Hunkai

Sehun's pov

Lagi

Aku kembali melamun untuk yang kesekian kalinya hari ini. Aku mengetuk jari ku untuk yang keseribu kalinya dalan bulan ini.

Satu bulan paling suram yang pernah ku lalui selama masa hidupku.

Hubungan percintaan bukanlah hal yang baru untuk ku. Sudah belasan kali aku menjalin dan memutuskan hubungan dengan orang lain. Namun untuk kali pertamanya aku mengalami patah hati.

Yah, si bajingan ini sedang patah hati sekarang.

Mengapa aku harus bertemu denganmu saat itu?

Semula hidup yang ku jalani hanyalah sebagai si brengsek penghancur hati wanita. Namun kau datang, dan aku melakukan hal yang sebelumnya tak pernah ku lakukan-

Jatuh cinta

Flashback on

"Kau pasti Oh Sehun bukan? Kenalkan, aku Kim Jongin dari jurusan sastra Korea." Saat itu pertama kalinya aku melihat wajah serta senyum penenang mu. Kau benar-benar cantik saat itu.

"Ada perlu apa?" Aku membalasmu datar, untuk menyembunyikan rasa kagum saat itu.

"Aku ingin mewawancaraimu untuk majalah kampus edisi bulan depan, kebetulan aku salah satu anggota tim jurnalistik kampus."

Aku bertanya-tanya, mengapa kau tidak pernah lelah tersenyum seperti itu? Aku bahkan tak pernah tersenyum kepada orang yang pertama kali kutemui.

"Kenapa aku?" Aku sengaja mengulur waktu, agar aku dapat lebih lama bersama mu.

"Aku ingin mewawancarai mu sebagai salah satu mahasiswa paling berprestasi di kampus, sekaligus anak dari pemilik kampus ini."

"Maaf, tapi aku tak bersedia."

Senyummu lenyap seketika, namun sedetik kemudian kau kembali tersenyum, "Tak apa. Jika kau berubah pikiran, kau bisa menghubungi kami. Kalau begitu aku pamit dulu."

Memang terlihat kejam, namun aku hanya tak ingin terjerat lebih dalam oleh mu.

"Baiklah, besok aku tunggu kau perpustakaan."

Dan aku memang bodoh. Karena sudah mengizinkanmu untuk memporakporandakan hidupku.

Kim Jongin

Flashback off

Foto itu, saat kita pertama kali berkencan.

Kau benar-benar terlihat sangat manis dengan pakaian berwarna biru itu. Aku juga heran mengapa aku mengajakmu kencan saat kita baru berkenalan selama seminggu. Ini adalah rekor pertamaku, karena aku tak pernah mengajak kencan siapapun sebelumnya. Kau yang pertama.

Aku masih ingat saat kau bilang, bahwa aku adalah cinta pertama mu. Itu sangat membahagiakan, namun aku takut akan menjadi pria pertama yang akan menyakitimu.

Flashback on

Hari ini kau terlihat lebih murung dari yang kemarin. Seharusnya aku merasa khawatir padamu, namun saat itu wajahmu benar-benar imut, dan aku sangat menyukainya.

"Kau tak bertanya mengapa hari ini aku lebih murung?"

"Tidak. Memangnya kenapa aku harus peduli?" Bibirmu terlihat semakin melengkung kebawah, dan aku bersumpah bahwa itu adalah saat dimana kau paling menggemaskan.

"Kalau begitu aku pergi sendiri saja." Kau merajuk, dan bangkit dari dudukmu. Kau terlihat mengharapkanku untuk menahan kepergianmu. Namun maafkan aku, karena aku bukanlah pria yang romantis. Aku hanya mengikutimu dari belakang.

Melihat punggung kecil mu membuatku ingin memeluk dan menjagamu setiap saat nya.

Langkahmu terhenti saat kita sudah sampai di salah satu kafe yang berada tepat di depan kampus kita.

"Jangan ikuti aku!" Serumu bernada ketus. Namun aku tahu, jika kau mengharapkan yang sebaliknya. Jadi aku memutuskan untuk mengikutimu.

"Ice latte satu dan juga ketang goreng."

Untuk ukuran orang sepertimu, aku pikir kau akan meminum americano dan juga Cheese cake. Latte dan kentang goreng? Kau memang memiliki selera yang sedikit lebih aneh dari orang lain.

