Novel by Anastasya Putri

Summary:

Kisah seorang gadis yang harus menerima penderitaan atas perbuatan keji ayahnya. Dia kehilangan ibunya yang selalu memberinya kasih sayang dan harus menjadi sumber uang bagi ayahnya dengan merelakan satu-satunya harta yang dia miliki, kesuciannya.

Hingga dia bertemu dengan sosok pria yang melepaskannya dari belenggu yang menyiksanya. Sosok pria penyelamat yang membuatnya hanyut dalam kisah cinta semu yang dia kira akan berakhir bahagia. Sampai takdir kembali mempermainkannya hingga membuatnya terluka lebih dalam.

Hingga membuatnya lebih hancur dari sebelumnya.

"Tuhan membiarkanku hidup dalam kehancuran yang tak sanggup aku terima. Saat aku hampir saja putus asa, dia datang memberikan harapan. Dia datang untuk meberikanku cinta yang sangat besar hingga membuatku terlena dan menggantungkan semua harapanku kepadanya.

Aku mengira ini adalah kisah akhirku yang memang akan bahagia selamanya bersama dengannya. Namun, sebuah kenyataan membuatku sadar tidak ada akhir bahagia untukku seperti cerita dongeng yang akan hanya menjadi khayalan semu. Aku takkan mendapatkan kebahagiaan hingga akhir.

Aku terluka lebih dalam dari sebelumnya... aku lebih hancur dari sebelumnya, karenanya..."

.

.

BAB 2

Aku menatapnya ragu saat dia memintaku menceritakan masa laluku. Aku tidak yakin Sehun tidak mengetahui masa laluku. Aku pun juga tidak berniat mengatakan apa pun tentangku. Aku merasa belum siap untuk mengatakan tentang masa laluku secara lisan. Aku sudah cukup terluka dengan menyimpan semua dalam diriku. Aku tidak yakin aku mampu menceritakan hal ini kepada orang lain.

"Tidak apa-apa bila kau belum siap, namun kau harus aku tidak akan meninggalkanmu saat mendengar semua masa lalumu. Itu karena aku terlalu mencintaimu," ucapnya menenngkanku.

Aku tersenyum mendengar kata-katanya. Dia memelukku dengan erat. Aku benar-benar beruntung mendapatkan cinta dari seorang pria yang begitu sempurna. Dia bagaikan malaikat yang membawaku keluar dari kegelapan. Aku hanya berdoa semoga ini memang akhir ceritaku. Aku hanya berdoa kebahagiaan ini terus berlanjut hingga akhir hayat kami, namun sebelum itu aku memang harus mengatakan semua tentangku.

Aku ingin dia mengetahui semua lukaku bukan untuk dikasihani, namun hanya untuk sebuah kejujuran sebelum melangkah lebih jauh. Aku ingin dia mengenalku dan juga sebaliknya. Aku ingin dia mengetahui kegelapan yang pernah menjadi hidupku selama ini. Aku ingin dia memelukku dan membuatku lupa akan masa lalu. Aku menaruh harapan yang begitu besar kepadanya.

FLASHBACK

Aku berjalan pulang menuju rumahku. Kalau boleh jujur aku tidak ingin pulang. Aku ingin bertahan di sekolah, namun aku tidak mungkin melakukan itu. Aku tidak mau ibuku dipukuli lagi. Di sekolah aku anak yang cukup berprestasi. Aku berusaha belajar sekeras mungkin untuk mendapatkan beasiswa. Aku tidak mungkin sekolah tanpa bantuan beasiswa karena ayah tidak mau membiayai sekolahku.

Ayah hanya datang saat kami tidak memberinya uang. Tidak terhitung lebam yang ada di tubuhku. Aku selalu diejek di sekolah karena bekas lukaku. Awalnya aku sedih karena tidak memiliki teman, namun seiring waktu aku mulai tidak peduli dengan hal itu. Aku terlalu sibuk mengejar prestasiku. Sebenarnya aku baru saja menerima pengumuman kelulusanku.

Aku mendapat beasiswa di salah satu universitas terkenal. Aku ingin meraih prestasi setinggi-tingginya agar aku bisa mendapat kerja yang bagus. Aku ingin membawa ibu pergi dari neraka ini.

"Eomma aku pulang,"ucapku.

Ibu muncul dari dapur. Aku menatap sedih melihat darah di bibirnya. Dia nampak panik melihatku. Aku yakin dia dipukuli lagi.

"Pergi!"ucapnya dengan panik.

"Ayo, eomma kau juga harus ikut!"ucapku sambil menariknya.

