My Enemy?

Casts:

-Jaehyun

-Johnny


Happy Reading


Jaehyun duduk dengan manis di dalam mobil. Hanya melihat keluar dan memperhatikan suasana jalan diluar sana. Jaehyun sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Seharusnya sih Jaehyun menggunakan motor hitam kesayangannya. Sudah dari dulu Ia lebih sering menggunakan motor sport hitamnya itu, lebih cepat dan menyenangkan juga menurut Jaehyun. Tapi kali ini Ia duduk di kursi penumpang mobil mewah ayahnya. Iya, Jaehyun pagi ini diantar oleh ayahnya. Ayahnya yang memaksa ingin mengantarnya. Bahkan tadi pagi mereka sempat sarapan pagi bersama pula. Sejak saat itu Jaehyun merasa ayahnya benar-benar berubah. Baru sehari dan ayahnya bahkan sudah seperti ini, Jaehyun tidak menyangka. Jaehyun melirik ayahnya yang sudah terlihat tampan dengan suit nya. Duduk dengan kaki disilangkan disampingnya sambil memperhatikan layar Ipad dipangkuannya, mungkin urusan pekerjaan. Didepannya ada Jongin, dan yang mengemudikan mobil adalah ayahnya Jongin orang kepercayaannya Yunho Appa nya.

"Appa, seharusnya jika sibuk tidak perlu repo-repot mengantar" Jaehyun membuka suaranya. Membuat Yunho yang dari tadi hanya terfokus pada Ipad nya kini menutup layar tersebut dan menyimpannya. Yunho baru sadar seharusnya Ia lebih banyak berinteraksi dengan anaknya ini daripada pekerjaannya yang bisa dikerjakan di kantor.

"Tidak, aku ingin mengatarmu sekali-sekali. Lagi pula selama ini aku sedikit khawatir dengan dirimu yang selalu menggunakan motor hitammu itu, perjalanan menggunakan motor lebih berisiko" Yunho merapikan kerah baju anaknya yang sedikit tidak rapi itu. Akhirnya dirinya bisa berkesempatan untuk mengantar Jaehyun ke sekolahnya. Selama ini dia hanya bisa was-was dengan anaknya yang mengendarai kendaraan roda dua ke sekolahnya. Takut nanti terjatuh, atau jika hujan nanti kehujanan, jika cuaca sedang dingin bagaimana? Itu yang selama ini selalu ada dibenak Yunho setiap kali melihat anaknya berangkat ke sekolah dengan motornya. Lagi pula belum pernah sekali pun Yunho memiliki memori mengantarkan anaknya ke sekolah. Dari Jaehyun duduk disekolah dasar sampai sekarang sekolah menengah, baru kali ini Yunho memiliki kesempatan untuk mengantar Jaehyun ke tempat Ia mengenyam pendidikan.

"Aku hanya takut mengganggu waktu Appa"

"Tidak sama sekali"

Jongin tersenyum mendengarnya. Ia melirik Jaehyun melalui kaca, Jaehyun benar-benar terlihat sangat senang hari ini. Dari sejak tadi pagi, suasana kediaman keluarga Jung memang sedikit berubah. Bahkan tadi Jongin melihat mereka sempat sarapan pagi bersama, biasanya Jaehyun akan sarapan sendirian karena kedua orang tuanya yang sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali.

Mobil mereka kini telah sampai di depan gerbang sekolah Jaehyun. Jaehyun sudah memakai ranselnya dan akan bergegas keluar. Ia membungkuk sopan kepada Yunho dan mengucapkan terimakasih, juga kepada ayahnya Jongin yang mengemudikan mobil.

"Jaehyun"

"Ya?" Jaehyun tidak jadi membuka pintu mobilnya saat ayahnya memanggilnya.

"Bisakah kau tidak pergi ke club malam lagi?"

Jaehyun melebarkan matanya dan melirik Jongin. Bukan hanya Jaehyun yang terkejut, Jongin juga sudah membeku di tempat duduknya. Jaehyun menatap tajam Jongin namun Jongin hanya menggeleng kaku seolah mengatakan 'Bukan aku yang mengatakan kepada ayahmu'. Jaehyun kembali menatap ayahnya dan kemudian menunduk. Apakah Ia akan membuat ayahnya marah lagi? jadi selama ini ayahnya tau jika dirinya sering pergi ke tempat terlarang untuk anak seusianya itu.

"Jangan kau pikir Appa tidak tau Jaehyun. Memangnya Appa tidak pernah tau jika kau sering memanjat tembok pagar belakang rumah pada malam hari untuk pergi ketempat seperti itu? Appa tau semuanya termasuk dirimu yang juga sering mabuk disana"

Jaehyun hanya menunduk diam, dan meremas ujung blazer seragamnya. Melihat Jaehyun yang seperti itu Yunho hanya terkekeh pelan dan mengacak rambut coklat anaknya ini.

