia bukanlah orang yang rela terluka demi orang lain. Luhan sadar ia adalah orang yang egois. Biar orang lain menderita. Yang terpenting ia bahagia. Bersama Sehun tentunya.

"Kau belum terlambat Luhan. Tinggalkan Sehun. Itu yang terbaik untuk saat ini." Baekhyun memberi saran pada Luhan.

Luhan menggeleng dalam pelukan Baekhyun. Ia tak mau meninggalkan Sehun. Luhan bertekat dalam hatinya. Ia mencintai Sehun, dan ia juga akan memiliki Sehun seutuhnya.

"Aku tak akan. Aku mencintainya dengan tulus. Dan aku harus mendapatkannya." Tekat Luhan. Ia tak mau perduli apa pun. Luhan mulai sekarang akan perduli dengan dirinya sendiri.

Lagipula apa salahnya..? bukan kah Sehun juga mencintainya.? Apa yang perlu di kawatirkan kan.?

.

.

.

.

.

Luhan duduk di ruang tamu rumahnya dengan wajah lesuh. Entah kenapa ia merasa resah.

Otaknya berfikir keras tentang ucapan Baekhyun tadi siang. Benarkah ia egois.? Dan jawabannya 'iya'

Luhan hanya tak mau kejadian beberapa tahun yang lalu terulalng lagi. Kenangan menyakitkan karena sikap Luhan yang lebih memikirkan orang lain dari pada dirinya. Dari pada perasaannya dan lebih memilih mengalah dan tersakiti demi orang lain.

Tiba-tiba saja, Luhan merasa ada sesuatu yang mengendus lehernya. Mencium dan menelusuri leher jenjang Luhan dengan lembut. Luhan seakan hafal dengan seorang yang menenggelamkan kepalanya pada leher jenjang wanita itu.

"emhh Sayang.." panggil Luhan manja. Senang melanda Luhan saat Sehun kini tengah menghisap lehernya manja. Meninggalkan bekas kepemilikan di daerah yang dijamah.

Sehun berhenti mengecupi daerah itu. Kini Sehun duduk disamping Luhan. menyandarkan kepala wanitanya itu pada dada lebar Sehun.

Tangan Luhan bermain di kancing kemeja Sehun dengan manja.

Raut muka Luhan terlihat tak berubah. Masih sedih seperti sebelumnya. Menyadari hal itu, Sehun bertanya pada Luhan.

"Any problem dear?"

"Nothing." jawab Luhan berusaha tersenyum. Walau tak bisa di pungkiri ada seberkas kesedihan dari dirinya.

"Kau mencoba berbohong padaku.?" Sehun terus memojokan Luhan. karena Sehun yakin ia tak salah. Ia yakin benar jika wanitanya ini sedang ada masalah.

"Kau mencintaiku.?" Pertanyaan itu keluar tanpa Luhan sadari. Alis Sehun bertaut bingung.

Kenapa pula Luhan masih bertanya hal konyol macam ini.? Bukan kah tanpa ditanya pun Luhan sudah tau jawabannya.? Karena apa ? Sehun sudah berkali-kali mengucapkan 'Aku mencintaimu atau pun I Love You' pada Luhan. kenapa masih dipertanyakan.?

"Kenapa bertanya seperti itu.? Bukan kah kau sudah tau jawaban nya.?"

"A..aku hanya ingin memastikan." Jawab Luhan mencoba setenang mungkin. Dalam hati wanita itu berkecamuk.

Kenapa ia ragu.? Kenapa ia mulai goyah akan pendirian nya.? Kenapa ini terjadi tuhan.?

Tangan Sehun meraih wajah Luhan dan menciumnya tepat di bibir. Menempel dengan lembut dan hangat. Hanya sepersekian detik Sehun melepaskan tautan mereka.

"Itu jawaban nya."

Luhan menatap Sehun bingung. Jawaban.? Jawaban apa yang Sehun maksud.? Bukan kah tadi hanya sebatas ciuman.?

Sehun terkekeh pelan melihat wajah bingung Luhan.

"Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu dear. Untuk apa masih di pertanyakan lagi.?"

Akhirnya Luhan bisa tersenyum lega. Paling tidak ia bisa melihat pancaran ketulusan dari namja itu.