"Tidak! Kau yang harus pergi. Cepat sayang pergi cari tempat aman." Ucapnya melepaskan tanganku dari lengannya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu," ucapku sambil terisak.

"Aaah anak sialan ini sudah pulang," ucapnya sinis.

Ibu langsung menyembunyikanku di belakang tubuhnya. Ayah menarik ibu sampai terbanting ke lantai. Aku panik melihat ibu dan segera berlari ke arah ibu. Ayah menangkapku dan memukuliku. Ibu berusaha menghalangi ayah, namun dia harus menerima tendangan ayahku. Dengan sekuat tenaga aku memeluk ibu dan berusaha melindungi ibu.

Aku meringis kesakitan saat hantaman berkali-kali datang. Aku lemas dan tidak berdaya saat ayah menarik rambutku dengan kasar. Dia membenturkan kepalaku ke tembok berkali-kali. Darah sudah merembes di pelipisku. Aku melihat ibu menikam ayah dengan pisau. Aku merasakan tangan ayah lepasdari rambutku. Perlahan ibu menghampiriku dan memelukku.

"Jangan tinggalkan eomma, Jongin. Bertahanlah, eomma akan membawamu ke dokter," ucapnya panik.

Namun saat kami mau bangkit, ibu ditarik oleh ayah dan dilempar menjauh dariku. Aku yang sudah lemas tidak berdaya hanya bisa menangis menatap ibu dipukuli. Aku menutup mataku ketakutan karena suara hantaman yang menakutkan. Aku mencoba memberanikan diri dan membuka mata. Aku melihat ibu menatapku dengan sedih. Aku ingin berlari ke arahnya, namun tubuhku sudah tidak bertenaga

Aku memejamkan mata ketakutan. Aku berharap ini hanya mimpi. Aku semakin terpuruk saat mendengar suara barang-barang yang berjatuhan. Aku membuka mataku dan masih menatap ibuku. Ayah menancapkan pisau di tubuh ibuku berkali-kali . aku berusaha meraih tangannya dan menggoyang-goyangkannya. Aku tidak ingin kehilangannya.

Aku tersadar saat melihat matanya yang nampak kehilangan cahayanya. Aku merasa sebuah tarikkan dari tanganku terlepas dari tangan ibu. Aku menatapnya yang tampak berlumuran darah dengan luka di perutnya yang menganga. Aku menangis karena aku kehilangan orang yang aku cintai. Aku berusaha berontak untuk melepaskan cengkeraman ayah dari tanganku,

Namun yang aku dapat hanya pukulan darinya.

oOo

Selama sebulan dia merawat menyuruh seorang wanita malam merawatku. Wanita itu nampak kasar saat mengoleskan obat ke tubuhku. Aku tidak merasakan sakit sama sekali karena aku sudah terlalu kebal. Aku ingin mati sekarang juga. Aku tidak ingin hidup sendiri tanpa ibu.

oOo

Aku diseret oleh ayah ke sebuah club malam. Aku melihat beberapa wanita malam yang menatap kami dengan sinis. Kalau boleh aku jujur, aku takut sekali. Aku ingin bersama ibu. Aku ingin mati saat mendengar ayah menjualku kepada bos di club malam ini. Aku menarik tangan ayah saat dia mau berjalan pergi.

"Aku mohon appa jangan lakukan ini kepadaku. Aku mohon, appa... aku akan bekerja keras, namun jangan jual aku,. Aku mohon, appa," ucapku lirih.

Aku terhempas saat ayah menarik paksa tangannya.

"Dasar anak tidak berguna. Kau sama seperti wanita bodoh itu. Tempat kalian di sini. Kalian tidak pantas hidup penuh kasih sayang. Kalian hanya sumber uangku dan tidak lebih. Hasilkan uang yang banyak untukku dan kekasihku. Layani pelangganmu dengan baik. Ingat kalau kau mengacaukan semua aku akan membongkar kuburan eommamu dan menguburnya dengan kotoran menjijikan!"ucapnya dingin.

Aku menangis melihat ayah yang berjalan pergi dengan sekoper uang ditangannya. Apa benar aku tidak boleh hidup bahagia? Apa benar aku dilahirkan hanya untuk disiksa? Untuk apa aku dilahirkan? Aku ingin mati, namun aku tidak bisa membiarkan mayat ibuku dilumuri kotoran. Ingin rasanya aku membunuhnya yang dengan tega menjual anak kandungnya hanya demi sekoper uang.

"APPA! Apa kau pernah memiliki sebersit kasih sayang untukku sedikit saja? Apa kau benar-benar tega menjualku?" ucapku lirih.

