Pairing: Kris X Chanyeol
Disclaimer: All characters belong to their own.
Warnings: Boys love. Cross-dressing. Mature content. Highschool AU.
.
.
Mt_Chan proudly presents...
.
.
.
"PAPER PLANES"
-Chapter One-
"TAKE ME TO THE TOP"
"HEY LIAR! HEY LIAR!"
Di sebuah sudut rumah, di dalam sebuah kamar tepatnya, suara dentuman musik menggema di setiap jengkal ruangan. Bagi penikmatnya, musik bergenre pop rock itu adalah surga yang membawa telinga mereka pada orgasme begitu mendengarnya. Namun bagi yang tidak menyukai jenis musik itu, lagu yang saat ini berputar sudah seperti siksa dunia. Satu-satunya yang mereka inginkan adalah menghajar siapa pun yang berani memutar musik itu dengan volume paling tinggi pada siang bolong seperti ini.
Gedoran pintu yang membatasi kamar berisik itu dengan dunia luar adalah salah satu buktinya. Si pemilik kamar, yang kini sedang asyik menganggukkan kepalanya mengikuti ritme musik, awalnya tidak menyadari gedoran pada pintu, namun ketika gedoran itu semakin keras, ditambah teriakan di baliknya, ia akhirnya beranjak dari atas tempat tidurnya.
"Ap—" Pemilik kamar itu sudah menyiapkan sumpah serapah untuk siapa pun yang sudah mengganggunya. Namun belum sempat satu patah kata pun ia luncurkan, telinga caplangnya sudah ditarik ke bawah oleh wanita yang sedari tadi menggedor pintu kamarnya.
"Yah! Park Chanyeol! Kau mau mati?" Wanita itu akhirnya melepaskan jewerannya pada telinga pemuda itu, namun bukan berarti pemuda itu bisa bernafas lega ketika wanita itu memukul bagian belakang kepalanya.
Pemuda yang dipanggil Park Chanyeol itu meringis kesakitan ketika tubuhnya menerima rasa sakit yang bertubi-tubi. Telinganya sudah menjadi korban dan kini belakang kepalanya harus ikut menderita.
"Aish!" Seperti sudah mengerti apa yang harus ia lakukan selanjutnya, Chanyeol berbalik dan masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mematikan ipod yang ia hubungkan pada speaker.
Keheningan berganti mengisi ruangan itu.
"Happy?" Tanya Chanyeol dengan wajah kesal ketika wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada, merasa puas ketika pemuda itu menuruti keinginannya.
"Aku serius akan membakar ipodmu kalau kau berani menyalakan musik seperti tadi." Ancam wanita itu sebelum menjulurkan lidahnya pada Chanyeol dan membalikkan tubuhnya.
"Go die." Balas Chanyeol sebelum membanting pintu kamarnya.
Kejadian seperti ini bukanlah kejadian langka di rumah itu. Hampir setiap hari kakak beradik bermarga Park itu akan meributkan apapun yang bertentangan dengan keinginan masing-masing. Park Yoora, sang kakak, adalah seorang gadis berusia 20 tahun dan menyandang status mahasiswi semester 3 di Seoul University. Park Chanyeol, sang adik, adalah pemuda berusia 17 tahun yang masih duduk di kelas 3 SMA. Meskipun terlahir dari rahim yang sama, sifat keduanya sungguh bertolak belakang. Yoora yang tumbuh menjadi gadis feminim dan Chanyeol menjadi pemuda bengal yang mengidolakan band rock asal Jepang, One Ok Rock.
Hari ini sepulang dari tempat kuliahnya, Yoora yang berniat untuk memanjakan diri dengan masker wajah harus meledak dan mengomeli adiknya itu karena memutar musik favoritnya begitu keras hingga dinding di rumah mereka terasa bergetar. Chanyeol yang tidak biasanya pulang lebih awal siang itu hanya bisa menggerutu karena meskipun ia pandai berkelahi dan emosi yang tidak stabil, ia belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kakak perempuannya itu.
