Sweet as Sugar

by: vkookiss

NCT MARK NCT JENO

[MARKNO]

[WARNING: Gajelas:)]

Sesungguhnya Mark Lee benci menghadiri resepsi pernikahan. Ia benci berpakaian formal, rasanya Mark ingin melepas jas serta membuka dua kancing kemeja putihnya itu.

Tapi tatapan tajam si mama membuat Mark kembali mengurungkan niatnya. Ia tak mau kalau ponsel, laptop, serta ps nya itu di sita hanya karena masalah sepele begini.

Si Mama tau aja apa yang bisa membuat Mark lemah.

Tadinya Mark ingin tak ikut dan otaknya mencetuskan ide kalau dia bisa kabur ke rumah Renjun, dengan alasan kerja kelompok. Tapi rasanya tak mungkin karena kunci motornya di tangan si mama dan mama-nya dengan cepat mencium kebohongan itu.

Urusan bisa tambah panjang dan Mark jelas tak mau itu terjadi.

Entah apa alasannya ia harus menghadiri pernikahan sepupu-nya.

Ia sudah membujuk si papa untuk meluluhkan hati mama-nya, namun papa-nya tak sanggup.

Papa nya bilang kalau nanti malam mama-nya akan memberikan sebuah hadiah khusus bila Mark ikut bersama mereka.

Dan Mark menyesal mananyakan alasan papa-nya.

Dan ya, Mark tau apa isi otak papa nya.

Biasanya papa Namjoon dengan mudah diajak bekerja sama. Biasanya papa Namjoon memberi usul Mark tak usah ikut, tapi sekarang tampaknya tidak.

Mark lebih suka bermain ps bersama Renjun sekarang atau mereka saling bermain basket. Bukan seperti ini, banyak sekali orang yang datang membuat Mark sama sekali tak merasa nyaman.

Penuh sesak, tubuhnya juga sudah berkeringat sedari tadi.

Parahnya lagi, belum juga di mulai. Padahal Mark ingin cepat-cepat bergegas tidur.

Esoknya Mark berjanji akan mengunjungi hunian sepupunya itu dan mengeluarkan kalimat makian sepuasnya. Karena sudah membuat Mark menunggu.

Di tangannya ia memegang segelas es jeruk, lumayan untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering.

Mark belum menyentuh makanan di sana, ia belum lapar, walaupun makanan di sana cukup terlihat lezat.

Kedua orang tuanya juga mendadak menghilang, meninggalkan Mark seperti anak hilang di sini. Tapi yasudahlah, nanti mereka akan mencarinya.

Mark hanya terduduk di kursi dan menandaskan minumannya dalam sekali teguk. Lalu menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya.

Mark tampan sekali hari ini. Dengan rambut pirangnya yang sengaja sengaja di buat berantakan untuk menambah kesan seksi pada dirinya. Setelan jas yang di kenakannya juga semakin membuatnya tampak memukau.

Ya, tak jarang merebut perhatian kaum gadis yang berada di sana.

Mark berkali-kali memergoki mata mereka sedang memandangnya dengan penuh takjub, ia menyungging senyum miring begitu bisa memikat para gadis dengan pesonanya.

Sedikit membuatnya terhibur.

"Permisi, boleh aku duduk di sini?" Suara seorang gadis menyadarkan Mark dari lamunan panjangnya, pemuda itu mengangguk kaku menggiyakan.

"Terima kasih."

"Tak masalah."

Oh, bahkan sudah ada yang berani melakukan pendekatan dengannya. Mark tau gadis itu sebenarnya ke sini untuk mencoba berkenalan dengannya.

Mark melirik kearah gadis yang duduk di sampingnya itu. Rambutnya panjang bergelombang, dengan gaun yang memperlihatkan kedua bahu mulusnya. Tanpa sadar Mark menelan ludah, bagaimanapun ia juga seorang remaja laki-laki yang tak ingin menyia-nyiakan pemandangan indah satu ini.