Ayah menghentikan langkahnya, namun perlahan dia pergi tanpa menoleh sedikit pun. Aku hancur melihatnya yang lebih memilih uang itu. Aku benar-benar tidak mengerti ia terbuat dari apa hatinya.

oOo

Selama seminggu aku dirawat oleh wanita malam yang membeliku. Dia memakaikanku berbagai pakaian yang sangat minim. Aku hanya bisa menangis saat wanita malam itu mulai memarahiku karena tidak menuruti mauannya. Aku takut dan ingin mati saja. Aku tidak mau kehilangan kesucianku.

Aku menjaga kesucianku hanya untuk suamiku kelak, namun semua angan itu musnah saat ada pembeli yang bersedia membayar mahal. Aku mencoba memohon kepada bos yang menjualku, namun sia-sia. Dia mengurungku bersama pria yang membeliku. Dia nampak masih muda dan sangat tampan, namun aku tidak bisa mengharapkan belas kasihannya.

Aku sudah mencoba memohon kepadanya, namun dengan kasar dia memukuliku hingga aku tidak bisa bergerak. Aku menangis karena masa depanku hancur demi sekoper uang. Hidupku hancur di tangan ayahku.

oOo

Aku menangis menyesali seperti orang gila yang tidak henti-hentinya menangis. Sampai sebuh suara menyadarkanku.

"Jangan menangis dan jalani hidupmu. Kumpulkan uang sebanyak mungkin dan lunasi hutang appamu. Lalu kau bisa lepas dari sini. Puaskan pelangganmu maka kau akan mendapat uang lebih banyak dari ini. Kau bisa terlepas dari appamu kalau cepat melunasi hutangnya," ucap bos itu.

"Tidak, aku tidak bisa... aku lebih baik mati!"

"Dan appamu akan membongkar kuburan eommamu dan menguburnya dengan kotoran menjijikan yang pernah dia janjikan kepadamu? Atau yang lebih parah adalah kau membunuh appamu. Aku tahu kau masih menyimpan rasa sayang kepada appamu walau dia menjualmu seperti ini. Sudah lah terima nasibmu dan jalani hidupmu demi kedua orang tuamu. Toh kau tidak akan diterima oleh Tuhan saat kau memutuskan bunuh diri dan tidak mengembalikan kesucianmu juga saat kau menangis menyesali semua. Kau hanya akan memperburuk hidupmu," ucap bos itu.

Aku berhenti menangis dan membuang sprei yang ada di pelukanku. Aku merasa kata-katanya benar. Aku sudah terlanjur hancur jadi aku akan menyelesaikan ini semua. Aku akan melepas diriku dari belenggu ayah. Aku akan pastikan dia tidak akan menemuiku lagi setelah aku melunasi hutangnya.

"Ajarkan aku," ucapku dingin. Bos itu tersenyum menang kata-kataku.

oOo

Bukan hal yang gampang aku bertahan di pekerjaan ini. Aku berusaha sekeras mungkin malayani pelangganku dengan memuaskan. Sampai aku berhasil menjadi primdona club ini. Aku menghasilkan banyak ua, namun sayangnya hutang ayah tak kunjung lunas hingga aku harus terjerumus di dunia menjijikan ini selama enam tahun.

Aku menjaga diriku dengan memakai KB dan sering mengontrol kesehatanku secara rutin. Aku tidak mau menghasilkan anak. Aku tidak mau dia merasakan penderitaanku. Aku tidak ingin hidupku bertambah hancur.

OOo

Aku menunduk menyembunyikan air mataku. Aku merasakan sakit saat mengingat semua masa laluku. Aku yakin Sehun akan berpikir ulang untuk menikahiku. Dia hanya diam di depanku. Ini terlalu menyiksaku. Keheningannya semakin membuatku hancur. Aku bisa mengerti kalau dia menginginkan sosok wanita yang baik. Aku mengerti karena tidak akan ada yang bisa menerimaku dengan mudah.

Apa pun alasanku hingga aku menjadi seperti ini tetap tidak bisa diterima dengan mudah dengan siapa pun.

"Jangan paksakan dirimu... aku tidak apa-apa..."ucapku lirih.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum. Aku berusaha tetap tersenyum untuk memberitahunya kalau aku baik-baik saja.

"Tidak, Jong, aku menyesal karena terlambat datang. Aku bersumpah akan membuatmu bahagia dan tidak akan aku biarkan kau menangis. Jongin aku mohon beri aku kesempatan untuk menikahimu. Jangan pernah berfikir kau tidak pantas untukku. Kau pantas bahagia dan aku ingin kau menghargai dirimu dengan meyakini hal itu mulai sekarang," ucapnya penuh keyakinan.