Luhan menarik kerah kemeja Sehun. Bibir keduanya berjarak tak lebih dari 2 centi. "I love you." Bisik Luhan pelan tepat di depan bibir Sehun. Namja itu tersenyum dan membalas. "I love you too." Diakhiri dengan ciuman hangat bagi keduanya.

Sehun tersenyum disela ciumannya dengan Luhan. entah untuk berapa kalinya mereka berciuman. Yang jelas dari pihak Luhan atau pun Sehun seakan tak pernah puas dan bosan dengan tautan bibir mereka. Seakan bibir mereka memang sudah ditakdirkan oleh yang sang pencipta untuk berpasang.

Seketika tangan kekar Sehun mengangkat tubuh mungil Luhan. meletak kan tubuh wanita yang sangat ia cintai itu dalam dekapan hangat nya. Menggendong seperti bayi koala dan berjalan menuju kamar.

Sehun menjatuhkan tubuh Luhan di atas kasur bermotif abstrak berwarna pastel tersebut. Ia juga segera membuka kemeja yang ia pakai dengan tak sabaran. Nafas Sehun kembali menggebu-gebu.

Saat Sehun kembali mencumbu Luhan, wanita itu teringat sesuatu dan segera mendorong Sehun hingga terjungkal.

"Dear?" Sehun memelas. Menatap wanitanya memohon,

"sepertinya tak bisa malam ini Sayang."

Apa.? Tak bisa? Apa maksudnya dengan tak bisa.?' Pikir Sehun dalam hati.

"Kenapa tidak?" seketika raut muka Sehun memelas. Kalian tau.? Seperti anak anjing yang minta diberi makan oleh pemiliknya.

"Em, begini Sayang. Aku sedang.."

"Sedang.? Sedang bagaimana sih.?" Sehun menggaruk tengkuknya tak mengerti.

"Itu Sayang, aku sedang mengalami hal yang biasanya para wanita alami tiap bulannya."

"Kau memintaku bermain solo?" Sehun seolah diberi peringatan. Saat Luhan berkata kalau sedang dalam siklus bulanannya.

Luhan mengendikkan bahunya tak tau. Tuhan..? harus bagaimana aku menidurkan 'adik kecilku' ini ?' baitin Sehun memelas.

"Dear..? benar tak bisa.?." Sehun terus memohon.

Dan Luhan pun mengeleng tegas tanda tak bisa. "Tunggu 1 minggu lagi."

"Kalau begitu, berikan aku night kiss." Sehun memajukan wajahnya. Bibir namja itu ingin segara meraih bibir Luhan dan melumatnya dalam.

Namun ia mengundurkan niatnya saat mendengar suara seseorang yang mengedor-gedor pintu apartemennya dengan kasar.

Dookk

Dokkk….

Dookkk….

"heyy…! Buka pintunya…. Palli."

"Sayang tunggu dulu," Luhan menahan dada Sehun ketika ingin melumat bibir plum nya.

Sehun berdecak kesal. "Menganggu saja. Sana buka pintumu"

Luhan melenggang pergi. Berniat membukakan pintu. Melirik sebentar pada Sehun yang masih kesal. "Dasar bayi besar."

Sehun sedang berbaring sambil memainkan ponsel ditangannya.

Kemana Luhan.? batin Sehun. Ini sudah terlalu lama sejak Luhan pergi membukakan pintu tadi.

Sejenak Sehun sedikit penasaran siapa tamu yang datang. Kenapa lama sekali Luhan menemui tamu itu.? Sepenting itukan tamu yang datang?' Batin Sehun berkecamuk.

Tunggu dulu..! Tapi kenapa tak ada suara percakapan diluar sana.? Apa yang mereka lakukan.?

Jujur. Sekarang kekhawatiran Sehun bertambah. Ia mengambil kemeja yang sempat ia lepas dan memakainya kembali.

Namja tampan itu ini melihat apa yang tamu itu dan Luhan lakukan.

Dan saat Sehun melihat di ruang tamu, kesan pertama yang ia dapat adalah kosong. Tak ada seorangpun di tempat itu. Lalu kemana wanita itu pergi.?

Jangan-jangan…..

Bermacam-macam pikiran negatif berkecamuk di kepalanya.

"Sayang…?"

"Sayang..? Kau dimana.?"

"Dear..?"

"LUHAN."