Riasannya tipis, tapi membuat Mark berkali-kali terpesona akan kecantikan yang terpancar dari gadis itu.

Sepertinya Mark Lee jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Kau ke sini bersama siapa?" suaranya mengalun begitu halus, darahnya mendesir mendengar suara gadis itu.

Mark berusaha menormalkan dirinya kembali, ia menegakan tubuhnya dan bersikap baik. "Bersama orang tua ku, kau sendiri?"

"Ya aku juga. Kau kenal siapa Jung Jaehyun?" tanya gadis itu lagi.

"Tentu. Dia sepupu-ku, mana mungkin aku tidak menghadiri resepsi pernikahannya?"

Si gadis mengulas senyum, senyum yang sangat manis membuat jantung Mark berdegup kencang. Ya, sepertinya gadis ini berhasil menarik perhatiannya.

"Ah, ya. Hmm, namaku Ko Eunji, kau bisa memanggilku Koeun." Mark berhasil mengantongi nama gadis itu, ia mengulurkan tangan sebagai tanda pengenalan. "Kau sendiri?"

Mark membalas jabatan tangan gadis itu, kulitnya sangat terawat, begitu halus, Mark tidak bohong. "Namaku Lee Minhyung, kau bisa memanggilku Mark."

"Ku tebak Minhyung-ssi, kau pernah tinggal di luar negeri?" tanya Koeun lagi setelah mereka selesai menjabat tangan.

Mark kecewa, padahal ia ingin lama-lama merasakan kelembutan kulit gadis di sampingnya itu. "Ya, aku pernah tinggal di Kanada sewaktu kecil."

"Sepertinya kau tidak terlalu suka nama Korea mu, aku hanya menebak."

Mark menggeleng cepat. "Bukan begitu, aku suka nama Korea ku namun aku lebih nyaman menggunakan nama Mark."

Koeun mengangguk-angguk lalu matanya menatap lurus ke depan. "Kapan acara ini segera di mulai?" Mark dapat mendengar helaan nafas kasar Koeun.

"Kau tidak terlalu keramaian?" tebak Mark.

Koeun kembali menatap Mark. "Aku malas saja. Harusnya sekarang aku tengah berkencan dengan kekasihku tapi ibuku menyeretku ke sini."

Deg

Oh pupus sudah harapan Mark untuk bisa menjadi pendamping Koeun. Mark kira gadis di sebelahnya itu sedang menjomblo, tau-taunya hatinya sudah ada yang punya.

Koeun cantik, pasti banyak pemuda tampan di luar sana yang berhasil mengambil hatinya. Yah Mark memaklumi itu, tapi tampaknya Koeun bukan tipe-tipe playgirl.

Mark bersumpah siapapun yang bisa mendapatkan Koeun, pemuda itu luar biasa beruntungnya. Gadis itu sangat anggun, menjaga sikap dan tutur katanya di depan orang lain. Jika pemuda Itu menyakiti Koeun, ia akan menyesal di kemudian hari karena menyia-nyiakan perempuan sebaik Koeun.

"Kau sudah punya pacar Koeun-ssi?" Lidah Mark sebenarnya kelu mengajukan pertanyaan ini, tapi ia hanya ingin memastikan saja.

Koeun mengangguk sambil tersenyum, andai saja senyuman manis Koeun bisa menjadi milik Mark.

"Ya. Kau sendiri Minhyung-ssi?"

"Coba kau tebak?" Bukannya menjawab Mark mencoba bermain-main dengan Koeun.

Mata Koeun memicing. "Baiklah. Biar aku tebak, kau pasti sudah punya pacar bukan?"

Mark tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya, "sayangnya belum Koeun-ssi. Aku masih sendiri, kalau berkenan kau bisa mampir ke hatiku sebentar, barangkali betah." Mark menggoda.

