Crush in Rush

Min Yoongi

Park Jimin (GS)

Kim Namjoon

Kim Seokjin (GS)

Jung Hoseok

Kim Taehyung

Jeon Jungkook (GS)

.

Warn

GS!

Yoon!top Jim!bot

Major typo(s)

Remake karya Santhy Agatha dengan judul sama Crush in Rush

.

.

Yoongi dan Jimin. Dua mahluk yang bertolak belakang, yang seharusnya tidak pernah bersinggungan. Tetapi kehidupan mempertemukan mereka ke dalam pusaran nasib yang tidak terelakkan.

.

.

balasan review

nochu: namjoonnya udah sabar kok kan sama aku wkwkw

belum nganu nganu ah jangan jimin polos

Nadhefuji: jangan kasih tau yang lain ceritanya ya sist wkwkw

thanks udah baca

Tyongie: hayo mau ngapain hayo wkwkw udah kejawab di chap ini hehe

.

.

"teganya kau memanfaatkan gadis sepolos itu sebagai tameng?" Namjoon mengernyitkan keningnya "dan tameng seperti apa maksudmu?"

Yoongi mengangkat alisnya, menatap Namjoon setengah mencemooh "benarkah yang kudengar ini? seorang Namjoon yang selalu menyakiti hati perempuan tanpa pandang bulu tiba-tiba mencemaskan kepolosan seorang perempuan?"

Namjoon membalas tatapan mata Yoongi dengan serius "aku sungguh-sungguh dengan perkataanku Yoongi kau tahu semua perempuan yang pernah menjadi korbanku, mereka memang pantas mendapatkannya, tetapi Jimin dia benar-benar perempuan polos yang tidak tahu apa-apa, apapun yang kau rencanakan terhadapnya, kau akan bersikap kejam kepadanya."

Yoongi membeku, dia lalu mengangkat bahunya "Jimin adalah satu-satunya orang yang paling tepat untuk ini."

Namjoon berdiri, menatap Yoongi dengan tatapan tajam "terserah Yoongi, aku sudah memperingatkanmu. Rasa berdosa itu akan semakin dalam kalau kau memanfaatkan perempuan polos yang tidak tahu apa-apa." Namjoon lalu melangkah dan meninggalkan Yoongi, masuk ke kamarnya, setelah beberapa langkah sampai di depan kamarnya, lelaki itu seolah teringat sesuatu dan menolehkan kepalanya sedikit "oh ya, aku lupa mengatakan kepadamu, tadi pagi aku berbelanja dengan Jimin, dan kami bertemu teman Jimin."

"teman Jimin?" Yoongi mengernyitkan keningnya.

"yah, dia bilang dia teman Jimin, salah satu rekan kerjanya di cafe tempat mereka bekerja sebelumnya." Namjoon menatap Yoongi penuh arti "tapi aku tahu lelaki itu tidak menganggap Jimin sebagai teman. Dan kalau kau mau menjalankan rencanamu, apapun itu kau harus mempertimbangkan keberadaan orang-orang yang menyukai Jimin lebih dari yang seharusnya." Namjoon sepertinya menebak kalau Yoongi akan menjadikan Jimin sebagai kekasih pura-puranya.

Yoongi memang akan melakukan hal yang hampir mirip seperti itu, tetapi tentu saja dengan cara yang jauh berbeda. Dia akan membuat ayah kandungnya pulang ke negaranya dengan bahu terkulai kalah dan sangat sangat kesal.

"aku akan mempertimbangkannya." jawab Yoongi datar "terimakasih Namjoon."

"dan satu lagi, Jimin tidak punya ponsel. Kasihan sekali di jaman sekarang tidak punya alat komunikasi yang begitu penting. Kau mungkin bisa membelikannya satu."

"akan kulakukan." Yoongi mengangguk, menyadari bahwa hal itu luput dari perhatiannya. Nanti dia akan memastikan kalau Jimin mempunyai ponsel, hal itu memberikan manfaat baginya juga untuk berkomunikasi dengan Jimin kapanpun dia jauh.