"Appa tidak marah padamu. Appa hanya ingin kau tidak mengunjungi tempat itu lagi. Appa tidak suka"

"Maafkan aku, aku tidak akan pergi ke tempat itu lagi. Janji"

Yunho tersenyum dan mengangguk "Kau sudah janji, tidak boleh ingkar janji. Sudah sana, nanti kau terlambat"

"Sampai jumpa Appa. Jongin Hyung bye" Jaehyun melambaikan tangannya kepada Jongin dan kini Ia benar-benar keluar dari mobil dan masuk ke gerbang sekolahnya.

"Maafkan saya tuan, membiarkan Jaehyun pergi ke tempat seperti itu" setelah kepergian Jaehyun kini Jongin meminta maaf kepada Yunho. Jujur Ia tidak pernah tau jika Yunho selama ini mengetahui segalanya. Pasti Yunho mendapatkan informasi dari ayahnya, karena Jongin mendengar ayahnya hanya terkekeh pelan.

"Tidak apa. Aku justru berterimakasih kau telah menjaganya"

.

.

.

Jaehyun berjalan dengan langkah ringan. Hari ini mood nya benar-benar luar biasa baik. Dia terus-terusan menahan senyumnya namun gagal, kedua ujung bibir itu pasti tetap tertarik walau hanya sedikit, membuat kedua dimple nya yang selama ini tersembunyi terlihat. Setiap orang yang melihatnya hari ini benar-benar terpana melihatnya. Sudah terpana makin terpana saja melihat Jaehyun yang selama ini hanya membawa aura yang menyeramkan kini terlihat sangat ceria hari ini.

"Winwin" Jaehyun sedikit berlari menghampiri teman dekatnya itu. Ia langsung merangkul Winwin yang hampir hilang keseimbangan karena ulah Jaehyun "Good morning" sapanya ramah sambil tersenyum.

Winwin hanya melongo melihatnya. Tangannya menyentuh dahi Jaehyun. Seolah ingin memeriksa suhu tubuh teman dekatnya ini. "Kau tidak sakit kan?"

"Aku baik-baik saja"

"Kau aneh sekali hari ini Jaehyun. Sangat mengerikan"

"Apa yang aneh?" Jaehyun memperhatikan dirinya, sepatunya, seragamnya, merapikan rambutnya. Semuanya baik-baik saja menurut Jaehyun. Tidak ada yang aneh "Apa penampilanku aneh? Seragamku berantakan?"

"Bukan itu. Tapi ini nih...ini..." Winwin menusuk pipi Jaehyun dimana dimple manis itu terus muncul dari sana dengan telunjuknya "Kau dari tadi tersenyum terus. Itu bukan Jaehyun yang ku kenal"

"Ck...tersenyum salah, cemberut salah. Aku harus bagaimana?"

"Katakan. Apa yang membuatmu senang? Jung Jaehyun yang senang sekalipun tidak pernah tersenyum selebar ini"

Jaehyun hanya diam saja, mengangkat kedua bahunya. Kesenangannya hari ini tidak bisa disampaikan dengan kata-kata. Seumur hidupnya Ia belum pernah sesenang ini. Tidak ada yang dapat memahami persasaan Jaehyun hari ini. Karena hal sederhana...oh bukan sederhana lagi, tapi hal luar biasa yang dilakukan ayahnya kepada Jaehyun benar-benar meningkatkan mood baiknya sampai ke titik yang paling menyenangkan. Seperti ada perasaan berbunga-bunga didalam dadanya, samua yang Jaehyun lihat hari ini sungguh berwarna tidak hitam putih seperti biasanya. Iya, seperti itulah perasaan Jaehyun sekarang.

Jaehyun dan Winwin masuk ke kelasnya dan langsung duduk di tempat mereka. Tempat duduk paling pojok belakang di dekat jendela. Jaehyun hari ini terdengar bawel sekali. Winwin terus saja mendapatkan pertanyaan dari temannya itu seperti "Winwin, bagaimana pekerjaan part time mu? Apakah melelahkan?" "Apa kau sudah mengerjakan tugas?" "Hari ini kau akan ke perpustakaan atau tidak?" "Oh iya, apa kau ingin menonton film terbaru? Ayo pergi menonton bersamaku" Winwin hanya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secukupnya, karena jujur Ia baru pertama kali ini menghadapi Jaehyun yang banyak bicara seperti ini. Benar-benar seratus delapan puluh derajat berbeda dari Jaehyun yang biasa di kenalnya. Jaehyun bahkan banyak tertawa hari ini. Dan tempat duduk mereka benar-benar menjadi pusat perhatian karena seluruh teman sekelasnya juga merasa aneh dengan Jaehyun hari ini. Tak sedikit teman wanita yang berbisik mengagumi ekspresi Jaehyun hari ini. Ayolah, Jaehyun yang biasa terlihat suram dan mengerikan saja masih terlihat tampan dan dikagumi banyak orang, apalagi Jaehyun yang banyak tersenyum dan tertawa hari ini, semua orang benar-benar terpana padanya. Tak sedikit teman-teman sekelasnya yang diam-diam mengambil gambar Jaehyun dengan kamera ponsel mereka. Karena Jaehyun benar-benar tampan dan manis luar biasa hari ini.

