Pagi buta, Taeyong sudah bangun dari tidurnya. Membuka mata sedikit, membiasakan cahaya ruangan yang sekarang ia tempati. Setelah beberapa menit, perutnya terasa mual lalu ia bergegas menuju kamar mandi. Taeyong menyadari bahwa kemarin malam ia minum, sangat banyak. Bau alkohol masih saja menyengat hidung, menenangkan bagi Taeyong. Taeyong berterimakasih dengan adanya alkohol, alkohol lah yang menghilangkan rasa sakit itu walaupun satu malam saja.

Saat keluar dari kamar mandi, Taeyong melihat sekelilingnya, merasa asing. Apa Ten kemarin mendekor ulang apartemennya?tidak mungkin. Taeyong mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin. Ah! Taeyong mengingatnya kemarin ia minum dengan Johnny, lantas apakah ini apartemen johnny? –pikir Taeyong.

Apa benar ini apartemen johnny?

Taeyong bodoh, kenapa kau bisa berakhir mabuk dan tidur di apartemen lain?

Apa yang Johnny lakukan padanya saat mabuk?

Tidak macam-macam kan?

Semoga saja.

Tapi bagaimana kalau- ishh. Kalau memang benar ini apartemen Johnny, dan Johnny macam- macam padanya. Taeyong tidak bisa menyalahkan Johnny begitu saja, karena ialah yang mengajak Johnny untuk minum.

Taeyong masih berkutat dalam pikirannya. Taeyogn langsung mengecek pakaiaannya, masih seperti kemarin. Meraba-raba pantatnya, tidak terasa nyeri. Melihat leher jenjangnya lewat kaca, masih mulus.

Taeyong mengelilingi kamar yang lumayan sempit itu, Tidak ada orang. Taeyong melangkahkan kaki hendak membuka tirai jendela. Saat berjalan, kakinya seperti menyampar suatu benda. Taeyong melihat kebawah dan ternyata itu telapak kaki. Mencondongkan badannya melihat sesuatu yang berada dibawah tepatnya samping tempat tidur yang tadi Taeyong tiduri. Terlihat seorang yang sedang tidur ber-alaskan sebuah selimut dan tubuhnya ditutupi oleh selimut lain. Itu Johnny, tidur di lantai, melihat itu pikiran negatif Taeyong langsung hilang.

Apa tidak dingin?

Mengapa Johnny tidur dilantai?

Jadi semalam Johnny tidur dilantai? Mengapa tidak ditempat tidur?

Taeyong terus saja bertanya-tanya dalam pikirannya. Taeyong mengambil selimut yang ia pakai tidur tadi untuk menyelimuti tubuh Johnny. Taeyong terus saja mencermati wajah tampan Johnny, terasa damai. Tanpa Taeyong sadari, segaris senyum nampak dari wajahnya.

Merasa tidak enak, Taeyong keluar dari kamar itu dan menuju dapur untuk membuat sesuatu yang dapat dimasak untuk Johnny. Ini masih pukul 5 pagi, jadi masih terasa ngantuk. Setelah selesai memasak dan menyiapkan di meja makan. Taeyong bergegas untuk pulang dan meninggalkan memo disana.

.

.

.

.

.

Ceklek

Taeyong membuka pintu apartemen dengan perlahan, agar Ten tidak mendengarnya. Mengendap-endap seperti maling, menuju kamar. Sangat sunyi, lampu masih padam, pasti Ten masih tidur, pikir Taeyong.

"Lee Taeyong"

"Habis dari mana?"

Sedetik setelah itu, lampu yang tadinya padam sekarang menyala terang dan terlihat sosok Ten yang berada di ruang tengah hendak menginterogasi sahabatnya melihati Taeyong dengan tajam.

"hehehe, aku jelasin" entah kesambet apa, Taeyong melakukan aegyo didepan Ten, Ten hanya memutar bola matanya malas, ia semalaman khawatir dengan sahabatnya. Di kirim pesan tak dibalas, ditelfon tak diangkat jadilah Ten berpikiran yang tidak-tidak. Untunglah Yuta-pacarnya- datang menenangkan Ten hingga tertidur. Baru saja Yuta pulang, pintu terbuka dan ternyata itu Taeyong, timing yang pas.

Taeyong mendekati Ten yang sedang duduk disofa dengan tangan yang dilipat didada.

"Kamu bau alkohol, jauh-jauh sana" Ten mendorong tubuh Taeyong agar menjauh.

