TAKE MY HEART

EXO Fanfiction

HunKai

Cast : EXO member and other

Rating : T

Warning : BL, Typo

Romance, Humor, Drama, or call it what you want

Previous

Nyonya Kim memutar tubuh untuk mendapati Taehyung berdiri di luar kamar tidurnya. "Apa yang kau lakukan di sini, kembali ke kamarmu."

"Ibu hentikan semua ini, jangan menghalangiku bertemu dengan Jungkook. Jangan mengganggu Sehun hyung dan Jongin hyung."

"Tutup mulutmu!" teriak Nyonya Kim. "Pengawal! Bawa masuk Taehyung dan jangan biarkan dia keluar!" perintah Nyonya Kim.

"Lepas! Ibu tidak bisa melakukan ini padaku! Ibu tidak bisa melakukan ini pada kami! Ibu tidak bisa memaksakan kehendak!"

Nyonya Kim tersenyum miring meremehkan. "Bocah tengik seperti kalian, tahu apa soal tradisi. Kalian berpikir jika perubahan adalah hal baik, tidak. Itu bukan hal yang baik. Aku tidak akan membiarkan tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun diobrak-abrik oleh bocah ingusan." Bisik Nyonya Kim dengan tatapan tajam menuju halaman rumah kediaman yang sudah ditinggali leluhurnya turun temurun.

BAB EMPAT BELAS

"Hyung." Panggil Jungkook.

"Haah..," Sehun menghembuskan napas kasar. "Tidak berhasil." Balas Sehun. "Kita kembali ke Istana sekarang." Perintah Sehun kepada sopir sekaligus pengawalnya.

"Mencurigakan." Komentar Jungkook.

"Kita tidak boleh gegabah, kau benar. Mencurigakan, tapi kita harus berpikir dengan matang agar Nyonya Kim tidak bertindak lebih jauh."

"Nyonya Kim memisahkan aku dengan Taehyung, dia sengaja Hyung."

"Jungkook...," Sehun mencoba menenangkan namun Jungkook memotong kalimatnya.

"Dia sengaja Hyung, jika besok aku tidak bisa menemui Taehyung aku akan mengambil tindakan tegas dan menyuruh pengawal untuk membawa Taehyung paksa!" tegas Jungkook penuh amarah.

Sehun hanya tersenyum menanggapi amarah Jungkook. "Bersabarlah, besok kau akan bertemu dengan Taehyung. Aku janji."

"Nyonya Kim bersikeras agar kau menikah dengan Taehyung."

"Aku tidak akan menikahi Taehyung."

"Tapi Nyonya Kim bersikeras Sehun hyung!" teriak Jungkook putus asa. "Dia akan melakukan berbagai cara agar kau menikah dengan Taehyung."

"Jungkook aku akan memikirkan cara yang terbaik untukmu dan Taehyung. Jangan cemas." Ujar Sehun menggenggam telapak tangan kanan Jungkook mencoba menenangkan. "Aku tidak akan membiarkanmu bertindak gegabah, karena kau akan berada dalam bahaya."

"Hyung...," keluh Jungkook menyandarkan kepalanya pada kursi, otaknya penuh dengan Taehyung membuatnya tidak bisa berpikir jernih sekarang.

"Aku akan memikirkan cara yang terbaik, percayalah."

"Iya Hyung." Gumam Jungkook.

.

.

.

"Tidurlah Jongin, tidurlah...," ujar Jongin sembari menepuk-nepuk kedua pipinya. Dia terus memikirkan rencana kencannya dengan Sehun esok hari dan alhasil dia tidak bisa tidur malam ini. Ah salah, pagi ini mengingat sekarang sudah pukul dua pagi.

"Apa yang harus aku lakukan? aku tidak pernah berkencan sebelumnya? Apa yang harus aku pakai? Sehun akan menyukai penampilanku atau tidak...," racau Jongin, merasa semakin bingung Jongin akhirnya meraih ponsel di atas nakas mencabut ponselnya dari kabel cas.

Bibir Jongin mengerucut, dahi berkerut, dan alis bertaut. "Tips kencan pertama." Jongin menggumamkan topik yang dia ketik pada halaman pencarian. Sewajarnya orang putus asa internet adalah cara tercepat mendapat jawaban di zaman ini.

Internet mungkin cara tercepat untuk mendapat jawaban dari semua pertanyaan. Tapi, internet tak jarang pula menyediakan jawaban acak yang membuat orang kebingungan ingin menjambaki rambutnya sendiri. "Astaga..., bahkan internetpun tidak bisa membantuku...," keluh Jongin ia jatuhkan ponselnya ke atas ranjang tempat tidur putus asa.