"Wah...aku seperti melihat pelangi di pagi hari ini"

Jaehyun dan Winwin menoleh ke arah Johnny. Orang yang duduk di kursi samping mereka, yang baru saja datang bersama Yuta. "Jangan melihat kearah ku Jung Jaehyun. Kau cerah sekali, aku silau" Johnny menutup matanya dengan sebelah tangannya seolah Ia baru saja terkena cahaya yang menyilaukan mata. Yuta hanya mendengus melihatnya. Jaehyun pada awalnya hanya menatap Johnny dengan pandangan datar, namun sedetik kemudian dia tersenyum dan tertawa pelan. Johnny terkejut dibuatnya, Ia mengerjapkan matanya.

"Istirahat nanti aku ingin bicara denganmu" tepat setelah Jaehyun mengatakan hal itu kepada Johnny, bel sekolah berbunyi menandakan waktu belajar akan segera dimulai.

"Hey, Yuta apa kau lihat tadi? Dia tersenyum dan tertawa kepadaku, kau lihat tidak?" Johnny mengguncangkan tubuh Yuta yang duduk disampingnya, sementara Yuta hanya mengangguk dengan pandangan kosong, well Yuta juga terkejut dengan Jaehyun tadi "Dia bilang ingin bicara padaku nanti. Ya tuhan, kenapa aku jadi gugup?" Johnny memegang dadanya yang sedikit berdebar. Oh iya, mungkin semua orang belum tau bahwa senyum manis Jaehyun adalah kelemahannya. Jarang terlihat tetapi kadang selalu masuk kedalam bayangan Johnny betapa manisnya senyum yang dihiasi dimple di kedua pipinya itu. Sekarang sudah tidak perlu dibayangkan lagi karena dengan jelas tadi Jaehyun tersenyum dengan manisnya kepadanya.

.

.

.

Johnny dan Jaehyun kini berdiri berdampingan memandang pemandangan lapangan sekolah yang ramai dari atap sekolah. Angin yang sedikit kencang membuat rambut mereka melambai-lambai dan dasi yang mereka kenakan sudah sedikit berkibar seperti bendera. Tidak ada yang bicara diantara keduanya. Mereka berdua masih terdiam memandangi orang-orang dibawah sana yang masih asik bermain basket dan setengah lapangan lagi di gunakan untuk bermain sepak bola. Jaehyun yang pertama kali mengajak Johnny untuk ke atap sekolah saat bel istirahat berbunyi dan sekarang disinilah mereka.

"Aku melewatkan waktu istirahat dan makan siangku hanya untuk mendengar apa yang ingin kau katakan padaku dan sekarang kau hanya diam saja" Johnny mengubah posisinya. Kini Ia bersandar pada tembok pembatas di atap sekolahnya ini, agar Ia bisa berhadapan dengan Jaehyun dan memandang Jaehyun langsung.

"Ini jika kau memang lapar" Jaehyun mengeluarkan sebungkus onigiri dari kantong blazer seragamnya dan mengulurkannya kepada Johnny.

"Itu milikmu"

"Aku punya dua. Yang satu ini memang sengaja ku belikan untukmu" Jaehyun mengeluarkan lagi sebungkus onigiri di kantong lain blazer seragamnya.

"Thank you" Johnny menerimanya. Kini mereka memegang bungkus onigiri mereka masing-masing namun tidak ada satupun dari mereka yang membukanya dan memakannya. Hanya dipegang saja di genggaman tangan mereka.

"Kau ingat kata-katamu padaku waktu itu?"

Johnny memiringkan kepalanya dan mengerutkan keningnya. Rambut hitamnya melambai-lambai karena angin yang berhembus menutupi sedikit matanya. Namun Jaehyun masih bisa melihat raut bingung dari wajah orang yang berdiri dihadapannya. Dan baru kali ini Jaehyun menyadari bahwa teman sekelasnya itu terlihat tampan dengan rambut hitamnya.

"Aku pernah bertanya padamu bagaimana rasanya punya ayah yang menyenangkan, kau ingat?"

Johnny mengangguk. Ia memasukan onigirinya ke kantong celananya, bersamaan dengan kedua tangannya yang juga Ia masukan ke dalam saku celana.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku itu, tapi aku ingat kata-katamu padaku waktu itu, kau mengatakan Dia menyayangimu Jaehyun, dengan caranya sendiri hanya saja kau tidak tau. Aku selalu mengingat kata-katamu itu. Dan hari ini aku membuktikannya"

"Benarkah?" Johnny sebenarnya sudah tidak terkejut lagi. Semua sikap Jaehyun hari ini yang sangat ceria sebagai buktinya. Johnny sudah tau alasan dibalik senyum cerah Jaehyun hari ini. Pasti karena ayahnya.