.

.

Ketika Jimin keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian, Yoongi berdiri di sana dan menatap Jimin dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Tatapannya setengah mencemooh setengah kasihan.

"kau hanya punya baju ini?" lelaki itu mengamati blouse Jimin yang dulunya pasti pernah berwarna putih meskipun sekarang hanya menyisakan warna krem kusam yang tidak jelas. Dan perempuan itu mengenakan rok panjang hitam sebetisnya.

Blouse putih dan rok hitam! Demi Tuhan apakah perempuan ini tidak punya selera berpakaian yang lebih baik? Pakaiannya mengingatkan Yoongi pada anak training di toko-toko. Padahal Yoongi akan membawa Jimin ke butik kelas atas. Dia sendiri sebenarnya tidak peduli, tetapi dia tahu orang-orang di sana akan mencemooh Jimin, memandang Jimin seperti pertunjukan sirkus mahluk aneh yang salah tempat, dan dia tidak mau Jimin mengalami itu, dipermalukan seperti itu sementara Jimin berjalan di sisinya. Tidak boleh ada orang yang mempermalukan perempuan yang sedang bersama Yoongi.

Pipi Jimin sendiri tampak merah padam. Malu. Dia tahu bahwa pakaiannya yang sederhana itu pasti tidak akan cocok dengan selera Yoongi, pasti akan membuat lelaki itu malu. Tetapi mau bagaimana lagi, pakaian yang dikenakannya ini adalah pakaian terbaiknya.

"a-aku hanya punya pakaian ini." Jawab Jimin menahan malu, sepertinya dia lebih baik mengurung diri di kamarnya saja daripada nanti mempermalukan Yoongi, dengan sangat dia berdoa dalam hati supaya Yoongi membatalkan acara keluar mereka.

Tetapi rupanya Yoongi punya pikiran lain, lelaki itu menghela napas, tampak kesal, lalu meraih kunci mobilnya di gantungan dan melangkah mendahului Jimin ke pintu.

"ayo." gumamnya, membuka pintu dan melangkah pergi, membuat Jimin terbirit-birit mengikutinya.

.

.

Mereka berkendara melalui kawasan elite di pusat kota, dan Yoongi tiba-tiba berhenti di sebuah tempat yang dari papan nama di sana, merupakan sebuah butik, butik itu berupa rumah bercat putih dengan gaya belanda, dikelilingi pepohonan yang rimbun dan suasana yang asri.

"ayo turun, pemilik butik ini temanku, jadi kita bisa mencari pakaian yang lebih tepat untukmu sebelum kita pergi ke mall dan butik-butik di sana." Yoongi membuka pintu dan melangkah memutari mobil, lalu membukakan mobil untuk Jimin dengan sopan.

Mereka lalu berjalan setengah bersisian, dengan Yoongi di depan dan Jimin di belakangnya. Mereka memasuki butik elegan bergaya lama itu melalui sebuah pintu putar kuno yang berlapiskan krom dan kaca.

Suasana di dalam butik itu sangat elegan, dengan lampu berwarna kuning terang yang menciptakan keindahan tersendiri terhadap pakaian berbagai warna yang digantung di berbagai sudut. Jimin tidak pernah masuk ke tempat seperti ini tentu saja, matanya melahap seluruh sisi dengan penuh ingin tahu, menahan keinginan untuk bergumam "oooh", "waaaah", atau "wooow".

Seseorang keluar dari bagian belakang butik dan bergumam "mohon maaf, tidakkah anda melihat tanda di depan pintu? kami baru buka pukul lima sore." seseorang itu adalah perempuan yang sangat cantik, dengan kaos ketat berwarna biru gemerlap yang menunjukkan keseksiannya tubuhnya yang berkulit seputih susu, berkilauan bagaikan porselen. "Yoongi?" perempuan itu memekik kesenangan "Yoongi!" lalu perempuan itu menghambur, memeluk Yoongi dengan erat "kemana saja kau sayangku? lama sekali kau tidak kemari."