Koeun memukul lengan Mark keras, ia sedikit takjub dengan keberanian Mark dalam menggodanya, mentang-mentang kekasih Koeun sedang tak ada di situ. "Kalau pacarku mendengar, kau habis Mark-ssi."

Mark tertawa renyah. "Aku hanya bercanda, jangan di anggap serius."

"Aku tau. Tapi Mark-ssi, serius kau tak punya pacar?"

"Apa karena tampangku ini? Sayangnya aku bukan tipe laki-laki playboy seperti yang kau pikirkan Koeun-ssi."

Bagaimana Mark Lee bisa tau isi pikirannya? Sungguh, Koeun hanya menafsirkan saja. Karena pemuda tampan Itu biasanya memanfaatkan ketampanan mereka, seperti mempunyai pacar di mana-mana. Seperti Mark contohnya, menurut Koeun, Mark sedikit berandal mungkin?

"O-oh, maaf aku tak bermaksud berpikiran begitu Mark-ssi."

"Tak masalah Koeun-ssi. Lagi pula sendiri Itu lebih baik, aku juga sedang malas menjalin hubungan."

"Sedang malas atau kau memang belum menemukan tambatan hatimu, eh?"

Mark menahan senyum, lagi, Koeun bisa menebak dirinya. Apa Mark begitu mudah untuk di baca? "Sepertinya aku juga belum menemukan yang cocok."

"Ya, walaupun banyak yang mengutarakan perasaan mereka terhadapku, aku menolak."

"Kenapa kau tidak mencoba saja Mark-ssi? Kau tau, cinta Itu datang karena terbiasa."

"Maaf Koeun-ssi, perasaan Itu bukan sesuatu yang dapat di permainkan. Dan kaum wanita harus kita hormati."

Koeun takjub dengan Mark. "Oh, wow. Kau membuatku takjub Mark—eh aku boleh memanggilmu dengan sebutan Mark bukan?"

Mark menyungging senyuman menggoda, "kalau itu dari gadis cantik sepertimu, apakah harus aku menolak?"

Koeun bergidik. "Mark, kau serius bukan seorang playboy?"

Karena Mark Lee selalu menggodanya. Membuat Koeun merasa tidak yakin. Sebagai wanita, jika di puji seperti Itu oleh lawan jenisnya (apalagi yang berparas rupawan), tetap saja Koeun malu-malu.

"Aku bukan playboy." kata Mark dengan penuh penekanan, meyakinkan Koeun. Mark hanya suka menggoda Koeun karena pipi gadis Itu mudah sekali memerah.

"Benarkah?"

"Ya, kau harus percaya." Mark mengangguk yakin.

"Baiklah, kau memaksaku untuk percaya padamu."

Koeun menatap Mark kembali. "Hm, Mark-ssi, sepertinya aku harus pergi. Senang bisa berkenalan denganmu." Koeun bangkit dari kursinya, begitu pula Mark.

Koeun menepuk pundak Mark beberapa kali, "semoga cepat ketemu pujaan hatimu. Kau tampan Mark."

Mark tersenyum. "Ya, senang berkenalan denganmu Koeun. Semoga langgeng dengan pacarmu."

Koeun membalas senyuman Mark dan gadis Itu segera berlalu. Meninggalkan Mark yang duduk sendiri kembali. Koeun sangat mudah di ajak berbicara, ia sangat pandai bergaul. Mereka akrab dengan cepat.

Mark mengambil nafas panjang. Orang tuanya juga belum kembali, sesungguhnya kemana mereka sekarang? Membuat Mark menunggu semakin lama saja. Ia bosan sendirian.

Mark melipat tangannya di depan dada dan matanya menjelajahi setiap sudut tempat ini. Berharap menemukan orang tuanya.

Nihil.

Mereka tak terlihat, saking banyaknya orang di sini.

Mark bangkit dari kursinya dan berjalan untuk mengambil minum lagi. Tenggorokannya terasa kering kembali.