"Ayahku tanpa sepengetahuanku selalu memperhatikanku. Mengetahui semua yang aku lakukan, termasuk diriku yang sering datang ke club malam dan terkadang mabuk disana. aku benar-benar terkejut ketika ayahku mengatakan Ia mengetahui itu selama ini. Ia tidak pernah menegurku jadi ku pikir Ia tidak peduli" Jaehyun menunduk, menatap onigiri yang dipegangnya, Ia memainkan onigiri yang ada ditangannya, membuat suara kecil yang ditimbulkan dari pelastik yang membungkus onigiri berbentuk segitiga tersebut.

"Ternyata aku salah" lanjutnya "Aku salah berpikir jika Ia tidak peduli padaku. Pada kenyataannya Ia selalu mengkhawatirkanku. Bahkan tadi pagi Ia mengatakan bahwa dirinya khawatir ketika aku mengendarai motorku karena itu terlalu berisiko. Setiap malam Ia tau bagaimana diriku yang diam-diam selalu memanjat tembok pagar belakang rumah untuk pergi ke club malam. Ia peduli padaku hanya saja Ia tidak pernah menunjukkannya. Perkataanmu benar, Ia menyayangiku dengan caranya sendiri, ayahku mungkin hanya diam saja melihatku tapi dalam lubuk hatinya Ia mengkhawatirkanku" Jaehyun sedikit menarik kedua ujung bibirnya. Matanya sudah berair mengingat bagaimana ayahnya menyayanginya dan dirinya yang memandangnya sebelah mata dan tidak menyadarinya. "Aku tidak tau itu"

Johnny yang masih diam kini hanya tersenyum mendengar perkataanterpanjang yang pernah keluar dari mulut Jaehyun yang lebih sering diam. Keluar sudah sifat asli Jaehyun, terbuka sudah topengnya. Seperti inilah Jaehyun yang sebenarnya. Yang tidak menutup-nutupi perasaannya. Johnny sangat senang kini Jaehyun mulai sedikit terbuka. Tidak lagi menutupi perasaannya dengan wajah dinginnya. Bahkan sampai mau berbicara panjang lebar seperti ini dengannya, orang yang selama ini jadi partner bertengkarnya.

"Sepertinya ayahmu mengerti apa yang aku katakan padanya"

Jaehyun mengangkat wajahnya yang tertunduk dan menatap Johnny yang ada dihadapannya. Ia memasukan bungkus onigri yang masih utuh kedalam saku blazerya.

"Aku waktu itu hadir di acara yang diadakan oleh ayahmu dan aku berbicara dengannya"

"Kau bertemu ayahku?"

Johnny mengangguk "Ayahmu orang yang sangat keren, aku iri" Johnny membuat Jaehyun terkekeh pelan mendengar perkataannya.

"Memangnya apa yang kau katakan padanya?"

"Banyak" Johnny menyisir rambutnya dengan jari-jarinya, percuma saja karena setelahnya rambutnya kembali terbelai oleh angin "Tapi aku mengatakan kepada ayahmu kalau kau ingin kembali ke masa lalu, kau ingin mengulang dan memperbaikinya"

Jaehyun melebarkan kedua matanya terkejut "Bagiamana kau..."

"Bagaimana aku bisa tau? aku mendengarnya sendiri, saat kau berdiri dan menangis didepan makam nenekmu"

"Kau mengikutiku?" Mata Jaehyun memicing menatap tajam Johnny dihadapannya yang hanya tertawa pelan.

"Iya, aku mengikutimu waktu itu karena penasaran akan pergi kemana kau dengan sebuket kecil bunga lili putih. Dan aku berakhir melihatmu berdiri dan menangis dihadapan makam nenekmu. Aku mendengar semua yang kau katakan. Dan ku pikir apa yang seharusnya kau katakan itu didengar oleh ayahmu, maka dari itu aku menyampaikannya kepada ayahmu. Kalian berdua hanya tidak bisa menyampaikan perasaan kalian masing-masing"

"Benar" Jaehyun tersenyum dan menyetujui pernyataan Johnny "Terimakasih"

"Untuk?"

"Semuanya. Aku kembali merasakan pelukan hangat ayahku lagi karena dirimu"

Johnny tersenyum jail sambil memandang Jaehyun "Aku tidak puas jika hanya mendapat ucapan terimakasih saja"

"Lalu kau mau apa? Mau ku traktir?"

"Bukan"

"Ya kau maunya apa?"

"Beri aku pelukan juga. Aku kan sudah berhasil membuat ayahmu mau memelukmu lagi" Johnny membuka kedua tangannya, seolah Ia siap menyambut Jaehyun kedalam pelukannya. Sejujurnya, Ia hanya sedang menggoda Jaehyun saat ini. Sementara Jaehyun hanya melebarkan matanya dengan kedua pipinya yang sedikit memerah.