Yoongi membalas pelukan perempuan itu dengan canggung "aku sangat sibuk dengan pekerjaan akhir-akhir ini." Lelaki itu memundurkan langkah dan dengan halus melepaskan diri dari pelukan perempuan itu "bagaimana kabarmu, Seokjin?"

"aku baik-baik saja." Seokjin bergumam ceria sambil mengedipkan sebelah matanya "dan aku sangat merindukanmu, Yoongi. Dulu kau sering kemari sambil membawa pacar-pacar cantikmu itu, jadi karena kau lama tidak kemari, aku pikir mungkin kau sedang tidak berpacaran?" mata perempuan itu melirik ke arah Jimin yang berdiri gugup di belakang Yoongi dan langsung mengangkat alisnya "atau kau berpacaran tapi sepertinya sudah merubah seleramu?" matanya mengamati Jimin dari ujung kaki ke ujung kepala, membuat Jimin malu setengah mati. Perempuan itu sangat modis dan sangat bergaya, dan sekarang mengamati Jimin dengan secercah rasa kasihan di matanya.

"di mana kau menemukan gembel kecil ini?" gumamnya mendekati Jimin, dan kemudian menyentuh pundak Jimin tanpa permisi, lalu membalikkan tubuh Jimin yang sepertinya dianggapnya bagai boneka, dia mengamati tubuh Jimin dan kemudian menoleh ke arah Yoongi lagi "kekasih terbarumu?" gumamnya tak percaya.

Yoongi terkekeh "jangan terlalu mendekatinya Seokjin, Jimin akan ketakutan kepadamu. Tidak. Dia bukan kekasihku. Tetapi segera, dia akan berperan sebagai kekasihku, dan aku ingin bantuanmu untuk melatihnya."

"apa?" Seokjin dan Jimin berseru bersamaan, yang satu bersemangat dan penuh ingin tahu, sementara yang lain kaget luar biasa.

"ya. aku ingin kau mengajari Jimin semuanya, seluruh caranya. aku ingin dia berperan sebagai kekasih yang jalang, mata duitan, pokoknya jenis perempuan yang paling menyebalkan di muka bumi ini." Yoongi menatap Seokjin dan tersenyum manis "aku tahu dari pengalamanmu di butik ini, kau banyak pengalaman dengan jenis-jenis perempuan seperti itu."

Seokjin tertawa, tawa merdu yang enak di dengar,dia menepuk pundak Jimin lembut "hai aku Seokjin, dan sepertinya sahabatku yang tiba-tiba datang setelah sekian lama menghilang ini tanpa tahu malu langsung meminta bantuanku." sapanya lembut, membuat Jimin tersenyum malu-malu. Sepertinya memang Seokjin sering mengucapkan kata-kata cemoohan, tetapi kemudian Jimin menyadari bahwa perempuan itu hanya menggunakan sebagai candaan, tidak ada maksud sama sekali dari Seokjin untuk merendahkan lawan bicaranya. Mungkin memang gaya bicaranya seperti itu.

Tetapi Jimin sendiri masih bingung dengan maksud perkataan Yoongi tadi. Apa maksudnya lelaki itu akan menjadikannya kekasihnya, atau berperan sebagai kekasih Yoongi tetapi – kalau Jimin tidak salah dengar – harus bisa membawakan peran sebagai perempuan jahat?

"aku bisa saja melakukannya Yoongi, meskipun tampaknya misi ini begitu berat." Seokjin menatap Jimin penuh arti "tetapi kau harus menjelaskan semuanya kepadaku dari A sampai Z jadi aku tahu apa maksud semua rencanamu ini." Seokjin lalu memanggil pelayannya yang segera datang dari pintu belakang "buatkan minuman untuk kedua tamuku, kita akan bercakap-cakap sebentar."

"aku akan menjelaskannya kepadamu Seokjin." Yoongi menganggukkan kepalanya setuju, lalu menatap Jimin "Jimin, kau bisa menunggu di sini? aku akan bicara dengan Seokjin sebentar di dalam."

