MY BELOVED (BIG) FAMILY

SUMMARY:

Keseharian Mark Lee, CEO muda kaya dengan keluarga besar tercintanya

Renjun istri pertama yang sabar

Jeno istri kedua yang tegas dan berwibawa

Dan istri-istri terakhirnya, Haechan dan Jaemin yang ceria dan penuh kasih sayang

Jangan lupakan pula Chenle putri cantiknya serta Jisung jagoan kecilnya

Benar-benar keluarga besar 'kan?

CAST:

NCT Dream's member and another as support cast

WARNING:

GS for uke and Chenle

Cerita, summarydan judul tidak sikron

INSPIRATED BY BYUNNA PARK – MY BIG FAMILY

NO PLAGIAT! NO COPAS!

JUST HAVE SAME AND REMAKE IDEA!

I GOT PERMISSION FOR IT!

Romance, Family

MarkRen, MarkNo, MarkHyuck and MarkMin couple

So please, don't doing WAR to each other shipper!

Nana Lee Jeno Present!

Hope You Guys Like It

.

.

.

.

.

.

Renjun mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan bias cahaya yang masuk. Ia menolehkan kepalanya ke samping kanan dan tersenyum. Diusapnya pelan pipi kanan Mark dengan tangan kirinya, lalu mengecup pipi kiri Mark sebentar.

Ketika ia berusaha bangun, tiba-tiba sebuah lengan kekar menahannya dan membuat ia tertidur lagi.

"Mark, aku harus bangun!" pinta Renjun

Bukannya menjawab atau melepas lengannya dari tubuh Renjun, Mark malah menarik wanita itu semakin erat ke dalam dekapannya.

"Mark, I know you're awake! Let me get up!" seru Renjun sambil mencoba melepas pelukan Mark

"5 minutes later, baby!" jawab Mark

"Mark, aku harus segera ke dapur sekarang atau ancaman pada Haechan dan Jaemin terjadi padaku" ancam Renjun

"It's won't happen to you, baby! They're affraid with you!" ujar Mark enteng

"Mark!" seru Renjun

"Okey, okey. But, give my morning kiss first" balas Mark

Renjun menghela nafasnya sejenak lalu mengecup bibir Mark.

"Enough? Now, let me go!" ujar Renjun lalu turun dari ranjang dan berlalu pergi.

.

.

.

Dengan terburu-buru, Renjun segera berjalan ke arah dapur. Meski ini masih jam 7 pagi, namun tetap saja ia sudah terhitung terlambat bangun. Ini semua ulah suaminya –ralat, suami mereka.

Begitu tiba di dapur, dapat ia lihat Jeno yang tengah berkutat sendirian dengan beberapa bahan makanan.

"Jeno-ya, mianhae aku terlambat" ujar Renjun

"Gwaenchana, Eonni. Aku tahu ini semua pasti ulah Mark Oppa" jawab Jeno sambil tersenyum

"Yang lain belum bangun?" tanya Renjun ketika tak mendapati Haechan dan Jaemin disini

"Mungkin mereka sedang mengurus Chenle dan Jisung. Anak-anak bilang, mereka akan ada pembelajaran di luar sekolah. Maka dari itu, mereka menyiapkan semua keperluan anak-anak" balas Jeno

"Begitukah? Mengapa kemarin Lele atau Sungie tidak bilang padaku?" keluh Renjun

"Mungkin mereka lupa memberitahu Mama mereka. Aku sendiri juga mungkin tidak akan tahu jika tidak Haechan dan Jaemin beri tahu. Sudahlah, Eonni. Lebih baik kita membuat sarapan segera dan bekal untuk Lele dan Sungie" hibur Jeno

Renjun mulai membantu Jeno membuat sarapan. Rencananya, mereka akan membuat makanan dengan menu Seafood, dan untuk bekal Chenle dan Jisung mereka akan membuat katsu. Karena anak-anak sangat menyukai makanan goreng yang crunchy.

Ketika sedang membersihkan udang, tiba-tiba Jeno merasa perutnya diaduk dengan cepat.