Dan meski mencoba melawan, tidur masih menjadi kebutuhan manusia dan sepertinya hal itu tidak akan berubah dalam waktu dekat. Kedua kelopak mata berat Jongin menutup dengan pasti. Ia terlelap setelah otaknya terlalu lelah memikirkan kencan pertama yang sempurna.

.

.

.

Jongin mendengar sayu-sayup suara dering ponselnya. Tidak jelas, karena kabut kantuk masih menyelimuti Jongin tanpa celah. Baru ketika suara alarm ponselnya berubah menjadi nada lain yang dia yakini sebagai nada panggil, Jongin berusaha keras untuk terjaga. Kedua tangannya meraba-raba ranjang dengan posisi tidur terlentang.

Ketika telapak tangannya membentur sesuatu yang keras Jongin terlonjak, ia nyaris mendorong ponselnya meluncur mulus ke atas lantai keras yang pasti akan berakibat fatal.

"Astaga!" Jongin berteriak nyaris histeris melihat pukul berapa sekarang dan yang lebih parah Sehun menghubunginya. "Sehun!" Jongin cepat-cepat menjawab panggilan Sehun, lupa jika Sehun seorang Pangeran, lupa akan sopan santun, dan yang terpenting Jongin lupa jika Sehun bisa saja mengalami gangguan pendengaran akibat teriakan melengkingnya yang sama sekali tidak merdu.

"Jongin aku menunggumu di depan apartemen."

"Aku tahu! Maaf aku terlambat, tunggu sebentar aku segera keluar!" untuk kedua kalinya Jongin berteriak.

Tanpa memutus sambungan Jongin mencampakan ponselnya begitu saja beruntung ponsel itu masih mendarat di atas ranjang tempat tidur. Jongin melompat turun dari atas ranjang berlari tergesa-gesa menuju lemari pakaian. Membuka pintu lemari lebar-lebar, menyambar apapun yang dia lihat pertama kali. Jongin tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana penampilannya.

Ia membawa pakaian yang dipilih serampangan tadi ke dalam kamar mandi. Sepanjang ingatan Jongin baru dua kali dia mandi dengan kecepatan kilat seperti sekarang. Pertama saat dia terlambat di hari pertama sekolah SMA-nya dan yang kedua tentu saja sekarang.

Jongin bahkan terengah-engah ketika melesat keluar dari kamar mandi. Kembali ke kamar untuk mengambil ponsel dan dompet, Jongin melirik sekilas penampilannya di dalam cermin. "Anggap saja pantas." Ujarnya sebelum berlari keluar meninggalkan kamar dengan rambut yang belum tersentuh sisir sama sekali.

Menyambar sepatu Nike putih di dalam rak, Jongin nyaris terjungkal ketika mengenakannya. Setelah kedua sepatu berada di kedua kakinya dengan mulus, Jongin berdiri tegap, menarik napas dalam-dalam menenangkan diri. "Kau pasti bisa melalui kencan pertama ini dengan baik Jongin. Semangat!" Jongin menyemangati dirinya sendiri dengan topik yang sebenarnya tidak begitu penting.

Pintu apartemen terbuka, senyuman Jongin luntur. Dia sudah membayangkan Sehun akan berdiri di hadapannya tersenyum membawa buket bunga cantik tapi yang menyambutnya adalah dinding dan lorong kosong. "Apa dia sudah menyerah menungguku?! Jongin kau pengacau!" kesal Jongin.

Tangan kanannya yang menggenggam ponsel langsung berinisiatif untuk menghubungi Sehun atau mungkin otaknya yang bernisiatif untuk melakukannya, entahlah. Dua kali nada sambung suara Sehun menyambut pendengaran Jongin.

"Halo...,"

"Halo Sehun Sehun ada dimana?!" Jongin memotong ucapan Sehun dan mengajukan pertanyaan dengan cara menyebalkan.

"Di luar gedung, aku tidak ingin menarik perhatian karena membawa banyak pengawal."

"Banyak pengawal? Ada apa? Ada masalah?"

"Tidak ada, hanya pengawalan diperketat itu saja. Aku ceritakan nanti saja cepat keluar, kau lama sekali. Kenapa kau selalu membuatku menunggu?"

"Maaf." Jongin membalas singkat dengan menahan senyum. Ia putus sambungan telepon dengan Sehun kemudian bergegas pergi dengan jantung berdebar semakin keterlaluan.

Sehun berada di tempat yang dia sebutkan, di dekat taman apartemen. Dalam stelan mahal seperti biasa. Menatap Jongin tajam, langkah kaki Jongin berubah lambat ia nyaris menundukan kepala karena wajahnya tiba-tiba terasa panas

"Hai." Sapa Sehun sambil tersenyum suara berat Sehun sama sekali tidak membantu jantung Jongin untuk berdetak normal.