Kedua Park bersaudara itu tumbuh di sebuah keluarga di mana Ayah dan Ibu mereka adalah pegawai negeri. Setiap hari kedua orang itu akan sibuk di kantor dan meninggalkan dua buah hati mereka bersama pengasuh di rumah. Bukannya mereka sengaja menelantarkan Yoora dan Chanyeol, tetapi mereka berprinsip bahwa apa yang mereka lakukan sekarang demi kebaikan dua orang remaja itu.
.
.
.
Begitu malam menjelang, setelah membersihkan diri dan bersiap untuk tidur, Yoora mendapatkan sebuah pesan chatting di ponselnya. Tanpa melihat username si pengirim pesan, gadis itu membukanya begitu saja.
hEllO.
Yoora mengernyitkan dahinya melihat isi pesan yang besar kecilnya huruf sungguh tidak rapi itu. Namun ketika ia membaca usernamenya, tanpa sadar gadis itu mengeluarkan teriakannya yang melengking.
"OHMYGOD!" Yoora mengipasi wajahnya yang tiba-tiba memanas.
Yoora seperti bermimpi mendapatkan pesan dari seseorang dengan username "EwsomeYH" itu.
Annyeong.
Yoora mengetikkan pesannya sebelum membalas pesan chatting itu. Pemilik username yang tiba-tiba mengirimi Yoora pesan itu adalah Jung Yunho, flower boy di tempat Yoora kuliah. Yunho adalah mahasiswa semester 5 yang juga merangkap sebagai kapten tim basket kampus. Singkatnya, Yunho adalah idaman dari setiap mahasiswi –dan mahasiswa, di kampus.
aPa KaU fRee BeSOk? MaU KEnCan DengANku BeSOk?
Yoora berpositif thinking bahwa alasan dibalik besar kecilnya huruf yang Yunho ketikkan karena keytouch ponsel pemuda itu sedang rusak atau mungkin jari-jarinya terlalu besar untuk mengetik dengan benar. Namun isi pesan pemuda itu sukses membuatnya lagi-lagi berteriak dengan suara melengking. Ia benar-benar tidak percaya bahwa pemuda paling populer di kampus itu mengiriminya pesan dan bahkan mengajaknya kencan.
Sayangnya euphoria Yoora harus terganggu ketika sebuah ketukan keras menggema di pintu kamarnya.
"BERISIK!"
Yoora yang sudah bisa menebak siapa orang yang berteriak di balik pintunya itu kemudian bangkit dari tempat tidurnya untuk membuka pintu kamar dan benar saja Chanyeol yang hanya memakai kaos hitam tanpa lengan dan celana boxer pendek itu menjulurkan lidah padanya sebelum berlari ke kamarnya.
"Ish!" Beruntung Yoora sedang dalam mood yang baik sehingga ia mengurungkan niatnya untuk membalas adiknya.
Tentu saja. Kau tentukan jam dan tempatnya, Oppa.
Yoora rasanya seperti akan pingsan ketika ia mengetikkan kata terakhir. Jarang sekali baginya untuk memanggil pemuda yang lebih tua darinya dengan sebutan Oppa. Namun kali ini Yunho adalah pengecualian.
TaPI aPa KaU KeBeraTan KalAU AkU menNGAjaK TeMAnku? KaU BoLEh MeNGAjak TeMANmu jUGa jaDi kiTA bIsA double date?
Yoora harus beberapa kali menggelengkan kepalanya untuk menjernihkan matanya melihat ketikan Yunho. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya kembali di atas tempat tidur sambil mengerang ketika impiannya untuk pergi kencan dengan Yunho BERDUA SAJA harus terhalang oleh double date. Tetapi setidaknya Yoora bisa pergi kencan dengan Yunho, dan kesempatan itu tidak akan mendatanginya dua kali.
Tentu saja, Oppa. Aku akan mengajak teman perempuanku.
Dan sekarang yang menjadi permasalahannya adalah Yoora harus mengajak siapa. Gadis itu takut jika ia mengajak teman kampus atau teman sepermainannya, mereka nanti justru akan mengincar Yunho pujaan hatinya.