"HUKH!" Jeno berusaha membekap mulutnya yang seperti ingin mengeluarkan sesuatu

"Jeno-ya, Are you okey?" tanya Renjun sambil memegangi tubuh Jeno

"I'm okey, Eonni. Mungkin karena bau dari udangnya aku jadi mual" jawab Jeno

"Really?" Renjun berusaha mencium bau udang tersebut "Tidak ada yang salah dengan ini. Are you sure you're okey?" tanya Renjun khawatir

"Yes, Eonni. Maybe I'm getting cold. Don't worry" ujar Jeno

Renjun hanya menganggukkan kepalanya dan kembali memasak.

.

.

.

Ketika semua sedang sarapan, Jeno hanya mengaduk-aduk makanannya. Ia tahu jika ia telah tidak sopan, tapi perutnya tidak bisa diajak kompromi. Sejak kemarin, apapun yang ia makan akan berujung keluar lagi. Ia sendiri lapar jujur saja.

"Jeno, I've talked to you not to play food! Hurry, eat your breakfast!" perintah Mark

"So-sorry, Oppa. I-i'll eat it" jawab Jeno

"Oppa.." panggil Renjun "Jeno sepertinya sedang tidak enak badan. Sejak kemarin dia mengeluh jika tubuhnya lemas" ujar Renjun

"Jinjja? Kalau begitu, aku akan memberitahu Jaehyun Noona untuk kemari dan memeriksa Jeno" ujar Mark

"Tidak perlu, aku saja yang pergi ke rumah sakit" tolak Jeno halus

"Tapi, aku tetap harus memberitahu Jaehyun Noona, Jeno. Aku akan bilang kau akan kesana" putus Mark

"Ne, Oppa" ujar Jeno patuh

"Biar kami saja yang menunggui Chenle dan Jisung untuk pembelajarannya. Dan Renjun Eonni bisa menemani Jeno Eonni" seru Jaemin

"Ah, it's no funny! I want Mama to accompany me for this" rajuk Chenle pada Renjun

"Lele-ya, bukankah akan sama saja jika Haechan Eomma dan Jaemin Eomma yang menemanimu? They're your mother too, right?" bujuk Renjun sambil mengelus rambut Chenle

"Me too, I want Mommy to accompany me" rengek Jisung juga pada Jeno

"Sayang, sebenarnya Mommy juga ingin menemanimu. But, Mommy can't do that rigth now because Mommy must goes to hospital today. Sorry, okey" terang Jeno

"Mom.." rajuk Jisung

Mark memijat pelipisnya. Jika anak-anaknya sudah manja pada ibu mereka masing-masing, dia juga yang repot.

"Okey kids, Daddy will give you a gift if you want Haechan Eomma and Jaemin Eomma who will accompany you for it. How?" tawar Mark pada anak-anaknya

Mendengar kata hadiah, Chenle dan Jisung kembali ceria.

"Really, Dad? Daddy not kidding us?" tanya Chenle antusias

"Asal kalian janji tidak akan nakal dan merepotkan Haechan Eomma dan Jaemin Eomma. Kalian harus menurut pada Eomma kalian, arrachi?" jawab Mark

"Ayay, Captain" seru Chenle dan Jisung sambil memberi hormat pada Mark

Renjun hanya menggelengkan kepalanya. Astaga suaminya itu, selalu saja membungkam anak-anaknya dengan hadiah jika mereka tidak menurut.

"Haechan Eomma, let's go now!" seru Chenle sambil menyeret Haechan

"Eh? Ya, Lele-ya. Wait a minute! We haven't said goodbye to the others" seru Haechan yang berusaha mengimbangi laju lari Chenle

"We must to go too now, Jaemin Eomma" seru Jisung mengikuti tingkah Chenle

"Everyone, we're leaving first!" pamit Jaemin sambil mengejar Jisung

"Annyeonghi gaseyo, yeorobun" jawab Renjun dan Jeno

"Bahkan mereka lupa cara berpamitan yang benar padaku" keluh Mark

Renjun dan Jeno hanya terkekeh mendengar keluhan Mark.