Meskipun merasa sangat ingin tahu hingga mendorongnya memaksa ikut, Jimin tidak berani. Yang biasa dia lakukan hanyalah menganggukkan kepalanya, meskipun benaknya masih didera oleh semua pertanyaan.

"pelayan akan membawakanmu minuman dan kue, kau boleh melihat-lihat pakaian di sini dan mencobanya, kalau ada yang menarik untukmu bilang saja, aku yakin Yoongi dengan senang hati akan membelikannya untukmu." Seokjin mengedipkan sebelah matanya, lalu dengan genit menggandeng lengan Yoongi, dan dua anak manusia itu kemudian masuk ke ruang dalam yang sepertinya bagian kantor dari butik tersebut.

.

.

Jimin menghabiskan beberapa menit dengan hanya berdiri terpaku dan kebingungan harus berbuat apa. Matanya mengamati seluruh ruangan dan mengagumi interiornya yang indah. Mereka seperti berada di rumah-rumah bangsawan eropa dari jaman dahulu. Sepertinya memang Seokjin sengaja membuat nuansa butiknya kuno tetapi elegan. Kursi-kursinya berukir dengan warna cokelat gelap, berpadu dengan tirai merah yang bersemburat emas, tampak sangat kontras dengan tembok yang dicat putih bersih dan atap plafon dengan ukiran indah yang semuanya berwarna putih bersih. Sementara itu di bawah kakinya, karpet mahal yang sangat tebal berwarna cokelat tua tampak sangat berpadu dengan keseluruhan ruangan.

Setelah lama berdiri Jimin sadar, sepertinya Yoongi akan lama di dalam sana. Seorang pelayan muncul dari dalam, membawa nampan, ada teko sepertinya berisi teh dan juga cangkir-cangkir indah bergambar bunga dengan gaya victorian. Lalu ada sepiring kue cokelat yang tampak lezat dengan krim di atasnya. Pelayan itu meletakkan nampan di meja, dan Jimin menyadari ada tatapan kaget di matanya ketika melihat penampilan Jimin yang sangat sederhana, tetapi pelayan itu berhasil menutupinya dengan cepat, dengan sopan dia mempersilahkan Jimin untuk menikmati hidangannya selama menunggu.

Dengan hati-hati Jimin duduk di kursi di samping meja kecil yang telah disediakan, dia menuang teh yang harum itu, dan kemudian menyesapnya pelan-pelan. Enak. Ada rasa pedas yang khas, aroma daun mint yang membuat rasa teh itu istimewa. Jimin lalu mencicipi kue yang sangat menggugah selera itu, dan kemudian mengunyahnya dengan nikmat. Kue itu enak sekali!

Mata Jimin melirik dengan penuh rasa bersalah ke beberapa kue yang masih tersisa di piring, pasti akan sangat memalukan kalau Jimin menghabiskan kue itu, tetapi kue itu enak sekali.

Mata Jimin memandang ke sekeliling, berusaha mengalahkan dorongan untuk menghabiskan kue yang enak itu, demi kesopanan. Akhirnya Jimin berdiri dan dengan hati-hati mendekat ke arah rak gaun –gaun itu.

Jemarinya menyentuh bahan sebuah gaun dari sutera halus yang begitu indah, warna gaun itu hijau yang teduh, dengan bros berwarna perak sebagai aksen di dadanya, iseng-iseng karena ingin tahu, Jimin melihat price tag yang menempel di gaun itu, dan kemudian membelalakkan matanya kaget. Dua puluh juta won untuk sebuah gaun?

Dengan ketakutan, Jimin melangkah mundur dari rak gaun berisi gaun-gaun indah yang digantung. Astaga, harga gaun itu mungkin cukup untuk Jimin hidup beberapa bulan.

Dengan gugup, Jimin duduk lagi di kursinya, dia tidak berani memegang gaun-gaun itu setelah mengetahui harganya. Kalau sampai sentuhan tangannya membuat gaun itu rusak bisa gawat, karena Jimin tidak mampu menggantinya.