.
.
.
Chanyeol yang terbiasa bangun kesiangan, akhirnya bergabung bersama kedua orang tuanya dan kakak perempuannya yang sedang sarapan di meja makan pagi itu. Suasana meja itu begitu hening dan hanya diisi oleh suara denting sendok yang menabrak piring. Chanyeol menghabiskan segelas susunya dalam beberapa teguk sebelum mengambil roti tawar dan memakannya begitu saja tanpa selai.
Yoora memandang sinis ke arah adiknya itu sebelum sebuah lampu bohlam seperti baru saja menyala di atas kepalanya. Yoora memperhatikan wajah Chanyeol yang berkulit putih dan tanpa jerawat serta bibirnya yang berwarna merah alami entah kenapa membuat Yoora seperti terinspirasi. Gadis itu tersenyum geli pada dirinya sendiri sebelum melanjutkan sarapannya.
Chanyeol yang menyadari tingkah aneh kakak perempuan di hadapannya hanya mengernyitkan dahinya. Yoora memang seorang gadis aneh, tetapi melihatnya tersenyum sendiri seperti ini membuat Chanyeol justru bergidik ngeri.
"Aku berangkat duluan." Kata Chanyeol sambil menyambar tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu depan.
"Aku akan mengantarmu." Kata Yoora tiba-tiba ikut bangkit dan menyusul Chanyeol.
"Huh?" Chanyeol semakin horror melihat kebaikan tiba-tiba dari Yoora. Pemuda itu biasanya berangkat ke sekolah dengan naik bus atau menumpang mobil Kyungsoo yang selalu berangkat diantar Ayahnya. Kebetulan jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh membuat Ayah Kyungsoo dengan senang hati membiarkan Chanyeol menumpang di mobilnya.
Yoora memainkan kunci mobilnya sebelum mendorong tubuh kaku Chanyeol ke dalamnya. Terlahir dengan gen hampir sempurna membuat postur tubuh Park bersaudara itu cukup tinggi untuk ukuran orang Korea. Yoora tersenyum manis pada adiknya sebelum menyalakan mobilnya.
"Yah! Kalau kau berniat untuk membunuhku, aku sebaiknya turun." Kata Chanyeol.
Namun belum sempat Chanyeol membuka pintu mobil, Yoora menepuk pundaknya hingga membuatnya menoleh.
"Aku tidak akan melakukan apapun, Chanyeol-ah." Kata Yoora tanpa menambahkan panggilan ledekan pada adiknya itu.
"Apa maumu?" Tanya Chanyeol yang tidak bisa menerima kebaikan Yoora begitu saja. Kakaknya itu pasti sedang ada maunya.
"Kau pulang jam berapa?" Yoora menyalakan mobilnya dan mengeluarkannya dari garasi.
Chanyeol terlihat berpikir sebelum menjawab. "Tidak tahu. Aku ada pertandingan basket hari ini."
"Tidak sampai malam kan?"
Chanyeol mengangkat bahunya. Jam kepulangannya setelah pertandingan basket tergantung hasil pertandingannya. Jika timnya kalah, Chanyeol biasanya akan pulang lebih cepat karena ia akan merasa kesal dan mengurung diri di kamar. Sementara jika timnya menang, Chanyeol akan menghabiskan waktunya untuk mengadakan pesta dadakan bersama timnya untuk merayakan kemenangan itu.
"Kau harus pulang lebih awal, ok? Aku akan menjemputmu setelah pertandingan nanti." Kata Yoora, masih belum melepaskan senyumannya.
"Memangnya ada apa?" Tanya Chanyeol semakin penasaran dengan tingkah aneh kakaknya.
"Sudah kau ikuti saja perkataanku. Aku akan mentraktirmu pizza kalau ini berhasil." Kata Yoora.
Chanyeol hanya bisa menghela nafas.
.
.
.