"Kenapa diam saja, ayo sini" ucap Johnny sambil mengangkat sebelah alisnya. Ia sangat puas melihat wajah Jaehyun yang seperti itu. Sudah berkali-kali Johnny melihat wajah bersemu Jaehyun ketika Ia menggodanya.

"Aku tidak mau!" Jaehyun kembali dengan suara juteknya dan Johnny hanya tertawa mendengarnya. bel sudah berbunyi menandakan waktu istirahat sudah selsai. Keduanya kini terdiam, tidak ada yang beranjak dari tempatnya untuk kembali ke kelas.

Namun dengan seketika Jaehyun melangkahkan kakinya. Mendekat kearah Johnny, dan memeluk orang yang lebih tinggi darinya ini. Johnny tentu saja terkejut dengan pelukan Jaehyun yang seketika ini, sedikit erat dan Johnny dapat mendengar jelas Jaehyun yang berkata padanya walau dengan suara yang pelan.

"Terimakasih, untuk semuanya" selama beberapa detik mereka berada dalam posisi seperti itu, dan kemudian Jaehyun melepas pelukannya. Ia tidak berani menatap Johnny, langsung melangkah kearah pintu dan keluar dari sana. Jika saja Johnny dapat melihatnya, wajah yang memerah di kedua pipi putih Jaehyun. Johnny juga masih mematung di tempatnya, butuh beberapa detik untuk dirinya tersadar. Ia menghembuskan napasnya, dadanya benar-benar berdegup kencang, entah kenapa.

"Ya tuhan" Ia hanya menggoda Jaehyun tadi, tapi Ia tidak menyangka jika akan benar-benar mendapat pelukan dari teman sekelasnya itu. Dan tentu saja Johnny senang, senyum yang keluar dari bibirnya sebagai buktinya.

.

.

.

Jaehyun menempelkan sebuket kecil bunga lili putih di rak dengan tutup kaca dimana abu sang nenek di simpan. Tak hanya satu, karena setelah Jaehyun menempelkan buket bunganya, seseorang juga menempelkan buket bunga yang sama di samping buket bunga Jaehyun. Hari ini Jaehyun kembali lagi ke makam neneknya, Ia tidak sendiri, ada seseorang yang menemaninya.

"Annyeonghaseyo" Johnny membungkuk sopan seolah Ia benar-benar berhadapan dengan orang yang bersemayam disana. Ya, hari ini Jaehyun ditemani oleh Johnny. Johnny yang memaksa karena katanya Ia tidak sempat datang di hari kematian neneknya itu, dan Johnny ingin menebusnya hari ini. "Aku datang lagi kesini, dan kali ini aku datang dengan sopan"

"Grandma, dia temanku"

"Bukan, aku musuhnya" sahut Johnny.

"Ah iya benar, dia musuhku, dia pernah memukulku"

"Aku juga pernah di pukul oleh cucu mu ini" balas Johnny, yang disambut lirikan tajam oleh Jaehyun.

"Aku memang musuhnya, tapi sekarang sudah tidak lagi. Aku lelah bertengkar dengannya. Oh iya, aku akan sedikit menceritakan bagaimana Jaehyun ketika disekolah"

"Diam!" Jaehyun menutup mulut Johnny. Jaehyun merupakan orang yang percaya bahwa setiap apa yang dikatakan didepan makam neneknya ini akan didengar oleh mendiang neneknya. Ia tidak ingin neneknya mendengar hal yang aneh-aneh dari mulut Johnny.

Johnny melepaskan dengan paksa tangan Jaehyun, dan memegangnya agar Jaehyun tidak menutup mulutnya kembali "Jaehyun itu tidak pandai bergaul, temannya sedikit sekali, dia orang yang dingin dan pendiam. Dia galak sekali dan semua orang takut padanya, sungguh"

"Hey!" Jaehyun protes atas ucapan Johnny, dan mencoba melepaskan genggaman tangan Johnny, bukannya terlepas Johnny malah merangkul erat dirinya.

"Tapi itu dulu" lanjutnya "Sekarang tidak lagi. Sekarang Jaehyun jadi banyak tersenyum, banyak orang yang ingin berteman dengannya. Dia sudah tidak menutupi diri lagi dengan topeng dingin diwajahnya. Semua orang sekarang sudah bisa melihat dimple manisnya. Jung Jaehyun cucu mu ini sekarang berubah menjadi lebih manis dan ceria, aku menyukainya"

Jaehyun yang terkunci dirangkulan Johnny kini melirik Johnny tajam "Apa maksudmu?"

