Warning: cerita ini adalah remake dari The Last Train, yang dibuat sama hanya setting tempat dan latar belakang beberapa tokohnya saja. Selebihnya benar-benar dibuat ulang dan tidak ada sangkut pautnya dengan The Last Train yang sebelumnya.

.

.

.

The Last Train: Horizon

BTS Fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Horror!

.

.

.

[0] PROLOG

Ada yang mengatakan,

'Jangan tidur di kereta! Atau kau akan bangun di tempat yang tak seharusnya.'

.

.

.

November, 2016

Taehyung menatap kosong tubuh yang sepenuhnya telah tertutup kain putih itu. Tubuh yang berbaring tak bergerak di hadapannya baru beberapa jam lalu bicara dan pamit pulang. Jimin, lelaki yang habis mengerjakan tugas kelompok di rumahnya itu sekarang sudah meninggal.

Dia tak pernah tahu kalau pamit Jimin adalah pamitnya yang terakhir. Ini terlalu mendadak.

Dia tak tahu harus berbuat apa; bahkan menangis pun tak ia lakukan. Matanya kering. Dadanya terasa hampa.

"Jenazahnya harus dipindah dahulu sampai walinya datang." ujar seorang suster yang masih berdiri di samping Taehyung sejak tadi. Tapi dia tak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya. Suster itu menghela napas panjang dan mengusap bahu Taehyung dengan kaku.

"Tolong biarkan... tetap seperti ini..." akhirnya dia bicara.

Suster itu menghla napas lagi. Taehyung sedari awal tak pernah menatap matanya. Dia tak mau, dia hanya mau melihat Jimin.

"Baiklah. Saya akan datang lagi satu jam dari sekarang." dia menyerah. Padahal kewajibannya mengingatkan bahwa jenazah itu haruslah cepat-cepat dipindah ke ruang mayat, mendapat suhu dingin yang cukup agar tubuhnya tak cepat membusuk.

Bukankah semua orang tahu jika manusia yang sudah meninggal akan meninggalkan bau tak sedap karena proses pembusukannya?

Tapi Taehyung tak merasakan apa-apa. Bahkan bau obat di sekitarnya lebih menyengat. Jimin yang terbaring, hanya seperti patung yang tak berbau.

"Kakak."

Taehyung menoleh pada bilik lain di seberangnya. Suara bisik itu menggelenyar di dalam keheningan. Suara yang keluar dari mulut seorang bocah kecil, berambut cokelat dengan mata besar yang bening.

"Dia masih ada di sana." bisiknya lagi.

Taehyung tak mengerti apa yang anak itu bicarakan. Dia benar-benar tak paham, termasuk ketika anak itu menunjuk Jimin dengan telunjuknya.

"Dia masih ada di sana." ulangnya. Taehyung hanya mengerutkan dahi. Mengapa sampai diulang dua kali? Apa maksudnya?

"Siapa?" siapa yang dia bicarakan? Jimin kah?

"Dia. Dia masih ada di sana." ulang anak itu lagi. Tiga kali. Taehyung masih tak paham juga. Dia melirik jenazah itu dalam kebingungannya. Jimin memang masih di sana, di ranjang itu, terbaring—jenazahnya. Sebab dia telah pergi tanpa membawa jasad itu.

Dia melirik bocah itu lagi. Minta jawaban dan penjelasan dengan tatapannya.

"Jemput dia, kak."

Apa?

.

.

.

CONTINUED TO CHAPTER 1

Heloooooo...

Waduh... saya baca komik horor dan dapet pencerahan. Dipikir-pikir, kenapa nggak pake setting cerita yang udah ada dan bikin alternatifnya? Nah, jadilah yang kena adalah cerita The Last Train.

Cerita ini nggak ada sangkut pautnya sama yang itu yaa... jadi ini bukan sekuel. Hanya another series dari The Last Train. Jadi tanpa perlu baca yang itu juga nggak masalah *sebetulnya dibaca dulu juga boleh hehehehehe itung-itung promosi /taboked/*

Gimana pendapat kalian tentag prolog ini? Buat yang udah baca seri sebelumnya, buat yang baru kenalan, buat yang baru mampir juga, mind to review?