Park Chanyeol adalah pemuda populer di sekolahnya. Chanyeol sadar ia tampan dan dengan tubuh proporsional seperti itu membuat gadis-gadis di sekolahnya tidak ragu bertekuk lutut demi dirinya. Namun yang tidak banyak orang ketahui adalah Chanyeol seorang gay. Hanya teman-teman terdekatnya saja yang mengetahui fakta itu. Chanyeol tidak menutupinya, tetapi ia juga tidak serta merta menggoda setiap murid laki-laki yang ia anggap menarik. Kenyataannya, tidak ada satu pun murid laki-laki di sekolah itu yang menarik baginya.
Chanyeol disapa oleh Jongin, teman satu permainannya, begitu ia turun dari mobil Yoora. Kakak perempuannya itu sebelumnya memastikan sekali lagi agar Chanyeol tidak melupakan janjinya nanti sore –tunggu, Chanyeol bahkan tidak berjanji.
Kyungsoo dan Sehun yang sudah tiba di sekolah terlebih dahulu menyapa mereka berdua ketika mereka sampai di dalam kelas. Selain menjadi teman sekelas dan sepermainan, mereka berempat juga tergabung dalam tim inti basket sekolah.
"Kita akan melawan siapa hari ini?" Tanya Chanyeol ketika ia meletakkan tasnya.
Sehun yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya kemudian mengarahkan layar ponselnya pada Chanyeol agar pemuda itu membacanya.
"...hari ini kita akan bertanding melawan tim basket Seoul University." Chanyeol menggumamkan tulisan yang tertera di layar ponsel Sehun.
"Suho hyung mengirimkan sms itu?" Chanyeol memeriksa ponselnya dan baru ingat bahwa ia kehabisan baterai sehingga ponselnya mati sejak semalam.
"Hey, bukankah Yoora-noona kuliah di sana?" Tanya Jongin ketika ia juga membaca isi pesan itu.
Chanyeol mengangguk. Ia merasa heran karena lawan mereka kali ini berada di level berbeda. Tetapi bukan Chanyeol namanya, jika bukannya takut, ia justru merasa tertantang dengan hal itu.
"Suho hyung juga kuliah di sana kan?" Sehun akhirnya ikut menyahut.
Orang yang sedari tadi mereka sebut adalah alumni yang kini menjabat sebagai manajer tim basket sekolah itu.
"Huuuuyyyyy gaaayss." Suara nyaring menyapa mereka dari arah pintu masuk kelas diikuti kehadiran seorang pemuda dengan bibir tipis dan rambut kecokelatan yang terlalu rapi untuk laki-laki.
Kini lengkap sudah anggota teman sepermainan itu ketika Baekhyun yang selalu datang terlambat bergabung.
.
.
.
Club basket itu tidak hanya beranggotakan mereka berlima, melainkan juga belasan orang lainnya yang berasal dari kelas yang berbeda. Namun yang akan bertanding siang ini adalah kelima pemuda itu. Mereka berlima sudah mendapatkan beberapa peringatan dari guru mereka agar segera keluar dari club basket mengingat mereka harus mempersiapkan ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. Tetapi dasarnya mereka bebal, selama semester awal ini mereka masih aktif dalam kegiatan club.
Chanyeol yang baru selesai mengganti seragamnya dengan baju tim basketnya keluar dari ruang loker untuk melakukan pemanasan. Pemuda itu sedang berlari-lari kecil di dalam lapangan indoor sekolahnya itu ketika pintu masuk dari luar lapangan terbuka.
Cahaya matahari yang ikut masuk membuat gerombolan yang masuk ke dalam ruangan itu hanya berbentuk siluet. Chanyeol menghentikan pemanasannya untuk memandang ke arah tim lawan yang sudah berdatangan.
Tim yang berisi anak kuliahan itu sudah memakai seragam tim mereka yang berwarna hijau dan hitam. Chanyeol memandang sengit ke arah mereka. Ia akan berusaha maksimal untuk pertandingan ini.
"Yah!" Chanyeol menoleh dan memandang tajam ke arah orang yang baru saja berteriak padanya.