"Aku menyukai senyumnya, karena sangat manis. Dan karena senyumnya juga aku tertarik padanya" Johnny mengatakan bagaimana perasaannya kepada Jaehyun walau tetap memandang lurus kedepan tepat di foto wanita cantik yang ada didalam sana. Seandainya Johnny mau melirik Jaehyun maka dia sudah melihat kedua pipi dan telinga Jaehyun yang memerah "Jadi tolong sampaikan kepada cucumu ini jika aku tertarik padanya. hmm...mungkin aku menyukainya? Entahlah, bilang padanya jangan terlalu sulit untuk didekati"

"Apa yang kau katakan? Lepaskan!" Jaehyun dengan susah payah melepaskan diri dari rangkulan Johnny. Ia merapikan pakaian dan rambutnya untuk mengalihkan rasa gugupnya "Jangan dengarkan dia grandma, dia hanya bergurau"

"Aku serius"

"Tidak usah di dengarkan grandma"

"Grandma mu pasti tau mana yang berbohong dan tidak" Johnny tersenyum, sementara Jaehyun hanya berdeham. Ia benar-benar salah tingkah dibuatnya. "Nyonya, cucu mu benar-benar sangat menggemaskan, lihat wajahnya memerah"

"Hentikan!"

"Sepertinya aku bukan tertarik lagi padanya, aku sudah masuk ke taraf dimana aku menyukainya. Apa yang dikatakan adikku sepertinya benar, karena aku tidak bisa berhenti memikirkannya"

"Berhenti bergurau Johnny Seo"

"Kau mau bukti?"

Johnny sedikit merunduk, dan dengan seketika Ia mengecup pelan pipi putih dan mulus Jaehyun. Membuat Jaehyun membeku dan terpaku, Ia menatap Johnny dengan mata yang sedikit melebar, menatap tepat di manik kecoklatan milik Johnny. Johnny yang tersenyum lembut kepadanya membuat kedua pipi Jaehyun benar-benar memerah. Jaehyun menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Ia benar-benar malu dengan apa yang dilakukan Johnny tadi dan itu membuat Johnny terkekeh pelan.

"Sepertinya cucu mu tidak masalah jika aku menyukainya karena jika tidak seharusnya Ia memukulku. Lihatlah cucumu ini, dia malah seperti ini aku jadi gemas"

"Hentikan! Issh...grandma aku tidak tahan, sepertinya aku harus pulang. Sampai jumpa" Ia membungkuk dengan cepat di depan makam neneknya dan dengan langkah seribu meninggalkan tempat tersebut. Johnny juga membungkuk sebelum Ia berpamitan dan kemudian menyusul Jaehyun. Dengan sigap Ia meraih bahu Jaehyun. mendekapnya didalam rangkulannya.

"Kenapa kau buru-buru sekali? Jung Jaehyun-ssi"

Jaehyun tidak menjawab dan hanya menatap lurus kedepan. Ia masih tidak berani menatap mata Johnny setelah apa yang dia lakukan dan katakan tadi. Bagaimana Johnny bisa dengan santainya mengecup pipinya dan mengatakan hal sepertiitu? sementara dirinya saat ini merasakan degup jantung yang tidak karuan. Jaehyun hanya tidak tau saja jika Johnny juga merasakan hal yang sama seperti dirinya. Jantungnya juga berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Aku lapar, ayo kita makan dulu setelah itu aku akan mengantarmu pulang"

"Johnny" Jaehyun menghentikan langkahnya dan juga Johnny yang ikut berhenti. Kini Ia memberanikan diri menatap manik kecoklatan milik Johnny "Kau tidak serius dengan kata-katamu tadi kan?"

"Aku serius" Johnny berkata dengan sungguh-sungguh. Dan Jaehyun tidak menemukan adanya kebohongan dari manik mata kecoklatan milik Johnny itu.

"Tapi..."

"Aku tidak bercanda untuk yang tadi. Aku benar-benar serius. Haruskah aku mengulangnya?"

"Tidak...aku sudah cukup jelas mendengarnya" Jaehyun kembali melanjutkan langkahnya.

"Jika kau cukup jelas, berarti kau mengerti apa maksudku kan?" Johnny menyamakan langkahnya disamping Jaehyun, dan Jaehyun hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Johnny "Diam kuanggap sebagai Iya" dan Jaehyun tetap tidak bersuara untuk menanggapi Johnny.

.

.

.

Suasana sekolah hari ini cukup ramai karena jam istirahat sedang berlangsung. Lapangan, kantin, koridor kelas, ruang club semuanya ramai dipenuhi siswa yang sedang menghabiskan waktu istirahat mereka setelah melalui sesi pertama pelajaran. Suara musik menggema disetiap sudut sekolah sebagai teman para siswa, guru dan juga staff lain menemani waktu istirahat dan makan siang mereka. Jaehyun dan Johnny yang bertugas sebagai DJ radio sudah duduk dengan santai dibalik meja siaran mereka. Menunggu lagu yang mereka putar selsai, sambil membaca naskah yang sudah disediakan oleh Renjun dan Jeno. di detik-detik terakhir lagu, mereka bersiap menggunakan headphone mereka dan mulai mendekatkan diri kearah microphone.