"Sehun, tapi aku terlalu kototr untuk..."

"Tidak, jangan katakan itu! Kau tidak kotor. Jongin dengar, jangan pernah lagi menyebut dirimu kotor," ucapnya cepat.

Sehun memelukku dengan erat. Aku merasakan ketenangan saat berada di pelukannya. Aku bahkan tidak pernah bermimpi bisa merasakan kehangatan seperti ini. Aku tidak menyangka ada sosok pria sepertinya yang dengan rela menerimaku apa adanya. Dia adalah malaikat yang menjelma menjadi manusia yang Tuhan turunkan untukku.

Aku benar-benar bersyukur Tuhan masih berbaik hati memberikannya untukku.

"Terima kasih, Sehun. terima kasih atas kebaikan hatimu. Aku akan berusaha menjadi sosok wanita yang baik untukmu walau aku tidak akan bisa menjadi sempurna untukmu," ucapku lirih.

Sehun berulang kali mengecup puncak kepalaku. Aku merasakan kehangatan yang sudah lama tidak aku rasakan. Aku benar-benar berharap ini akan menjadi akhir kisah untukku. Aku harap penderitaanku akan berakhir sekarang.

oOo

Aku dan Sehun mulai menjalani hubungan kami dnegan serius. Sehun membuatku kagum dengan sikapnya yang berusaha menghargaiku. Dia sama sekali tidak meminta aku melayaninya walau dia tahu dia bisa melakukan itu dan mungkin aku akan melakukan apa yang dia mau dengan iklas. Dia memperlakukanku seperti wanita terhormat. Aku bahagia saat bersamanya.

Detik demi detik selalu terasa berharga untuk kami. Sehun membuatku bahagia dengan segala sikap manisnya. Dia membuatku merasakan kembali rasa sayang yang jarang aku dapatkan. Hari ini kami mengunungi rumah Yuri eonni. Saat kami memasuki rumah, kami disambut dengan baik oleh keluarga kecil yang selama ini menjadi keluargaku.

"Sehun oppa, terima kasih mainannya. Hyeri suka sekali bonekanya," ucap Hyeri sambil memeluk bonekanya.

Sehun mengacak-acak rambut Hyeri dengan lembut. Aku yang sedang bermain dengan Myungsoo dan Luhan hanya tersenyum melihat keakraban Sehun dan Hyeri. Hyeri berceloteh tentang teman-temannya di sekolah yang direspon dengan baik oleh Sehun. sampai Yuri eonni datang. Yuri eonni menyajikan kue yang dia buat. Awalnya aku mau membantunya, namun dilarang olehnya.

"Yuri nuna, aku mau meminta restumu. Aku berencana menikahi Jongin dalam waktu dekat ini," ucapnya tiba-tiba.

Aku terkejut mendengar kata-katanya. Aku tidak menyangka akan secepat ini dia mau menikahiku. Yuri eonni juga nampak terkejut mendengar kata-kata Sehun.

"Apa kau yakin?" ucap Yuri eonni.

"Sangat yakin," ucapnya.

"Kau tahu..."

"Ya... aku tahu dan aku tidak peduli dengan apa pun. Aku mohon restui kami," ucapnya tegas.

Air mata menetes di pipiku saat melihat kesungguhannya. Yuri eonni menggenggam tanganku untuk memberiku dukungan.

"Aku merestui kalian dengan satu syarat. Kau harus bersumpah membahagiakan adikku ini. Aku tidak mau dia kembali tersakiti. Tolong berjanjilah kau akan membahagiakannya," ucap Yuri eonni.

"Aku bersumpah, nuna..." ucap Sehun dengan tegas.

"Aku merestui kalian," ucap Yuri eonni sambil meraihku ke dalam pelukannya.

"Doaku terkabul." Ucapnya pelan dan aku hanya mengangguk.

"Kapan kau akan mengenalkan keluargamu pada Jongin?"

"Aku tidak memiliki kelurga. Mereka sudah tiada sejak lama," ucap Sehun tenang.

Aku menataap sedih ke arah Sehun. Aku tidak menyangka kalau dia ternyata tidak memiliki keluarga. Aku mengira dia memiliki keluarga yang tinggal jauh darinya.

.

.

.

.

.

Yang nanya ini oneshoot ao twoshot, ini berchapter yah ^^

Ayoo apa yang sedang direncanain Sehun wkwkwk... semoga Sehun beneran cinta ya sama nini hehe...