"Panggil teman-temanmu! Sudah jam berapa ini!" Salah seorang dari tim lawan dengan tubuh kurus dan bibir tipis berbentuk seperti joker itu berteriak pada Chanyeol.
Chanyeol yang mudah terpancing emosinya tiba-tiba merasa kesal diperlakukan seperti itu. Memangnya siapa mereka menyuruhnya dengan tidak sopan seperti itu. Chanyeol menggerutu dalam hati sebelum akhirnya teman-teman setimnya datang.
Suho yang hari itu memakai celana jeans dengan kemeja berwarna biru menghampiri tim lawan dan menyalami mereka satu per satu. Ia terlihat akrab dengan para anggota tim basket bernama Tiger itu. Sebelumnya, Suho sudah menjelaskan sedikit karakteristik tim lawan yang suka bermain agresif itu. Suho menyebutkan salah satu Ace dari tim itu bernama Kris. Namun karena sedang cedera, pemuda itu absen untuk pertandingan persahabatan hari ini.
Chanyeol memperhatikan setiap tim lawan. Selain si bibir joker dengan nama Jongdae di belakang kaosnya, ada Luhan, Xiumin, Lay dan Tao dalam tim itu. Namun anggota yang paling menarik perhatian Chanyeol siang itu adalah seorang pemuda dengan postur tubuh paling tinggi, bertubuh jangkung dan rambut hitam legam. Sebuah tato bertuliskan "fortitude" menghiasi lengan pucatnya. Pandangan pemuda yang ia duga si Kris itu begitu tajam memperhatikan lapangan dan tim Watermelon sekolahnya.
Chanyeol sudah berkali-kali mengusulkan untuk mengganti nama tim sekolah mereka agar terdengar lebih keren. Namun berkali-kali juga usulannya ditolak oleh para guru dengan alasan nama itu sudah melegenda di dunia perbasketan sekolah antar SMA.
Penonton yang mayoritas berisikan anak perempuan dari sekolah mereka mulai mengisi stadium kecil itu. Berita mengenai pertandingan antara sekolah mereka dengan tim Tiger dari Seoul University segera terdengar ke segala penjuru sekolah. Meskipun tidak semua anggota tim Tiger datang, tetapi antusiasme untuk melihat tim beranggotakan anak kuliahan itu cukup membuat kehebohan.
Pertandingan pun dimulai dengan seorang guru sebagai wasitnya. Kedua tim tidak mempermasalahkan siapa wasitnya karena yang menentukan pertandingan ini adalah performa dari mereka.
Di kuarter pertama, tim Watermelon unggul dengan skor 15-10. Namun Chanyeol dan teman-temannya tidak bisa lengah begitu saja ketika kuarter kedua dimulai, seringaian anggota tim Tiger mulai bermunculan di wajah mereka. Chanyeol yang postur tubuhnya paling tinggi di antara mereka berhasil mencetak sebuah dunk yang membuatnya memperoleh tiga poin untuk timnya. Hal itu rupanya membuat tim lawan mengeluarkan kemampuan mereka yang sebenarnya.
Tim Tiger mulai mendorong, menarik dan menghalang-halangi setiap anggota tim Watermelon. Namun yang membuat mereka berbahaya adalah bagaimana mereka melakukannya dengan begitu hati-hati sehingga hal itu tidak dianggap sebagai pelanggaran. Chanyeol yang tidak bisa tinggal diam melihat permainan tim Tiger mulai bermain dengan agresif. Chanyeol mendorong tubuh Luhan yang sedari tadi menarik kaosnya dan membuatnya gagal membuat dunk selanjutnya. Namun hal itu justru membuat wasit meniup peluitnya dan mengeluarkan kartu kuning untuk Chanyeol. Chanyeol mengeluarkan sumpah serapah di setiap helaan nafasnya ketika ia terpancing dengan permainan lawan.
Sementara pemuda yang sedari tadi melipat kedua tangan di dadanya dan duduk melihat permainan teman-temannya itu tanpa sadar tersenyum. Ia begitu terhibur dengan permainan itu. Bermain-main dengan anak kecil memang menyenangkan.