"Ya itu tadi lagu dari Wanna one-Beautiful. Hmm...semua siswi disini sangat suka dengan lagu yang barusan diputar" Johnny memulai pembicaraannya setelah lagu benar-benar berhenti berputar.

"Lagu yang indah sesuai judulnya, Beautiful"

"Benar, dan Jaehyun yang ada disampingku ini juga beautiful"

"Ng..." Jaehyun kehabisan kata-katanya dan terkekeh pelan untuk mengurangi rasa canggungnya "Oh iya, sebentar lagi adalah acara puncak dari anniversary sekolah kita, apa kau ingat?" Jaehyun berhasil menemukan alasan untuk mengubah topik dan perhatian, terimakasih kepada Jeno dan Renjun yang menyelamatkannya dengan naskah yang mereka tulis.

"Benar sekali. Aku dengar pertandingan basket, sepak bola dan juga tennis sudah memasuki final. festival dance juga. Itu menjadi tanda acara puncak dari penyambutan anniversary sekolah kita"

"Apa kau sudah melihat pengumuman yang dipasang di mading?"

"Aku sudah melihatnya. Mungkin untuk kalian yang belum melihat pengumuman tersebut, Jaehyun bisa memberitahunya, apa itu?"

Jaehyun membalik naskah yang ada ditangannya. Dan mulai membaca isinya "Sekolah kita akan mengadakan pesta untuk merayakan hari jadinya. Tepat di hari minggu. Dan ada yang unik di pesta ini"

"Yup, selain dress code, apalagi hal yang unik?"

"Pasangan, kalian harus membawa pasangan kalian" Jaehyun meletakan naskah yang dipegangnya dan membenarkan posisi headphone nya "Sejujurnya aku tidak suka dengan tema seperti ini"

"Why?"

"Jika ada orang yang tidak memiliki pasangan bagaimana?"

"Kau bisa mengajak temanmu"

"Benar juga"

"Nah untuk kalian yang mungkin belum memiliki pasangan untuk datang ke pesta itu, kalian harus mulai mengajak teman kalian sebelum teman kalian pergi bersama orang lain. Tapi kau tidak bisa mengajak Jaehyun"

"Kenapa? Apa aku harus pergi sendiri? Aku akan mengajak Winwin"

"Tidak..tidak..tidak boleh. Karena Jaehyun akan menjadi pasangan ku"

Jaehyun langsung memandang Johnny tajam karena perkataannya barusan. Mulutnya terbuka seolah berkata 'Hentikan! Kita lagi siaran' namun Johnny hanya mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Johnny dan Jaehyun tidak tau saja bahwa seluruh siswa dikantin dan sebagian yang ada di kelas sudah menyoraki mereka. Ada sebagian yang kecewa karena tidak bisa mengajak dua bintang sekolah yang akhir-akhir ini terlihat sangat bersahabat tersebut.

"Hahaha" Jaehyun tertawa canggung mencoba mencairkan suasana "Johnny hanya bercanda saja teman-teman"

"Aku tidak bercanda. Aku serius. Nanti akau akan menjemputmu di rumahmu" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya jail kepada Jaehyun.

"WOAAAAH" begitulah sekiranya suara riuh orang-orang yang sedang mendengar siaran mereka berdua.

"Aku tidak bilang Iya" ucap Jaehyun tegas.

"Aku tidak menerima penolakan!"

"Kau memaksa"

"Iya, aku memaksa"

"Hei!"

Dan begitulah mereka berujung saling bertengkar. Namun bertengkar yang tidak butuh untuk dipisahkan. Taeil yang mendengar siaran itu di ruang osis hanya geleng-geleng kepala mendengar dua juniornya. Setidaknya dia tidak perlu berlari dari sini ke ruang broadcast untuk memisahkan dua orang tersebut, karena pertengkaran mereka yang satu ini menjadi menyenangkan untuk didengar. Menjadi hiburan tersendiri bagi semua penghuni sekolah.

"Anyway. Jaehyun akan menjadi pasangan ku di pesta nanti. Kalian jangan coba-coba mengajaknya. Dia sudah taken"

"Hentikan!"

"Ouw...kalau kalian melihat Jaehyun pasti kalian akan gemas karena kedua pipinya yang memerah saat ini"

"JOHNNY SEO!"

Johnny tertawa puas setelah menggoda Jaehyun. Siaran mereka terdengar menyenangkan, yah walaupun diselingi dengan perdebatan kecil tapi tetap sangat menghibur untuk para pendengar. Dulu mereka bertengkar hebat saat disatukan dalam satu siaran bersama. Sampai menciptakan suasana intens yang menegangkan. Kini mereka tetap bertengkar namun dalam konteks lain. Biar bagaimanapun Jaehyun dan Johnny tidak akan bisa dipisahkan dari perdebatan kecil, mungkin memang itu ciri khas mereka. Hanya saja status musuh dalam diri mereka mungkin sudah bergeser menjadi teman atau mungkin lebih. Entahlah, hanya mereka yang tau. Oh ya, dan hal yang paling penting, mereka sekarang bertukar teman sebangku. Jaehyun tidak lagi duduk bersama Winwin, Ia kini sebangku dengan Johnny. Dan sebagai gantinya Yuta, teman sebangku Johnny menggantikan Jaehyun duduk sebangku dengan Winwin.