Paggil Sehun berkali-kali. Namun sama sekali tak mendapat respon yang ia inginkan. Sehun juga mencoba menghubungi posel Luhan, dan sialnya ponsel Luhan tertinggal di kamar.

"Sial! Kemana wanitaku.?" Entah berapa kali Sehun mengumpat dalam tutur katanya.

Antara kesal, panik, dan bingung membaur jadi satu dalam benak namja itu.

Dan disinilah Luhan sekarang. Dikediaman keluarga Jung yang tak lain adalah kediaman keluarganya. Keluarga yang mungkin sudah tak peduli Luhan masih bernafas atau tidak.

Luhan dipaksa masuk oleh namja yang membawanya tadi keruang kerja ayahnya.

"Ini nona Luhan tuan.." namja itu menunduk hormat sambil membawa Luhan disebelahnya.

"Kerja bagus Kris. Kau bisa meninggalkan ruanganku."

Namja yang dipanggil Kris menunduk hormat lalu meninggalkan ruangan itu.

Kris merupakan tangan kanan ayah Luhan, . Kris terbilang masih muda. Usianya hanya beberapa diatas Luhan. meski begitu, Kris adalah anak buah kepercayaan ayah Luhan

Luhan terdiam dihadapan Ayahnya. Memang dari dulu, hubungan Luhan dan Ayahnya bisa terbilang tidak baik. Semenjak kematian mama nya yang mana saat itu, usia Luhan masih sangat muda. Mungkin masih berusia sekitar 16 tahun.

Rasa sakit kehilangan Mama yang sangat ia cintai bertambah parah saat Ayah nya menikah lagi dengan sekertarisnya. Luhan sangat terpukul. Apalagi semenjak saat itu kasih sayang Ayahnya seakan hilang bak tertelan angin.

Semua kasih sayang dan perhatian Ayah nya seakan tergantikan semenjak Mama baru nya ada dirumah keluarganya.

Ditambah lagi sikap Mama barunya yang membuat Luhan muak. Bersikap baik pada Luhan jika di depan suaminya dan tak menganggap Luhan saat suaminya tak ada.

Sebagai seorang anak, Luhan sangat tertekan dengan situasi saat itu. Puncak dari itu semua saat Luhan mengadu tentang perilaku mama barunya yang membuat Luhan tak suka. Akan tetapi, yang Luhan dapatkan justru sebuah tamparan telak pada pipinya. Hal itu tak akan ia lupakan seumur hidup wanita itu.

Dan semenjak kejadian itu, Luhan memutuskan pergi dari rumah.

Luhan yang saat itu masih sangat muda harus bertahan hidup menghadapi dunia luar yang kejam. S

usah payah Luhan bekerja hingga ia bisa seperti ini. Hingga menjadi model professional yang terkenal.

Bahkan publik pun tak mengetahui jika sebenarnya Luhan merupakan putri dari pengusaha sesukses ayahnya. Yang publik tau, Luhan sangat tertutup jika ditanya tentang keluarga. Hanya Sehun dan Baekhyun meneger nya saja yang mengetahui masa lalu Luhan. Tentang kehidupan nya dimasa lalu.

"Kau tau tujuanku menyuruhmu kesini.?" Ayah Luhan mulai buka suara. Luhan hanya memandang Ayahnya dengan malas.

"Apa perduliku." Seperti biasa, Luhan hanya menjawab dengan singkat dan terkesan tak peduli dan cuek.

"Jaga bicaramu di depanku. Aku ini Ayah mu..!"

Luhan hanya tersenyum remeh. Demi apa ia masih menganggap Luhan sebagai putrinya.? Bukan kah ia tak pernah memberi kasih sayang pada Luhan.? apa orang seperti itu masih pantas disebut Ayah.?

"Apa katamu.? Ayah..?" Luhan tertawa pelan. Sungguh dunia hanya leluon bagi Luhan. Apa ini merupakan sekenario yang tuhan gariskan pada hidupnya.?

"Apa seorang ayah tega menampar anaknya.? Apa seorang ayah bersikap acuh pada anaknya.? Apa seorang ayah pantas disebut Ayah jika ia tak sedikit pun memberi perhatian pada anaknya?" Luhan berucap menantang dan memberi penekanan pada kata 'ayah'.