Sedangkan aku, aku memesan exspreso lalu setelahnya kita sama-sama duduk di salah satu meja di dekat kaca jendela.

Awalnya kita hanya berdiam, hingga salah satu pelayan datang dan membawa pesanan kita.

"Seleramu benar-benar aneh." Ejekku.

"Memangnya kenapa? Aku menyukainya. Ini unik."

"Aneh..."

"Mau coba?" Kau menyodorkan gelas kaca itu padaku. Dengan ragu aku mulai menyesap cairan itu. Jujur saja rasanya masih begitu aneh untuk ku, karena ini pertama kalinya aku mencoba minuman yang manis.

"Mau kentang nya? Ini sangat enak jika ditambah dengan saus tomat." Selera makanmu masih seperti anak kecil, namun aku tetap membuka mulutku dan menerima suapanmu.

"Lumayan juga."

"Benarkan? Mulai dari hari ini, setiap kita pergi ke kafe, kita harus memesan Ice latte dan juga kentang goreng, oke?"

Flashback off

2 bulan lalu kau mengajakku ke kafe di seberang kampus. Kau bilang ingin minum latte kesukaanmu, namun aku menolaknya karena aku merasa sedikit bosan dengan kegemaran mu itu.

Tatapan ku yang selalu dipenuhi cinta mendadak berubah. Aku mulai menatapmu dingin. Kau peka dengan perubahan sikapku.

Waktu itu kau bertanya padaku, namun aku tak menghiraukan mu sama sekali.

Flashback on

"Kau kenapa?"

"Aku? Aku biasa saja..." kau masih tetap tersenyum meskipun aku tahu kau sedang sedih saat itu.

"Kau berubah. Kau bosan dengan ku?" Kau menundukan kepalamu. Seharusnya aku menjawab 'tidak' padamu. Namun mulutku berkata sebaliknya.

"Ya."

"Lalu sekarang kita harus bagaimana?"

"Kita putus saja. Jujur aku sedikit bosan dengan mu Jongin."

Ketakutanku beberapa bulan lalu ternyata terjadi. Aku telah menjadi orang pertama yang membuatmu sakit hati.

"Benarkah? Tak bisakah kita tetap bersama? Aku janji! Aku janji akan berubah agar kau tak bosan lagi."

"Maaf Jong." Aku merasa tak akan ada yang bisa diperbaiki sekarang. Berubahpun tak akan membuatku kembali menyukaimu.

Awalnya aku kira kau dapat merubah kebiasaan bejadku untuk bermain cinta, namun sifat alami itu kembali menguar. Aku memang tak bisa mencintai satu orang saja dalam waktu lama.

Aku memutuskan untuk pergi saat aku melihatmu mulai menangis keras. Semua pelanggan kafe mulai menatapmu iba, namun aku tidak menenangkanmu sama sekali.

'Maafkan bajingan ini Jong.'

Flashback off

Kukira, setelah memutuskanmu aku akan bahagia karena aku telah kembali dengan kebiasaan lama ku. Namun aku kembali salah. Aku menyesalinya.

Sewaktu pulang dari kampus, aku mampir ke kafe itu. Tidak seperti biasanya, aku malah memesan minuman dan makanan kesukaan mu. Kini aku baru merasakan bagaimana nikmatnya minuman kegemaranmu ini.

Tak hanya itu, aku juga selalu pergi ke perpustakaan untuk sekedar mencari buku-buku yang sering kau baca saat disini.

Aku melakukan semua hal yang kau gemari, karena aku begitu merindukanku.

Kupikir melepaskanmu adalah hal yang terbaik, namun kini, setelah aku melihatmu kembali ceria seperti dulu, aku sadar... bahwa hanya aku yang terlihat menyedihkan disini.

Kepergianmu perlahan mulai membunuhku. Perlahan tapi pasti aku mulai berubah menjadi pria yang tak memiliki hati. Aku setengah mati, karena kehilangan belahan jiwa ku.

Why did I choose farewell

I love her to the end

and the fire that was out is burning again

Is it longing that's hurting my chest

or is it selfish loneliness?

It's killing me again inevitably

your traces remain and torment me

Ikon- Killing me

End.

Note: lagi mabok lagu ini. Jadi nyempetin buat bikin oneshoot.