"Hai." Jongin membalas canggung.

"Kau tidur nyenyak tadi malam?" Sehun menahan tawa, dia sengaja menggoda Jongin yang kedua matanya tampak merah. Kemungkinan besar karena kurang tidur. Apa kencan hari ini benar-benar membebaninya.

"Tentu saja aku tidur dengan nyenyak." Jawab Jongin bersyukur suaranya tidak bergetar dan terdengar meyakinkan.

"Baiklah kita berkencan sekarang." Ujar Sehun dengan nada menggoda, tak lupa dia mengedipkan mata kanannya untuk membuat Jongin semakin tersipu. Jongin tersenyum tipis tangan kirinya terulur untuk melingkari lengan kanan Sehun.

"Jongin!" Sehun berteriak ketika tubuh Jongin terjatuh ke atas tanah.

"Amankan Pangeran Sehun!"

"Buat Barikade!"

"Giring Pangeran ke dalam mobil anti peluru!"

Teriakan seluruh pengawal itu nyaris tak terdengar. Jongin terbaring di atas tanah dengan darah segar mengalir dari dadanya. Hari ini seharusnya mereka berkencan, hari ini seharusnya mereka bersenang-senang.

"Pangeran!"

Sehun tidak peduli, dia tidak peduli jika harus mati di tempat ini. Sehun berlari menghampiri tubuh Jongin. Sehun menjatuhkan tubuhnya di sisi kanan tubuh Jongin, tidak peduli dengan tanah dan rumput yang mengotori jas mahalnya.

"Tidak, Jongin buka matamu. Jangan pergi aku mohon...," pinta Sehun dengan suara tersendat. "Jongin, Jongin, Jongin, Jongin." Kedua tangan Sehun mencoba menghentikan aliran darah pada dada Jongin.

"Pangeran!" para pengawal berusaha menjauhkan Sehun.

"Selamatkan Jongin! Selamatkan Jonginku!" teriak Sehun histeris.

.

.

.

"Rencana untuk menghabisi Jongin sudah disusun rapi."

Taehyung duduk bersandar pada pintu kamarnya, dia tidak menyangka ibunya akan memikirkan hal kejam seperti itu. Taehyung mencoba menenangkan diri dia tidak boleh panik untuk memikirkan cara keluar dari rumah ini. Memberitahu Sehun dan Jongin akan rencana jahat ibunya.

"Tolong! Vertigoku kambuh!" Taehyung mulai berteriak, dia berharap para pengawal di luar cukup percaya kemudian membukakan pintu kamarnya. "Aku mohon tolong! Aku tidak sanggup lagi! Bawa aku ke Rumah Sakit! Ibu!"

Taehyung bergegas membaringkan tubuhnya ke atas lantai kamar ketika mendengar suara derap langkah kaki. Duduk membungkuk sambil memegangi kepalanya. Dan menampakan wajah kesakitan. "Tolong...," kini Taehyung memohon dengan suara lemah.

Tidak lama, Taehyung merasakan tubuhnya terangkat. Kedua mata Taehyung terpejam setengah, ia terus merintih kesakitan.

"Apa yang terjadi?!" Nyonya Kim berteriak panik melihat putranya kesakitan dan berada di dalam gendongan salah satu pengawal.

"Vertigo Tuan Muda kambuh Nyonya." Jawab salah seorang pengawal.

"Rumah Sakit! Apa yang kalian tunggu! Buka pagar sekarang!"

Taehyung membuka kedua matanya, masih dengan ekspresi kesakitan. Pagar rumah dibuka lebar. Taehyung bersyukur sempat belajar bela diri meski hanya dasar. Taehyung menyikut perut pengawal yang menggendongnya menggunakan siku kanan seorang diri. Kesakitan, tubuh Taehyung dijatuhkan. Taehyung berlari sekuat tenaga hingga pengawal lain tidak sempat menghentikannya.

"Hentikan dia!" pekik Nyonya Kim.

Taehyung memaksa kedua kakinya bergerak lebih cepat, meski dia tidak mengenakan sepatu. Ia menoleh ke belakang cepat ada begitu banyak pengawal yang mengejarnya. Taehyung berbelok ke kanan mencoba mengecoh para pengawalnya. Tujuan utama Taehyung adalah jalanan utama, di tengah keramaian ia yakin para pengawal itu tidak akan bersikap ceroboh untuk menarik perhatian.