Dengan cemas dan penuh rasa ingin tahu, Jimin menatap ke arah pintu kantor tempat Yoongi dan Seokjin menghilang tadi.

.

.

"itu rencana yang sangat licik Yoongi, dan murni kejam." Seokjin tidak bisa menahan diri mengucapkan kata-kata itu setelah Yoongi selesai bercerita, perempuan itu lalu menatap ke arah butik tempat Jimin masih menunggu di sana "dan kalaupun aku mau membantumu, dari semua perempuan di dunia ini, kau bisa memilih perempuan yang berpengalaman, dengan sedikit polesan, dia akan lebih mudah dimasukkan dalam rencanamu, dan kenapa kau malahan memilih perempuan lugu, polos dan tidak tahu apa-apa itu?"

Yoongi menyandarkan tubuhnya ke kursi dan tersenyum tenang "perempuan yang berpengalaman akan berbahaya karena kadang kala mereka memberontak, menginginkan lebih, atau bahkan menggigit balik." Mata Yoongi ikut melirik ke arah butik "Jimin tidak akan mengkhianatiku."

Seokjin menatap Yoongi, mereka memang bersahabat sejak lama, sejak masa kuliah Yoongi dulu pernah membantu Seokjin melalui masa-masa sulitnya. Seokjin pernah jatuh dan hancur, menerima semua cemoohan orang, dan dia kehilangan banyak orang yang semula dikiranya sebagai sahabat baiknya. Hanya Yoongi yang tetap disisinya dan mendukungnya, bagi Yoongi tidak peduli Seokjin akan jatuh dan mempermalukan diri seperti apa, mereka berdua tetap bersahabat. Dan kalau Yoongi meminta pertolongan kepadanya, bagaimana dia bisa menolaknya?

"aku akan melakukannya untukmu Yoongi, meskipun sepertinya sulit, aku akan mengubah perempuan polos yang ada di depan itu menjadi seperti yang kau mau, mulai besok bawalah dia kesini setiap pagi, kau bisa menjemputnya di sore hari, dan aku akan melatihnya dengan intensif, gaya berjalan, gaya berpakaian bahkan gaya berbicaranya."

Yoongi tersenyum puas "aku tahu aku akan selalu bisa mengandalkanmu, Seokjin."

.

.

Yoongi dan Seokjin keluar dari ruangan itu beberapa saat kemudian, dan Jimin langsung berdiri. Seokjin tersenyum manis kepada Jimin, lalu melemparkan tatapan bertanya kepada Yoongi "kalian akan kemana hari ini?"

Yoongi mengangkat bahu "kami akan ke mall, membeli beberapa gaun dan perlengkapan. Dan tentu saja kami akan berbelanja di butikmu ini Seokjin." mata Yoongi menatap penampilan Jimin "dia tidak boleh berjalan-jalan denganku dengan penampilan seperti itu."

"tentu saja tidak boleh." Seokjin berseru ceria, lalu menghampiri Jimin dan merangkulnya "mari, akan kupilihkan pakaian yang pantas untukmu, kau pasti akan menyukainya."

.

.

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Jimin menurut saja ketika Seokjin menyerahkan pakain untuknya dan menyuruhnya berganti baju. Di dalam ruang ganti, Jimin mengintip kembali price tag baju yang ada di tangannya, dan mengerutkan keningnya. Harganya cukup tinggi untuk sebuah gaun terusan berwarna pink gelap.

Jemari Jimin bergetar ketika mencobanya, tetapi dia berusaha melakukannya. Setelah mengenakan gaun itu, Jimin bercermin dan mengagumi betapa pas gaun itu di tubuhnya, Seokjin sepertinya punya insting bagus mengenai gaun. Jimin juga mengagumi betapa ringannya bahan gaun itu, menempel di tubuhnya. Tampak pas dan tampak cantik.