Di kuarter kedua dan ketiga, tim Tiger berhasil memimpin skor. Hal itu membuat tim Watermelon harus bekerja ekstra di kuarter keempat agar skor mereka imbang. Berhasil mengimbangi tim anak kuliahan itu sudah merupakan kebanggaan bagi mereka. Namun di kuarter terakhir itu, tim Tiger justru semakin gila melancarkan serangan mereka. Bahkan pertahanan mereka juga semakin diperketat.
Luhan yang bertugas menjaga Chanyeol terus membayangi pemuda itu. Chanyeol sampai harus terjatuh terpeleset ketika Luhan menarik kaosnya sekali lagi.
"Come on, big boy." Luhan mengulurkan tangannya untuk membantu Chanyeol bangkit, namun segera ditampik oleh Chanyeol yang tidak sudi dibantu oleh tim lawan.
Chanyeol menatap tajam ke arah Kris yang mendengus cukup keras di samping lapangan melihat kejadian itu. Pemuda itu menahan senyuman yang sudah akan terkembang di wajahnya membuat Chanyeol semakin kesal.
Ketika wasit meniupkan peluitnya untuk terakhir kali pada pertandingan siang itu, tim Watermelon harus menerima kenyataan bahwa tim mereka harus kalah dari tim tiger. Tim watermelon hanya memasang wajah masam ketika tim Tiger menyalami mereka satu per satu.
Kris yang sedari tadi duduk di samping lapangan akhirnya bangkit dan menghampiri tim lawan. Suho yang menahan kekecewaannya dibalik senyuman itu menepuk pundak Kris dan bahkan memperkenalkan anggota timnya pada pemuda itu.
"Ini Baekhyun, Kyungsoo, Jongin, Sehun... dan Chanyeol."
Kris menyalami mereka satu per satu, dan ketika tiba gilirannya untuk menyalami Chanyeol, pemuda itu hanya menempelkan sebentar telapak tangan mereka sebentar sebelum menarik tangannya kembali. Kris tidak bisa menahan tawanya lagi melihat hal itu.
"You are good." Gumam Kris sebelum mengacak rambut Chanyeol dan berlari kembali pada timnya.
Chanyeol yang tidak siap diperlakukan seperti seekor anjing oleh Kris hanya bisa membulatkan kedua mata besarnya sambil membuka dan menutup mulutnya dengan cepat. Keempat temannya yang menyaksikan hal itu hanya menyeringai dan mempersiapkan ledekan untuknya.
.
.
.
Setelah selesai mandi dan berganti ke seragam sekolahnya lagi, Chanyeol berpamitan pada teman-temannya dan berjalan ke arah pintu keluar ketika ia menemukan mobil kakaknya sudah terpakir di depan gerbang sekolah. Chanyeol mengerang pelan. Moodnya yang berantakan akibat kekalahan dari pertandingan siang itu membuatnya malas untuk bertemu dengan Yoora. Tetapi ia tidak punya pilihan ketika Yoora sudah melihatnya dari dalam mobil dan kini sedang melambaikan tangannya ke arahnya.
"Bagaimana pertandingannya?" Tanya Yoora dengan nada yang terlalu ceria.
Chanyeol hanya mendengus dan melemparkan tasnya di jok belakang.
"Awww.. Apa baby boy ku kalah?" Yoora menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya pelan.
Chanyeol menatap Yoora dengan pandangan jijik mendengar panggilannya itu.
"What?" Yoora akhirnya menyadari pandangan Chanyeol padanya.
"Kau bersikap aneh sejak tadi pagi. Ada apa? Aku sedang tidak mood untuk bermain-main denganmu." Kata Chanyeol dengan nada ketus.
Yoora memajukan bibir bawahnya. Sebuah senjata rahasia yang ia gunakan jika menginginkan sesuatu dari Chanyeol.
"Aku akan pergi berkencan dengan pria idamanku malam ini." Yoora memulai.
"Lalu?"