.

.

.

Renjun tengah merapikan ruang kerjanya. Karena Haechan dan Jaemin pergi mengantar Chenle dan Jisung outbond, dan Jeno juga sedang tidak enak badan jadilah ia memanggil Shin Ahjusshi dan Kwon Ahjumma untuk membantunya merapikan rumah. Tidak mungkin 'kan rumah sebesar istana ini ia sendiri yang membersihkan?

"Ren Eonni, aku berangkat ke Rumah Sakit sekarang" pamit Jeno sambil memasuki ruang kerja Renjun

"Eoh? Kau berangkat sekarang? Chakkaman, aku ganti baju dulu" tanya Renjun

"Ah, tidak usah Eonni. Aku berangkat sendiri saja" tolak Jeno

"Ani, aku akan menemanimu. Ini perintah Mark Oppa, kau paham?" tegas Renjun

Jeno hanya menghembuskan nafasnya dan mengangguk pasrah.

"Wait a minute, okey" ujar Renjun dan mulai berjalan ke kamarnya

.

Renjun tidak mengganti bajunya, hanya menambahkan make-up tipis dan menata rambut hitam indahnya agar terlihat rapi. Saat ia berjalan ke etalase tempat tas dan sepatunya tersimpan, tiba-tiba teriakan Kwon Ahjumma terdengar.

"Astaga, Jeno Mama-nim*" seru Kwon Ahjumma

Renjun segera mengambil tasnya asal dan tak jadi memilih sepatu ganti kemudian langsung berlari kemballi ke bawah.

"Ada apa, Bi?" tanya Renjun sedikit tergesa

"Jeno Mama-nim pingsan, Renjun Mama-nim" jawab Kwon Ahjumma

"Shin Ahjussi, cepat kemari!" seru Renjun

"Ne, Renjun Mama-nim" jawab Shin Ahjussi sambil berlari

"Tolong gendong Jeno ke depan. Aku akan siapkan mobilnya, kita ke Rumah Sakit sekarang" perintah Renjun dan mulai berlari

Tanpa diperintah dua kali, Shin Ahjussi menggendong Jeno ke depan dibantu oleh Kwon Ahjumma.

Begitu mobil yang Renjun siapkan tepat berada di depan teras, segera ia keluar dan membuka pintu penumpang.

"Palli, Ahjussi!" teriak Renjun panik

Setelah membaringkan tubuh Jeno di kursi, Renjun berputar arah ke pintu penumpang satunya dan memangku kepala Jeno.

"Cepatlah, Ahjussi" seru Renjun sambil menepuk-nepuk bahu Shin Ahjussi

"N-ne, Mama-nim" ujar Shin Ahjussi dan mulai menyalakan mobil

.

.

.

Sesampainya di Seoul International Hospital, mereka sudah disambut oleh Jaehyun dan 2 orang tim medis lain dengan ranjang dorong yang telah disiapkan.

Renjun segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk mereka.

"Cepat, pindahkan pasien ke ranjang dorong dan segera ke ruang ICU" perintah Jaehyun pada para asistennya

Renjun, Jaehyun dan para tim medis tersebut berlari-lari sepanjang koridor, membelah keramaian menuju ruang ICU.

"Jeno-ya, sadarlah! Eonni, She's okey, right?" ujar Renjun sambil menggenggam tangan Jeno

"Don't worry, I'll do my best! Kau tunggu saja disini, okey" ujar Jaehyun begitu mereka tiba di depan ruang ICU

Dengan terpaksa, Renjun menuruti saja perintah Jaehyun dan menunggu di luar. Dengan panik, ia segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Yoboseyo.."

.

.

.

Tak selang berapa lama, terdengar suara derap langkah kaki yang tengah berlari menuju arahnya. Saat ia menolehkan kepalanya, dapat ia lihat Haechan dan Jaemin tengah tergesa-gesa menghampirinya.