"Lee Minhyung!" Mark menoleh begitu ada suara yang memanggil namanya, tak jauh dari sana ia melihat mama dan papanya melambaikan tangan kearahnya sambil tersenyum cerah.

Mark menandaskan tegukannya dan bergegas menghampirinya keduanya. Dari tadi ia mencari, taunya mereka ada di sini?!

"Mama sama papa abis dari mana? Mark nyariin tau!" gerutu Mark sebal.

Mama Hoseok tertawa kecil. "Maaf sayang, kami keasyikan berkeliling."

"Ma, kapan selesainya?"

"Sabar sayang, ini bahkan belum mulai."

"Ma?" Mark mulai merajuk. "Mark mau pulang.."

Mama Hoseok menggeleng tegas. "Tidak sayang!"

Percuma saja ia merajuk seperti Itu tadi, mamanya dengan tegas menolak itu. Mark heran kenapa ia harus ikut sedangkan ia selalu di abaikan? Harusnya memang ia tak usah ikut.

"Jungkook!" panggil Hoseok dengan sedikit keras, ia menggandeng tangan Mark dan menariknya.

Seseorang berambut hitam itu terhenti ketika namanya di sebut, mata kelincinya berbinar begitu mendapati seseorang yang berjalan cepat kearahnya.

"Kak Hoseok, apa kabar kak?"

"Tentu saja aku baik. Oh, di mana Taehyung?" Hoseok mengernyit bingung begitu melihat Jungkook sendirian.

"Ia sedang mengantar Jeno."

Hoseok mengangguk-angguk. "Minhyung, ini teman mama! Ayo beri salam!" Bisik Hoseok sambil menyenggol lengan anaknya.

"Halo tante! Aku Lee Minhyung!" Mark membungkukan tubuhnya. Sebenarnya ia bingung harus bersikap seperti apa.

"Wah ini Mark bukan? Kau sangat tampan sekarang. Sampai aku tak menyangka bahwa ini kau!"

"Terakhir aku melihatmu saat kau masih kecil." Lanjut Jungkook.

Mark hanya bisa menggaruk belakang tengkuknya canggung. Ia bingung harus bagaimana. Sedikit tersanjung saat teman mamanya Itu berkata kalau ia tampan. Ah, Mark bangga sekali pada dirinya.

Kedua ibu saling bercengkrama tanpa memperdulikan keberadaan Mark di sana. Dari yang Mark tangkap, ternyata mama-nya dengan tante Jungkook merupakan sahabat dekat.

Kalau mama-nya sudah bertemu dengan kawan lamanya, di pastikan sudah begini akhirnya. Mereka akan pulang semakin lama. Padahal hanya membahas hal yang tidak penting—menurut Mark.

Mark hanya memandangi keadaan sekitarnya tanpa melihat kearah mamanya dan tante Jungkook.

"Minhyung, ini anaknya tante Jungkook. Seumuran sama kamu lho," suara mama Hoseok menyadarkannya kembali.

Mark langsung menoleh dan mendapati seorang laki-laki manis yang sedang tersenyum padanya. "Namaku Lee Jeno, dan kau??"

Suaranya halus sekali, saat bertemu pandang dengan laki-laki itu jantung Mark kembali berdetak dan darahnya berdesir. Bertambah parah saat si manis itu menyunggingkan senyumannya yang semanis gula.

Oh, sungguh, Mark mengira ia sedang melihat sosok bidadari.

Mark hanya terpesona melihat rupa dia, yang sulit untuk Mark jelaskan seberapa manisnya dia. Mereka bertatapan cukup lama, Mark sebenarnya tak kuat, ia ingin melemparkan pandangannya kearah lain tapi gagal, laki-laki itu seolah mengunci pandangannya.

Tubuh Mark mendadak lemas.

Si laki-laki manis di depannya mengernyit bingung dan menggoyangkan tangannya di depan wajah Mark yang blank.