Seketika mulutnya terkunci. Kata-kata Luhan tadi benar-benar menohok dirinya. Benar.! Apa orang sepertiku pantas disebut Ayah.?' Batin Ayah Luhan.

"Kau membutuhkan kasih sayang ku sebagai Ayah hah..?" demi tuhan, kata-kata yang terlontar dari -benar tak sesuai dengan kata hatinya.

Jujur pria paruh baya itu ingin sekali berkata 'maaf kan Ayah mu ini putriku..! Ayah bersalah padamu.' Tapi seperti yang dikietahui bahwa ayah Luhan adalah orang yang mempunyai rasa gengsi yang tinggi. Bahkan untuk sekedar kata 'Maaf' pun seperti sangat berat ia ucap kan.

Luhan terbelalak kaget mendengar kata Ayah nya.

Jadi selama ini, Ayah nya sudah benar-benar tak menganggap nya sebagai anaknya. Jadi ia benar-benar melupakan Luhan.? mungkin posisi Luhan saat ini tergantikan dengan kehadiran putra baru nya dengan Mama tirinya.

Seorang namja berusia lima tahun yang merupakan buah cintanya dengan istri barunya.

"Aku sama sekali tak mengharapkan kasih sayang dari seorang sepertimu. Tidak sedikit pun."

"Bagus kalau begitu.! Aku juga tak sudi punya putri pembangkang seperti kau." Oh tuhann..! seperti itu kan nalar Ayah Luhan.? setega itu kah ia berkata seperti itu pada putrinya.?

Dalam hati Luhan teriris perih. Sesuatu mendesak keluar dari pelupuk matanya.

Tak boleh…! Luhan harus kuat. Ia tak boleh lemah di depan Ayah nya.

Luhan melangkah pergi meninggalkan ruangan bak neraka itu. Namun, saat Luhan akan memegang handle pintu, sebuah suara menahan langkahnya.

"Oh Sehun kekasihmu bukan.?" Luhan berbalik. Menatap Ayahnya.

"Ohh..! bukan kekasih. Lebih tepatnya kau dijadikan selingkuhannya kan.?"

"Oh Sehun, pewaris dari O.H Group. Kau pintar juga memilih pria berdompet tebal." Persetan apa yang membuat seorang Ayah tega berkata sedemikian pada putrinya. Ingat..! putrinya.

"Tn. Xi yang terhormat.! Tak ada urusannya denganmu. Lebih baik kau urusi saja perusahanmu yang sedang dijujung tanduk itu. Aku dengar perusahanmu terlilit hutang besar karena kalah tender dari O.H Group. Benar kan'..?" ucap Luhan lalu segera melangkahkan kakinya dari ruang kerja Ayahnya.

Tn. Jung mengepalkan tangan nya geram. Bagimana Luhan bisa tau kiris persahaannya.? Jawabannya sangat mudah.. karena Luhan adalah kekasih gelap dari pewaris O.H Group Oh Sehun.

Saat akan keluar dari ruang kerja Ayah nya, Luhan sempat bertemu dengan Shin Je Kyung, yang tak lain adalah Mama tirinya.

Menyunggingkan senyum remeh. "Lama tak bertemu Luhan.."

Luhan tak peduli dan berlalu begitu saja. Kenapa saat Luhan berada di rumah ini rasanya seperti neraka.? Padahal dulunya rumah ini penuh dengan kebahagiaan. Kebahagiaan antara Luhan, Mama, dan Ayah nya.

Namun sekarang… rumah ini seperti kuburan. Seakan tak ada hawa kehidupan didalamnya.

.

.

.

.

Luhan memacu larinya di tengah dingin malam yang sampai menusuk tulang. Apalagi ini musim dingin. Mungkin Luhan tak perduli dengan hal itu. Fikiran Luhan terfokus pada satu hal.

Satu hal yang membuat dada Luhan sampai sekarang begitu sesak. Seakan ada seseorang yang mengambil pasokan oksigen untuknya. Memaksa Luhan untuk merasakan sakit di dadanya yang beribu-ribu kali lipat sangat sakit.

Dan tak ada alasan lain yang membuat Luhan seperti itu. Hanya satu alasan. Karena Ayahnya. Benar! Ayah nya yang sudah tak menganggap Luhan sebagai putrinya.