"Mianhamnida, Eonni. Tadi sedikit macet" ujar Haechan

"Gwaenchana. Maaf ya, sudah menyuruh kalian untuk datang kemari" balas Renjun

"Apa yang terjadi pada Jeno Eonni?" tanya Jaemin

"Molla, tiba-tiba saja ia pingsan ketika kami hendak kemari. Kuharap dia benar-benar hanya demam" jawab Renjun

Tiba-tiba, suara isakan kecil terdengar ditengah perbincangan mereka.

"Hiks, Mama hiks. Mo-mommy hiks gwaenchanayo?" tanya Jisung sambil terisak

Renjun yang tak tega melihat putra tersayangnya menangis mulai membawa bocah kecil itu ke dalam pelukan hangatnya untuk menenangkan.

"Mommy gwaenchanayo, Sungie chagiya. Sekarang, anak Mama berhenti menangis ya. Mommy pasti baik-baik saja" tenang Renjun sambil mengusap punggung kecil itu

"Ne, Sungie. Kau jangan menangis. Jika Mommy tahu kau menangis nanti Mommy tidak bisa segera sembuh. Lebih baik ayo kita cari sesuatu untuk diberikan pada Mommy sebagai ucapan lekas sembuh. Benar 'kan, Ma?" ujar Chenle polos

"Tentu saja, sayang. Anak Mama memang baik dan pintar" puji Renjun sambil mencubit pipi Chenle gemas

"Ayo ikut Noona, Sungie! Kita harus menyiapkan kejutan untuk Mommy" seru Chenle sambil menyeret Jisung

"Y-ya! Lele-ya, Jisungie. Tunggu Eomma" panggil Haechan dan mulai mengejar mereka

"Titip anak-anak sebentar ya, Nana" ujar Renjun

Jaemin hanya mengangguk dan mengikuti Haechan untuk mengejar Chenle dan Jisung.

Sepeninggal Jaemin, Haechan dan anak-anaknya tak lama berselang terdengar derap langkah kaki lain menuju arah Renjun.

"Renjun-ah.." panggil Mark

"Mark.." balas Renjun dan menghampiri Mark

"Bagaimana keadaan Jeno? Apa yang terjadi padanya hingga dia pingsan?" tanya Mark gusar

Dapat Renjun artikan dari penampilan Mark jika ia tampak buru-buru kemari. Dasi penceng, lengan yang tergulung, rambut acak-acakan juga keringat yang membingkai wajah tampan suami mereka.

Renjun mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Mark.

"Jeno baik-baik saja. Mungkin ia hanya sudah tidak tahan dengan demamnya. Kau tenang saja, okey" tenang Renjun sambil tersenyum

Mark menggenggam tangan salah satu istrinya tersebut dan menghembuskan nafasnya lelah. Seharusnya Mark yang menenangkan Renjun, bukan malah sebaliknya.

Setelah beberapa puluhan menit berselang, akhirnya Jaehyun keluar dari ruang ICU.

"Bagaimana keadaan Jeno, Jae Noona?" tanya Mark

"Dia baik-baik saja, Mark. Mungkin ini akan menjadi tidak seperti biasanya. Jeno tidak boleh melakukan semua pekerjaan rumah maupun karirnya jika ingin ia tetap baik-baik saja untuk saat ini. Ia tak boleh turun dari ranjang sama sekali untuk beberapa bulan ke depan. Kalaupun ia mandi harus ada yang menggendongnya ke kamar mandi, bahkan makanpun harus tetap di ranjang, tidak boleh lelah, stress dan beberapa emosi lainnya. Ini demi keselamatannya sendiri dan nyawa lainnya" terang Jaehyun

Mark dan Renjun saling bertatapan bingung.

"M-maksud Jaehyun Eonni apa? Apakah sebesar itu dampak dari demamnya? Jae Eonni, kau serius?" tuntut Renjun

Jaehyun mengulurkan tangannya kepada Mark.

"Chukahae.." ujar Jaehyun

Mark melotot. Bagaimana bisa noonanya ini memberinya selamat atas apa yang terjadi pada istrinya?