"Kamu habis minum?" tanya Ten sambil melihat Taeyong tak percaya kalau sahabatnya ini menyentuh minuman keras.

"hu um, kemarin aku tidak sengaja minum sedikit, keterusan ehehe"

Taeyong menceritakan kejadian yang terjadi kemarin, termasuk tidur dirumah lelaki yang baru ia kenal.

Taeyong juga menceritakan tentang bagaimana ia bertemu dengan Johnny secara detail, yang ada dipikaran Ten awalnya menuduh Taeyong di apa-apa kan oleh lelaki yang bernama Johnny. Setelah melihat tubuh Taeyong, Ten percaya kalau Johnny bukanlah orang yang seperti itu, terjawab dari tubuh Taeyong yang tak ada goresan sedikitpun.

Setelah mendengar cerita dari Taeyong, Ten tersenyum miring.

'Mungkin, kali ini yang tepat'

.

.

.

.

.

.

[sementara di apartemen Johnny]

Johnny menggeliat pelan dalam tidurnya, perlahan membuka mata, lalu duduk bersila dengan pandangan yang setengah sadar. Ia memegangi selimut yang berada diatas tubuhnya.

'ngg, selimutnya menjadi dobel' ucapnya dalam hati sambil tersenyum, lalu berdiri melihat ke ranjang tidurnya.

'sudah tidak ada'

Johnny mencoba mencari seseorang yang kemarin tidur di tgempatnya ke seisi apartemennya. Tak ada orang. Johnny melihat sesuatu di meja makannya, menghampirinya dan ternyata sudah ada beberapa masakan untuk sarapan, dan satu kertas kecil.

'Johnny-ssi maaf karena merepotkanmu karena membawaku ke apartemenmu, maaf juga membuatmu tidur dilantai. Terimakasih untuk membawaku ke apartemenmu sebagai tanda perminta maaf dan terimakasihku, aku membuatkanmu masakan dari bahan di kulkasmu. Ttd Lee Taeyong'

Johnny tersenyum lebar dan langsung mendudukkan dirinya ke kursi yang berada didepannya. Ia mencicipi masakan buatan Taeyong, enak juga ternyata pikir Johnny. Ia melanjutkan makan pagi nya, dan lupa bahwa ia belum gosok gigi.

.

.

.

.

Setelah kejadian minum bersama, Taeyong dan Johnny menjadi semakin dekat, sering berbincang saat berada dikampus. Seperti siang ini, Taeyong dan Johnny janjian bertemu di kantin kampus karena mereka sedang tidak ada kelas siang.

Entah mereka membicarakan apa, sedari tadi Taeyong dibuat tertawa oleh ocehan Johnny. Nyama, itu yang dirasakan Taeyong untuk saat ini, tidak seperti dahulu, ah sudahlah.

Tak jarang kedua mata mereka bertemu dalam satu pandangan, saling melihat satu sama lain membuat Taeyong merasa malu mungkin? Atau blushing?.

"Kenapa tidak habis hum?" tanya Johnny yang mengetahui bahwa makanan yang dipesan Taeyong tidak habis.

"Aku sudah kenyang, banyak banget porsinyaa"

"Oh ya? Perasaan tadi sedikit kok, jangan bilang kalau kamu lagi diet"

"Engga kok, engga diet udah kurus gini nanti tambah kurus malah kaya bambu"

"Sedikit lagi dong, nih aku suapin" ucap Johnny. Entah apa yang ada dipikiran Johnny, tiba-tiba saja ia berucap begitu. Kini tangan Johnny mengarahkan sendok ke arah mulut Taeyong.

"H-huh?" Taeyong tak tau harus berbuat apa.

Karena Taeyong bingung jadilah ia rela disuapin Johnny walaupun merasa ada yang aneh dalam dirinya.

"Nah begitu dong, mau lagi?"

"Udah ah john, udah kenyang seriusan" ucap Taeyong sambil berpose suer(?) atau pose dua jari plus cengiran garing.

Tak disadari oleh Johnny dan juga Taeyong, ada orang yang sedari tadi memperhatikan mereka dari jarang yang terbilang tidak cukup jauh, terlihat kedua tangannya mengepal keras. Siapa orang itu?

.

.

.

.

TBC

Ehehehe sedikit dulu ya, udah lama ga update ya. Miyaneeeeeee :3 selalu saja stuck di pemilihan kata karna ini bahasa baku, jadi susah.

Thanks yang udah review, fav , follow di chap sebelum-sebelumnya. muah

jejak nya ditunggu ya say :*