Bukan kah Luhan wajar jika bersedih.? Bukan kah hal ini wajar di lakukan seorang anak yang diacuhkan, diabaikan dan ditelantarkan oleh seorang Ayah.?

Mungkin di depan Ayah nya, Luhan terlihat tergar. Tapi, tak ada seorang pun yang tau isi hati Luhan.

Luhan hanya seorang gadis lemah yang bersembunyi dibalik figur tegar, angkuh, dan sombong pada dirinya.

Luhan tak ada bedanya dengan wanita-wanita lain yang tak mudah tersakiti.

"aku tak butuh Ayah.."

"aku tak butuh Ayah.."

"Aku benar-benar tak butuh Ayah…"

Luhan bergumam sambil sesekali terisak. Apa Luhan salah jika ia menagis.? Apa Luhan salah jika ia merasa tersakiti dengan sikap Ayah nya yang sedemikian rupa padanya.?

Luhan sadar diri jika dirinya memang anak yang tak bisa diandalkan. Luhan sadar diri jika dirinya anak yang pembangkang dan sebagainya.

Tapi, semua hal itu tak akan terjadi jika Ayah nya mampu memberi kasih sayang yang Luhan inginkan.

"Hikss"

"Hkkss ma mama…"

"Mama dunia sangat kejam padaku" kali ini Luhan makin keras terisak. Kakinya terus memacu langkahnya tak tentu arah. Tanpa tujuan dan arah.

Namun semakin lama, langkah Luhan kian tertatih. Kakinya seakan tak mampu untuk menopang berat tubuhnya hingga Luhan terjatuh ditepi jalan.

Tak perduli tatapan pasang mata yang melihatnya. Tak perduli berbagai macam kendaraan yang lalu lalang disekitarnya. Luhan tetap memilih diam ditempat. Meresapi sakit yang teramat dalam menusuk pada ulu hatinya. Seskali isak tangis keluar dari bibir wanita cantik itu.

Tak selang lama kemudian, mobil audy hitam berhenti di sampingnya. Saat Luhan mendongakkan kepalanya, ia melihat Sehun berdiri memandanginya dengan tatapan teduh. Tatapan yang sesaat mampu dapat sedikit mengurangi beban hatinya.

"Aku mencarimu kemana-mana." Namja itu berbicara dengan nada penuh perhatian.

" . . ." Luhan diam tak menjawab. Ia merasa malu. Luhan menenggelamkan wajahnya dibalik helaian rambut panjangnya.

Luhan terlalu malu bertemu Sehun dengan keadaan seperti ini. Mata Sembab, baju kotor, ditambah lagi air mata yang samar-samar masih meleleh dari sudut mata wanita itu.

"Ayo pulang. Sudah cukup acara menghilangmu malam ini." Sehun membantu Luhan berdiri dan membantunya masuk mobil. Setidaknya itu lebih baik dari pada Luhan posisi Luhan sebelumnya yang terduduk di jalanan layaknya pengemis.

Sehun membantu Luhan masuk kedalam apartemennya yang berada di lantai 12. Bekas air mata masih menghiasi pipi cantik wanita tersebut.

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam apartemen.

Sehun membawa Luhan masuk ke kamar dan mendudukan wanita itu diranjang. Setidaknya Sehun harus menjadi sandaran bagi Luhan. wanita yang sangat ia sayangi.

Selain itu, Luhan tak punya siapa-siapa lagi. Ia sudah putus hubungan dengan keluarga dan kerabat. Bukan kah dunia sangat kejam bagi wanita itu.?

"Mau aku buatkan bubur.?" Sehun bertanya dengan perhatian layaknya seorang suami bagi Luhan.

Luhan menggeleng. Mulutnya terkunci. Pikiran wanita itu terlalu kalut dengan hal tadi bersama Ayahnya. Mata Luhan menerawang jauh. Angan nya melayang kembali pada kejadian tadi.

Hingga tanpa Luhan sadari seberkas air mata meluncur bebeas melalui pipi halus wanita itu. Dengan lembut Sehun menghapus air mata wanita itu dengan jemarinya. Luhan menatap pada Sehun. Hanya Sehun lah yang Luhan punyai saat ini. Hanya Sehun lah yang mampu Luhan jadikan sandaran. Hanya Sehun lah yang mampu membuat Luhan tak kekurangan kasih sayang. Benar..! semua karena Sehun.