"Kau baik-baik saja?"

Mark meneguk ludahnya dan mengusap wajahnya kasar, ia mendadak gugup. Sampai tangannya bergetar dan keringat tak henti bercucuran.

"Sungguh?"

"Y-ya."

Tapi Jeno sama sekali tak percaya, laki-laki di sampingnya tampak begitu kacau. Jeno merogoh sesuatu dari kantungnya.

Sebuah sapu tangan.

Lalu ia mengelap keringat Mark dengan hati-hati. "Kau berkeringat. Sungguh baik-baik saja?"

"Aku baik."

Jawabannya tak membuat Jeno puas. Setelah di rasanya selesai, Jeno memasukan kembali sapu tangan itu pada kantungnya.

"Aku Lee Jeno. Siapa namamu?"

"Mark Lee."

Jeno mengangguk-angguk. "Oh, senang berkenalan denganmu Mark!" Ucapnya ceria sambil mengulas senyum.

Oh tidak, jerit Mark dalam hati. Jangan tersenyum seperti itu! Jeritnya lagi.

Tubuhnya kembali melemas dan ia bertambah gugup. Entah kenapa ia bisa selemah ini ketika berkenalan dengan seseorang, terlebih mereka ada sejenis. Saat ia berkenalan dengan Koeun yang lawan jenisnya, Mark yang tak merasa segugup ini.

Bahkan jantungnya jauh lebih berdetak keras, lebih dari tadi.

"Ya, tentu saja." Mark berusaha mengendalikan diri.

Entah kenapa Jeno begitu mempengaruhi dirinya sekarang.

"Oh lihatlah tante Hoseok dengan bundaku! Mereka sibuk sendiri, mengabaikan kita Mark!" gerutu Jeno sambil mencebikan dirinya.

Oh, God. Lee Jeno benar-benar manis. Seratus kali lipat lebih manis dari Ko Eunji. Apalagi bibirnya itu, bolehlah Mark mencicipinya?

Mark menggelengkan kepalanya cepat, bisa-bisa ia berfantasi liar tentang bibir Lee Jeno di saat yang seperti ini.

"Mark Lee?"

"Ya?"

Jeno tersenyum malu-malu. "Kau tampan."

Diam-diam Mark Lee tersenyum miring. Wow, ternyata Jeno orang yang gamblang. "Aku memang tampan."

"Tapi kau pasti playboy."

Lagi, Mark selalu di sangka hobi memainkan perasaan. Tapi itu salah, Mark tidak pernah memainkan perasaan orang lain.

Mark menggeleng. "Tidak Lee Jeno. Aku bukan playboy."

"Oh ya?"

"Tapi kau yang playboy," Mark menunjuk Jeno. "Kau dengan mudahnya bilang kalau aku itu tampan bukan? Hobi menggoda Lee Jeno?"

Jeno buru-buru menggeleng, Mark salah paham. Bukan itu maksudnya, ia hanya menyampaikan saja. Dan sekedar memuji, Mark memang tampan sekali. Jeno tak bisa menyangkalnya.

"Aku hanya menyampaikan fakta Mark."

"Lee Jeno?"

Jeno menatap Mark yang memanggilnya.

Mark mencondongkan tubuhnya ke arah Jeno dan menggenggam kedua tangannya. "Kau manis. Izinkan aku untuk mencintaimu boleh?"

Bilang Mark gila sekarang, tak apa. Ia hanya mengikuti apa yang otaknya katakan. Tanpa bisa mencegahnya, ia berkata seperti Itu.

"E-eh?" Jeno menatap Mark bingung.

"Kau cantik. Kau manis. Aku suka dirimu Lee Jeno, kau mau tidak jadi ibu dari anak-anakku nantinya?"

Mark Lee memang sudah gila.

Benarkan?

TAMAT

[a/n: INI APA?! GAJELAS SAMSEK:")]