Ketikan di pintu ruang ganti membuat Jimin sedikit terperanjat "apakah kau sudah selesai di sana?" suara Seokjin terdengar dari depan pintu.

"sudah." Jimin buru-buru membuka pintu ruang ganti itu dan berhadapan dengan Seokjin.

Seokjin berdiri di sana dan tampak puas dengan penampilan Jimin, dia membawa sepatu berhak datar berwarna peach gelap yang sangat indah dan meletakkannya di lantai "ini, pakailah ini, gaun itu seharusnya memang dipakai dengan sepatu ini."

Jimin menurutinya dan sekali lagi merasa takjub dengan betapa pasnya sepatu itu di kakinya. Seokjin menepuk pundak Jimin dan mengedipkan sebelah matanya "bagus. Kau sudah siap untuk berjalan-jalan dengan Yoongi."

.

.

Reaksi Yoongi melihat penampilan baru Jimin tidak terbaca, lelaki itu hanya mengangkat alisnya, dan kemudian mengamati Jimin dari ujung kepala sampai ujung kaki, kemudian menganggukkan kepalanya.

"bagus Seokjin. Aku ingin kau menyiapkan lagi beberapa gaun, sebanyak mungkin dari koleksimu yang cocok dengan tubuh Jimin, juga sepatunya, dan aksesorisnya. Aku tahu butikmu ini lebih banyak menjual gaun-gaun formal, karena itu aku akan ke mall dan memberi gaun-gaun untuk keperluan lainnya."

"hati-hati ya." Seokjin melepas kepergian mereka dalam senyum ramah "dan Yoongi, jangan lupa membawa Jimin ke salon." Serunya setelah Yoongi dan Jimin dekat dengan mobil mereka.

Yoongi hanya menganggukkan kepalanya dan melambai kepada Seokjin, dengan sopan dia membukakan pintu untuk Jimin dan kemudian memutari mobilnya, duduk di balik kemudi dan menjalankan mobilnya keluar dari butik itu.

Sepanjang jalan mereka terdiam, meskipun Jimin berkali-kali mencuri pandang ke arah Yoongi, penuh pertanyaan. Kapan Yoongi akan menjelaskan semuanya kepadanya?

Yoongi sendiri tampaknya menyadari apa yang ada di benak Jimin, dia melirik sedikit dan tersenyum "kau pasti bertanya-tanya ya. Nanti setelah di rumah aku akan menjelaskan semuanya. Sekarang kau ikuti saja aku. Yang pasti kau bisa tenang, aku tidak akan menyakitimu."

Mau tak mau Jimin menganggukkan kepalanya dan kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan, kalau tidak dia akan tersiksa akan rasa penasaran yang menderanya ketika harus menunggu Yoongi menjelaskan segalanya ketika mereka pulang nanti.

"butik yang sangat indah, dan Seokjin sangat cantik."

Yoongi tersenyum simpul "tentu saja, Seokjin sangat cantik, dia sangat menjaga kecantikannya itu setelah dia mendapatkannya hampir lima tahun yang lalu."

Mendapatkan kecantikan? Apa maksud Yoongi?

Yoongi sendiri terkekeh "semoga kau tidak menganggapku mantan pacarnya atau apa, kami bersahabat akrab sejak kuliah arsitek. Tetapi kemudian dia drop out karena mengejar hasrat sebenarnya di bidang desain pakaian, dan terbukti dia tidak sia-sia karena sekarang dia menjadi salah seorang perancang yang sukses dengan butik kelas satu yang sangat diminati." Mata Yoongi tampak geli ketika melempar kebenaran itu kepada Jimin "jangan tertipu dengan kecantikan dan sikap feminimnya Jimin, lima tahun yang lalu, Seokjin adalah seorang lelaki, sampai kemudian dia memutuskan untuk mengikuti hasratnya untuk menjadi seorang perempuan."

Apa? Jimin ternganga kaget sekaligus bingung. Astaga, jadi Seokjin bukanlah perempuan tulen?

.

.

TBC

.

.

dont forget to review

thanks for reading

with love,

sino