Jemari Luhan terulur menyentuh pipi Sehun dan mengelusnya pelan.

"Sayang..?"

"Ada apa rusa cantikku.?"

"Kau tak akan meninggalkan ku kan'.?"

"Tak akan."

"Kau tak akan meninggalkanku seperti yang Ayah lakukan kan'.?"

"Aku tak mungkin setega itu padamu."

"Janji..?"

Sehun meraih tangan Luhan yang bersemayam dipipi pria itu. Menggengam tangan Luhan dengan lembut dan mendekatkannya pada bibir nya. Sehun menjatuhkan ciuman penuh kasih sayang pada pungung tangan Luhan.

"Im promise with you."

Jawaban Sehun membuat Luhan tersenyum lega. Setidaknya masih ada orang yang menyayanginya di dunia ini.

"Tidurlah… Aku akan menemanimu."

Luhan menurut saja. Ia rebahkan tubuh lemahnya di ranjang. Sehun menyusul setelahnya dan mendekap tubuh Luhan dalam pelukan hangat Sehun.

.

.

.

.

.

"Sehunna…! Nanti malam Appa dan eomma ku meminta kita untuk datang kerumah mereka." Seperti biasa, Joo Hyun berucap manja sambil bergelayut pada lengan suaminya.

Sehun kala itu baru selesai mandi dan masih mengunakan handuk yang melilit pinggang sampai sebatas paha saja.

"Sehunna." Joo Hyun menguncang-guncangkan lengan suaminya yang sama sekali tak merespon ucapannya.

"Baiklah! aku akan pulang cepat. Sekarang keluar! Aku mau ganti baju."

"Kenapa aku harus keluar.? Ganti baju saja, lagipula kau suamiku kan? Tak ada yang harus membuatmu malu didepanku." Joo Hyun mengerlingkan tatapan nakalnya.

Sehun meraih pakaian nya dari dalam alamari.

"Aku ganti di kamar mandi saja." Sehun pergi begitu saja meninggalkan Joo Hyun.

Akan tetapi, baru beberapa langkah Sehun beranjak dari tempat itu, Joo Hyun mencegahnya dengan memeluk pinggang Sehun dari belakang. Membuat wanita itu dapat merasakan punggung telanjang Sehun di pipinya.

"Kau kenapa.?"

"Lepaskan."

"Tak mau."

"Aku peringatkan padamu."

"Aku tak perduli." Joo Hyun masih saja memeluk Sehun dari belakang. Wanita itu semakin merapatkan pelukannya pada Sehun.

Sejenak Sehun merasa kesal. Ia sama sekali tak mau disentuh oleh wanita seperti Joo Hyun. Wanita yang membuat segalanya jadi rumit baginya.

Akan tetapi Sehun mencoba sabar. Benar. Sehun harus sabar menghadapi sikap wanita yang berstatus istrinya itu.

"Kau ingin membuatku terlambat ke kantor.?"

"Itu urusanmu."

'rusa kesayanganku…! Sepertinya nanti malam Sayang tak jadi keapartemenmu. Ada lembur.'

-send

Begitulah isi pesan singkat yang Sehun tulis untuk Luhan.

Sebenarnya. Sehun merasa tidak enak berbohong pada Luhan dengan alasan ia tak bisa datang karena harus lembur.

Sehun hanya tak mau mebuat Luhan merasa tak enak jika Luhan tau alasan sebenarnya ia tak datang ke apartemen wanita itu karena acara ada acara keluarga dengan mertuanya.

Sungguh! Sehun benci dengan acara keluarga semacam itu. Paling-paling mereka hanya membahas masalah bisnis, dan rumah tangga Sehun dan Joo Hyun yang belum juga dikaruniai momongan.

'Tak apa Sayang..! semangat untuk kerjamu ya.? Aku mencintaimu.'

Begitulah isi balasan dari Luhan.

Malam harinya, Sehun dan Joo Hyun benar-benar pergi ke rumah orang tua Joo Hyun. Walau pun sejujurnya Sehun tak mau.

Tapi, mengingat posisinya yang sebagai menantu yang baik, bukan kah ia harus terlihat sopan pada mertuanya.? Tunggu dulu! menantu yang baik.? Yeah! menantu baik yang selingkuh dengan seorang model. Apa itu bisa dikategorikan baik.?