"What the heck are you joking hah?" bentak Mark

Jaehyun tahu jika Mark itu sangat menyayangi istri-istrinya, apalagi Jeno yang notabenenya wanita yang mau ia nikahi hanya agar keinginan egois sang nenek terkabul. Tentu saja Mark tidak terima siapapun melukai wanita tersebut barang sedikitpun.

"Chukahae, Mark. Jeno sedang mengandung anak kalian" ucap Jaehyun

Renjun menutup mulutnya tak percaya dan setetes air mata jatuh ke pipinya.

"Mwoya?" tanya Mark memastikan

"Ne, Jeno sedang hamil. Usia kandungannya memang masih kecil, baru sekitar 5 mingguan. Tapi maaf, sepertinya kandungan Jeno untuk saat ini tidak sama seperti saat ia mengandung Jisung. Kandungannya lemah. Mungkin efek dari aktifitasnya akhir-akhir ini. Maka dari itu, aku harap kau mengikuti saranku tadi. Sekali lagi, selamat untuk kalian" jawab Jaehyun sambil tersenyum

Mark segera menatap Renjun dan membawa wanita tersebut kedalam pelukan hangatnya.

"Mark, do'a kita terkabul.." gumam Renjun sambil terisak bahagia

"Ne, Renjunie. Gomaweo.." balas Mark

"Kalau begitu, kau bisa ke ruanganku nanti, Mark. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu. Jeno akan segera kami pindahkan ke ruang rawat inap" ujar Jaehyun

"Ne, Noona. Gomapseumnida" ujar Mark

.

.

.

Perlahan, Jeno mencoba membuka matanya perlahan. Rasa pening menyerangnya ketika cahaya menyapa mata indahnya. Ia merasa asing dengan tempat ini. Namun, ketika ia mendapati warna putih yang dominan disekitarnya juga bau obat-obatan, ia yakin jika kini ia terbaring di rumah sakit.

"Ungh.." lenguh Jeno

"Sayang, kau sudah sadar?" sapa seseorang

Jeno menolehkan kepalanya ke kiri dan mendapati sang suami yang tengah duduk disisinya dan kakaknya berdiri disamping suaminya.

"Mark Oppa.. Ren Eonni.." lirihnya

"Jeno sayang, kau sudah merasa lebih baik sekarang? Atau masih ada yang sakit?" tanya Renjun lembut

"Apa yang terjadi padaku? Bagaimana bisa aku sampai disini?" tanya Jeno bingung

"Tadi kau pingsan saat ingin berangkat kemari. Syukurlah, tidak ada yang salah padamu" jawab Renjun

Jeno berusaha untuk duduk, namun di tahan oleh Mark.

"Jangan dipaksakan! Kau masih butuh berbaring" cegah Mark

"Ren Eonni, mianhamnida ne. Aku jadi merepotkanmu lagi" gumam Jeno

"Ani, Jeno-ya. Itu sudah tugasku sebagai kakak bukan?" sanggah Renjun

Entah mengapa, tiba-tiba air matanya turun dengan sendirinya. Seketika isakan kecil keluar dari bibir mungil Jeno.

"Hey, hey. Mengapa menangis um? Apa ada yang sakit?" tanya Mark panik sambil mengusap pipi Jeno

"Aniya, hanya saja tiba-tiba aku ingin menangis" gurau Jeno

Renjun hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Ia tak menyangka jika adiknya yang terkenal tegas bisa secengeng ini.

Mark menggenggam tangan Jeno dan mengusap rambut hitam istrinya sayang.

"Jeno-ya, gomapta ne. Terimakasih telah hadir dalam keluarga kami. Terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku, pada Renjun, dan keluarga kita. Aku berjanji akan melakukan apapun yang kubisa agar kau mau bertahan selamanya didalam keluarga ini" ujar Mark

"Ne, Jeno-ya. Terimakasih atas semua pengorbananmu untuk keluarga kami, keluarga kita. Terimakasih telah melengkapi kekuranganku selama ini" tambah Renjun

"Oppa, Eonni. Apa yang sedang ingin kalian ucapkan? Aku tak mengerti" tanya Jeno bingung

Renjun merubah posisinya menjadi duduk disisi ranjang Jeno. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap perut Jeno yang masih rata.