"Winwin, kau pergi ke pesta denganku yah. Mau tidak?"

Winwin hanya mengangguk menanggapi ajakan Yuta yang sudah mengepalkan tangannya karena senang tidak mendapat penolakan. Ia menoleh kearah Ten dan menjulurkan lidahnya mengejek temannya yang masih belum tau akan pergi dengan siapa.

"Sialan" Ten bergumam pelan setelah mendapat ejekan dari Yuta. Ia sampai sekarang bahkan belum menemukan teman untuk pergi ke pesta. Ten itu sangat suka pesta dan akan memalukan jika Ia datang sendiri.

"Mau datang ke pesta bersamaku?" Ten menoleh kearah seseorang yang baru saja mengajaknya. Ia menemukan wajah yang jelas sangat familiar, yang semua orang tau betapa mengangumkannya orang ini. Wajah manga yang terlihat tidak nyata sangat tampan dan menjadi pujaan nomer satu semua orang, Lee Taeyong.

"Awalnya aku ingin mengajak Jaehyun. Tapi kau dengar sendiri kan?"

"Sure" ucap Ten dengan mantap. Ia tidak perlu repot lagi mengajak orang untuk pergi bersamanya karena idola nomer satu di sekolah ini datang sendiri kepadanya. Ia melirik Yuta dan memberikan seringai sombongnya kepada temannya itu, yang tentu saja Yuta tidak peduli.


"Terkadang musuhmu, jauh mengenalmu lebih baik dibandingkan dengan teman dekatmu sendiri"


END


Holaaaaaaaaa~

akhirnya ini sudah End hahahaha, maafkan jika akhirnya tidak memuaskan. maafkan...maafkan...maafkan *bow 90 derajat

harusnya ini di post tiga hari setelah chapter sebelumnya di post. chapter sebelumnya di post pada tanggal 18 Desember dan tepat setelah Star post chapter itu, Star dan mungkin kalian juga mendapat kabar yang benar-benar tidak menyenangkan. I'm a hardcore Shawol jadi kalian pasti mengerti apa maksudku. yup, aku bener-bener hancur, dan sedih bukan main pas denger kabarnya, nangis selama dua hari itu melelahkan. seperti ditinggal kekasih untuk selamanya. bahkan Star sampai pernah membuat satu fic dengan judul dan tema dari lagu ciptaannya. sungguh Star benar-benar sangat sedih, bahkan sampai detik ini

Sudahlah lupakan kesedihan yang Star rasakan. kali ini Star persembahkan chapter terakhir dari ff ini. yang gak nyangka bakal menyentuh 13 chapter, ff yang pada awalnya hanya numpang lewat dan tidak tau mau dibawa kemana. akhirnya ini end dengan tidak jelasnya. maafkan kalau mengecewakan. Star sudah berusaha sebaik mungkin di tengah hati yang gundah dan kacau.

Kalau Star baca review kalian di chapter sebelumnya, banyak yang bilang pada nangis yah hahaha Star penasaran deh "Apakah kalian benar-benar menangis?" ayooo jawab jujur hahaha. Jujur Star sangat heran dengan ff ini yang mendapatkan banyak like dan juga follow. ff yang sangat gak jelas ini mendapat banyak like dan follow itu menurut Star sangat luar biasa. but, thank you very much untuk kalian semua yang sudah setia mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir yang gak jelas ini. sungguh Star sangat berterimakasih karena sudah menghargai tulisan Star yang masih jauh dari kata sempurnya ini.

Mohon kritik dan sarannya agar kedepannya Star dapat memperbaiki tulisanku yang selanjutnya. Oh ya, Star akan hiatus untuk waktu yang lama (padahal dari kemaren juga udh hiatus gak update-update) jadi untuk kalian yang mungkin mengikuti fic sebelah -In Tied Blood- dimohon sangat untuk bersabar. mungkin sampai tahun depan yang entah kapan. sebenarnya diriku juga sudah gatal untuk lanjut fic yang satu itu tapi apa daya waktu yang tidak mendukung. jadi mohon bersabar yang guys, akan tetep dilanjut kok, yaaah tapi lama hahahaha

Sekali lagi, terimakasih untuk kalian semua yang sudah like dan follow fic aneh ini. terutama kalian yang memberikan review, terimakasih banyak. tidak bisa disebutkan satu-satu but I love you

Sampai jumpa di cerita berikutnya. Annyeong~

-100BrightStars-