"Dia ingin mengajak temannya dan menyuruhku mengajak seseorang juga agar kami bisa double date."
"Lalu?"
"Kau tahu, dia begitu populer di kampus sampai aku takut seseorang akan merebutnya dariku jika aku mengajak temanku."
"Lalu?"
"Aku tetap harus mengajak seseorang kan? Maksudku, aku bisa meminta seseorang berpura-pura menjadi temanku. Tapi sayangnya, aku tidak bisa memikirkan orang lain untuk melakukan hal itu selain kau, Chanyeol-ah."
"Huh?" Kali ini fokus Chanyeol tertuju pada kalimat kakaknya.
"Maksudmu, teman pria idamanmu itu perempuan?" Tanya Chanyeol yang belum mengerti.
Yoora sudah akan mengacak rambutnya yang baru ia tata di salon ketika menghadapi adiknya.
"Teman Yunho itu laki-laki. Jadi aku harus mengajak perempuan." Kata Yoora berusaha menjelaskan.
"Lalu?"
"Aku tidak yakin jika teman perempuanku tidak akan menyukai Yunho, jadi aku berencana mengajakmu ke double date nanti..."
Chanyeol menolehkan kepalanya perlahan.
"...sebagai perempuan." Lanjut Yoora dengan suara pelan.
Hening. Chanyeol merasa langit yang mulai menggelap itu karena mendung dan bukan karena memang sudah petang.
"APA? YAH! APA KAU GILA?" Chanyeol tidak bisa menahan luapan emosinya lagi.
Kakaknya ini benar-benar gila.
"Chanyeol, please! Yunho ini akan jadi kakak iparmu nantinya." Yoora berusaha membujuk adiknya yang keras kepala itu.
"Dan kau mau membohonginya?" Chanyeol mengerang frustrasi.
"Tidak. Ini hanya untuk malam ini agar kesan pertamaku berhasil. Selanjutnya aku akan membuat Chanmi menghilang."
"Siapa Chanmi?" Tanya Chanyeol.
"Nama perempuanmu, tentu saja." Jawab Yoora tanpa beban.
"Yah! Yah! Kau benar-benar gila!" Chanyeol menutup telinganya menggunakan kedua tangannya.
"Chanyeol, please! Sekali ini saja. Toh kita nanti hanya akan jalan-jalan dan menonton film selama dua jam itu saja."
"No!"
"Aku akan mentraktirmu makan."
"No!"
"Chanyeol! Aku akan membiarkanmu menyalakan lagu bodohmu itu sesukamu di rumah."
"No!"
Yoora menghirup nafas dalam-dalam sebelum menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Aku akan membelikanmu tiket konser One Ok Rock bulan depan. VVIP. Kau bisa melihat Taka dari dekat."
Chanyeol membulatkan kedua matanya. Ia juga sudah menabung untuk menonton konser band favoritnya itu. Tetapi dengan kelas VVIP, Chanyeol menelan ludahnya. Godaan yang Yoora berikan terlalu berat untuk diabaikan begitu saja.
"Hanya dua jam?" Tanya Chanyeol pelan.
Yoora mengangguk cepat.
Chanyeol menggigit bibir bawahnya. Jika ini adalah perjuangan yang harus ia lakukan demi bertemu idolanya, Chanyeol harus bertahan.
"Deal."
BERSAMBUNG
AHAHAHAHAHA ini apa yawlaaaaaa~
Nggak dibaca lagi, udah jam dua mana tahan ini pinggang, tapi kepingin cepet dipublish jadi maapkeun geeesss kalo ada typonya. Wkwkwkwkwk.
Bermodalkeun pengetahuan dari nonton Kuroko no Basuke dan ngawur, eng ing eng jadilah narasi permainan basket yang ala kadarnya. Maapkeun kalo ada yang salah kaprah ya gaessss... authornya juga nggak hobi main basket jadi meneketehe sama aturan mainnya #digamparin
Terima kasih untuk yang sudah membaca dan meninggalkan review ^^
Dengan cinta,
Mt_Chan