"Didalam perut hangat ini, ada sosok malaikat kecil lain yang akan hadir dalam keluarga kita dalam kurun kurang dari 9 bulan lagi. Terimakasih, karena kau telah menghadirkannya" ujar Renjun sambil tersenyum tulus

Jeno menatap tak percaya ke arah Mark dan Renjun. Tak terasa, air mata kembali menuruni pipi mulusnya.

"J-jeongmalyeo?" tanya Jeno tak percaya

Mark dan Renjun hanya menganggukkan kepalanya. Senyum kecil muncul di bibir pucat milik Jeno. Tangannya ikut mengelus perutnya, dan merasakan kehangatan lain disana.

"Mommy.." seru Chenle dan Jisung

Renjun menolehkan kepalanya dan mendapati putri dan putra kesayangan mereka membawa sebuket bunga dan sekeranjang buah. Haechan dan Jaemin yang ada di belakang mereka hanya tersenyum dengan tingkah aktif dua bocah tersebut.

"Mommy. Haechan Eomma bilang, bunga krisan pink menandakan ucapan lekas sembuh dan semoga berumur panjang. Aku membawakannya untuk Mommy, karena aku ingin Mommy lekas sembuh dan memiliki umur yang panjang agar bisa melihat aku dan Jisung tumbuh besar dan sukses seperti Daddy, Mama, Mommy dan Eomma. Get well soon, my beloved Mommy" ujar Chenle sambil memberika bunga tersebut pada Jeno

"Ah, yeoppuda. Gomaweo ne, Lele chagiya. Putri Mommy yang cantik" seru Jeno sambil mencium pipi kanan

"Mommy, Sungie juga membawakan ini untuk Mommy. Jaemin Eomma bilang orang sakit membutuhkan banyak asupan nutrisi, maka dari itu Sungie membawakan banyak buah-buahan untuk Mommy. Mommy sangat menyukai aple 'kan?" ujar Jisung tak mau kalah dari sang Noona

"Ne, Sungie baby. Mommy sangat menyukai apel, apalagi jika itu pemberian anak Mommy yang tampan ini. Mommy akan menghabiskannya segera" balas Jeno sambil mengusap rambut Jisung gemas

"Eonni, kau sudah baik-baik saja? Kau membuat kami khawatir" tanya Haechan

"Ne, Eonni. Kau itu terlihat kuat, tapi ternyata kau tidak baik-baik saja. Harusnya jika kau punya masalah, bagilah pada kami juga. Jangan dipendam sendiri" tambah Jaemin

"Nan gwaenchana Haechanie, Nana-ya. Terima kasih sudah mau merawat Jisung dan maaf telah membuat kalian khawatir" ujar Jeno dengan senyum tipis

"Apa yang terjadi padamu sebenarnya, Eonni?" tanya Haechan penasaran

"Haechan-ah, Nana-ya. Mulai hari ini, kalian jangan merepotkanku terlalu banyak, okey. Kurangi pertengkaran atau hentikan saja pertengkaran konyol kalian. Aku tidak mau mati muda hanya karena stress menghadapi kalian semua. Dan kuharap, kalian bisa mengggantikan tugas Jeno dengan baik. Arraseo?" celetuk Renjun

"Re-renjun Eonni, Eonni bicara apa sih? Kami tidak mengerti" rajuk Jaemin

"Jeno sedang hamil Haechan-ah, Jaemin-ah. karena kandungannya yang lemah, ia tak bisa melakukan pekerjaan rumah hingga beberapa bulan kedepan. Aku harap kalian benar-benar bisa Renjun andalkan untuk menggantikan tugas Jeno. Apa kalian paham?" jelas Mark

"Jinjjayo, Jeno Eonni?" pekik Haechan dan Jaemin

Jeno hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kya~~ chukkahae Eonni" seru Haechan dan Jaemin lalu memeluk Jeno