.

.

.

Mobil audy hitam milik Sehun memasuki pelataran rumah mewah bak istana milik keluarga Joo Hyun. Terlihat Appa dan eomma Joo Hyun telah menyambut mereka di depan pintu. Memasang senyum senang saal putri dan menantunya sudah tiba.

"Wah, putri dan menantuku sudah datang rupanya." eomma dari Bae Joo Hyun bersorak senang.

"Eommaa" Bae Joo Hyun berlari menghampiri Eommanya dan memeluknya erat.

"Apakabar eommanim, abeonim?" Sehun membungkuk sebagai tanda hormatnya pada mertuanya.

"Menatuku semakin tampan saja." Ayah Joo Hyun berucap sedemikian sambil menepuk punggung Sehun.

"Abeonim bisa saja." Sehun tertawa ringan.

"Ayo masuk kedalam. Kita makan malam dulu ya..?"

.

.

.

.

Suasana makan malam kala itu penuh dengan keakraban dan kekeluargaan. Mungkin itu yang dirasa oleh Joo Hyun, serta Appa dan Eommanya. Namun hal itu berbanding terbalik dengan yang Sehun rasakan.

Ia merasa asing. Meski Sehun terlihat biasa saja, tapi di dalam hati namja itu ia berharap agar acara ini cepat berakhir.

"Bagiamana dengan bisnis O.H Group Sehun-ah..?" Tanya Ayah Joo Hyun ringan.

"Semua dalam kendali abeonim."

"Aku dengar O.H Group memenagkan tander dengan Xun Company, apa itu benar.?"

"Benar abeonim. Xun Commpany rugi besar akibat kalah tander itu."

"Emm! itu terdengar bagus. Lagipula, presdir Xun Commpany, Tuan Xi adalah saingan Ayah mu sejak Sekolah Menengah Atas kan'.?"

Sehun kali ini hanya mengangguk. Benar yang dikatakan Ayah Joo Hyun jika ayah Luhan adalah rival Ayahnya sejak SMA.

Tapi yang terjadi kini, Sehun malah berselingkuh dengan anak musuh ayahnya.

"Yeobbeo..! jangan membicarakan masalah bisnis terus, aku bosan mendengarnya." Mertua Sehun menyahut karena dari tadi yang mereka bicarakan hanya masalah bisnis saja.

"Oh iya..! bagaimana pernikahan kalian.? Sudah ada hasil belum..?" tiba-tiba mertuanya menanyakan hal itu pada Joo Hyun dan Sehun.

"Uhuk uhuk.." Sehun tersedak tiba-tiba. Ia sudah mengira jika mertuanya pasti menanyakan hal seperti ini pada dirinya.

"Ahh Eomma masih belum." Joo Hyun terkekeh pelan.

"Dan tak akan pernah," Sehun membatin.

.

.

.

Saat ini Joo Hyun tengah membantu eommanya mengupas buah apel untuk Sehun dan Ayah Joo Hyun yang tengah duduk diruang tamu sambil bercerita masalah pekerjaan.

"Kau ini bagaimana sih..? Sudah 5 bulan pernikahan kenapa belum dikaruniai anak juga.?" Ejek Eommanya.

"Eomma,.. jangankan punya anak, melakukanya sekali saja belum."

"Apa ..? kalian belum pernah.?"

Bae Joo Hyun menggeleng lemah.

"Kenapa bisa begitu.?"

"Suamiku sulit sekali kuajak melakukanya Eomma.. apa yang harus kulakukan.?"

Eommanya terlihat berfikir sejenak, kemudian teringat sesuatu.

"Kau tunggu disini dulu ya.." eommanya berlari kelantai atas dan kembali dengan membawa sesuatu ditangannya.

"Ambil ini.."

Joo Hyun menerima pemberian eommanya bingung.

"Ini apa..?"

"Itu obat perangsang. Campurkan dalam minuman suamimu ya. Eomma jamin, kalian pasti bisa melakukannya." Bisik Eomma Joo Hyun pelan.

Samar-samar Joo Hyun tersenyum licik. 'ini ide bagus.' Batin wanita itu.

To Be Continue….!

Bagaimana pendapat kalian tentang chapter 1? Review ya…

Sampai jumpa di chapter depan

© twinkleDEER