Taehyung berlari sekuat tenaga tapi para pengawal itu tetap mengejarnya, seolah mereka memiliki tenaga lebih. Napas Taehyung sudah sesak begitupun kedua kakinya yang terasa perih sekarang. Dan Taehyung tidak memiliki tenaga ketika seseorang menarik tubuhnya dan menggiringnya menuju ke dalam mobil.

Tunggu! Mobil sedan hitam itu terlihat tidak asing. "Jungkook." Bisik Taehyung.

Jungkook hanya mengeraskan rahang dan duduk di sisi kanan tubuh Taehyung. "Beruntung aku melewati rumahmu dan melihatmu berlari keluar." Ujar Jungkook.

"Jungkook...,"

"Ceritakan semuanya padaku nanti." Potong Jungkook. "Kakimu terluka."

"Aku tidak penting sekarang...,"

"Jongin hyung dan Sehun hyung ditembaki, kita pergi ke Rumah Sakit." Jungkook memotong kalimat Taehyung untuk kedua kalinya.

Taehyung bungkam, napasnya tercekat di tenggorokan. Terlambat, dia terlambat untuk menyelamatkan Jongin. menyelamatkan kakaknya. "Ba—bagaimana keadaannya?"

"Aku tidak tahu."

.

.

.

Sehun duduk seorang diri di ruang tinggi. Tidak, sebenarnya dia sama sekali tidak sendirian. Sepuluh orang pengawal menemaninya namun dia merasa sangat kosong sekarang. Di dalam sana, Jongin berada di ruang operasi dengan kemungkinan untuk selamat yang mungkin nyaris nol. Peluru itu menyerempet paru-paru kanan Jongin, membuat Jongin tercekik dan paru-parunya dibanjiri darah. Jongin benar-benar seorang diri, tidak ada keluarga maupun teman yang datang.

Sehun berharap hal ini hanya sementara, dia berharap masih ada seseorang yang peduli kepada Jongin. Sehun tidak mengerti mengapa Jongin dibenci? Sehun menyandarkan kepalanya yang terasa berat pada dinding dingin rumah sakit di belakang tubuhnya. Siapa yang melakukan tindakan kejam seperti ini?

"Hyung!" suara Jungkook menarik Sehun dari lamunannya. Ia menegakan posisi duduk tanpa berniat untuk menghampiri dan menyambut kedatangan sang adik, dia tidak memiliki tenaga untuk itu.

Jungkook langsung mendudukan dirinya di sisi kanan tubuh Sehun. "Kau baik-baik saja Hyung?!"

Sehun hanya mengangguk pelan, Jungkook memeluk Sehun erat. Sedangkan Taehyung tubuhnya langsung jatuh terduduk, kakinya lemas. Melihat anggukan Sehun dia tahu darah siapa yang menempeli kemeja Sehun.

Sehun memejamkan kedua kelopak matanya mencoba menikmati pelukan Jungkook, berterimakasih di dalam hati karena sang adik bersedia datang untuk memberinya simpati dan sedikit dukungan.

"Sehun, apa kau tahu manusia bisa membunuh tanpa alasan. Manusia itu bisa menjadi sangat kejam. Kau seorang Pangeran dan calon Raja, ada banyak orang yang berniat menghancurkanmu. Sehun, jangan lemah."

Ucapan sang Kakek ketika usianya dua belas tahun melintasi kepala Sehun, kedua matanya menatap Taehyung, lalu Jungkook yang masih memeluknya, dan semua pengawalnya. Sehun mendesis pelan ketika pikirannya mulai kacau dan dia berakhir dengan menaruh curiga kepada orang-orang di sekitarnya.

"Hyung akan pergi kemana?" Jungkook melempar pertanyaan ketika Sehun berdiri dari kursi yang didudukinya.

"Kamar mandi." Balas Sehun.

Dia perlu menjernihkan kepalanya agar dia tidak menaruh curiga kepada semua orang yang berada di dekatnya dan Jongin. Menarik napas dalam Sehun mengulurkan tangan kanannya pada Taehyung.

"Jangan duduk di lantai." Ujar Sehun ketika Taehyung mendongak menatapnya. "Jongin pasti baik-baik saja." Sehun melihat telapak kaki Taehyung yang terluka. "Bawa Taehyung ke ruang perawatan." Perintah Sehun kepada salah seorang pengawalnya.

Sehun menepuk pelan pundak kanan Taehyung sebelum melangkah menjauhi ruang tunggu menuju kamar mandi ditemani empat orang pengawal. Ia melirik ruang operasi dengan lampu merah yang masih menyala. "Jongin, jangan pergi." Sehun berujar di dalam hati penuh harap.

TBC

Untuk versi lengkap Take My Heart bisa cek di Wattpad aku ya, aku sekarang lebih aktif di Wattpad OnlyBoomiee92