"Ne, gomapta Haechanie, Nana-ya" balas Jeno

"Kami berjanji akan melakukan tugasmu dengan sangat baik" girang Haechan yang diangguki oleh Jaemin

"Ne ne, aku percaya pada kalian" balas Jeno sambil terkikik geli

"Hamil? Apa itu hamil, Mama?" tanya Chenle penasaran

"Sayang, hamil itu tandanya Chenle dan Jisung akan menjadi seorang kakak" jawab Renjun

"Really? Assa!" seru Chenle riang "Jisungie, akhirnya nanti kita akan menjadi kakak" lanjutnya sambil memeluk Jisung

Semua yang berada disana hanya tersenyum melihat bagaimana antusiasnya putri mereka satu-satunya (saat ini di keluarga mereka).

.

.

.

.

.

Mark berjalan menyusuri lorong kamar lantai 2 rumahnya. Ia yakin jika istri-istri kecilnya –Haechan dan Jaemin- tengah bersama entah melakukan apa. Ia tahu jika mereka itu berteman, malah bersahabat dekat. Maka dari itu, mereka selalu bersama kemanapun bahkan ketika di rumah. Mark membuka salah satu pintu di lorong sebelah kiri.

Dilihatnya kedua istrinya –Haechan dan Jaemin- tengah berdiri dihadapan cermin seukuran badan pada almari Haechan sambil mengusap perut mereka.

"Kalian, apa yang kalian lakukan?" tanya Mark

"Mark Oppa?" seru mereka sedikit kaget

Mark berjalan mendekati kedua istrinya dan mengusap surai kedua wanita tersebut.

"Ah, kami hanya sedang membayangkan bagaimana jika kami hamil juga, Oppa. Sepertinya akan menyenangkan" ujar Haechan

"Benar, Oppa. Aku ingin seperti Renjun Eonni dan Jeno Eonni yang sudah memiliki seorang malaikat kecil. Apalagi sebentar lagi Jeno Eonni mendapatkan malaikat kecil lainnya. Aku jadi iri, ketika Chenle dan Jisung sangat menyayangi Renjun Eonni dan Jeno Eonni" tambah Jaemin sedikit murung

"Kalian ini bicara apa? Chenle dan Jisung juga anak kalian 'kan? Mereka juga sangat menyayangi kalian walaupun tak sebesar yang ibu kandung mereka dapatkan. Suatu saat, kalian sendiri juga pasti akan mengalami apa yang Jeno rasakan saat ini" hibur Mark dan mencium pelipis Haechan dan Jaemin

.

.

.

Renjun tengah menyiapkan stelan kemeja dan jas yang akan Mark kenakan untuk ke kantor besok. Harusnya hari ini tugas Jeno yang menyiapkan, tapi karena ia yang tidak boleh turun dari ranjanga sama sekali untuk beberapa bulan kedepan jadilah Renjun yang menggantikan.

"Kau bekerja dua kali lipat lebih keras hari ini, Renjunie" ujar Mark diambang pintu

Renjun hanya tersenyum dan meletakkannya pada gantungan dekat almari Mark.

Mark berjalan mendekati wanita tersebut dan memeluknyna dari belakang.

"Terima kasih untuk semua yang kau lakukan hari ini" bisik Mark lalu mengecup pipi kiri Renjun

"Mau bagaimana lagi? Aku yang tertua disini. Sudah seharusnya aku sebagai kakak mengajari adik-adiknya tentang etika dan aturan keluarga ini dengan benar. Lagipula, Jeno tidak bisa membantuku untuk sementara. Sedangkan Haechan dan Jaemin masih tergolong baru dalam keluarga ini dan masih belum paham akan etika dan aturan dalam keluarga kita. Maka dari itu, aku tidak mau mereka nanti pada akhirnya akan dimarahi oleh Halmeoni" ujar Renjun

"Kau selalu mementingkan orang lain daripada urusanmu sendiri, Renjun" gumam Mark

"Hanya itu yang bisa kulakukan saat ini, Mark. Sebagai penebusan dosa mungkin?" lirih Renjun

Mark menghembuskan nafasnya jengah. Renjun selalu saja mengungkit masalah kekurangannya.

Renjun melepas pelukan Mark dan berbalik menghadap suaminya.

"Sudahlah, lupakan saja. Sekarang waktumu untuk ditemani oleh Jeno 'kan? Dan lagi, untuk beberapa bulan kedepan kau yang akan mengunjungi Jeno ke kamarnya. Bukannya Jeno yang mengunjungimu" gurau Renjun

Mark hanya terkekeh dan mengecup kening istri pertamanya itu.

.

.

.

Jeno tengah menyandarkan punggungnya pada headbed ranjangnya sambil membaca buku.

"Masih belum mengantuk eum?" interupsi sebuah suara

Jeno menurunkan buku bacaannya dan tersenyum, lalu menyimpan novel bacaannya di nakas.

"Apakah sudah merasa lebih baik?" tanya Mark ketika sudah berada disisi ranjang Jeno

"Jika dibandingkan dengan tadi pagi, maka iya. Tapi aku masih sering merasa pusing" keluh Jeno

"Begitukah? Haruskah aku mengambil cuti beberapa hari untuk menjagamu?" tawar Mark

"Andwaeyo, Oppa. Kau tak perlu melakukannya. Masih ada Renjun Eonni, Haechan, Nana, Kwon Ahjumma bahkan suster baru yang kau perintahkan untuk merawatku 'kan? Oppa jangan khawatir, okey. Lagipula aku tidak selemah yang Oppa kira" tolak Jeno halus

"Kau ini, tetap saja sok kuat dan keras kepala ya. Meskipun keadaanmu seperti ini" gemas Mark sambil mengacak rambut Jeno

"Aku 'kan memang kuat, Oppa. Dan lagi, aku tidak keras kepala. Aku hanya tidak mau merepotkan orang lain" gerutu Jeno

"Ne ne, kau memang istriku yang sangat baik dan kuat" goda Mark "Sekarang, mari kita tidur" ajaknya

Setelah membaringkan tubuh Jeno, Mark ikut membaringkan tubuhnya disisi sang istri.

"Oh ya, Oppa. Aku dengar, kata Jaehyun Eonni aku tidak bisa melayanimu untuk beberapa bulan kedepan ya?" tanya Jeno

"Lalu kenapa dengan itu?" tanya Jeno balik

"Emm.. Ka-kalau kau mau.. Kau boleh menyewa se-seorang wanita penghibur untuk memuaskanmu untuk menggantikanmu. A-aku tidak apa-apa kok" ujar Jeno ragu

Mark mengerutkan alisnya bingung. Istrinya ini bicara apa?

"Hey hey, sayang. Kau ini kenapa?" tanya Mark heran

"Kau 'kan juga harus mendapatkan kebutuhanmu yang itu, Oppa" jawab Jeno

"Astaga, Jeno Lee. Jika aku menyewa seorang wanita penghibur, lalu untuk apa Renjun, Haechan dan Jaemin yang sudah sah menjadi istriku juga? Kau benar-benar ingin aku mati dibunuh oleh Daddy, Mommy dan mereka?" geram Mark

"T-tapi Oppa, mereka 'kan juga tak bisa setiap saat bisa melayanimu. Apalagi jika seandainya Haechan dan Nana juga hamil. Memang Oppa teegga pada Renjun Eonni?" sanggah Jeno

"Sudah, lupakan ide gilamu dan segera pergi tidur. Aku tahu kau lelah" seru Mark lalu memeluk Jeno agar ia tidur

Jeno mengerucutkan bibirnya dan menyusul suaminya yang sudah pergi ke alam mimpi.

.

.

.

.

.

.

TBC

INI FF KEBERAPA YANG SUDAH BIARKAN JAMUR DI FILE LAPTOP SAYA? T^T

Penyakit stuck ide saya sepertinya sudah saaaangat parah dan tak terhentikan.. u,u

Tolong bersabar jika ada yang menanti FF ini.. #emangada?

Ada yang masih minat baca? Review juseyo~~